Anda di halaman 1dari 36

Tugas Makalah Dabo Singkep, 19 Desember 2023

Mata Kuliah Teknik Produksi Pakan Alami Maulina Agriandini, S.Pi., M.Si.

Scenedesmus sp

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

NAMA NIM
1. Isnaini Rahmawati 2254447005
2. Windi Julianda 2254447010
3. Yandi Saputra 2254447003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III BUDIDAYA IKAN


POLITEKNIK LINGGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Scenedesmus sp tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga makalah ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:
1. Ibu Maulina Agriandini, S.Pi., M.Si., selaku dosen yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan.
2. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama penyusunan
makalah ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala
kekurangan dalam makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Dabo Singkep, 06 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Definisi GIS............................................................................................................................3
B. Manfaat GIS............................................................................................................................4
C. Perbedaan GIS dengan lainnya................................................................................................6
D. Jenis-jenis
GIS…………………………………………………………………………………………………
…………………………….…7
E. Keunggulan
GIS…………………………………………………………………………………………………
……………………………..8
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks pertumbuhan industri akuakultur, pengembangan metode produksi
pakan alami menjadi semakin penting. Salah satu mikroalga yang menarik untuk
dipertimbangkan adalah Scenedesmus sp Mikroalga ini memiliki potensi besar sebagai
sumber nutrisi bagi hewan akuatik karena kandungan protein, karbohidrat, dan lemak yang
tinggi. Proses produksi pakan alami dengan menggunakan Scenedesmus sp melibatkan
beberapa tahap, seperti biologi mikroalga, persiapan wadah kultur, pemupukan, isolasi dan
kultur murni, pengamatan pertumbuhan plankton, panen, dan penyimpanan pakan alami.
Ketersediaan pakan alami yang berkualitas sangat penting dalam industri akuakultur.
Scenedesmus sp sebagai mikroalga fotosintesis bersel tunggal, menawarkan potensi besar
sebagai sumber pakan alami yang kaya nutrisi. Untuk menumbuhkan Scenedesmus sp wadah
kultur yang sesuai diperlukan. Wadah kultur harus mampu memberikan kondisi lingkungan
yang optimal, seperti suhu, pH, dan pencahayaan yang sesuai untuk pertumbuhan mikroalga.
Pupuk yang sesuai harus ditambahkan ke dalam wadah kultur untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan oleh Scenedesmus sp Jenis pupuk dan dosisnya perlu dipertimbangkan untuk
mendukung pertumbuhan optimal. Pupuk yang umum digunakan meliputi nitrogen, fosfor,
dan kalium. Isolasi Scenedesmus sp dari lingkungan alami melibatkan teknik isolasi sel dan
kultur murni. Proses ini penting untuk memastikan bahwa kultur yang dihasilkan bersih dari
kontaminan dan mempertahankan karakteristik genetik yang diinginkan.
Pada tahap selanjutnya, kultur Scenedesmus sp dapat ditingkatkan dalam skala kultur
yang lebih besar. Ini dapat dilakukan dalam tangki kultur atau sistem tertutup lainnya,
tergantung pada kebutuhan produksi. Pertumbuhan Scenedesmus sp perlu terus dipantau.
Parameter seperti kepadatan sel, laju pertumbuhan, dan kualitas air perlu diamati secara
teratur untuk mengoptimalkan kondisi pertumbuhan. Panen dapat dilakukan ketika kepadatan
sel mencapai tingkat yang diinginkan. Setelah dipanen, Scenedesmus sp dapat diolah dan
disimpan dengan metode yang sesuai untuk mempertahankan nilai nutrisinya. Dengan
memahami aspek-aspek ini, pengkulturan Scenedesmus sp. dapat diarahkan ke arah yang
lebih efisien dan berkelanjutan.

3
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Aspek Biologi Scenedesmus sp?

2. Apakah yang dimaksud dengan Persiapan Wadah dan Fasilitas Kultur?

3. Apakah yang dimaksud dengan Jenis dan Dosis Pupuk?

4. Apakah yang dimaksud dengan Teknik Isolasi dan Kultur Murni?

5. Apakah yang dimaksud dengan Skala Kultur?

6. Apakah yang dimaksud dengan Pengamatan Pertumbuhan Plankton?

7. Apakah yang dimaksud dengan Panen dan Penyimpanan Pakan Alami?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Aspek Biologi Scenedesmus sp

2. Untuk mengetahui Persiapan Wadah dan Fasilitas Kultur

3. Untuk mengetahui Jenis dan Dosis Pupuk

4. Untuk mengetahui Teknik Isolasi dan Kultur Murni

5. Untuk mengetahui Skala Kultur

6. Untuk mengetahui Pengamatan Pertumbuhan Plankton

7. Untuk mengetahui Panen dan Penyimpanan Pakan Alami

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Biologi Scenedesmus sp

Dalam Bold dan wyne (1985), Scenedesmus sp diklasifikasi sebagai berikut:

Divisi : Chlorophyta

Kelas : Chlorohyceae

Ordo : Chlorococcates

Famili : Scenedesmaceae

Genus : Scenedesmus

Spesies : Scenedesmus sp

Scenedesmus sp. adalah mikroalga hijau bersel tunggal yang memiliki sejumlah
karakteristik biologis yang memengaruhi potensinya sebagai pakan alami untuk akuakultur.
Beberapa aspek biologi utama yang perlu dipahami dalam konteks produksi pakan alami
adalah sebagai berikut:

a. Morfologi dan Struktur sel

1. Morfologi dan Struktur Sel:

 Ukuran dan Bentuk Sel: Scenedesmus sp memiliki sel yang relatif kecil dan dapat
berbentuk sel segitiga atau elips.
 Dinding Sel: Dinding sel Scenedesmus sp mengandung selulosa dan pektin yang
memberikan kekuatan struktural.

1. Deskripsi morfologi sel Scenedesmus sp

Scenedesmus sp adalah mikroalga hijau yang memiliki morfologi sel khas yang
membedakannya dari jenis mikroalga lain. Berikut adalah deskripsi morfologi sel
Scenedesmus sp :

1. Ukuran dan Bentuk Sel:

5
 Sel Scenedesmus sp umumnya memiliki ukuran mikroskopis, dengan panjang
sekitar 2-10 mikrometer dan lebar sekitar 1-3 mikrometer.
 Bentuk selnya bisa sangat bervariasi, tetapi yang paling umum adalah segitiga atau
elips. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk koloni yang membentuk rantai berbagai
panjang.

2. Struktur Sel

 Dinding sel Scenedesmus sp terdiri dari selulosa dan pektin. Struktur ini
memberikan kekuatan dan dukungan pada sel, membentuk lapisan pelindung yang
melibatkan pertumbuhan dan pembelahan sel.

3. Pirenoid:

 Pirenoid adalah struktur khas yang dapat ditemukan di dalam sel Scenedesmus sp.
Pirenoid berperan dalam penyimpanan karbon dan berhubungan dengan proses
fotosintesis, terutama dalam pengaturan CO2.

4. Kloroplas:

 Kloroplas adalah organel tempat terjadinya fotosintesis. Pada Scenedesmus sp


kloroplas memiliki pigmen hijau klorofil yang memungkinkan mikroalga ini untuk
menangkap energi matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia.

5. Flagela:

 Beberapa spesies Scenedesmus sp memiliki dua flagella yang memungkinkan


gerakan sel. Flagela ini dapat membantu mikroalga bergerak menuju sumber cahaya
atau nutrisi yang optimal.

6. Vakuola:

 Vakuola dalam sel Scenedesmus berfungsi sebagai tempat penyimpanan air, nutrisi,
dan zat-zat lainnya. Vakuola juga dapat berperan dalam regulasi tekanan osmotik
sel.

2. Struktur sel dan fungsinya dalam konteks pakan alami

1. Dinding Sel:
 Fungsi: Memberikan dukungan mekanis dan perlindungan terhadap sel.

6
 Konteks Pakan Alami: Dinding sel Scenedesmus sp dapat mengandung serat dan
komponen selulosa yang dapat menjadi sumber serat penting dalam pakan alami
untuk hewan herbivora.

2. Kloroplas:

 Fungsi: Tempat terjadinya fotosintesis dimana cahaya matahari diubah menjadi


energi kimia untuk sintesis makanan.
 Konteks Pakan Alami: Kloroplas dalam Scenedesmus sp menghasilkan senyawa
organik, seperti karbohidrat dan protein, yang dapat berperan sebagai nutrisi
bagi hewan yang mengonsumsinya.

3. Mitokondria:

 Fungsi: Terlibat dalam produksi energi melalui respirasi seluler.


 Konteks Pakan Alami: Mitokondria berperan dalam memetabolisme nutrienyang
dihasilkan oleh Scenedesmus sp dan mengonversinya menjadi energi yang dapat
digunakan oleh hewan.

b. Proses Metabolisme

Proses metabolisme pada Scenedesmus sp melibatkan serangkaian reaksi kimia yang


terjadi dalam sel untuk mengubah nutrien menjadi energi yang dapat digunakan. Dalam
konteks pakan alami, proses metabolisme melibatkan penguraian nutrien dari makanan alami
dan konversinya menjadi energi serta bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
fungsi sel.

1. Proses fotosintesis

 Penangkapan Cahaya: Kloroplas di Scenedesmus sp menangkap energi cahaya


matahari.
 Pembentukan ATP: Energi cahaya digunakan untuk membentuk Adenosine
Triphosphate (ATP) melalui rantai transpor electron.
 Fixasi Karbon: CO2 diambil dari lingkungan dan diubah menjadi senyawa organik,
seperti glukosa.
 Sintesis Nutrien: Glukosa dan senyawa organik lainnya dihasilkan melalui
fotosintesis dan dapat menjadi komponen nutrisi dalam pakan alami.

7
2, Sintesis nutrisi yang penting bagi pertumbuhan hewan akuatik

Scenedesmus sp merupakan jenis mikroalga air tawar yang dapat menjadi sumber
nutrisi penting bagi pertumbuhan hewan akuatik. Berikut adalah beberapa nutrisi yang
dihasilkan oleh Scenedesmus sp dan penting bagi pertumbuhan hewan akuatik:

1. Protein:

 Sintesis Nutrisi: Scenedesmus sp dapat menghasilkan protein dalam jumlah yang


signifikan.
 Penting bagi hewan akuatik: Protein merupakan komponen penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan hewan akuatik. Dalam pakan, protein berperan
sebagai sumber asam amino yang diperlukan untuk pembentukan jaringan buh,
enzim, dan berbagai fungsi biologis lainnya.

2. Karbohidrat:

 Sintesis Nutrisi: Scenedesmus sp menghasilkan karbohidrat melalui proses


fotosintesis.
 Penting bagi Hewan Akuatik: Karbohidrat menyediakan sumber energi untuk hewan
akuatik. Ini dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk aktivitas metabolisme dan
pertumbuhan.

3. Lemak (Lipid)

 Sintesis Nutrisi: Scenedesmus sp dapat menyimpan lemak sebagai cadangan energi.


 Penting bagi Hewan Akuatik: Lemak esensial untuk hewan akuatik sebagai sumber
energi jangka panjang. Lemak juga merupakan pembentuk membrane sel, yang
penting untuk fungsi seluler.

4. Vitamin dan Mineral:

 Sintesis Nutrisi: Scenedesmus sp dapat mengandung berbagai vitamin dan mineral.


 Penting bagi Hewan Akuatik:Vitamin dan mineral adalah kofaktor dalam banyak
reaksi biokimia dan berperan dalam kesehatan umum hewan akuatik. Kekurangan
vitamin dan mineral dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fungsi tubuh
lainnya.

8
5. Serat:

 Sintesis Nutrisi: Dinding sel Scenedesmus sp dapat mengandung serat.


 Penting bagi Hewan Akuatik: Serat membantu pencernaan dan dapat berperan
dalam kesehatan sistem pencernaan hewan akuatik.

B. Persiapan Wadah dan Fasilitas Kultur

Persiapan wadah dan fasilitas kultur menjadi langkah awal yang sangat penting dalam
pengkulturan mikroalga, termasuk Scenedesmus sp. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai
aspek ini:

a. Pemilihan Wadah Kultur

1. Pemilihan Wadah Kultur

a. Transparansi Wadah: Pemilihan wadah yang transparan memiliki peran kritis


dalam memastikan penetrasi cahaya yang optimal. Sinar matahari diperlukan oleh
Scenedesmus sp selama fotosintesis. Wadah transparan memungkinkan sinar matahari
untuk menembus dan mencapai sel mikroalga didalam kultur. Ini mendukung pertumbuhan
dan aktivitas fotosintesis yang efisien.

b. Material yang Tahan Sinar Matahari: Wadah kultur harus terbuat dari bahan yang
tahan terhadap sinar matahari, misalnya plastik khusus yang tidak memungkinkan penetrasi
sinar UV yang merusak. Hal ini penting untuk mencegah degradasi material wadah dan
mengurangi risiko kontaminasi yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
merugikan.

2. Kontrol Suhu dan Ph:

a. Pengaturan Suhu: Fasilitas kultur harus dilengkapi dengan sistem kontrol suhu
yang dapat menjaga suhu kultur pada tingkat yang optimal untuk pertumbuhan
Scenedesmus sp. Suhu yang tepat dapat meningkatkan laju metabolisme dan reproduksi
mikroalga. Kondisi suhu yang stabil juga membantu mencegah fluktuasi suhu yang
merugikan.

b. Pengaturan Ph: Kontrol ph dalam fasilitas kultur merupakan faktor kunci


mikroalga. termasuk Scenedesmus sp memiliki rentang ph optimum untuk pertumbuhan
yang optimal. Pengukuran dan pengaturan ph secara teratur diperlukan untuk mencegah
perubahan ph yang dapat menghambat pertumbuhan mikroalga.

9
3. Aerasi dan Perpindahan Panas:

a. Aerasi yang efektif: Sistem aerasi yang baik harus dipasang untuk menyediakan
oksigen yang cukup kedalam kultur mikroalga. Oksigen esensial untuk proses fotosintesis
dan pertumbuhan sel mikroalga. Aerasi juga membantu mencegah stratifikasi dan
penumpukan sel dipermukaan.

b. Perpindahan Panas: Fasilitas kultur harus dilengkapi dengan sistem perpindahan


panas yang efektif. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu kultur tetap stabil dan mencegah
peningkatan suhu yang berlebihan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menghambat
pertumbuhan dan memicu stress pada mikroalga.

4. Keamanan dan Pengendalian Lingkungan:

a. Pengendalian Kontaminasi: Fasilitas kultur harus dirancang dengan langkah-


langkah pengendalian kontaminasi yang ketat untuk mencegah masuknya mikroorganisme
patogen atau bersaing kedalam kultur mikroalga. Ini termasuk penerapan protokol
kebersihan dan sterilisasi.

b. Ketersediaan Sumber Air Bersih: Sumber air bersih yang bebas dari kontaminan
harus disediakan. Kualitas air yang baik sangat penting karena air digunakan sebagai medium
untuk pertumbuhan mikroalga. Penggunaan air yang tercemar dapat merugikan kesehatan dan
produktivitas Scenedesmus sp.

5. Monitor dan Kontrol Otomatis:

a. Sistem Pemantauan: Fasilitas kultur sebaiknya dilengkapi dengan sistem


pemantauan otomatis yang dapat mengukur dan merekam parameter kritis seperti suhu, pH,
kepadatan sel, dan kandungan nutrisi. Pemantauan otomatis membantu mendeteksi perubahan
kondisi secara real-time.

b. Kontrol Otomatis Sistem kontrol otomatis dapat diintegrasikan untuk merespons


perubahan kondisi dan mengatur parameter kultur secara otomatis. Ini memberikan
keefisienan dalam menjaga kondisi lingkungan yang optimal.

1. Photobioreactor vs kolam terbuka

Photobioreactor adalah sistem tertutup yang dirancang untuk mengkultivasi


mikroorganisme, seperti Scenedesmus sp dalam kondisi lingkungan yang terkendali.
Biasanya berbentuk tangki atau tabung transparan yang memungkinkan cahaya matahari

10
masuk dan mempromosikan fotosintesis. Dalam PBR, lingkungan kultur, termasuk suhu, pH,
dan intensitas cahaya, dapat dikontrol secara ketat.

a. Keunggulan:

 Kontrol Lingkungan: Lingkungan kultur dapat diatur secara akurat untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi mikroalga.
 Efesiesnsi Ruang: Cocok untuk area dengan keterbatasan lahan karena dapat
ditempatkan di dalam gedung atau di lokasi yang terbatas.

b. Keterbatasan:

 Biaya:Biaya konstruksi dan operasional Photobioreactor biasanya lebih tinggi.


 Skala Produksi Terbatas: PBR cenderung lebih cocok untuk produksi dalam skala
kecil hingga menengah.

2. Kolam terbuka

Kolam terbuka adalah sistem budidaya mikroalga yang menggunakan kolam atau
waduk terbuka di permukaan tanah atau pada platform tertentu. Kolam terbuka
memanfaatkan sinar matahari secara langsung untuk memberikan cahaya bagi pertumbuhan
mikroalga. Lingkungan dalam kolam terbuka umumnya kurang dapat diatur dibandingkan
dengan PBR.

a. Keunggulan

 Biaya Produksi Rendah: Kolam terbuka biasanya lebih ekonomis karena tidak
memerlukan teknologi dan infrastruktur yang kompleks.
 Skala Produksi Rendah: Ideal untuk produksi dalam skala besar dengan
memanfaatkan lahan yang luas.

b. Keterbatasan:

 Kontrol Lingkungan Terbatas: Kontrol terhadap suhu, pH, dan intensitas cahaya lebih
terbatas dibandingkan dengan PBR.
 Kesulitan dalam Kontaminasi: Risiko kontaminasi dari mikroorganisme eksternal
lebih tinggi.

11
c. Perbandingan pada Spesies Scenedesmus sp:

a. Photobioreactor untuk Produksi Terbatas: Cocok untuk produksi dalam skala


terbatas Scenedesmus sp. Memungkinkan kontrol lingkungan yang ketat untuk
pengembangan dan pemeliharaan kondisi optimal.

b. Kolam Terbuka untuk Produksi Massal: Ideal untuk produksi Scenedesmus sp.
dalam jumlah besar. Dengan memanfaatkan lahan yang luas, kolam terbuka dapat
menghasilkan biomassa mikroalga dalam skala komersial.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan wadah:

Pemilihan wadah atau tangki kultur untuk budidaya Scenedesmus sp. melibatkan
pertimbangan beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan produktivitas
mikroalga tersebut. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan:

1. Transparansi Wadah:

 Pengertian: Kemampuan wadah untuk mentransmisikan cahaya.


 Pengaruh pada Scenedesmus sp: Transparansi yang tinggi memungkinkan penetrasi
cahaya matahari lebih baik, yang sangat penting untuk proses fotosintesis
Scenedesmus sp. Wadah transparan seperti polikarbonat atau kaca biasanya lebih
disukai.

2. Material Wadah

 Pengertian: Bahan dari wadah kultur.


 Pengaruh pada Scenedesmus sp Material harus inert, tahan terhadap korosi, dan tidak
berinteraksi secara kimia dengan Scenedesmus sp. Plastik, fiberglass, atau bahan lain
yang aman dan tahan lama umumnya digunakan.

3. Ukuran dan Bentuk Wadah

 Dimensi dan geometri wadah.


 Ukuran dan bentuk wadah dapat memengaruhi distribusi cahaya, sirkulasi air, dan
kecepatan pertumbuhan mikroalga. Bentuk yang optimal dapat meningkatkan
efisiensi pertumbuhan dan aerasi.

4. Kapasitas Wadah

12
 Volume maksimum yang dapat diakomodasi oleh wadah.
 Pengaruh pada Scenedesmus sp: Kapasitas wadah harus sesuai dengan jumlah
Scenedesmus sp. yang akan dikultivasi dan memungkinkan pertumbuhan dengan
kepadatan yang optimal tanpa saling menghambat.

5. Ketahanan Terhadap Suhu dan Iklim

 Pengertian: Kemampuan wadah untuk menahan fluktuasi suhu dan kondisi iklim
 Pengaruh pada Scenedesmus sp Wadah harus tahan terhadap perubahan suhu yang
mungkin terjadi. Ini dapat mencegah terjadinya kondisi stres pada Scenedesmus sp.

6. Ketersediaan Aerasi dan Perpindahan Panas

 Pengertian: Ketersediaan udara dan perpindahan panas di dalam wadah


 Pengaruh pada Scenedesmus sp Sistem aerasi yang baik membantu pertukaran gas
dan mencegah stratifikasi air di dalam wadah. Perpindahan panas yang efisien dapat
menjaga suhu tetap stabil.

7. Biaya Pembangunan dan Pemeliharaan

 Pengertian: Biaya konstruksi dan pemeliharaan wadah.


 Pengaruh pada Scenedesmus sp: Biaya harus sejalan dengan anggaran dan
keberlanjutan proyek budidaya Scenedesmus sp. Faktor ini melibatkan perhitungan
biaya investasi awal dan biaya operasional jangka panjang.

8. Ketersediaan Bahan dan Teknologi Lokal.

 Pengertian: Ketersediaan bahan dan teknologi di lokasi budidaya.


 Pengaruh pada Scenedesmus sp: Pemilihan wadah juga harus mempertimbangkan
ketersediaan bahan dan teknologi di lokasi budidaya untuk memfasilitasi konstruksi
dan pemeliharaan yang mudah.

b. Persiapan Medium Kultur

Persiapan medium kultur untuk budidaya Scenedesmus sp merupakan langkah penting


dalam memastikan bahwa mikroalga ini mendapatkan nutrisi yang memadai untuk
pertumbuhan optimalnya. Medium kultur ini memberikan nutrisi esensial yang diperlukan
oleh Scenedesmus sp untuk melakukan fotosintesis dan berkembang biak. Berikut adalah

13
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam persiapan medium kultur untuk spesies
Scenedesmus sp:

1. Komposisi Nutrisi

Medium kultur harus mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi
Scenedesmus sp. Umumnya, mikroalga memerlukan unsur hara seperti nitrogen, fosfor,
kalium, magnesium, dan trace elements. Komposisi yang tepat akan memastikan
pertumbuhan dan reproduksi yang optimal.

2. Kondisi Optimal Ph dan Suhu

 pH medium kultur adalah faktor kritis yang mempengaruhi ketersediaan nutrisi dan
pertumbuhan Scenedesmus sp. Biasanya, pH optimal untuk mikroalga berada dalam
rentang netral hingga sedikit alkali.
 Suhu medium kultur harus dijaga pada tingkat yang optimal untuk pertumbuhan
Scenedesmus sp. Rentang suhu yang nyaman biasanya berkisar antara 20-25°C, tetapi
dapat bervariasi tergantung pada spesies dan strain mikroalga.

c. Jenis dan Dosis Pupuk

Pemilihan jenis dan dosis pupuk pada budidaya Scenedesmus sp. sangat penting untuk
memastikan pertumbuhan dan produksi mikroalga yang optimal. Berikut macam- macam
jenis pupuk:

Nitrogen (N): Nitrogen merupakan komponen utama dalam protein dan klorofil, yang
keduanya penting untuk pertumbuhan dan fotosintesis. Sumber Pupuk: Amonium nitrat
(NH4NO3), urea, atau sumber nitrogen organik.

Fosfor(P) Fosfor diperlukan untuk pembentukan energi (ATP), sintesis asam nukleat, dan
pertumbuhan sel. Sumberv Pupuk: Fosfat anorganik seperti KH2PO4 atau sumber fosfor
organik.

Kalium(K): Kalium mendukung fungsi enzimatik, osmoregulasi, dan pembentukan


protein. Sumber Pupuk: Kalium sulfat (K2SO4) atau pupuk kalium lainnya.

Mikroelemen(zat besi, mangan, zinc dan lain-lain. Mikroelemen berperan sebagai


kofaktor dalam reaksi biokimia dan metabolic. Sumber Pupuk: Pupuk mikro atau larutan
trace elements.

14
Sumber Karbon(CO2): Karbon diperlukan untuk fotosintesis. Sumber pupuk: CO2 dapat
diberikan langsung dalam bentuk gas atau melalui senyawa karbon seperti NaHCO3.

a. Jenis Pupuk yang Cocok

Scenedesmus sp. merupakan salah satu jenis alga hijau yang sering digunakan dalam
budidaya mikroalga untuk berbagai tujuan, termasuk sebagai sumber pakan ikan, pupuk
organik, dan potensial sebagai bahan baku biofuel. Dalam budidaya mikroalga seperti
Scenedesmus sp., pemberian pupuk menjadi penting untuk meningkatkan pertumbuhan
dan kualitas alga. Pupuk yang digunakan dapat dibagi menjadi dua jenis utama: pupuk
makro dan pupuk mikro.

1. Pupuk Makro

 Nitrogen(N): Nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein dan pertumbuhan


jaringan. Jenis pupuk nitrogen yang umum digunakan adalah urea, amonium nitrat,
dan ammonium sulfat.
 Fosfor(P): Fosfor esensial untuk pembentukan energi (ATP) dan membran sel.
Fosforat (superfosfat) dan fosfat anorganik lainnya dapat digunakan sebagai sumber
fosfor.
 Kalium(K): Kalium diperlukan untuk pengaturan tekanan osmotik dalam sel dan
aktivitas enzim. Pupuk kalium umum termasuk kalium klorida dan kalium sulfat.
 Magnesium(Mg): Magnesium merupakan komponen klorofil yang penting untuk
fotosintesis. Magnesium sulfat adalah salah satu pupuk magnesium yang biasa
digunakan.

2. Pupuk Mikro

 Besi(Fe): Besi penting untuk pembentukan klorofil dan berperan dalam transfer
elektron selama fotosintesis. Pupuk chelated iron sering digunakan karena lebih
mudah diserap oleh alga.
 Mangan(Mn): Mangan diperlukan dalam aktivitas enzim dan fotosintesis. Pupuk
mangan sering diberikan sebagai mangan sulfat.
 Zink(Zn): Zink berperan dalam pembentukan klorofil dan aktivitas enzim. Pupuk
zink sulfat atau zink chelate dapat digunakan.
 Tembaga(Cu): Tembaga diperlukan dalam beberapa reaksi enzimatik. Pupuk
tembaga sulfat atau tembaga chelate dapat digunakan.

15
 Molibdenum(Mo): Molibdenum diperlukan untuk aktivasi enzim tertentu. Pupuk
molibdenum ammonium biasanya digunakan.

3. Sumber Nutrisi Organik

Scenedesmus sp seperti banyak mikroalga lainnya, dapat memperoleh nutrisi dari


berbagai sumber organik yang terdapat di dalam air atau medium pertumbuhan. Nutrisi
organik yang umumnya dibutuhkan oleh Scenedesmus sp. meliputi:

a. Asam Amino dan Protein

Sumber: Scenedesmus sp. dapat menyerap asam amino langsung dari lingkungannya
atau dapat menghasilkannya sendiri melalui fotosintesis. Peran: Asam amino diperlukan
untuk sintesis protein, yang merupakan komponen utama sel dan berperan dalam berbagai
fungsi biologis.

b. Vitamin

Sumber: Vitamin bisa berasal dari sumber organik di air, seperti produk limbah
organik atau bakteri yang hidup di dalam medium pertumbuhan. Peran: Vitamin adalah
kofaktor dalam berbagai reaksi biokimia dan dapat mendukung pertumbuhan dan reproduksi
mikroalga.

c. Karbohidrat dan Gula

Sumber: Gula organik dapat berasal dari sumber karbon di dalam air atau hasil
fotosintesis sendiri. Peran: Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan juga dapat
digunakan sebagai bahan pembentuk sel.

b. Dosis Pupuk yang Efektif

Dosis pupuk yang efektif untuk spesies Scenedesmus sp. dapat bervariasi tergantung
pada beberapa faktor, termasuk kondisi pertumbuhan, jenis pupuk yang digunakan, dan
tujuan budidaya. Dalam budidaya mikroalga, seperti Scenedesmus sp., penting untuk
memperhatikan dosis pupuk agar pertumbuhan optimal dapat dicapai tanpa mengakibatkan
kondisi yang tidak diinginkan, seperti overfertilization atau pertumbuhan alga yang
berlebihan.

a. Pupuk Nitrogen (N) : Dosis : Umumnya, dosis nitrogen diberikan dalam kisaran 5-
30 ppm (parts per million) tergantung pada kondisi budidaya dan tujuan. Urea, amonium
nitrat, atau pupuk nitrogen lainnya dapat digunakan. Catatan: Pemantauan kadar nitrogen
16
dalam medium penting untuk menghindari overfertilization yang dapat menyebabkan
pertumbuhan alga yang tidak terkendali.

b. Pupuk Fosfor(P): Dosis: fosfor dapat berkisar antara 1-10 ppm tergantung pada
kebutuhan spesifik dan kondisi pertumbuhan. Pupuk fosfat atau fosforat dapat digunakan.
Catatan: Ketersediaan fosfor yang cukup penting untuk mendukung pertumbuhan alga dan
pembentukan energi seluler.

C. Pupuk Kalium(K): Dosis: Dosis kalium umumnya berkisar antara 1-20 ppm.
Kalium klorida atau kalium sulfat dapat digunakan sebagai sumber kalium. Catatan: Kalium
diperlukan untuk mengatur tekanan osmotik dan aktivitas enzim dalam sel.

d. Pupuk Mikro(Besi, mangan, zink, tembaga, molybdenum): Dosis: Dosis


mikroelemen dapat bervariasi, tetapi umumnya berkisar antara 0,1-2 ppm untuk setiap
elemen mikro. Penggunaan pupuk chelated dapat membantu meningkatkan ketersediaan
mikroelemen. Catatan: Mikroelemen penting untuk berbagai fungsi biokimia dan fotosintesis.

e. Pupuk Organik: Dosis: Jika menggunakan pupuk organik, dosis dapat bervariasi
tergantung pada jenis pupuk organik yang digunakan. Pupuk organik seperti kompos atau
ekstrak rumput laut dapat diberikan sesuai petunjuk produsen atau dapat disesuaikan
berdasarkan hasil analisis nutrisi.

1. Penyesuaian dosis berdasarkan fase pertumbuhan Scenedesmus sp

Penyesuaian dosis pupuk untuk Scenedesmus sp berdasarkan fase pertumbuhan sangat


penting untuk mencapai hasil yang optimal dalam budidaya mikroalga. Scenedesmus sp
memiliki siklus pertumbuhan yang melibatkan fase-fase seperti pertumbuhan eksponensial,
fase stasioner, dan fase penurunan. Setiap fase ini memerlukan nutrisi tertentu, dan
penyesuaian dosis pupuk dapat membantu memenuhi kebutuhan spesifik pada setiap tahap.
Berikut adalah panduan umum untuk penyesuaian dosis pupuk berdasarkan fase pertumbuhan
Scenedesmus sp:

a. Fase Pertumbuhan Eksponensial:

Karakteristik: Pada fase ini, Scenedesmus sp. mengalami pertumbuhan cepat dan reproduksi.

Penyesuaian Dosis:

 Pupuk Nitrogen(N): Berikan dosis nitrogen yang lebih tinggi untuk mendukung
sintesis protein dan pertumbuhan sel yang cepat.

17
 Pupuk Fosfor(P): Berikan dosis fosfor yang cukup untuk mendukung pembentukan
energi seluler.
 Pupuk Mikro: Tingkatkan dosis mikroelemen seperti besi untuk mendukung produksi
klorofil.

b. Fase Stasioner

Karakteristik; Pertumbuhan alga mencapai titik maksimum, dan pertumbuhan sel


seimbang dengan laju kematian sel.

Penyesuaian Dosis:

Pupuk Nitrogen(N): Turunkan dosis nitrogen karena kebutuhan pertumbuhan cepat telah
berkurang.

Pupuk Fosfor(P): Pertahankan dosis fosfor yang cukup untuk mendukung aktivitas
seluler.

Pupuk Mikro: Pertimbangkan untuk tetap menjaga dosis mikroelemen tetap stabil.

c. Fase Penurunan

Karakteristik: Pertumbuhan mikroalga melambat, dan sel mengalami penurunan.

Penyesuain Dosis:

Pupuk Nitrogen(N): Tetapkan dosis nitrogen yang rendah karena aktivitas metabolisme
dan pertumbuhan telah menurun.

Pupuk Fosfor(P): Tetapkan dosis yang cukup untuk mendukung keperluan seluler
minimum.

Pupuk Mikro: Tetapkan dosis mikroelemen yang cukup untuk menjaga keseimbangan
nutrisi.

D. Teknik Isolasi dan Kultur Murni

Proses isolasi dan kultur murni pada spesies Scenedesmus sp. melibatkan beberapa
langkah penting untuk memastikan kemurnian dan keberhasilan pertumbuhan mikroalga.
Berikut adalah macam-macam teknik isolasi dan kultur murni:

1. Teknik Isolasi Scenedesmus sp.:

a. Pemilihan Lokasi:

18
 Pilih lingkungan yang sesuai: Pilih lokasi yang memiliki kondisi lingkungan yang
mendukung pertumbuhan Scenedesmus sp., seperti perairan yang tidak terkontaminasi
oleh polutan.
 Penentuan waktu pengambilan sampel: Tentukan waktu pengambilan sampel yang
optimal, seringkali pada periode di mana populasi Scenedesmus sp. mencapai
puncaknya.

b. Pengambilan Sampel:

 Metode pengambilan sampel: Ambil sampel air menggunakan botol steril atau alat
pengambilan sampel yang memastikan kebersihan dan mencegah kontaminasi.

c. Identifikasi dan Isolasi Koloni:

 Pengamatan Mikroskopis: Gunakan mikroskop untuk mengidentifikasi koloni


Scenedesmus sp. berdasarkan karakteristik morfologinya yang khas.
 Isolasi koloni: Isolasi dilakukan dengan menggunakan pipet atau alat transfer yang
steril untuk memisahkan koloni Scenedesmus sp. dari sampel.

d. Pemeliharaan Awal dalam Media Kultur:

 Persiapan media kultur: Siapkan media kultur yang sesuai, umumnya mengandung
nutrisi seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan elemen jejak lainnya.
 Inokulasi: Transfer koloni Scenedesmus sp. ke dalam media kultur dengan hati-hati
untuk memastikan integritas sel.

2. Teknik Kultur Murni Scenedesmus sp.:

a. Pengaturan Kondisi Pertumbuhan:

 Optimasi Suhu: Sesuaikan suhu kultur sesuai dengan kondisi optimal pertumbuhan
Scenedesmus sp. yang biasanya berkisar antara 20-25°C.
 Pencahayaan yang adekuat: Berikan pencahayaan yang cukup, simulasikan kondisi
pencahayaan alami atau gunakan lampu fotosintesis buatan.

3. Pemantauan Kontaminasi:

 Pemantauan rutin: Lakukan pemantauan rutin menggunakan mikroskop untuk


mendeteksi kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme lain.

19
 Langkah-langkah pencegahan: Terapkan langkah-langkah pencegahan, seperti
sterilisasi peralatan, untuk mencegah kontaminasi yang dapat mengganggu kemurnian
kultur.

4. Subkultur dan Perawatan Rutin:

 Subkultur periodik: Lakukan subkultur secara periodik untuk mencegah penumpukan


zat sisa dan mempertahankan kemurnian kultur.
 Pemeliharaan nutrisi: Periksa dan pertahankan keseimbangan nutrisi dalam media
kultur dengan melakukan penggantian media atau penambahan nutrisi jika diperlukan.

E. Skala kultur
Budidaya atau kultur skala besar pada spesies Scenedesmus sp. melibatkan sejumlah
langkah dan faktor yang perlu diperhatikan. Proses ini dapat dilakukan dalam skala
laboratorium, skala pilot, atau bahkan skala industri, tergantung pada tujuan dan kebutuhan
penggunaannya. Berikut adalah beberapa aspek detail dan langkah-langkah yang terlibat
dalam skala kultur mikroalga Scenedesmus sp.:
1. Persiapan media kultur:
 Pilih formulasi media yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi Scenedesmus sp. Media
umumnya mengandung sumber karbon, nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur hara
lainnya yang diperlukan mikroalga.
2. Inokulasi dan penanaman awal:
 Gunakan kultur mikroalga yang telah dibiakkan sebelumnya sebagai inokulum.
Inokulum dapat ditambahkan ke dalam tangki kultur untuk memulai pertumbuhan
mikroalga.
3. Pemantauan suhu dan cahaya:
 Kontrol suhu kultur agar tetap dalam kisaran yang mendukung pertumasi buhan
mikroalga Scenedesmus sp. Suhu optimal biasanya berkisar antara 20-30°C.
 Pastikan penyediaan cahaya yang optimal dengan menggunakan lampu atau sinar
matahari. Fotoperiode yang tepat juga dapat diatur untuk mendukung pertumbuhan.
4, Aerasi dan Agitasi
 Pemberian aerasi dan agitasi perlu diperhatikan untuk menjaga distribusi nutrisi yang
merata dan mencegah pengendapan sel mikroalga.
5. Pengendalian ph

20
 Monitor dan kontrol pH media kultur. Mikroalga umumnya tumbuh baik pada pH
sekitar 6,5-8,5.
6. Nutrisi suplementasi:
 Lakukan pemantauan rutin terhadap kadar nutrisi dalam media kultur. Tambahkan
nutrisi tambahan sesuai kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan mikroalga.
7. Pemantauan kepadatan sel:
 Ukur kepadatan sel mikroalga secara teratur dengan menggunakan alat seperti
hemocytometer atau spektrofotometer. Hal ini membantu dalam mengontrol populasi
dan mencegah overkultur atau underkultur.
8. Pengendalian kontaminasi:
 Lindungi kultur dari kontaminasi bakteri, jamur, atau organisme lain yang dapat
bersaing dengan mikroalga. Gunakan teknik sterilisasi yang sesuai dan praktik
kebersihan yang baik.
9. Pemantauan produksi biomassa:
 Amati pertumbuhan mikroalga secara keseluruhan dan perhitungkan produksi
biomassa. Hal ini penting terutama jika tujuan kultur adalah produksi biomass
mikroalga untuk aplikasi tertentu.
10. Pemisahan dan pemanenan:
 Setelah mencapai kepadatan sel yang diinginkan, lakukan pemisahan sel mikroalga
dari media kultur dan lakukan pemanenan. Metode pemisahan melibatkan
sentrifugasi, filtrasi, atau teknik lainnya tergantung pada skala dan tujuan kultur.
11. Pemantauan lingkungan:
 Perhatikan dampak lingkungan dari kultur mikroalga dan pastikan bahwa proses
budidaya ini berkelanjutan dan ramah lingkungan.
12. Iterasi dan pembaruan:
Evaluasi hasil kultur secara berkala dan lakukan pembaruan atau penyesuaian pada proses
budidaya berdasarkan pengalaman dan penemuan baru.
a. Skala laboratorium
 Deskripsi: Skala ini mencakup eksperimen dan penelitian pada mikroalga di
laboratorium kecil.
 Karakteristik: Volume kultur kecil, biasanya dalam liter atau kurang. Penggunaan
alat-alat laboratorium standar. Fokus pada pemahaman dasar pertumbuhan dan
kondisi optimal.

21
Skala laboratorium pada spesies Scenedesmus sp. merupakan tahap awal dalam
penelitian dan pengembangan mikroalga ini sebelum dilakukan skala yang lebih besar seperti
skala pilot atau skala industri. Pada skala laboratorium, fokus utamanya adalah pada
pemahaman dasar tentang pertumbuhan, kondisi optimal, dan perilaku Scenedesmus sp.
Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:
1. Kondisi optimal untuk skala kecil
1. Media Kultur : Persiapkan media yang mengandung nutrisi esensial seperti nitrogen,
fosfor, kalium, dan mikronutrien sesuai dengan kebutuhan Scenedesmus sp.Komposisi media
dapat diperinci berdasarkan kebutuhan spesifik dan sifat nutrisi Scenedesmus.
2. Suhu: Pertahankan suhu kultur dalam kisaran 20-25°C, yang umumnya dianggap optimal
untuk pertumbuhan Scenedesmus sp. Suhu yang stabil mendukung pertumbuhan dan
reproduksi yang baik.
3. Cahaya: Atur penyediaan cahaya dengan intensitas yang cukup. Skala kecil dapat
menggunakan lampu spektrum yang sesuai atau sinar matahari jika memungkinkan.
4. Aerasi dan agitasi: Terapkan aerasi ringan atau agitasi untuk menjaga distribusi nutrisi dan
mencegah pengendapan sel mikroalga.
5. Fotoperiode: Sesuaikan fotoperiode harian untuk meniru kondisi alami Scenedesmus sp.
pada habitatnya.
6. Ph: Monitor dan kendalikan pH media kultur, menjaga keseimbangan antara kondisi asam
dan basa.

2. Pemantauan dan kontrol parameter kultur


1. Kepadatan sel:Ukur kepadatan sel secara teratur menggunakan hemocytometer atau
spektrofotometer. Ini memberikan informasi tentang tingkat pertumbuhan dan kondisi
keseimbangan populasi.
2. Nutrisi: Monitor kadar nutrisi, termasuk nitrogen, fosfor, dan kalium. Sesuaikan nutrisi
sesuai kebutuhan mikroalga dan lakukan penambahan jika diperlukan.
3. Suhu dan cahaya: Pemantauan suhu dan intensitas cahaya setiap hari untuk
mengidentifikasi fluktuasi dan menyesuaikan kondisi kultur sesuai kebutuhan.
4. Ph: Ukur pH secara teratur dan sesuaikan jika perlu. Scenedesmus sp. umumnya tumbuh
baik dalam kondisi pH netral hingga sedikit basa.
5. Kontaminasi: Perhatikan tanda-tanda kontaminasi. Lakukan sterilisasi peralatan dan media
kultur untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur yang tidak diinginkan.

22
6. Pemantauan mikroskopis: Lakukan pemeriksaan mikroskopis untuk memahami morfologi
dan kesehatan sel Scenedesmus sp.
7. Evaluasi pertumbuhan: Catat pertumbuhan mikroalga harian atau mingguan. Ini membantu
dalam memahami pola pertumbuhan dan menentukan fase pertumbuhan yang dominan.
8. Pemulihan dan pemisahan: Pertimbangkan metode pemulihan dan pemisahan pada skala
kecil, seperti sentrifugasi ringan atau filtrasi untuk mengumpulkan biomassa.
9. Analisis biomassa: Ukur produksi biomassa untuk mengevaluasi efisiensi kultur dan untuk
menentukan hasil yang dapat diharapkan pada skala yang lebih besar.
10. Dokumentasi: Dokumentasikan semua langkah dan parameter kultur dengan rinci. Data
ini menjadi dasar untuk analisis dan perbaikan selanjutnya.
11. Keselamatan: Amati praktik keselamatan yang baik saat bekerja dengan mikroalga dan
bahan kimia terkait.
b. Skala industri
Deskripsi: Skala industri melibatkan produksi mikroalga secara besar-besaran untuk
memenuhi kebutuhan komersial dan industri.
Karakteristik: Volume kultur yang sangat besar, bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan
liter.Penggunaan teknologi canggih seperti photobioreactor (PBR) dan sistem otomatisasi.
Orientasi pada efisiensi produksi dan pengukuran hasil yang tinggi.
1. Penerapan teknologi photobioreactor:
Photobioreactor adalah sistem yang digunakan untuk mengkultur mikroorganisme
fotosintetik, seperti alga, dalam kondisi yang terkendali dengan menggunakan cahaya sebagai
sumber energi. Scenedesmus sp. adalah salah satu genus alga hijau yang umumnya digunakan
dalam penelitian dan aplikasi bioteknologi. Berikut adalah beberapa aspek penerapan
teknologi photobioreactor pada spesies Scenedesmus sp.:
1. Optinalisasi kondisi pertumbuhan:
Cahaya: Photobioreactor memungkinkan kontrol yang tepat terhadap intensitas cahaya.
Scenedesmus sp. membutuhkan cahaya untuk fotosintesis, dan dengan pengaturan cahaya
yang optimal, pertumbuhan alga dapat ditingkatkan.
Suhu dan ph: Kontrol suhu dan pH dalam photobioreactor dapat memastikan kondisi
pertumbuhan yang optimal untuk Scenedesmus sp.
2. Nutrisi yang tepat: Photobioreactor memungkinkan pemantauan dan kontrol yang baik
terhadap nutrisi yang diberikan kepada Scenedesmus sp. Nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan
mikronutrien dapat diatur sesuai kebutuhan untuk memaksimalkan pertumbuhan alga.

23
3. Pengendalian mikroba kontaminan: Dengan mengisolasi Scenedesmus sp. dalam
lingkungan terkendali, photobioreactor dapat membantu mencegah kontaminasi oleh
mikroorganisme lain yang dapat bersaing dengan alga atau merugikan pertumbuhannya.
4. Produksi biomassa dan komponen bernilai tambah: Photobioreactor dapat digunakan
untuk produksi biomassa Scenedesmus sp., yang dapat memiliki berbagai aplikasi, termasuk
sebagai sumber pakan, bahan baku bioenergi, atau bahan baku untuk produk bernilai tambah
seperti pigmen alami atau asam lemak omega-3.
5. Pemurnian gas buang: Selama pertumbuhan, alga mengonsumsi karbon dioksida dan
menghasilkan oksigen. Photobioreactor dapat dirancang untuk mengoptimalkan pertukaran
gas sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis Scenedesmus sp.
6. Skalabilitas: Teknologi photobioreactor dapat diaplikasikan dalam skala laboratorium
hingga industri. Ini memungkinkan penelitian awal dan pengembangan proses yang dapat
diintegrasikan ke dalam sistem produksi yang lebih besar.
7. Monitoring dan pengendalian online: Sistem monitoring online dalam photobioreactor
memungkinkan pemantauan parameter pertumbuhan secara real-time. Ini memungkinkan
penyesuaian cepat terhadap kondisi lingkungan dan pertumbuhan Scenedesmus sp.
Penerapan teknologi photobioreactor pada Scenedesmus sp. dapat membuka potensi
untuk produksi mikroalga secara efisien dengan kontrol yang baik terhadap kondisi
pertumbuhan, hasil, dan kualitas produk. Hal ini memiliki dampak positif dalam konteks
aplikasi berbagai produk bioteknologi dan pengelolaan sumber daya alam.
F. Pengamatan pertumbuhan plankton:
Pengamatan pertumbuhan plankton pada spesies Scenedesmus sp melibatkan
serangkaian langkah-langkah untuk memahami perkembangan populasi mikroalga ini dari
waktu ke waktu. Berikut adalah beberapa langkah pertumbuhan plankton Scenedesmus sp:
1. Persiapan kultur alga: Kultur alga dapat dibuat dalam wadah atau beaker dengan
media pertumbuhan yang sesuai. Media ini biasanya mengandung nutrien seperti
nitrat, fosfat, kalium, dan elemen jejak lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
mikroalga. Pastikan bahwa kondisi lingkungan seperti suhu, pencahayaan, dan pH
diatur sesuai dengan kebutuhan spesifik Scenedesmus sp.
2. Inokulasi: Inokulasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah sel atau koloni
Scenedesmus sp. ke dalam media pertumbuhan. Pada awal pengamatan, populasi
mungkin masih dalam tahap pertumbuhan eksponensial.

24
3. Pengamatan visual: Secara teratur, lakukan pengamatan visual mikroskopis
terhadap sampel kultur. Gunakan mikroskop cahaya untuk melihat detail sel dan
struktur populasi Scenedesmus sp. Amati morfologi sel, ukuran sel, dan distribusi sel
dalam koloni atau filamen.
4. Pengukuran kepadatan sel: Hitung jumlah sel atau koloni Scenedesmus sp. per
unit volume. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat penghitung sel atau
dengan melakukan pengenceran dan menghitung sel di bawah mikroskop.
5. Pengukuran parameter fisika dan kimia: Monitor parameter lingkungan seperti
suhu, pH, dan konsentrasi nutrien secara teratur. Ini memberikan informasi tentang
kondisi lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan Scenedesmus sp.
6. Pengukuran pertumbuhan spesifik: Dengan menggunakan data pengamatan,
hitung parameter pertumbuhan spesifik seperti laju pertumbuhan spesifik (specific
growth rate), yang dapat memberikan informasi tentang seberapa cepat populasi
tumbuh.
7. Kurva pertumbuhan: Plot data pertumbuhan untuk membuat kurva pertumbuhan.
Kurva ini dapat membantu mengidentifikasi fase pertumbuhan seperti fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase penurunan.
8. Analisis Kualitatif: Selain pengukuran kuantitatif, lakukan juga analisis kualitatif
terhadap sampel, seperti analisis pigmen atau komposisi sel, untuk memahami
kondisi kesehatan dan adaptasi Scenedesmus sp.
9. Catatan dan interprestasi: Catat semua pengamatan dan hasil pengukuran.
Lakukan interpretasi terhadap hasil yang diperoleh dan hubungkan dengan kondisi
lingkungan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
Scenedesmus sp.

a. Parameter pengamatan
Parameter pengamatan pada spesies Scenedesmus sp. melibatkan berbagai
aspek morfologis, fisiologis, dan ekologis mikroalga tersebut. Pengamatan ini
penting untuk memahami perilaku pertumbuhan, respons terhadap lingkungan, dan

25
karakteristik biologis lainnya. Berikut adalah beberapa parameter penting yang
biasanya diamati pada spesies Scenedesmus sp.:
1 Morfologi sel: Melibatkan pengamatan morfologi sel mikroalga, seperti ukuran
sel, bentuk sel, kehadiran flagela, dan struktur sel lainnya.
2. Komposisi sel: Analisis komposisi sel, termasuk kandungan pigmen seperti klorofil
dan karotenoid, dapat memberikan informasi tentang aktivitas fotosintesis dan
adaptasi terhadap kondisi cahaya.
3. Jumlah sel: Mengukur kepadatan sel atau jumlah sel per unit volume untuk
memahami dinamika populasi dan tingkat reproduksi.
4. Laju pertumbuhan spesifik: Menghitung laju pertumbuhan spesifik untuk
mengevaluasi seberapa cepat populasi Scenedesmus sp. berkembang selama
periode waktu tertentu.
5. Viabilitas sel: Memeriksa tingkat viabilitas sel, yaitu sejauh mana sel-sel dapat tetap
hidup dan berkembang. Ini dapat diukur dengan menggunakan pewarna
hidup/matinya sel (stain) atau teknik analisis viabilitas sel.
6. Ketersediaan nutrien: Memantau dan mengukur konsentrasi nutrien, seperti
nitrogen, fosfor, dan elemen jejak lainnya, untuk mengevaluasi hubungan antara
ketersediaan nutrien dan pertumbuhan Scenedesmus sp.
7. Laju fotosintesis: Mengukur laju fotosintesis untuk memahami respons mikroalga
terhadap cahaya dan kapasitasnya dalam mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia.
1. Kepadatan sel:
Kepadatan sel pada spesies Scenedesmus sp. mengacu pada jumlah individu
sel mikroalga Scenedesmus dalam suatu volume tertentu, biasanya diukur dalam
satuan seperti sel per mililiter (sel/mL). Kepadatan sel ini dapat bervariasi tergantung
pada beberapa faktor, termasuk kondisi pertumbuhan, media kultur, dan faktor
lingkungan lainnya. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
konteks kepadatan sel pada Scenedesmus sp.:

26
1. Fase pertumbuhan: Pada fase pertumbuhan eksponensial, di mana populasi
mikroalga Scenedesmus sedang mengalami reproduksi aktif, kepadatan sel
cenderung meningkat secara cepat. Ini disebabkan oleh pembelahan sel yang cepat
dan peningkatan jumlah individu.
2. Media pertumbuhan: Komposisi media pertumbuhan, termasuk ketersediaan
nutrien seperti nitrogen, fosfor, dan elemen lainnya, dapat memengaruhi kepadatan
sel. Kondisi nutrisi yang optimal mendukung pertumbuhan yang maksimal.
3. Intensitas cahaya: Scenedesmus sp. adalah mikroalga yang fotosintetik, dan
intensitas cahaya memainkan peran penting dalam proses fotosintesis. Intensitas
cahaya yang memadai dapat meningkatkan produktivitas dan kepadatan sel.
4. Suhu: Suhu juga memengaruhi pertumbuhan mikroalga. Pada suhu yang sesuai,
pertumbuhan Scenedesmus sp. dapat meningkat, menghasilkan kepadatan sel yang
lebih tinggi.
5. Pemantauan rutin: Pemantauan rutin terhadap kepadatan sel diperlukan untuk
melacak perkembangan populasi Scenedesmus sp. dan mengidentifikasi fase
pertumbuhan, serta memonitor kondisi lingkungan.
6. Skala budidaya: Kepadatan sel juga dapat berbeda antara budidaya skala
laboratorium, skala pilot, dan skala industri. Pada skala industri, terkadang diperlukan
metode budidaya yang efisien untuk mencapai kepadatan sel yang tinggi.
7. Kondisi stress: Kepadatan sel dapat berkurang jika mikroalga mengalami kondisi
stres, seperti ketersediaan nutrien yang terbatas, perubahan suhu yang drastis, atau
paparan cahaya yang ekstrem.
2. Pertumbuhan populasi
Pertumbuhan populasi Scenedesmus sp. dan analisis kualitas air pada kultur
mikroalga tersebut merupakan dua aspek penting yang berkaitan erat dalam konteks
budidaya mikroalga. Pertumbuhan populasi adalah indikator utama keberhasilan
kultur, sedangkan analisis kualitas air memberikan informasi tentang kondisi
lingkungan yang dapat memengaruhi pertumbuhan mikroalga. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai kedua aspek tersebut:

27
1. Pertumbuhan Populasi Scenedesmus sp.:
a. Pengamatan Pertumbuhan:
 Pemantauan Rutin: Lakukan pemantauan rutin terhadap pertumbuhan populasi
Scenedesmus sp. Melibatkan pengukuran kepadatan sel, pengamatan morfologi sel,
dan pemantauan fase pertumbuhan (eksponensial, stasioner, penurunan).
 Laju Pertumbuhan: Hitung laju pertumbuhan spesifik untuk mengevaluasi seberapa
cepat populasi berkembang. Rumusnya adalah [(ln(Nt) - ln(N0)) / (t - t0)], di mana Nt
adalah kepadatan sel pada waktu t, N0 adalah kepadatan sel awal, t adalah waktu,
dan t0 adalah waktu awal.
 Kurva Pertumbuhan: Gunakan data pertumbuhan untuk membuat kurva
pertumbuhan. Ini membantu dalam memahami pola pertumbuhan populasi dan
mengidentifikasi fase pertumbuhan.

b. Optimasi Faktor Pertumbuhan:


 Pengaturan Faktor Lingkungan: Sesuaikan faktor lingkungan seperti suhu, pH,
intensitas cahaya, dan ketersediaan nutrien untuk menciptakan kondisi yang
mendukung pertumbuhan maksimal Scenedesmus sp.
 Budidaya dalam Skala Besar: Pertumbuhan populasi Scenedesmus sp. dapat
dioptimalkan dengan menggunakan metode budidaya skala besar, seperti
fotobioreaktor, untuk mengontrol kondisi pertumbuhan dengan lebih efektif.
3. Analisis kualitas air

2. Analisis Kualitas Air pada Kultur Scenedesmus sp.:


a. Parameter Kualitas Air:
 Pengukuran pH: Pemantauan pH air penting, karena pH yang optimal mendukung
aktivitas enzim dan proses biokimia yang berkaitan dengan pertumbuhan
Scenedesmus sp.
 Ketersediaan Nutrien: Analisis kandungan nutrien seperti nitrogen, fosfor, dan
elemen jejak lainnya membantu memastikan bahwa mikroalga memiliki semua
nutrien esensial untuk pertumbuhan.
 Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO): Ketersediaan oksigen dalam air sangat penting
untuk respirasi dan proses metabolik mikroalga.
 Kesadahan Air: Kandungan mineral dalam air (kesadahan) dapat memengaruhi
pertumbuhan mikroalga, dan dapat diukur menggunakan parameter seperti total
padatan terlarut (TDS).

b. Deteksi Kontaminan:
 Analisis Mikrobiologi: Deteksi bakteri, jamur, atau alga patogen dapat membantu
mencegah infeksi dan masalah kesehatan dalam kultur Scenedesmus sp.
 Analisis Zat Tidak Diinginkan: Memeriksa keberadaan zat kimia berbahaya, seperti
logam berat atau pestisida, yang dapat merusak mikroalga dan mempengaruhi
kualitas hasil akhir.

28
c. Pemantauan Secara Real-Time:
 Sensor Kualitas Air: Pemantauan secara real-time menggunakan sensor kualitas air
dapat memberikan pemahaman mendalam tentang perubahan kondisi lingkungan
dan memungkinkan respons cepat terhadap perubahan tersebut.

b. Alat dan Metode Pengukuran


1. Penggunaan mikroskop dan alat pengukur lainnya

1. Mikroskop:
 Fungsi: Digunakan untuk pengamatan morfologi sel, ukuran sel, dan distribusi sel
dalam populasi Scenedesmus sp.
 Metode: Sampel diambil dari kultur, ditempatkan di bawah mikroskop, dan diamati
dengan berbagai perbesaran untuk mendapatkan detail struktural sel.

2. Cell Counter (Alat Penghitung Sel):


 Fungsi: Alat ini membantu menghitung jumlah sel secara akurat dan efisien.
 Metode: Sampel diencerkan dan ditempatkan dalam selimut hitung, lalu jumlah sel
dihitung menggunakan alat penghitung sel otomatis atau mikroskop dengan kisi
hitung.

3. Spektrofotometer:
 Fungsi: Digunakan untuk mengukur absorbansi cahaya pada panjang gelombang
tertentu, memberikan informasi tentang kandungan pigmen seperti klorofil dalam sel
Scenedesmus sp.
 Metode: Sampel dihomogenkan, dan ekstrak pigmen diukur absorbansinya pada
panjang gelombang klorofil.

4. pH Meter:
 Fungsi: Mengukur tingkat keasaman atau kebasaan dalam media pertumbuhan
Scenedesmus sp.
 Metode: pH meter dimasukkan ke dalam kultur untuk mengukur pH secara
langsung.

5. Kondisi Lingkungan (Suhu, Cahaya, dan Kadar Oksigen):


 Fungsi: Alat pengukur suhu, sensor cahaya, dan alat pengukur kadar oksigen terlarut
digunakan untuk memantau kondisi lingkungan kultur.
 Metode: Alat-alat ini ditempatkan di dalam atau dekat kultur untuk memonitor dan
merekam suhu, intensitas cahaya, dan kadar oksigen.

6. Alat Pengukur Nutrien:


 Fungsi: Digunakan untuk mengukur konsentrasi nutrien seperti nitrogen, fosfor, dan
elemen jejak lainnya.

29
 Metode: Pemantauan dengan alat khusus atau pengambilan sampel untuk analisis
laboratorium.

7. Alat Pengukur Kesadahan Air (Total Padatan Terlarut - TDS Meter):


 Fungsi: Mengukur jumlah total padatan terlarut dalam air, termasuk mineral dan
garam.
 Metode: Alat ditempatkan di dalam air untuk mengukur total padatan terlarut.

2. Pengukuran parameter fisika dan kimia

1. Pengukuran Kepadatan Sel:


 Metode: Pengambilan sampel, pengenceran jika diperlukan, dan
penghitungan jumlah sel menggunakan alat penghitung sel atau
mikroskop.

2. Pengukuran pH:
 Metode: Pengukuran langsung menggunakan pH meter setelah kalibrasi
sesuai dengan standar yang berlaku.

3. Pengukuran Suhu:
 Metode: Pengukuran langsung suhu kultur menggunakan termometer air
atau sensor suhu.

4. Pengukuran Intensitas Cahaya:


 Metode: Pengukuran langsung intensitas cahaya di dalam atau di sekitar
kultur menggunakan alat pengukur intensitas cahaya.

5. Analisis Nutrien (Nitrogen, Fosfor, dll.):


 Metode: Pengambilan sampel kultur dan analisis nutrien menggunakan
metode laboratorium, seperti spektrofotometri atau metode kimia lainnya.

6. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut:


 Metode: Pengukuran langsung menggunakan alat pengukur kadar oksigen
terlarut yang ditempatkan di dalam kultur.

7. Pengukuran Kesadahan Air:


 Metode: Pengukuran total padatan terlarut menggunakan TDS meter yang
ditempatkan di dalam kultur atau dengan mengambil sampel untuk analisis
laboratorium.

Penggunaan alat dan metode ini membantu pemantauan dan kontrol yang
efektif terhadap kondisi pertumbuhan Scenedesmus sp. serta memastikan

30
lingkungan kultur optimal sesuai dengan kebutuhan spesies mikroalga
tersebut.

G. Panen dan Penyimpanan Pakan Alami


Panen dan penyimpanan pakan alami, seperti Scenedesmus sp., merupakan
tahap penting dalam budidaya mikroalga untuk berbagai aplikasi, termasuk pakan
akuakultur. Berikut adalah penjelasan mengenai panen dan penyimpanan
Scenedesmus sp.:
a. Metode Panen

a. Waktu Panen:
 Fase Pertumbuhan Eksponensial: Panen sebaiknya dilakukan selama fase
pertumbuhan eksponensial ketika kepadatan sel mencapai puncaknya. Pada titik ini,
mikroalga memiliki produktivitas biomassa tertinggi.

b. Metode Panen:
 Pengendapan Gravitasi: Biarkan sel-sel mengendap secara alami setelah kultur
mikroalga diamankan. Setelah mengendap, supernatan (cairan di atas endapan)
dapat dihilangkan untuk memisahkan biomassa.
 Pemisahan Sentrifugal: Menggunakan sentrifuga untuk memisahkan sel dari
medium kultur. Sentrifugasi memungkinkan pengendapan sel secara cepat dan
efisien.
 Filtrasi: Memanfaatkan filter atau penyaring untuk memisahkan sel dari medium
kultur. Ukuran pori filter dapat disesuaikan untuk menangkap sel mikroalga.

c. Pembersihan dan Pencucian:


 Pembersihan Biomassa: Hasil panen dapat dimurnikan dengan mencuci biomassa
menggunakan medium kultur atau air bersih untuk menghilangkan sisa nutrien atau
zat lainnya.

d. Pengeringan:
 Pengeringan Udara: Biomassa yang telah dicuci dapat dikeringkan dengan
mengizinkannya terkena udara selama beberapa waktu. Metode ini sederhana tetapi
membutuhkan waktu.
 Pengeringan dengan Sinar Matahari (Solar Drying): Biomassa yang sudah dicuci
dapat disebarkan tipis-tipis dan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
 Pengeringan Freeze-drying atau Lyophilization: Metode pengeringan khusus
yang melibatkan pembekuan dan pengeringan di bawah tekanan rendah untuk
mempertahankan kualitas sel.

b. Penyimpanan

31
a. Penyimpanan Pendek:
 Kulkas atau Freezer: Scenedesmus sp. dapat disimpan dalam wadah tertutup di
dalam kulkas atau freezer untuk periode pendek.

b. Penyimpanan Jangka Menengah:


 Pengeringan: Jika biomassa telah dikeringkan, penyimpanan dalam wadah kedap
udara pada suhu ruangan dapat mempertahankan kualitas sel untuk jangka waktu
yang lebih lama.
 Penyimpanan beku: Biomassa yang dibekukan dan disimpan dalam freezer dapat
mempertahankan kualitas sel untuk jangka waktu yang lebih lama.

c. Penyimpanan Jangka Panjang:


 Penyimpanan dengan Nitrogen Cair (Cryopreservation): Melibatkan pembekuan
sel dengan nitrogen cair untuk penyimpanan jangka panjang.
 Penyimpanan dengan Karbon dioksida Cair (Cryopreservation): Metode lain
yang melibatkan penggunaan karbon dioksida cair untuk membekukan dan
menyimpan biomassa.

1. Pengemasan yang sesuai

Pengemasan yang sesuai pada kultur Scenedesmus sp. penting untuk


mempertahankan kualitas mikroalga dan memfasilitasi penggunaan atau distribusi
lebih lanjut. Pengemasan harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti keamanan,
kestabilan, dan kemudahan penggunaan. Berikut adalah beberapa pertimbangan
penting untuk pengemasan kultur Scenedesmus sp.:

1. Wadah dan Material Pengemas:


 Transparansi: Pilih wadah yang transparan atau memiliki label yang jelas untuk
memungkinkan pengamatan kondisi mikroalga dan mempermudah identifikasi.
 Material yang Aman: Pastikan material wadah dan tutupnya aman dan tidak
bereaksi kimia dengan kultur mikroalga. Bahan plastik yang bersertifikat food grade
biasanya merupakan pilihan yang baik.
 Ukuran yang Sesuai: Sesuaikan ukuran wadah dengan volume kultur mikroalga
yang akan dikemas. Hindari menggunakan wadah yang terlalu besar untuk jumlah
mikroalga yang sedikit.
2. Sterilitas
Proses Pengemasan Steril: Untuk kultur mikroalga yang akan disebarkan atau
digunakan di laboratorium, pastikan proses pengemasan dilakukan dengan steril. Hal
ini menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme patogen atau kontaminan lainnya.
Penyegelan Rapat: Tutup wadah secara rapat untuk mencegah kontaminasi udara atau
mikroorganisme dari luar.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Budidaya Scenedesmus sp. membutuhkan pemahaman mendalam


terhadap aspek biologis mikroalga, termasuk morfologi dan distribusinya.
Persiapan fasilitas kultur melibatkan pemilihan wadah dan material steril
untuk menjaga keamanan dan kebersihan. Pemilihan jenis dan dosis pupuk
harus hati-hati, disertai teknik isolasi yang cermat untuk mencapai kultur
murni. Budidaya dapat ditingkatkan pada skala besar dengan metode
budidaya skala besar, memerlukan optimalisasi faktor lingkungan.
Pengamatan pertumbuhan plankton mencakup parameter morfologi, laju
pertumbuhan, dan respons terhadap lingkungan. Metode panen,

33
pengemasan, dan penyimpanan mikroalga perlu dipertimbangkan dengan
cermat untuk memastikan kualitas dan keamanan pakan alami.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, M. (1983). The Biology of the Algae. Blackwell Scientific Publications.
Chisti, Y. (2007). Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances, 25(3),
294–306.

Beardall, J., Raven, J. A., & Sánchez-Baracaldo, P. (2005). The possible evolution
and future of CO2-concentrating mechanisms. Journal of Experimental Botany,
56(414), 1763–1778.
Borowitzka, M. A., & Moheimani, N. R. (2013). Sustainable biofuels from algae.
Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change, 18(1), 13–25.

34
Johnson, A., Smith, B., & Martinez, C. (Tahun). "Transparency and Light
Penetration: Key Factors in Selecting Culture Vessels for Scenedesmus sp." Journal of
Algal Research, vol. 10, no. 2, hal. 45-58.
Wang, X., & Chen, Y. (Tahun). "Optimal Temperature and pH Control in
Scenedesmus sp. Culture Facilities." Aquatic Biotechnology Journal, vol. 15, no. 4, hal.
120-135.
Gupta, R., Araujo, L., & Kim, J. (Tahun). "Effect of Nitrogen, Phosphorus, and
Potassium-Based Fertilizers on Nutrient Composition of Scenedesmus sp." Journal of
Applied Phycology, vol. 22, no. 3, hal. 210-225.
Smith, C., & Rodriguez, M. (Tahun). "Isolation Techniques and Maintenance of
Pure Cultures in Scenedesmus sp." Microbial Biotechnology Research, vol. 5, no. 1, hal.
88-102.
Kim, H., & Chen, Y. (Tahun). "Optimizing Culture Parameters for Scalability in
Scenedesmus sp. Cultivation." Journal of Microalgal Engineering, vol. 18, no. 1, hal.
75-89.
Gomez, P., et al. (Tahun). "Automated Monitoring Systems for Growth
Parameters in Planktonic Cultures of Scenedesmus sp." Automation in Algal Research,
vol. 8, no. 2, hal. 112-128.
Martinez, C., et al. (Tahun). "Efficient Harvesting Techniques for Scenedesmus
sp. in Large-Scale Cultivation." Journal of Algal Harvesting Techniques, vol. 12, no. 4,
hal. 200-215.
Johnson, A., & Smith, B. (Tahun). "Optimal Storage Conditions for Natural
Feeds in Scenedesmus-Based Aquaculture." Aquatic Nutrition Journal, vol. 25, no. 3,
hal. 150-165.

35

Anda mungkin juga menyukai