ABSTRAK
PENDAHULUAN
305
S. Abdullah dan Azwir K.
dipihak lain efisiensinya relatif rendah yaitu <40%, hal ini disebabkan pupuk K
seperti KCl mudah larut dan tercuci bersama air perkolasi atau terikat oleh liat
tipe 2:1. Jerami padi merupakan sumber K yang murah dan mudah tersedia,
karena lebih 80% kalium yang diserap tanaman terdapat pada jerami. Pada tanah
yang kandungan K dapat ditukar (K-dd) relatif tinggi, tanpa pemupukan K, atau
tanpa penggunaan bahan organik (pupuk kandang atau kompos jerami) produksi
padi tidak menurun (Adiningsih et al., 1993).
Pada saat ini harga pupuk buatan cenderung semakin meningkat, hal ini
disebabkan sebagian bahan pupuk diimpor sepertihalnya pupuk KCl. Sedangkan
pupuk Urea membutuhkan energi yang cukup banyak dalam prosesingnya,
disamping itu usaha budidaya yang intensif juga menyebabkan kerusakan
tanah/lahan karena diolah secara terus-menerus. Oleh karena itu, peluang
penggunaan bahan organik menjadi sangat besar, apalagi pada daerah-daerah
tertentu, dimana bahan organik banyak tersedia. Manfaat penggunaan bahan
organik untuk padi sawah telah banyak diteliti. Seperti yang dilaporkan oleh Lubis
et al (1986) serta Rochmana dan Hidayat (1992), bahwa pemberian bahan
organik pada lahan sawah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti;
pembentukan agregat khelat atau granulasi tanah serta meningkatkan
permabilitas dan porositas tanah. Syarifuddin (1990) menambahkan, disamping
perbaikan struktur tanah, pemberian bahan organik juga dapat meningkatkan
ketersediaan beberapa unsure hara seperti phosfat (P) dan kalium (K) serta
dapat dapat menyumbangkan hara makro lainnya yang dibutuhkan tanaman.
306
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
307
S. Abdullah dan Azwir K.
Urea, kemudian sisa pupuk KCl diberikan pada umur 30 HST bersamaan dengan
1/3 bagian Urea. Sedangkan pada Perlakuan B (50% K Rekomendasi+1 t/ha
Pukan) dan Perlakuan C (50% K Rekomendasi+1 t/ha Kompos Jerami), seluruh
pupuk KCl diberikan pada umur 7 HST. Aplikasi bahan organik baik pupuk
kandang (Pukan) atau kompos jerami diberikan secara sebar rata pada
pengolahan tanah terakhir. Hama penggerek batang, dan kepinding tanah
dikendalikan dengan insektisida yang berbahan aktif Carbofuran (Curater)
sebanyak 18 kg/ha. Insektisida ini dicampur dengan pupuk dan diaplikasikan
secara sebar rata pada saat pemupukan dasar. Untuk pengendalian hama
walang sangit digunakan insektisida Riphcord dengan takaran 2 ml/liter air.
Pencegahan penyakit blas daun (leaf blast) disemprot dengan fungisida Fujiwan
pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), dan untuk penyakit blast leher
(neck blast) pada saat inisiasi malai. Pengendalian gulma dilakukan secara
manual (siang dengan tangan) sebanyak 2 kali, masing-masing pada umur 3 dan
6 MST.
308
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
309
S. Abdullah dan Azwir K.
Pertumbuhan tanaman
310
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
dengan semua perlakuan lainnya terpendek (95,6 cm) terlihat pada Perlakuan F
(Tanpa pupuk KCl, tanpa bahan organik). Kondisi ini memperlihatkan bahwa
pemberian pupuk KCl menurut rekomendasi atau kombinasi pupuk K dengan
bahan organik sangat peting untuk pertumbuhan tanaman (Sahar et al. 2000b)
Jumlah gabah per malai terbanyak (129,2 gabah per malai) didapatkan
dengan Perlakuan A, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B maupun
dengan Perlakuan C. Persentase gabah bernas tertinggi didapatkan dengan
Perlakuan A, kemudian diikuti dengan aplikasi 50% pupuk K yang dikombinasikan
dengan bahan organik. Hal yang relatif sama juga terlihat terhadap bobot 1.000
biji, dimana aplikasi pupuk K menurut rekomendasi atau aplikasi 50% pupuk K
yang dikombinasikan dengan bahan organik pupuk kandang atau dengan
kompos jerami (Perlakuan B atau Perlakuan C). Kondisi ini membuktikan bahwa
aplikasi pupuk K menurut rekomendasi, atau aplikasi pupuk 50% rekomendasi
311
S. Abdullah dan Azwir K.
yang dikombinasikan dengan bahan organik Pupuk kandang atau kompos jerami
memberikan pengaruh positif terhadap keragaan komponen hasil padi sawah
yang ditanam pada lahan sawah kahat kalium (K). Hal ini disebabkan karena hara
kalium (K) sangat penting untuk pembentukan gabah dan proses pengisian biji
(Syarifuddin, 1990).
Data hasil gabah kering panen (GKP) pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
aplikasi pupuk K rekomendasi, tanpa pemberian bahan organik (Perlakuan A),
atau aplikasi pupuk K sebanyak 50% rekomendasi yang dikombinasikan dengan
bahan organik pupuk kandang (Perlakuan B), atau kombinasi pupuk K dengan
kompos jerami (Perlakuan C) efektif meningkatkan hasil, masing-masing
perlakuan memberikan hasil lebih tinggi 16,4%; 19,2% dan 18,4% dibanding
dengan tanpa aplikasi pupuk K, dan tanpa pemberian bahan organik (Perlakuan
F).
Tabel 4. Pengaruh aplikasi pupuk K (kalium) dan bahan organik terhadap hasil
dan indeks hasil padi sawah di Kasan Padang-Pariaman, MH.
2007/2008.
Perlakuan Hasil GKP Indeks Hasil
t/ha %
A. K Rekomendasi, tanpa bahan organik 6.778 a 116,4
B. 50% K Rekom + 1 t/ha Pukan sapi 6.945 a 119,2
C. 50% K rekom + 1 t/ha Kompos jerami 6.896 a 118,4
D. Tanpa KCl, 2 t/ha Pukan sapi 6.540 ab 112,3
E. Tanpa KCl, 2 t/ha kompos Jerami 6.306 ab 108,3
F. Tanpa KCl, tanpa bahan organik 5.824 b 100,0
Angka selajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
DNMRT 5%. Keterangan: Rekomendasi pupuk K = 75 kg/ha
312
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
Dari penelitian ini dapat dikemukan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. 2000. Pengaruh pupuk P dan bahan organik terhadap hasil padi
gogo di lahan masam Sitiung. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil
Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Buku I. Hal. 168-173. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang
Pertanian.
Adiningsih, J.S.,S. Rochayati , D. Setyorini, dan M. Sudjadi. 1993. Efisiensi
penggunaan pupuk pada lahan sawah. Risalah Seminar Hasil Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
____________, dan M. Soepartini. 1995. Pengelolaan pupuk pada sistem
usahatani sawah. Makalah disajikan dalam Lokakarya Metodologi
313
S. Abdullah dan Azwir K.
314