Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS PUPUK KALIUM DAN/ATAU BAHAN ORGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH PADA


LAHAN SAWAH KAHAT KALIUM DI KASANG,
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

S. Abdullah dan Azwir K.

BPTP Sumatera Barat

ABSTRAK

Efektifitas pupuk K (kalium) dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan


hasil padi sawah pada lahan sawah kahat K (kalium). Penelitian dilaksanakan
pada lahan sawah petani kahat kalium di Kasang, kabupaten Padang Pariaman
pada MH 2007/2008. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas
pupuk kalium dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah di
lahan sawah kahat K. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok
dengan 4 kali ulangan dan 6 perlakuan. Perlakuan terdiri dari; (A) pemupukan K
rekomendasi (75 kg/ha KCl), tanpa bahan organik, (B) {½ rekomendasi pupuk K
(37,5 kg/ha KCl) + 1 t/ha pukan sapi}, (C) {½ rekomendasi pupuk K (37,5 kg/ha
KCl) + 1 t/ha kompos jerami}, (D) {2 t/ha pukan sapi, tanpa pupuk K}, (E) {2 t/ha
kompos jerami, tanpa pupuk K), dan (F) Tanpa pupuk K dan tanpa bahan
organik. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kadar K-dd lahan sawah petani
lokasi penelitian di Kasang tergolong sangat rendah (0,09 me/100 g tanah).
Varietas padi sawah IR 42 yang ditanam dengan sistem tanam legowo 4:1 (jarak
20 x 10 x 40 cm) digunakan sebagai tanaman indikator. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi pupuk K sebanyak 75 kg/ha, tanpa bahan organik
(Perlakuan A), maupun kombinasi pupuk K dengan bahan organik (Perlakuan B,
atau Perlakuan C) nyata meningkatkan hasil per satuan luas tanam dibanding
dengan perlakuan tanpa pupuk K dan tanpa pupuk organik (Perlakuan F),
masing-masing meningkat 16,4% dengan perlakuan A, 19,2% dengan perlakuan
B, dan 18,4% dengan perlakuan C. Sedangkan aplikasi bahan organik Pukan
sapi, tanpa pupuk K (Perlakuan D) atau kompos jerami, tanpa pupuk K
(Perlakuan E) juga mampu meningkatkan hasil, masing-masing 12,3% dan 8,3%.

PENDAHULUAN

Berdasarkan peta kalium (K) yang dikeluarkan oleh Puslittanak (1995),


tercatat seluas 60.000 ha lahan sawah di Sumatera Barat mengadung unsur K
tinggi, 110.000 ha dengan kadar K sedang, dan sekitar 50.000 ha dengan kadar
K rendah. Penggunaan pupuk K telah direkomendasikan sejak tahun 1977 dan
telah digunakan oleh petani. Pengadaan pupuk K harus diimpor, sedangkan

305
S. Abdullah dan Azwir K.

dipihak lain efisiensinya relatif rendah yaitu <40%, hal ini disebabkan pupuk K
seperti KCl mudah larut dan tercuci bersama air perkolasi atau terikat oleh liat
tipe 2:1. Jerami padi merupakan sumber K yang murah dan mudah tersedia,
karena lebih 80% kalium yang diserap tanaman terdapat pada jerami. Pada tanah
yang kandungan K dapat ditukar (K-dd) relatif tinggi, tanpa pemupukan K, atau
tanpa penggunaan bahan organik (pupuk kandang atau kompos jerami) produksi
padi tidak menurun (Adiningsih et al., 1993).

Pada saat ini harga pupuk buatan cenderung semakin meningkat, hal ini
disebabkan sebagian bahan pupuk diimpor sepertihalnya pupuk KCl. Sedangkan
pupuk Urea membutuhkan energi yang cukup banyak dalam prosesingnya,
disamping itu usaha budidaya yang intensif juga menyebabkan kerusakan
tanah/lahan karena diolah secara terus-menerus. Oleh karena itu, peluang
penggunaan bahan organik menjadi sangat besar, apalagi pada daerah-daerah
tertentu, dimana bahan organik banyak tersedia. Manfaat penggunaan bahan
organik untuk padi sawah telah banyak diteliti. Seperti yang dilaporkan oleh Lubis
et al (1986) serta Rochmana dan Hidayat (1992), bahwa pemberian bahan
organik pada lahan sawah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti;
pembentukan agregat khelat atau granulasi tanah serta meningkatkan
permabilitas dan porositas tanah. Syarifuddin (1990) menambahkan, disamping
perbaikan struktur tanah, pemberian bahan organik juga dapat meningkatkan
ketersediaan beberapa unsure hara seperti phosfat (P) dan kalium (K) serta
dapat dapat menyumbangkan hara makro lainnya yang dibutuhkan tanaman.

Dalam budidaya padi sawah, kehilangan K oleh pencucian hampir/dapat


mendekati jumlah K yang terbawa saat panen (Brady, 1984) dan lebih besar
terjadi pada tanah berpasir. Dengan tingkat hasil 6 t/ha GKP, jumlah hara K yang
terangkut melalui jerami padi berkisar 40-70 kg K2O/ha (Rahman, 1993).
Kekahatan hara K juga dapat terjadi akibat pemupukan N dan P dengan takaran
tinggi (Adiningsih dan Soepartini, 1995). Tanaman yang kekurangan K ditandai
dengan pertumbuhan tanaman yang kerdil, daun pendek dan berwarna hijau
gelap serta terkulai, dan pada daun tua terjadi penguningan dekat bagian tulang
daun yang dimulai dari ujung daun, kemudian daun berubah warna menjadi
coklat terang dan munculnya bercak coklat mirip dengan gejala penyakit pada
bagian daun yang berwarna hijau gelap (Tanaka dan Yoshida, 1975). Dari total K
tanah hanya, hanya sekitar 2% yang tersedia bagi tanaman, yaitu K dalam
larutan tanah dan K dapat ditukar (K-dd), sisanya dalam bentuk K tidak tersedia
dan K tersedia lambat (Adiningsih dan Soepartini, 1995).

306
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah

Disamping pemberian pupuk makro seperti N, P dan K, pemberian bahan


organik juga sangat diperlukan bagi tanaman. Dalam upaya untuk meningkatkan
produktivitas lahan pemberian bahan organik menjadi sangat penting, karena
bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga
mampu meningkatkan efisiensi pemupukan dan sekaligus memberi peluang
meningkatkan produktivitas lahan (Abdullah, 2000). Pada umumnya petani
tidak/belum mampu menyediakan bahan organik dalam jumlah banyak, sehingga
produktivitas lahan pada lahan kahat unsur hara relatif rendah. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk kalium dan bahan organik terhadap
pertumbuhan dan hasil padi sawah pada lahan sawah kahat hara K.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah petani di Kasang, kecamatan


Batang Anai, kabupaten Padang Pariaman, pada MH 2007/2008. Rancangan
perlakuan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat kali ulangan
dan 6 perlakuan. Perlakuan terdiri dari; (A) pemupukan K rekomendasi (75 kg/ha
KCl), tanpa bahan organik, (B) {½ rekomendasi pupuk K (37,5 kg/ha KCl) + 1 t/ha
pukan sapi}, (C) {½ rekomendasi pupuk K (37,5 kg/ha KCl) + 1 t/ha kompos
jerami}, (D) {2 t/ha pukan sapi, tanpa pupuk K}, (E) {2 t/ha kompos jerami, tanpa
pupuk K), dan (F) Tanpa pupuk K dan tanpa bahan organik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar K-dd lahan sawah petani lokasi penelitian di Kasang
tergolong sangat rendah (0,09 me/100 g tanah). Sebagai tanaman indikator
digunakan varietas padi sawah IR42 yang ditanam dengan sistem tanam legowo
(jarak tanam: 20 x 10 x 40 cm). Lahan diolah sempurna dengan menggunakan
traktor, kemudian digaru dan diratakan, Persemaian dilakukan secara basah, bibit
ditanam pindahkan pada umur 17 hari di persemaian, dengan jumlah bibit 2-3
batang bibit per rumpun tanam. Pupuk P diberikan sebanyak 100 kg/ha pupuk
SP36, dan urea sebanyak 200 kg/ha. Sedangkan pupuk K dalam bentuk KCl dan
pupuk organik (Pupuk kandang atau kompos jerami padi) diberikan sesuai
menurut perlakuan. Untuk seluruh perlakuan semua pupuk pupuk SP36 dan 1/3
bagian urea diberikan pada umur 7 hari setelah tanam (HST). Kemudian sisa
pupuk urea diberikan masing-masing 1/3 bagian pada umur 30 dan 52 HST.
Sedangkan pupuk KCl diberikan menurut perlakuan. Pada perlakuan A
(Pemupukan Rekomendasi, tanpa bahan organik) ½ bagian pupuk KCl diberikan
pada umur 7 HST, yaitu bersamaan dengan semua pupuk SP36 dan 1/3 bagian

307
S. Abdullah dan Azwir K.

Urea, kemudian sisa pupuk KCl diberikan pada umur 30 HST bersamaan dengan
1/3 bagian Urea. Sedangkan pada Perlakuan B (50% K Rekomendasi+1 t/ha
Pukan) dan Perlakuan C (50% K Rekomendasi+1 t/ha Kompos Jerami), seluruh
pupuk KCl diberikan pada umur 7 HST. Aplikasi bahan organik baik pupuk
kandang (Pukan) atau kompos jerami diberikan secara sebar rata pada
pengolahan tanah terakhir. Hama penggerek batang, dan kepinding tanah
dikendalikan dengan insektisida yang berbahan aktif Carbofuran (Curater)
sebanyak 18 kg/ha. Insektisida ini dicampur dengan pupuk dan diaplikasikan
secara sebar rata pada saat pemupukan dasar. Untuk pengendalian hama
walang sangit digunakan insektisida Riphcord dengan takaran 2 ml/liter air.
Pencegahan penyakit blas daun (leaf blast) disemprot dengan fungisida Fujiwan
pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST), dan untuk penyakit blast leher
(neck blast) pada saat inisiasi malai. Pengendalian gulma dilakukan secara
manual (siang dengan tangan) sebanyak 2 kali, masing-masing pada umur 3 dan
6 MST.

Pemberian air disesuaikan dengan stadia pertumbuhan tanaman;


Pelaksanaan tanam bibit pada kondisi air macak-macak. Pada umur 3-7 hari
setelah tanam petakan sawah diairi sekitar 3 cm, dan dibiarkan (tanpa diberi air)
sampai selesai pemupukan dasar. 3-5 hari setelah pemupukan pertama sampai
waktu siang I dan pemupukan susulan, petakan sawah digenangi lagi setinggi 3-5
cm. Petakan sawah dikeringkan sekitar umur 10-14 hari menjelang panen.
Pelaksanaan panen dilaksanakan dengan melihat keragaan tanaman, yaitu
dengan kriteria 95% gabah telah menguning. Untuk mempercepat proses hasil
panen maka perontokan gabah dilakukan dengan menggunakan tresher.

Parameter yang diamati adalah analisis contoh tanah sebelum


pelaksanaan tanam, pertumbuhan tanaman yang meliputi; jumlah anakan
maksimum dan tinggi tanaman, komponen hasil meliputi; jumlah malai per satuan
luas (jumlah malai/m2), jumlah gabah per malai, persentase gabah bernas, dan
bobot 1.000 biji, dan hasil gabah pada kadar air gabah (KA) 14%.

308
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisitik sifat kimia tanah

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah sawah di lokasi pengkajian


Kasang Kabupaten Padang Pariaman mempunyai pH agak masam dengan kadar
K-dd, Ca-dd, dan Mg-dd tergolong sangat rendah. N-total sedang dan P tersedia
sedang. Kadungan K potensial (ekstrak HCl 25%) tergolong rendah yaitu 9,2 mg
K2O/100g tanah. Disamping itu, tanah ini mempunyai porositas relatif tinggi.
Menurut Puslittanak (1995), rekomendasi pupuk K pada daerah ini minimal 50
kg/ha KCl, sedangkan menurut Pembina Bimas Propinsi Sumatera Barat (1998)
pemupukan K minimal sebanyak 100 kg/ha pupuk KCl. Pada penelitian ini
ditetapkan pemupukan K menurut rekomendasi yaitu sebanyak 75 kg/ha pupuk
KCl.
Lokasi penelitian merupakan daerah kahat hara K, kekurangan hara K
pada lahan ini diperlihatkan dengan adanya gejala bercak coklat pada daun padi
sawah. Dari hasil analisis tanah awal ternyata kandungan K potensial termasuk
kriteria sangat rendah. Di samping itu, kadar Ca-dd dan mg-dd juga sangat
rendah. Kadar N-total sedang, dengan kadar P tersedia juga tergolong sedang
(26,4 mg P2O5/100 g) (Table 1). Disamping itu, tanah lokasi penelitian juga
mempunyai tekstur agak berpasir sehingga hara K riskan tercuci, oleh karena itu
diharapkan dengan pemberian bahan organik dapat meningkatkan efektivitas
pemupuk K pada lahan ini.

Tabel 1. Karakteristik kimia tanah sawah di Kasang, Kecamatan Batang Anai.


Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. MH. 2007/2008.
Sifat kimia tanah Nilai Kriteria
pH (H2O) 5,14 Masam
pH (HCl) 4,26 Masam
C-organik (%) 2,24 Sedang
N (%)
0,29 Sedang
C/N
P2O5 (ekstrak HCl 25%) 7,72 Rendah
(mg/100g) 26,4 Sedang
K2O (ekstrak HCl 25%) 9,2 Sedang
(mg/100g) 32,85 Sedang
P Bray 2 (ppm) 0,09 Sangat Rendah
K-dd (me/100 g) 0,96 Sangat Rendah
Ca-dd (me/100 g)
0,16 Sangat Rendah
Mg-dd (me/100 g)
Cu (ppm) 2,62 Sangat Rendah
Zn (ppm) 6,25 Sangat Rendah
Keterangan: Kriteria nilai berdasarkan pada Hardjowigeno, 1987.

309
S. Abdullah dan Azwir K.

Pertumbuhan tanaman

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian pupuk K rekomendasi


(75 kg/ha KCl) atau pemupukan K 50% Rekomendasi (37,5 kg/ha KCl) yang
dikombinasikan dengan 1 t/ha bahan organik (baik pupuk kandang maupun
kompos jerami) efektif meningkatkan jumlah anakan maksimum dibanding
dengan perlakuan tanpa pemupukan K dan tanpa bahan organik (Perlakuan F)
dan dengan perlakuan 2 t/ha kompos jerami, tanpa pupuk K (Perlakuan E) (Tabel
2).

Tabel 2. Pengaruh aplikasi pupuk K (kalium) dan bahan organik terhadap


Pertumbuhan padi sawah di Kasang, Padang-Pariaman, MH.
2007/2008.
Perlakuan pemupukan kalium dan/atau bahan
Jumlah anakan Tinggi tanaman
organik
2
btg/m cm
A. K Rekomendasi, tanpa bahan organik 442 a 101,4 a
B. 50% K Rekomendasi + 1 t/ha Pukan sapi 429 a 102,8 a
C. 50% K Rekomendasi + 1 t/ha Kompos jerami 434 a 98,8 ab
D. Tanpa KCl, 2 t/ha Pukan sapi 398 ab 101,8 a
E. Tanpa KCl, 2 t/ha kompos Jerami 381 b 98,3 ab
F. Tanpa KCl, tanpa bahan organic 386 b 95,6 b
Angka selajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
DNMRT 5%. Keterangan: Rekomendasi pupuk K = 75 kg/ha

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium sesuai kebutuhan


atau pupuk K yang dikombinasikan dengan bahan organik sangat diperlukan
untuk mendorong pembentukan anakan pada lahan sawah kahat K. Hasil
penelitian Sahar et al (2000a.) juga melaporkan bahwa pemberian pupuk K
sesuai rekomendasi (75 kg/ha pupuk KCl) pada lahan sawah kahat hara K
meningkatkan pertumbuhan dan hasil padi sawah secara nyata. Data pada Tabel
2 juga memperlihatkan bahwa Perlakuan tanpa pemupukan hanya dapat
dikompensasi dengan pemberian bahan organik pupuk kandang sebanyak 2 t/ha.
Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman saat panen menujukkan bahwa
pemupukan K rekomendasi 75 kg/ha KCl (Perlakuan A), atau pemberian bahan
organik sebanyak 2 t/ha pupuk kandang, tanpa KCl (Perlakuan D), atau
perlakuan kombinasi keduanya, 37,5 kg/ha KCl + 1 t/ha Pukan sapi (Perlakuan B)
nyata meningkatkan tinggi tanaman. Sedangkan kombinasi pupuk K dengan
Kompos Jerami (Perlakuan C) atau aplikasi 2 t/ha Kompos Jerami saja tanpa
pupuk K (Perlakuan E) memperlihatkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata

310
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah

dengan semua perlakuan lainnya terpendek (95,6 cm) terlihat pada Perlakuan F
(Tanpa pupuk KCl, tanpa bahan organik). Kondisi ini memperlihatkan bahwa
pemberian pupuk KCl menurut rekomendasi atau kombinasi pupuk K dengan
bahan organik sangat peting untuk pertumbuhan tanaman (Sahar et al. 2000b)

Keragaan komponen hasil

Data komponen hasil pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk


K Rekomendasi (Perlakuan A), atau kombinasi pupuk K dengan pupuk kandang
(Perlakuan B) nyata memberikan jumlah malai lebih tinggi dibanding dengan
Perlakuan E (Tanpa KCl, 2 t/ha kompos jerami) dan dengan Perlakuan F (Tanpa
KCl dan tanpa bahan organik).

Tabel 3. Pengaruh aplikasi pupuk K (kalium) dan bahan organik terhadap


komponen hasil padii sawah di Kasang, Padang-Pariaman, MH
2007/2008
Perlakuan pemupukan kalium Jumlah Jumlah Persen- Bobot
dan/atau bahan organik malai gabah/ tase 1.000 biji
malai bernas
2
malai/m biji % g
A. K Rekomendasi, tanpa bahan 337 a 129,2 a 87,0 a 25,2 a
organik 329 a 122,5 ab 85,9 ab 25,4 a
B. 50% K Rekom + 1 t/ha Pukan sapi 314 ab 115,0 ab 83,3 b 24,9 a
C. 50% K rekom + 1 t/ha Kompos 318 ab 108,6 bc 82,6 b 24,2 ab
jerami D. Tanpa KCl, 2 t/ha Pukan 309 b 94,8 c 81,2 b 22,5 b
sapi 282 b 90,2 c 82,7 b 23,0 b
E. Tanpa KCl, 2 t/ha kompos Jerami
F. Tanpa KCl, tanpa bahan organik
Angka selajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
DNMRT 5%. Keterangan: Rekomendasi pupuk K = 75 kg/ha

Jumlah gabah per malai terbanyak (129,2 gabah per malai) didapatkan
dengan Perlakuan A, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B maupun
dengan Perlakuan C. Persentase gabah bernas tertinggi didapatkan dengan
Perlakuan A, kemudian diikuti dengan aplikasi 50% pupuk K yang dikombinasikan
dengan bahan organik. Hal yang relatif sama juga terlihat terhadap bobot 1.000
biji, dimana aplikasi pupuk K menurut rekomendasi atau aplikasi 50% pupuk K
yang dikombinasikan dengan bahan organik pupuk kandang atau dengan
kompos jerami (Perlakuan B atau Perlakuan C). Kondisi ini membuktikan bahwa
aplikasi pupuk K menurut rekomendasi, atau aplikasi pupuk 50% rekomendasi

311
S. Abdullah dan Azwir K.

yang dikombinasikan dengan bahan organik Pupuk kandang atau kompos jerami
memberikan pengaruh positif terhadap keragaan komponen hasil padi sawah
yang ditanam pada lahan sawah kahat kalium (K). Hal ini disebabkan karena hara
kalium (K) sangat penting untuk pembentukan gabah dan proses pengisian biji
(Syarifuddin, 1990).

Hasil dan indeks hasil

Data hasil gabah kering panen (GKP) pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
aplikasi pupuk K rekomendasi, tanpa pemberian bahan organik (Perlakuan A),
atau aplikasi pupuk K sebanyak 50% rekomendasi yang dikombinasikan dengan
bahan organik pupuk kandang (Perlakuan B), atau kombinasi pupuk K dengan
kompos jerami (Perlakuan C) efektif meningkatkan hasil, masing-masing
perlakuan memberikan hasil lebih tinggi 16,4%; 19,2% dan 18,4% dibanding
dengan tanpa aplikasi pupuk K, dan tanpa pemberian bahan organik (Perlakuan
F).

Tabel 4. Pengaruh aplikasi pupuk K (kalium) dan bahan organik terhadap hasil
dan indeks hasil padi sawah di Kasan Padang-Pariaman, MH.
2007/2008.
Perlakuan Hasil GKP Indeks Hasil
t/ha %
A. K Rekomendasi, tanpa bahan organik 6.778 a 116,4
B. 50% K Rekom + 1 t/ha Pukan sapi 6.945 a 119,2
C. 50% K rekom + 1 t/ha Kompos jerami 6.896 a 118,4
D. Tanpa KCl, 2 t/ha Pukan sapi 6.540 ab 112,3
E. Tanpa KCl, 2 t/ha kompos Jerami 6.306 ab 108,3
F. Tanpa KCl, tanpa bahan organik 5.824 b 100,0
Angka selajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut
DNMRT 5%. Keterangan: Rekomendasi pupuk K = 75 kg/ha

Relatif lebih tingginya hasil dengan ketiga perlakuan tersebut, terutama


disebabkan oleh relatif lebih tinggi komponen hasil yang didapatkan (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk K menurut rekomendasi berdasarkan
hasil analis tanah, atau aplikasi pupuk K sebanyak 50% rekomendasi yang
dikombinasikan dengan 1 t/ha pupuk kandang (Pelakuan B), atau kombinasi 50%
pupuk K rekomendasi dengan 2 t/ha kompos jerami (Perlakuan C) cukup efektif
meningkatkan hasil gabah. Perlakuan tanpa pemupukan K dengan pemberian
bahan organik 2 t/ha pupuk kandang (Perlakuan D) atau 2 t/ha kompos jerami

312
Efektivitas Pupuk Kalium dan/Atau Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah

(Perlakuan E) juga meningkatkan hasil, masing-masing 12,3% dan 8,3%


dibanding dengan Perlakuan F (Tanpa pupuk K, dan tanpa bahan organik).
Soetoro et al (1988) menyatakan bahwa waktu pemberian pupuk dengan takaran
dan waktu yang tepat akan memberikan hasil yang tinggi, sekaligus juga dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat dikemukan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Lahan sawah lokasi penelitian pH agak masam, K-dd,Ca-dd dan Mg-dd


sangat rendah, N-total, C-organik dan P tersedia tergolong sedang. Lokasi
pengkajian kahat K dengan kandungan K potential 9,2 mg K2O/100 g tanah,
dan kadar K-dd 0,09 me/100 g tanah.

2. Aplikasi pupuk K sebanyak 75 kg/ha KCl, tanpa bahan organik (Perlakuan


A), Perlakuan B (37,5 kg/ha KCl + 1 t/ha Pukan), atau Perlakuan C (37,5
kg/ha KCl + 1 t/ha Kompos jerami) efektif meningkatkan hasil gabah,
masing-masing 16,4%; 19,2% dan 18,4% di banding dengan Perlakuan F
(Tanpa pupuk K, dan Tanpa bahan organik).

3. Perlakuan D (2 t/ha Pukan, tanpa K), dan Perlakuan E (2 t/ha Kompos


Jerami, tanpa K) juga cenderung meningkatkan hasil masing-masing 12,3%
dan 8,3% dibanding perlakuan F.

4. Disarankan aplikasi pupuk K (KCl) sebaiknya dikombinasikan dengan


aplikasi bahan organik, baik dalam bentuk pupuk kandang maupun Kompos
jerami.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S. 2000. Pengaruh pupuk P dan bahan organik terhadap hasil padi
gogo di lahan masam Sitiung. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil
Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Buku I. Hal. 168-173. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang
Pertanian.
Adiningsih, J.S.,S. Rochayati , D. Setyorini, dan M. Sudjadi. 1993. Efisiensi
penggunaan pupuk pada lahan sawah. Risalah Seminar Hasil Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
____________, dan M. Soepartini. 1995. Pengelolaan pupuk pada sistem
usahatani sawah. Makalah disajikan dalam Lokakarya Metodologi

313
S. Abdullah dan Azwir K.

Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis di


Bogor, 7-9 September 1995.
Brady, N.C. 1984. The Nature and Properties of Soils, Mac. Millan Publ. Co., New
York. 710 p.
Hadjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta. 220
halaman.
Lubis, A. M., A. G. Amrah, N.A. Pulungan, M.Y. Nyak Pa, N. Hakim. 1986. Pupuk
dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan. 278 Hlm.
Pembina Bimas Sumatera Barat. 1998. Rekomendasi paket teknologi pupuk N, P,
dan K untuk padi sawah di Sumatera Barat. Sekretariat Bimas Propinsi
Sumatera Barat, Padang. 85 hal.
Puslittanak. 1995. Langkah-langkah antisipasi untuk mengatasi kelangkaan
pupuk phosfat pada MT. 1995/1996. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
Rahman, A. 1993. Dinamika K pada lahan tadah hujan selama pertumbuhan
padi. Seminar Hasil Penelitian, Balittan Sukamandi, 1992/93.
Roechmana dan A. Hidayat. 1992. Ketersediaan relative P pada perlakuan P
yang berbeda pada tanah sawah. Risalah Seminar Hasil Penelitian,
Balittan Bogor. Vol.1:129-142.
Sahar, A., I. Syamsiah, dan Z. Irfan. 2000a. Paket pemupukan pada dua varietas
padi sawah di lahan sawah berkadar K rendah. Prosiding Seminar
Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Buku I. Hal. 110-
115. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian,
Badan Litbang Pertanian. Dept. Pertanian
Sahar, A., I. Syamsiah, dan Z. Irfan. 2000b. Pemupukan K starter plus pada padi
sawah di lahan sawah kahat kalium. Prosiding Seminar Nasional Hasil-
Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Buku I. Hal. 116-120. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang
Pertanian. Dept. Pertanian
Soetoro, Y. Sulaiman, dan Iskandar. 1988. Budidaya tanaman jagung. Dalam
Subandi et al 1988 (Eds) Jagung Puslitbangtan, Bogor.
Syarifuddin, A.K. 1990. Penggunaan pupuk organik dalam produksi pertanian.
Makalah disampaikan pada Seminar Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, di Bogor, 4 Agustus 1990.
Tanaka dan Yoshida. 1975. Nutritional disorders of the rice plant in Asia. IRRI.
Los Banos, Philippines. 51 p.

314

Anda mungkin juga menyukai