135
M.T. Sutriadi
Sampai saat ini sering dijumpai kelangkaan pupuk terutama di sentrasentra pertanian, pada masa pemupukan tanaman. Keadaan ini mendorong para
produsen pupuk membuat pupuk alternatif (pupuk organik) yang berasal dari hasil
sampingan suatu produk, atau dibuat dengan formula kandungan N, P, dan K
lebih rendah yang dikombinasikan dengan hara mikro dan bahan organik dengan
komposisi bervariasi. Efektivitasnya pupuk alternatif ini belum diketahui. Pupuk
organik cair produksi dari PT. Agro Lestasri merupakan salah satu produk pupuk
alternatif yang akan dipasarkan, sehingga dapat digunakan oleh petani.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Pert/HK.060/2/2006, sebelum
pupuk didaftarkan untuk dilepas ke pasar, terlebih dahulu harus lolos uji mutu di
laboratorium dan uji efektivitas melalui percobaan rumah kaca. Dengan pengujian
tersebut diharapkan pupuk yang dilepas ke pasaran memiliki standar mutu sesuai
dengan yang telah ditetapkan pemerintah. Pupuk organik cair yang diproduksi
oleh PT. Agro Lestari belum diuji efektivitasnya pada tanaman. Pupuk organik
cair ini dipromosikan dapat meningkatkan produksi atau panen 40-100. Agar
pupuk organik ini dapat diapasarkan, maka perlu dilakukan pengujian
efektivitasnya pada tanaman.
Dewasa ini sayuran komersial yang berkembang pesat dan dihasilkan di
Indonesia baru 18 jenis, yaitu: cabai (lombok), kacang panjang, bawang merah,
ketimun, kubis, bawang merah, terung, tomat, kentang, selada/sawi, bayam,
buncis, bawang daun, kangkung, bawang putih, wortel, labu siam, dan lobak.
Berdasarkan hasil survei Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1991, luas areal panen
sayuran nasional dari 18- jenis tersebut mencapai 799.806 hektar dengan total
produksi 1.661.389 ton.
Caisim belum dimasukan dalam daftar produksi sayuran Nasional.
Meskipun belum membudaya pengembangannnya, tetapi prospek ekonominya
cukup cerah. Permintaan terhadap komoditas selada/caisim terus meningkat,
antara lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran besar, hotel-hotel
berbintang di kota-kota besar, serta konsumen luar negeri yang menetap di
Indonesia (Anonymous, 2006a). Selain itu juga caisim berpotensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena selain kondisi iklimnya cocok untuk komoditas
ini, juga dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidayaannya.
Pada saat situasi pasar normal, harga caisim antara Rp.500,00-Rp.600,00/kg dan
paling rendah Rp.200,00/kg, tetapi kadang-kadang naik cukup tajam hingga
ribuan rupiah per kilogram.
Selada/caisim merupakan tanaman sayuran dataran rendah. Di Indonesia,
selada belum berkembang pesat sebagai sayuran komersial. Daerah yang
136
137
M.T. Sutriadi
Tabel 1.
No.
Perlakuan
1
Kontrol lengkap
2
NPK-standar
3
NPK-standar + PO 2
4
NPK-standar + PO 2
5
NPK-standar + PO 2
6
1 NPK-standar + PO 2
7
NPK-standar + PO 1
8
NPK-standar + PO 3
9
NPK-standar + PO 4
10
NPK-standar + PO 5
Keterangan: takaran: 1 ml/liter air.
Urea
ZA
SP-36
KCl
.. kg/ha ...
0
0
0
0
300
50
100
100
75
12,5
25
25
150
25
50
50
225
37,5
75
75
300
50
100
100
225
37,5
75
75
225
37,5
75
75
225
37,5
75
75
225
37,5
75
75
PO *
.. l/ha .....
0
0
2,1
2,1
2.1
2,1
1,5
2,7
3,0
3,6
138
x 100 %
139
M.T. Sutriadi
Tabel 2.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis analisis
pH
C-organik
N-total
- N-organik
- N-NH4
- N-NO3
P2O5
K2O
Unsur mikro
- Fe
- Mn
- Cu
- Zn
-B
Logam berat
- Mo
- Co
- Pb
- Cd
- As
- Hg
Mikrobiologi
- E. coli
- Salmonella
Keterangan
Satuan
%
%
%
%
%
ppm
ppm
Hasil analisis
7,1
6,39
12,33
10,16
1,20
0,86
2,56
1,08
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
320
29
2
13
23
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
td
0,7
1,8
0,4
td
0,01
APM/ml
/25 ml
<3
negatif
td = tidak terdeteksi
Tingginya kadar Ca dan Mg diduga berasal dari bahan induk tanah yang
berasal dari kapur. Penggunaan tanah yang intensif dengan input tinggi tanpa
pengembalian bahan organik dapat menyebabkan pH tanah semakin masam.
Kadar P-tersedia yang tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tanaman,
namun demikian har N dan K harus ditambahkan dalam bentuk pupuk karena
ketersediaannya di dalam tanah rendah. Kandungan C-organik tanah yang
rendah kurang mendukung perkembangan populasi dan aktivitas mikroba di
dalam tanah yang sangat berperan dalam penyediaan hara bagi tanaman. Oleh
karena itu sangat diperlukan penambahan bahan organik ke dalam tanah.
140
Tabel 3.
Jenis Penetapan
Tekstur
- pasir
- debu
- liat
pH
- H2O
- KCl
Bahan organik
- C-organik
- N-organik
- C/N
P-HCl 25% (mg/100g)
K-HCl 25% (mg/100g)
P-Bray I (ppm)
Nilai tukar kation
- Ca-dd (Cmol(+)/kg)
- Mg-dd (Cmol(+)/kg)
- K-dd (Cmol(+)/kg)
- Na-dd (Cmol(+)/kg)
KTK (Cmol(+)/kg)
Nilai analisis
Kriteria
17
45
38
Lempung berliat
5,4
4,4
Masam
1,72
0,13
13,23
373
23
233,2
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sedang
Sangat tinggi
11,35
8,45
0,10
0,25
21,85
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Sedang
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman
Pengaruh pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun
umur 1 dan 2 minggu setelah tanan (MST) disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Pemberian pupuk organik cair walaupun tidak nyata tetapi dapat meningkatkan
tinggi tanaman dibandingkan dengan NPK standar pada 1, 2, 3, dan 4 MST.
Pemberian pupuk organik cair takaran anjuran (2,1 l/ha) dikombinasikan dengan
takaran NPK (150 kg urea, 25 kg ZA, 50 kg SP-36, dan 50 kg KCl/ha)
memberikan pertumbuhan tanaman yang paling tinggi, yaitu 48,75 cm
dibandingkan dengan jika pupuk organik cair dikombinasikan dengan NPK , ,
dan 1 takaran anjuran. Hasil ini meningkatkan tinggi tanaman 10,25 cm (26,6%)
dan 1,75 cm (3,7%) masing-masing dibandingkan dengan tanpa NPK dan NPK
standar (300 kg urea, 50 kg ZA, 100 kg SP-36, dan 100 kg KCl/ha).
Tinggi tanaman cenderung menurun jika takaran pupuk NPK ditingkatkan
lebih tinggi dari takaran anjuran yang dikombinasikan dengan pupuk organik
cair 2,1 l/ha. Tinggi tanaman menurun sampai dengan 14,4% dengan
141
M.T. Sutriadi
Tinggi tanaman
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
------------------------ cm -----------------------1.
Kontrol lengkap
11,15 a
19,40 a
31,00 a
38,50 a
2.
NPK
12,28 a
21,00 a
34,13 ab
47,00 b
3.
NPK + PO 2
11,08 a
20,40 a
35,00 ab
39,88 a
4.
NPK + PO 2
12,88 a
21,93 a
36,50 b
48,75 b
5.
NPK + PO 2
12,53 a
20,30 a
33,25 ab
46,50 b
6.
NPK + PO 2
12,40 a
20,33 a
32,00 ab
42,63 ab
7.
NPK + PO 1
11,55 a
20,35 a
31,00 a
43,38 ab
8.
NPK + PO 3
13,08 a
22,18 a
33,88 ab
43,75 ab
9.
NPK + PO 4
11,78 a
20,25 a
31,38 a
44,25 ab
10.
NPK + PO 5
11,15 a
19,58 a
32,13 ab
44,63 ab
Keterangan:
Rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata
pada taraf 5%
No.
Perlakuan
142
KCl/ha), yaitu 13,5 helai atau meningkat 4,5% dibandingkan dengan NPK
takaran anjuran.
Tabel 5.
Jumlah daun
2 MST
3 MST
4 MST
Helai
1.
Kontrol lengkap
4,0 a
5,3 a
8,8 a
12,5 a
2.
NPK
4,0 a
6,0 a
9,0 a
12,8 a
3.
NPK + PO2
4,5 a
6,0 a
9,0 a
12,5 a
4.
NPK + PO2
4,8 a
5,8 a
8,3 a
11,5 a
5.
NPK + PO2
4,5 a
6,3 a
8,8 a
13,0 a
6.
NPK + PO2
5,0 a
6,3 a
9,0 a
13,5 a
7.
NPK + PO1
5,0 a
6,0 a
8,3 a
13,5 a
8.
NPK + PO 3
5,3 a
6,3 a
8,8 a
12,3 a
9.
NPK + PO 4
5,3 a
5,8 a
9,3 a
13,5 a
10.
NPK + PO 5
4,0 a
5,8 a
8,0 a
11,8 a
Keterangan:
Rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata
pada taraf 5%
No.
Perlakuan
1 MST
143
M.T. Sutriadi
pupuk NPK ditingkatkan lebih tinggi dari takaran anjuran yang dikombinasikan
dengan pupuk organik cair 2,1 l/ha.
Seperti hal penurunan tinggi tanaman, maka penurunan BB biomassa
disebabkan penambahan pupuk organik menyebabkan bertambahnya hara
tersedia dalam tanah, sehingga terjadi kelebihan hara yang diserap tanaman. Hal
ini akan mengganggu keseimbangan hara yang diserap, sehingga akan menekan
pertumbuhan tanaman.
Tabel 6.
Uraian
Kontrol
NPK
NPK+ PO 2
NPK+PO 2
NPK+PO 2
NPK+PO 2
NPK+ PO 1
NPK+ PO 3
NPK+ PO 4
NPK+PO 5
Keterangan:
PO Cair
l/ha
0,0
0,0
2,1
2,1
2,1
2,1
1,5
2,7
3,0
3,6
Urea
0
300
75
150
225
300
225
300
300
300
ZA
SP-36
kg/ha
0
0
100
100
25
25
50
50
75
75
100
100
75
75
75
75
75
75
75
75
KCl
0
100
25
50
75
100
75
75
75
75
BB tanaman
g/tanaman
167,5 a
263,3 d
233,9 cd
211,3 bc
274,9 d
249,1 d
225,7 cd
237,7 cd
206,4 bc
184,1 ab
RAE
(%)
0
100
69
46
112
85
61
73
41
17
angka dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama adalah
tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMR.
144
300
BB biomassa (g/tanaman)
Takaran maksimum
250
200
150
100
50
0
0
0.5
1.5
2.5
3.5
Gambar 1.
2.
145
M.T. Sutriadi
nilai RAE yang > 100% yaitu 112% dibandingkan dengan perlakuan
standar NPK takaran anjuran.
3.
Anonymous. 1983. Pedoman bercocok tanam padi, palawija dan sayuran. Satuan
Pengendali BIMAS, Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonymous. 2006a. Warintek Progressio. http://warintek.progressio.or.id.
Anonymous. 2006b. IPTEKnet. BBPT. Jakarta 10340.
BPS. 1991. Jakarta.
Hardono, Mahyuddin Syam, dan I. G. Ismail, 1986. Ringkasan bercocok tanam:
tanaman perkebunan dan industri, buah-buahan dan sayuran. Proyek
pertanian lahan kering dan konservasi. Salatiga.
Heryansyah, Arien. 2006. Pemupukan Berimbang. arien@env.mine.utsunomiyau.ac.jp.
Machay, A.D., J.K. Syers, and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction
procedures to asses the agronomic effectiveness of phosphate rock
materials. New Zealand Kournal of Agriculturae Research. 27:219-230.
Mortvedt, J.J., F. R. Cox, L.M. Shuman, and R.M. Welch. 1991. Micronutrients in
agriculture. Second Edition. Soil Science Society of America, Inc. Madison,
Wisconsin 53711 USA.
146
TANYA JAWAB
Pertanyaan Subowo, BPTP Yogjakarta:
1. Bahan baku pupuk organik ini apakah dari bahan organik di daratan
kemudian diperlakukan di perairan ?
2. Apakah dapat dikatakan efektif dengan kenaikan hasil yang hanya 4%
Jawab :
1. Bahan baku pupuk organic cair ini adalah ekstrak bahan organik rumput
laut ditambah dengan limbah dari ikan dari pasar.
2. Ya. Pupuk dapat disimpulkan efektif jika terdapat kenaikan hasil jika
dibandingkan dengan perlakuan NPK dosis rekoemndasi.
147