Anda di halaman 1dari 15

OUTLINE PRAKTIK KERJA LAPANG

STUDI EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DI DAERAH


PURWOKERTO DI BPN BANYUMAS, BANYUMAS

Oleh:
Luthfie Alie Pratama
A1D015204

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahan adalah satu dimensi yang mencakup rupa bumi dari berbagai

komponen seperti atmosfir, tanah, geografi, hidrologi, populasi makhluk hidup,

dan aktivitas manusia ataupun makhluk hidup di dalamnya. Bagi manusia sendiri

lahan adalah salah satu media untuk mencukupi kebutuhan, salah satunya adalah

pangan. Namun di sisi lain lahan juga termasuk dalam sistem alam. Sehingga

dalam pemanfaatannya harus dikelola dengan tepat. Karena apabila tidak lahan

bisa saja menimbulkan banyak permasalahan baik ekonomi, lingkungan maupun

sosial. Maka dari itu lahan dapat dikatakan mempunyai dua aspek yang

bersangkutan dengan kehidupan manusia yaitu aspek fungsi dan kesesuaian

(Notohadiprawiro, 2006).

Seperti yang sudah dijelaskan lahan pada mulanya hanya berupa lahan

pertanian yang merupakan sumberdaya alam tempat berbudidaya untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Peran dan fungsi lahan memiliki nilai yang tida tergantikan.

Sehingga seiiring berjalannya waktu, lahan pun menjadi kebutuhan manusia yang

tidak tergantikan. Kebutuhan terhadap lahan sendiri pun berkembang. Tidak

hanya sebagai tempat berbudidaya, lahan juga menjadi tempat berlangsungnya

proses ekonomi dan tempat berkembangnya peradaban. (Mugi Rahardjo, 1997)

Lahan pertanian setiap waktunya semakin berkurang. Faktor yang paling

umum di temukan sebagai pemicu keterbatasan lahan pertanian adalah


pertumbuhan penduduk. Di Indonesia sendiri angka pertumbuhan penduduknya

mencapai 1,49% atau bertumbuh sekitar 3,5 sampai 4 juta penduduk per tahunnya.

Angka tersebut tergolong cukup tinggi. Angka pertumbuhan penduduk ini

mengakibatkan jumlah permintaan dan pemenuhan kebutuhan semakin meningkat

pula. Kebutuhan ini lah yang menggeser fungsi penggunaan lahan sebagai media

berbudidaya menjadi berbagai fungsi lain diluar bidang pertanian seperti industri,

perumahan, kesehatan dan lain sebagainya (BPS 2015).

Lahan pertanian sebagian besar berubah atau berkonversi menjadi

pemukiman dan daerah industri. Sebagai contoh pulau Jawa yang merupakan

daerah terpadat di Indonesia mencatat jumlah konversi lahan menjadi lahan

pemukiman sekitar 75% di beberapa tahun kemarin. Fenomena ini didapati di

beberapa daerah khususnya daerah perkotaan (Irawan, 2005).

Laporan salah satu media informasi CNN Indonesia (2018) dari keterangan

BPS, luas lahan sawah di Indonesia tinggal 7,1 juta hektare, turun dibanding 2017

yang masih 7,75 juta hektare. Bila dibiarkan begitu saja di Indonesia sangat

mungkin mengakibatkan fenomena (urban sprawl) yaitu perubahan tata guna atau

konversi lahan di beberapa daerah sekitar perkotaan. Fenomena sendiri tidak

jarang banyak mengakibatkan permasalahan sosial, ekonomi maupun lingkungan

(Wirosoedarmo, et.al 2018)

Tingginya laju konversi lahan pertanian ini diakibatkan oleh berbagai faktor.

Salah satunya adalah ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan peruntukannya.

Konversi lahan tidak jarang dilakukan hanya untuk memenuhi kepentingan

beberapa pihak saja dan tidak berdasarkan pengkajian pada bidang yang
menyangkut kebutuhan masyarakat. Sehingga diperlukan pengujian atau evaluasi

pada penggunaan lahan agar sesuai dengan tujuan negara untuk menciptakan

kesejahteraan masyarakat umum (Rahman, 2003).

Evaluasi lahan adalah sebuah metode penilaian suatu lahan. Tujuannya

adalah untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan dengan potensi dari lahan

itu sendiri. Sehingga fungsi lahan dapat dioptimalkan dengan baik. Sementara

kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan lahan dengan penggunaannya

(Hartono, et al. 2018)

Evaluasi lahan dapat digunakan untuk mengurangi dampak sekaligus

mencegah kumungkina degradasi lahan. Manfaat evaluasi lahan bagi lingkungan

adalah mencegah terjadinya degradasi lahan. Sedangkan manfaat evaluasi lahan

bagi petani adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lahan dan mengoptimalkan

produktivitas tanaman. Dan bagi pemerintah, evaluasi lahan bermanfaat sebagai

dasar untuk pengembangan sektor pertanian, terutama untuk pemanfaatan

kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) Evaluasi sumberdaya lahan merupakan

salah satu elemen penting dalam perencanaan atas keputusan suatu wilayah yang

akan diperuntukkan untuk apa (Karim, 2007).

Lahan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Sebagaimana

fungsi awalnya lahan adalah media berbudidaya untuk memenuhi kebutuhan

manusia terhadap pangan. Hal tersebut sudah dapat menjelaskan nilai lahan

pertanian yang tidak bisa tergantikan. Maka dari itu jangan sampai fungsi dan

keberadaan lahan pertanian dikesampingkan begitu saja. Terlepas dari kebutuhan

kebutuhan lain di luar pertanian.


B. Tujuan Praktik Kerja Lapang

Kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan bertujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui data spatial dan data tematik yang ada di BPN Banyumas, untuk

dijadikan sebagai bahan pembuatan peta perencanaan tata ruang dan wilayah

di kabupaten Banyumas

2. Membuat peta penggunaan lahan dan peta konversi lahan di Kabupaten

Banyumas dengan menggunakan perangkat SIG yaitu ArcGIS

3. Membuat evaluasi dan saran terhadap perencanaan wilayah pertanian di

Kabupaten Banyumas.

C. Sasaran Praktik Kerja Lapang

Kegiatan praktik kerja lapang yang dilakukan yakni dengan sasaran sebagai

berikut:

1. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan mengenai pengumpulan data

primer dan sekunder untuk bahan pembuatan peta perencanaan tata ruang dan

wilayah Kabupaten Banyumas

2. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam menggunakan SIG untuk

menyajikan peta secara efektif dan efisien

3. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan terdahulu mengenai perencanaan alih

fungsi lahan di wilayah Kabupaten Banyumas


4. Informasi yang dimuat dalam peta dapat digunakan sebagai referensi dalam

menentukan kebijakan dalam kegiatan perencanaan wilayah dan tata ruang di

daerah Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari praktik kerja lapang ini adalah sebagai

berikut:

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengoleksian data, baik

data sekunder maupun primer untu kegiatan analisis perencanaan wilayah dan

tata ruang di daerah Kabupaten Banyumas

2. Menambah keterampilan menggunakan SIG dalam penyajian peta

penggunaan lahan di daerah Kabupaten Banyumas

3. Informasi yang disajikan dalam peta dapat sumber pertimbangan untuk

arahan penggunaan lahan dalam kegiatan perencanaan lahan dan wilayah di

Kabupaten Banyumas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Daya Lahan Pertanian

Lahan sebagai salah satu sumber daya alam yang paling sering dimanfaatkan

dalam memiliki peran yang penting bagikehidupan manusia. Permasalahan yang

dihadapi Indonesia sebagai negara agraris adalah bagaimana cara mengelola dan

memelihara lahan sebagai sumberdaya alam tanpa harus mengurangi apalagi

merusaknya. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang perlu

optimalkan pemanfaatannya agar dapat menghasilkan manfaat yang besar bagi

negara dan tidak menimbulkan permasalahan nantinya. Lahan dalam

pengertiannya adalah satu dari bagian dari bentang alam yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, relief, tanah, hidrologi, dan bahkan

keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh

terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976).

Sebagai negara pertanaian dalam produksi padi di Indonesia dapat

menyentuh angka kurang lebih empat puluh juta ton gabah dari lahan basah dan

sekitar dua juta ton gabah dari lahan kering. Selain teknologi budidaya luas lahan

juga sangat berpengaruh pada jumlah produksi pertanian. Kesesuaian antara lahan

dan jenis tanaman yang dibudidayakan juga menjadi salah satu faktor pendukung

tingkat produksinya. Sehingga dalam mengusahakan suatu lahan pertanian harus

diperhatikan pula tingkat kesesuaian lahannya.

Kesesuian lahan adalah tingkat ketepatan suatu jenis lahan dengan segala

karakteristiknya untuk digunakan pada suatu tujuan tertentu. Kecocokan tersebut


dinilai berdasarkan analisis kualitas lahan sehubungan dengan persyaratan suatu

jenis penggunaan tertentu. Penilaian yang dilakukan dapat mengacu pada kondisi

sekarang atau didasarkan pada kondisi setelah dilakukan perbaikan terhadap

kualitas lahan (Sukmono, 2015).

Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, seperti untuk

tempat tinggal, tempat melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas

lain akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit. Timbulnya

permasalahan penurunan kualitas lingkungan nantinya akan mengganggu

keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan yang tidak

memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk peruntukannya

(Harini, 2013).

Di sektor lain pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan

infrastruktur baik berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan

kondisi demikian, diduga permintaan terhadap lahan untuk penggunaan hal

tersebut semakin meningkat. Akibatnya banyak lahan sawah, terutama yang

berada di sekitar perkotaan, mengalami alih fungsi ke penggunaan tersebut. Di

samping itu, dalam sektor pertanian itu sendiri, kurangnya insentif pada usahatani

lahan sawah diduga akan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan ke tanaman

pertanian lainnya. Degradasi sosial dan budaya telah banyak terjadi di masyarakat

akibat pengaruh dari perkembangan daerah perkotaan

Luas kepemilikin lahan pertanian berpengaruh pada kehidupan ekonomi

maupun kehidupan sosial pemiliknya. Bagi seorang petani, lahan pertanian sangat
penting karena menjadi modal dan tempat bekerja Lahan adalah alat produksi bagi

petani dan masyarakat desa untuk menghidupi kehidupannya. Di lahan

masyarakat menggantungkan kehidupan terutama di lahan pertanian. Lahan

pesawahan merupakan salah satu usaha masayarakat dalam mengusahakan

budidaya pertanian. Lahan juga memiliki pengaruh terhadap nilai sosial

masyarakat. Di daerah pedesaan lahan pertanian berimbas nilai sosial bagi

pemiliknya. Sekitar 87,14% pemilik lahan setuju jika luas lahan pertanian

merupakan simbol kekayaan, hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

dimiliki maka investasi juga besar. Maka dair itu memisahkan lahan dengan

masyarakat akan sangat sulit dan dapat berimbas pada keadaan perekonomian

mereka secara secara langsung maupun tidak langsung (Harini, 2013).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Penggunaan lahan merupakan salah satu kegiatan yang harus melibatkan

perencanaan. Penggunaan lahan dalam rencana tata ruang wilayah kota adalah

suatu cara mengatur penggunanaan lahan dan pengelolaan yang sesuai dengan

rencana umum tata ruang wilayah kota. Kegiatan perencanaan dan pengelolaan

dalam hal ini diatur dalam peraturan yang dikeluarkan oleh daerah. Perencanaan

dilakukan dengan harapan tidak menimbulkan ketidaksesuaian penggunanan lahan

yang berakibat pada penyimpangan terhadap rencana umum tata ruang wilayah

kota itu sendiri (Fitriyanto, 2013).


Alih fungsi lahan secara ekonomi dilakukan oleh beberapa petani baik

melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun mengganti pada usaha non padi

atau pertanian pada umumnya. Alih fungsi lahan dianggap sesuatu yang rasional

menurut sudut pandang petani sebab dengan keputusan tersebut petani

berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun dalam

jangka panjang akan meningkat. Pada sentra produksi padi utama di Jawa dan

Luar Jawa, menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor

ekonomi yang menetukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non pertanian

adalah, (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon

petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat

(Syafaat, 2002).

Perkembangan teknologi di bidang sarana prasarana trasportasi dan

komunikasi yang pesat semakin membuka wawasan penduduk pedesaan terhadap

dunia baru di luar lingkungannnya. Anggapan bahwa sebagai petani merupakan

profesi yang terbelakang dan ketinggalan zaman mulai menguat di masyarakat.

Semakin berkembang kemudian paradigma tersebut menyebar ke kelompok

masyarakat lebih muda. Akhirnya paradigm tersebut membentuk generasi muda

dengan persepsi bawah profesi petani adalah pekerjaan yang kotor, sengsara, dan

kurang bergengsi (Ilham, 2004)

C. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian

Dampak konversi lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari

fungsinya, lahan sawah diperuntukan untuk memproduksi padi. Dengan demikian


adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi

nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman,

perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat

sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan

sistem irigasi. Volume produksi yang hilang akibat konversi lahan sawah

ditentukan oleh: pola tanam yang diterapkan di lahan sawah yang belum

dikonversi; produktivitas usahatani dari masing-masing komoditi dari pola tanam

yang diterapkan; dan luas lahan sawah yang terkonversi.

Beberapa daerah seperti di daerah Pangungharjo, Bantul, Kebonagung

terdapat beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari alih fungsi

lahan. Beberapa masyarakat di Desa Pangungharjo dan Kebonagung mengaku

bahwa alih fungsi lahan yang telah dilakukan berdampak pada penghasilan yang

cenderung menurun. Salah satu penyebabnya karena luas lahan pertanian yang

dimiliki telah berkurang sehingga produksi pertanian juga akan berkurang dan

berimbas pada pendapatan yang menurun. Sedangkan beberapa masyarakat di

daerah Bantul cenderung mengalami peningkatan pendapatan yang diperoleh,

salah satu alasannya dengan menjual lahan pertaniannya seseorang dapat

menggunakan uang hasil penjualan tersebut sebagai modal usaha di bidang lain

yang dianggap lebih menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatannya.

Maka dalam hal ini dapak hasil penjualan ataupun alih fungsi lahan sangat

dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam memberdayakan kehidupan

mereka (Harini, 2013).


Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian

Bogor yang dilaporkan Irawan dan Friyatno (2002), dampak konversi lahan sawah

terhadap produksi padi di Jawa selama 18 tahun (1981-1999) diperkirakan secara

akumulasi mencapai 50,9 juta ton atau sekitar 2,82 juta ton per tahun. Penurunan

angka produksi ini akan mengakibatkan kelangkaan yang akhirnya akan berakibat

pada meningkatnya permintaan pasar yang mau tidak mau mengahruskan

dilakukannya kebijakan impor.

Selain itu dampak lain dari alih fungsi lahan pertanian yang nyata akan

diantaranya menurunnya angka kesempatan kerja pertanian. Secara umum

penurunan angka kesempatan kerja ini akan menurunkan tingkat kebutuhan

terhadap lahan pertanian yang apabila terjadi berkepanjangan akan mengakibatkan

menurunnya sebaran lahan pertanian. Sejalan dengan menurunnya lahan pertanian

yang tersedia, kesempatan kerja yang terkait secara langsung maupun tidak

langsung dengan kegiatan produksi padi, dan degradasi lingkungan akan ikut

menurun (Sumaryanto, Hermanto, dan Pasandaran, 1996). Secara umum haruslah

ada pengendalian terhadap alih fungsi lahan. Karena apabila tida dikendalikan

maka akan berdampak pada stabilitas nasional, karena kurang tersedianya bahan

pangan khususnya beras sehingga menimbulkan ketergantungan pada beras impor

(Harini, 2013).

Tidak dipungkiri beras sebagai bahan pangan pokok masyarakat Indonesia

sangat vital keberadaannya. Ketersediaan beras harus ada dan mencukupi setiap

saat dari waktu ke waktu. Bahan hasil produksi pertanian berupa pangan dan lain

sebagainya khusunya beras tidak boleh kurang. Kekurangan pangan berpengaruh


pada gizi buruk, kesehatan, sekaligus menurunkan kualitas sumberdaya manusia.

Dampak serius lain yang ditimbulkan apabila terjadi kekurangan pangan adalah

terganggunnya stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan ketergantungan pada

Negara lain. Oleh karena itu Indonesia wajib dan harus memiliki ketahanan

maupun kedaulatan pangan secara berkelanjutan. Sangat ironi mengingat masalah

negara kedepannya. Negara harus mampu meningkatkan produksi untuk bisa

menyediakan pangan beras secara berkecukupan dan berkelanjutan, namun di sisi

lain alih fungsi lahan lahan-lahan pertanian masih terus berlangsung dan semakin

meningkat yang dengan sendirinya mengurangi penyediaan beras (Santosa, 2011).

Begitu pentingnya lahan untuk pertanian membuat perlu adanya lahan

sawah abadi untuk menjamin ketahanan pangan beras, usaha yang kuat dan serius

untuk menyetop alih fungsi lahan sawah, perlu dibuatkan aturan mengenai

perlindungan terhadap lahan sawah, perlu ada perhatian yang serius dari

pemerintah terhadap pertanian khususnya padi sawah, dan perlunya dibuat model

sinergi antara luas lahan sawah, penterapan paket teknologi peningkatan produksi

dan pengendalian jumlah penduduk sehingga ketahanan pangan tetap terjaga

(Santosa, 2011)

E. Metode Praktik Kerja Lapang

Metode Praktik Kerja Lapang yang dilakukan yakni dengan metode

penelitian pada lapangan yakni berpartisipasi aktif dalam mengikuti rangkaian

kegiatan perencanaan wilayah tata ruang dan lahan di BAPPEDA Banyumas,


Jawa Barat. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data-data dari beberapa

literatur yang mampu mendukung data-data hasil observasi yang diperoleh.

Sumber terpercaya yang dimanfaatkan seperti dari buku ataupun jurnal.

Data yang dikumpulkan sendiri meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan secara visual,

kegiatan praktik secara langsung, pencatatan data yang diperoleh di lapangan,

serta dokumentasi-dokumentasi yang diambil selama kegiatan berlangsung. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip ataupun dokumentasi instansi,

literatur, buku, maupun pustaka yang mendukung lainnya yang berhubungan

dengan kultur jaringan pada tanaman kentang hitam.

F. Jadwal Pelaksanaam Praktik Kerja Lapang

Pelaksanaan praktik kerja lapang ini dilaksanakan pada bulan Juli-September

dengan kurun waktu selama ± 25 dengan pembagian kerja seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang


Minggu ke
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4
1 Pengenalan lapang
2 Praktik lapangan dan
pengambilan data Primer

3 Pengambilan data sekunder

4 Tahap penyelesaiaan
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, N., Syaukat T, dan Fiyatno, S. 2004. Perkembangan dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Konersi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya.
SOCA: Socioeconomics of Agriculture and Agribussiness, 5(2).

Harini, Rika. 2013. Faktor Dan Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Kabupaten Bantul. Kasus Daerah
Perkotaan, Pinggiran Dan Pedesaan Tahun 2001-2010.

Iqbal, M., dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Analisis Kebijakan
Pertanian. Volume 5 No. 2.

Santosa, I Gusti N., Adnyana G.M dan I Ketut Kartha Dinata. 2011. Dampak Alih
Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan Pangan Beras. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya Pertanian, Urgensi dan Strategi Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Pertanian, 2011.

Fitriyanto, A. M, Tjahjono M., dan Purwadi S. 2013. Evaluasi Penggunaan Lahan


Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011 – 2031
(Untuk Kecamatan Genuk, Pedurungan, Dan Gayamsari. Jurnal Geo Image
2 (2).

Djaenudin, D., 2008. Perkembangan Penelitian Sumber Daya Lahan Dan


Kontribusinya Untuk Mengatasi Kebutuhan Lahan Pertanian Di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian, 27(4).

Salama, S.H. 2010. Alih Fungsi lahan dan Krisis Pangan. Metro News.
http//metronews. fajar.co.id/read/84302/19/alih-fungsi-lahan-dan-kri

Irawan, B. dan S. Friyatno. 2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa


Terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Jurnal Sosial-
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA: Vol.2 No.2 : 79 – 95. Fakultas
Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Abdi Sukmono. 2015. Analisa Kesesuaian Lahan Teh Di Banjarnegara


Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi
Geografis. Jurnal GEOID Vol. 10, No. 02

Anda mungkin juga menyukai