Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN MATA KULIAH LIMNOLOGI

ANALISIS KELIMPAHAN PLANKTON DAN TUMBUHAN DI DANAU


HOCE

Disusun oleh : Rico dwi gala Gautama


C1101191028

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, ya ng telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Limnologi. Adapun judul dari laporan pada makul ini adalah Analisis
Kelimpahan Plankton Dan Tumbuhan di Danau Hoce.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat berperan
penting dalam proses kegiatan praktikum ini, terutama pada Dosen Pengampun Dr. Ir
Mardan Adijaya, M. Sc dan kepada Fx. Widadi padmasari, S.Si., M.Si. selaku dosen
Matakuliah Limnologi, yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada kami selama
pembelajaran berlangsung.

Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Pomtianak, 05 November 2021


2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7

A. Pengertian Danau.......................................................................................... 7

B. Kualitas Air ................................................................................................... 8

C. Parameter Kualitas Air ................................................................................ 8

D. Parameter Fisika .......................................................................................... 9

BAB III METODOLOGI............................................................................................... 10

A. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................................... 10

B. Alat dan Bahan.............................................................................................. 10

C. Analisis ......................................................................................................... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 15

A. Hasil............................................................................................................. 15

B. Pembahasan ..................................................................................................17

3
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................................... 29

A. Simpulan ......................................................................................................29

B. Saran ........................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 30

LAMPIRAN .................................................................................................................. 32

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentangsifat dan


struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau,kolam dan rawa-rawa;
baik yang berupa air tawar maupun air payau. Ekosistem perairan terbagi ke dalam dua
jenis, yaitu perairan mengalir (lotik)dan perairan tergenang (lentik). Perairan mengalir
adalah suatu bentuk perairan tawaryang di dalamnya ada arus yang secara terus menerus
mengalir dari tempat yangtinggike tempat yang rendah, diantaranya adalah sungai, saluran
irigasi, dan got. Perairanmenggenang merupakan perairan terbuka yang di dalamnya
terkandung banyakkomponen-komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi,
dalam hal inisungai maupun kolam atau waduk dapat berperan sebagai sumber daya hayati
yangbermanfaat. Salah satu contoh perairan menggenang (lentik) adalah danau.
Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan dan tidak
berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa cekungan yang terjadi
karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan menyimpan air yang berasal dari
hujan, mata air, rembesan, dan air sungai (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Danau
merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta
dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto,
2011). Salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya
adalah ikan. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar
2.000 spesies diantaranya merupakan jenis air tawar (Subani, 1978).
Danau Hoce merupakan singkatan dari Hobby Center tempat ini dulu dijadikan
sebagai pusat pelatihan motor trail. Danau ini merupakan danau buatan dengan luas 200 x
100 meter dengan kedalaman 100 meter. Dengan jarak tempuh yang tidak begitu jauh dari
Kota Pontianak, Danau hoce berpotensi sebagai kawasan wisata. Danau ini secara visual
airnya jernih dan berwarna biru, dan sumber airnya berasal murni dari air hujan. Sejauh ini
kajian tentang kondisi perairan danau tersebut belum pernah diteliti termasuk kondisi faktor
fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting dalam pengelolaan suatu kawasan perairan
untuk pariwisata.

B. Rumusan masalah

5
Danau Hoce dalam beberapa tahun belakangan telah dimanfaatkan sebagai kawasan
pariwisata, namun demikian sejauh ini belum ada informasi tentang kondisi perairan danau
tersebut. Terkait hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian atau praktikum ini
adalah bagaimana kondisi faktor-faktor lingkungan baik fisik, kimia dan biologi dari
perairan Danau Hoce, Desa Kuala Dua, Kabupaten Kubu Raya. Secara khusus permasalahan
dalam praktikum ini adalah:
1. Bagaimana faktor-faktor fisik dari Danau Hoce yang terdiri dari suhu air,
kedalaman, kecepatan arus, kecerahan
2. Bagaiman faktor-faktor kimia Danau Hoce yang meliputi pH dan kandungan
oksigen terlarut (DO)
3. Bagaimana faktor-faktor biologi perairan yang terdiri dari kelimpahan plankton
dan tumbuhan di sekitar danau.
C. Tujuan penelitian
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan beberapa parameter lingkungan baik
fisik, kimia dan biologi dari perairan Danau Hoce, Desa Kuala Dua, Kabupaten
Kubu Raya. Secara khusus tujuan praktikum adalah:
1. Menentukan faktor fisik Danau Hoce yang terdiri dari suhu air, kedalaman,
kecepatan arus, kecerahan
2. Menentukan faktor kimia Danau Hoce yang meliputi pH dan kandungan oksigen
terlarut (DO)
3. Menentukan faktor biologi perairan yang terdiri dari kelimpahan plankton dan
tumbuhan di sekitar danau.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekosistem danau
Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan
dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa
cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan
menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Danau merupakan sumber daya air tawar
yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan
didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Salah satu
sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah
ikan. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar
2.000 spesies diantaranya merupakan jenis air tawar (Subani, 1978).

Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di
permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan yang
memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia. Danau memiliki
tiga fungsi utama, yaitu fungsi ekologi, budidaya dan sosial ekonomi. Dilihat dari
aspek ekologi, danau merupakan tempat berlangsungnya siklus ekologis dari
komponen air dan kehidupan akuatik di dalamnya. Keberadaan danau akan
mempengaruhi keseimbangan ekosistem di sekitarnya, sebaliknya kondisi danau
juga dipengaruhi oleh ekosistem di sekitarnya. Sedangkan dilihat dari aspek
budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala apung
dan dari aspek sosial ekonomi, danau memiliki fungsi yang secara langsung
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sekitar danau.Biasanya danau dapat dipakai
sebagai sarana rekreasi, dan olahraga. Danau adalah cekungan besar di permukaan
bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan
tersebut dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga
banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau
periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cap" atau
gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau. Istilah danau juga digunakan untuk
menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak
waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan.

Jenis-jenis danau berdasarkan proses terbentuknya, danau dibedakan menjadi tujuh


macam :
 Danau tektonik : danau yang terjadi akibat adanya proses tektonik yang
mengakibatkan dislokasi lapisan batuan, seperti lipatan, dan patahan. Pada bagian
muka Bumi yang mengalami pemerosotan diisi oleh air.
 Danau Vulkanik : yaitu jenis danau yang terletak pada bekas lubang kepundan
(kawah) sebuah gunungapi.

7
 Danau Tekto-vulkanik : merupakan jenis danau yang terbentuk dari gabungan proses
tektonik dan vulkanik.
 Danau Karst : (Dolina) yaitu danau yang biasa dijumpai di wilayah berbatu gamping
sebagai akibat pelarutan batu kapur yang membentuk cekungan-cekungan yang terisi
air.
 Danau Glasial : yaitu jenis danau yang terbentuk akibat erosi oleh gletser.
 Cirques : yaitu danau yang airnya berasal dari pencairan es.
 Danau Buatan : atau sering disebut Bendungan (Waduk). Danau buatan adalah danau
yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian,
perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya.

B. Parameter fisika

 Kecepatan arus : Arus adalah gerakan molekul air yang pada umumnya dengan arah
horisontal dan vertikal yang menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil
tetapi bisa pula berukuran sangat besar. Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor
yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada
perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut
dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara
vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang
bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari
perairan.

Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air
menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Metode paling sering
digunakan dalam pengukuran kecepatan arus adalah metode Lagrangian. Metode
lagrangian adalah suatu cara mengukur aliran massa air dengan melepas benda
apung atau drifter ke laut, kemudian mengikuti gerakan aliran massa air laut.

 Suhu : Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut
proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit.
Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008)

Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal
adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme
dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air.
Dalam Pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah Thermometer.

 Kedalaman : Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan


masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis pantai,
pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang surut,
pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi (Roonawale et al, 2010). Batimetti (dari
bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah ilmu yang mempelajari
8
kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau.
Sebuah peta gatimetri umumnya menampilkan relief pantai atau daratan dengan
garis-garis kontor (Contor lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contous atau
subath) (Aridianto, 2010). Kedalaman berhubungan erat dengan kecerahan. Dalam
mengukur kedalaman dapat menggunakan secchi disk atau memanipulasi dengan
menggunakan tali dan pemberat.

C. Parameter kimia

 Oksigen terlarut : oksigen terlarut adalah oksigen yang terlarut dalam air. Merupakan
faktor penting bagi kehidupan mikro dan makro organisme akuatik. Karena
diperlukan untuk proses pernafasan, oksigen dalam suatu perairan berasal dari difusi
langsung dari udara. Hujan yang jatuh dalam air ataupun dari proses asimilasi
tumbuh – tumbuhan berklorofil ( Odum,1971 dalam Arfiati, 1989 ). Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen
terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung oksigen dalam
rentang 8-15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi organisme –
organisme akuatik biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l untuk dapat
hidup secara normal ( Naster,1991 dalam Wibowo, 2004). Dalam pengukuran
oksigen terlarut, alat yang digunakan adalah DO Meter.
 Ph : Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebebasan suatu perairan. Di
dalam air pH di pengaruhi oleh kapasitas penyangga “ buffer” yaitu adanya garam-
garam karbohidrat dan bikarbonat ( Ruttreat et al ., 1993 dalam Arfiati, 1989 ).

9
BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan lokasi penelitian

Praktikum limnologi dilakukan pada 29 Oktober 2021di play cano and RC HOCE,
Kuala Dua, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat 78391,
praktikum dimulai pukul 08.00-13.00 WIB.

B. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah thermometer untuk
mengukur suhu air, secchi disk untuk mengukur kecerahan, meteran untuk mengukur
kedalaman, DO meter untuk mengukur kandungan oksigen terlarut, pH digital untuk
mengukur pH air, plankton net untuk mengambil sampel plankton, botol sampel
plankton, formalin 4% untuk mengawetkan plankton, pipet tetes, mikroskop, gelas
preparat dan gelas penutup untuk pengamatan plankton.
C. Prosedur kerja
 Faktor fisik dan kimia
Lakukan pengamatan semua faktor fisik dan kimia pada stasiun atau titik sampling
yang diamati dengan ulangan 3 kali. Pengamatan parameter lingkungan tersebut
dilakukan secara acak pada stasiun yang telah ditentukan.
 Faktor Biologi yang diamati terdiri dari tumbuhan air dan plankton. Untuk tumbuhan
air, lakukan pengamatan terhadap jenis tanaman air yang ada di danau dan juga
sekitar danau. Catat jenis dan dokumentasikan tanaman tersebut. Jika tanaman
merupakan herba, dokumentasikan secara keseluruhan. Jika tanaman memiliki
habitus pohon, dokumentasikan untuk daun, bunga dan buah (jika ada).
 Pengamatan faktor lingkungan untuk plankton dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Lakukan pengambilan sampel pada 3 stasiun (pinggir kiri danau, tengah danau,
dan pinggir kanan danau) dan setiap stasiun terdapat 3 titik substasiun dengan
frekuensi pengambilan sampel tiap substasiun ialah 2 ulangan.
2. Ambil sampel plankton dengan menggunakan planktonet.
3. Masukkan sampel plankton ke dalam wadah sampel dan diawetkan dengan
formalin 4 % dan dilabeli kemudian diletakkan ke dalam cool box.
4. Identifikasi plankton dan hitunglah jumlah individu setiap jenis.

10
5. Hitung kelimpahan, indeks keanekaraman, keseragaman, dan dominansi setiap
statiun pengamatan.
 Analisis kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton dapat dianalisis menggunakan SRC, untuk fitoplankton dengan
satuan sel/m3, dan satuan untuk zooplankton ind/m3. Formula yang digunakan
berdasarkan APHA (2017):

N= n x Vt/Vsrc x Asrc/Aa x 1/Vd


Keterangan:
N = Kelimpahan Plankton (sel/m3 atau ind/m3)
n = Jumlah individu plankton
Vd = Volume air yang disaring (m3)
Vt = Volume air di dalam botol (ml)
Vsrc = Volume SRC (ml)
Asrc = Area pandang SRC (1000 mm2)
Aa = Area pandang yang diamati (mm2)

Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi

Keanekaragaman jenis dapat ditentukan menggunakan Indeks Keanekaragaman


Shanon-Wiener (Krebs 1989). Formula keanekaragaman plankton menggunakan rumus
berikut: 𝐻′ = − ∑𝑛𝑖=𝐼 𝑝𝑖 𝑙𝑛 𝑝𝑖

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

ni = Jumlah individu spesies ke-i

N = Jumlah total individu

Pi = proporsi spesies ke-i (ni/N)

Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989) :

𝐻′
𝐸 = 𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠
11
Keterangan :

E= Indeks keseragaman jenis

H’ = Indeks Keanekaragaman

H maks = keragaman maksimum (ln S)

S = Jumlah spesies

Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan
𝑛𝑖 2
Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu : 𝐶 = ∑𝑛𝑖=1
𝑁

Keterangan :

C = Indeks dominansi

ni = Jumlah individu spesies ke-i

N = Jumlah total seluruh spesies

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominansi mendekati
nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominansi dan biasanya diikuti dengan
indeks keseragaman yang tinggi. Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu
spesies yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).

D. Analisis
1.Analisis Fisik
a. Kecerahan Air : Secchi-disk dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan sampai tepat
warna hitam putih tidak terlihat, catat berapa cm dalamnya pada batang pegangan
secchidisk (Khairuman, 2007).
b. Suhu : Cara mengukur suhu udara dengan menggantungkan termometer air raksa
di tempat yang akan diukur dengan tidak terkena cahaya matahari. Suhu air diukur
dengan cara mencelupkan termometer beberapa menit ke dalam air, lalu dicatat
berapa oC suhu air tersebut (Setiawam, 2003).
c.Menghitung kecepatan arus

12
Cara mengetahui kecepatan arus danau yaitu dengan menyiapkan tali dan botol yang
di isi air dan hitung menggunakan stopwatch berapa kecepatan botol itu
bergerak.Arus dari 0,1 m/dtk termasuk kecepatan arus yang sangat lemah, sedangkan
kecepatan arus sebesar 0,1-1 m/dtk tergolong kecepatan arus yang sedang, kecepatan
arus > 1 m/dtk tergolong kecepatan arus yang kuat.
2.Analisis Kimia
a. pH perairan diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara mencelupkan
kertas pH ke dalam air, lalu dicatat (Khairuman, 2007).
b. Penentuan Oksigen Terlarut (DO) Penentuan oksigen terlarut dengan
menggunakan DO meter untuk menghitung oksigen terlarutnya. Air danau
dimasukkan ke dalam botol, tutup botol dengan hati-hati jangan sampai terdapat
gelembung udara dan mulai menghitung dengan DO meter. Cara untuk menghitung
oksigen terlarut dengan DO meter yaitu :
1. Kabel dimasukkan probe ke dalam alat DO meter.
2. Tombol ditekan switch on dan ditunggu hingga angka stabil, yaitu 0,00.
3. Probe dicelupkan paling sedikit dalam cairan sedalam 10 cm untuk menghindari
pengaruh suhu dan lingkugan dan catat angka yang muncul pertama kali dilayar
3.Analisis kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton dapat dianalisis menggunakan SRC, untuk fitoplankton dengan
satuan sel/m3, dan satuan untuk zooplankton ind/m3. Formula yang digunakan
berdasarkan APHA (2017):

N= n x Vt/Vsrc x Asrc/Aa x 1/Vd


Keterangan:
N = Kelimpahan Plankton (sel/m3 atau ind/m3)
n = Jumlah individu plankton
Vd = Volume air yang disaring (m3)
Vt = Volume air di dalam botol (ml)
Vsrc = Volume SRC (ml)
Asrc = Area pandang SRC (1000 mm2)
Aa = Area pandang yang diamati (mm2)
a.Indeks Keanekaragaman

13
Keanekaragaman jenis dapat ditentukan menggunakan Indeks Keanekaragaman
Shanon-Wiener (Krebs 1989). Formula keanekaragaman plankton menggunakan
rumus berikut:

H'=-∑_(i=I)^n▒〖pi ln〗 pi

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = proporsi spesies ke-i (ni/N)
b.Indeks keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989) :
E=H^'/(H maks)
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks = keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
c.Indeks Dominasi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu : C=∑_(i=1)^n▒〖ni/N〗^2

Keterangan :
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total seluruh spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominansi
mendekati nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominansi dan biasanya
diikuti dengan indeks keseragaman yang tinggi. Apabila indeks mendekati nilai satu,
berarti ada salah satu spesies yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman
semakin kecil (Odum 1971).

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data kualitas air pada stasiun I,stasiun II dan
stasiun III,tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Pengamatan Parameter Fisik dan Kimia Pada Stasiun I

Nama Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3

Suhu 29,2 oC 29,6 oC 30,1 oC

Kecerahan 100% 100% 100%

Kedalaman 120 cm 140 cm 90 cm

pH 1 & 2 3&5 4&5 5&5

Oksigen Terlarut (DO) 3,1 mg/l 5,9 mg/l 5,2 mg/l

Kecepatan Arus 64,2 m/s 10,8 m/s 48 m/s

Tabel 1.2 Pengamatan Parameter Fisik dan Kimia Pada Stasiun II

Nama Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3

Suhu 30,5 oC 29,25 oC 29,55 oC

Kecerahan 100% 100% 100%

Kedalaman 120 cm 110 cm 140 cm

pH 1 & 2 4&5 5&5 5&5

Oksigen Terlarut (DO) 6,4 mg/l 9,2 mg/l 16,5 mg/l

Kecepatan Arus 41,5 m/s 9,5 m/s 9,5 m/s

15
Tabel 1.3 Pengamatan Parameter Fisik dan Kimia Pada Stasiun III

Nama Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3

Suhu 29,6 oC 29,5 oC 29,6 oC

Kecerahan 100% 100% 100%

Kedalaman 1,39 m 1,55 m 1,37 m

pH 1 & 2 3,75 3,69 3,69

Oksigen Terlarut (DO) 5,75 mg/l 6,7 mg/l 6,7 mg/l

Kecepatan Arus 0,05 m/s 0,03 m/s 0,07 m/s

Tabel 1.4 Data plankton yang ditemukan

No Nama Spesies Plankton Jumlah Plankton Pada Stasiun Jumlah

Total
1 2 3
1 Microcyystis aeruginosa 2 2
2 Phormidium mucicola 6 6
3 Eudorina aimages 13 13
4 Closterium kutzingi 2 2
5 Peridinium crassipes 1 1
6 Trichodesmium thiebaulii 4 4
7 Nitzchia vermicularis 3 3
8 Asterococcus limneticus 1 1
9 Pandorina morumbory 1 1
10 Nitzchia sigma 21 1 22
11 Closteriopsis longissima 1 1
12 Aphamizomenan sp 4 4
13 Euglena sp 10 10
14 Volvox sp 9 9
15 Calothrix sp 7 7
16 Tabellaria binalis 3 3
17 Gloetrichia echiculata 14 14
18 Tabellaria penetrata 1 1
19 Rhizosolenia spp 53 53
20 Pleuropaenium 5 5

21 Zygnema decussatum
subcoronulatum 3 3
16
22 Oscillatoria slendida 1 1
23 Scenedesmus auadriauda 1 1
24 Secenedemus maximus 1 1
25 Osscillatoria espelendida 1 1
26 Virchneriella lunaris 1 1
27 Penium minutum vercussum 1 1
Jumlah 44 92 35 171

Pembahasan :

Danau Hoce(hobby center) merupakan danau buatan yang terdapat di play cano and RC
HOCE, Kuala Dua, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Seiring
perkembangan waktu danau ini tidak hanya dijadikan tempat penampung air hujan, namun
saat ini Danau Hoce dijadikan sebagai tempat wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor lingkungan baik fisik, kimia dan biologi. Pada pengambilan daata
keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Pengambilan sampel plankton dilaksanakan
dengan menggunakan metode sampling aktif dengan planktonet pada suatu titik perairan
atau stasiun.

A. Parameter kimia
1. Derajat keasaman(pH)
Hasil nilai dari pH pada perairan Danau Hoce dapat dilihat pada tabel 1.1, 1.2,
dan 1.3. Nilai pH yang didapat pada perairan Danau Hoce pada tabel
menunjukkan bahwa dari stasiun 1 sampai stasiun 3 tidak sesuai dengan baku
mutu kelas III yang mengacu pada PP no.82 tahun 2001. Pada PP no.82 tahun
2001 menunjukkan bahwa pH yang ditolerir untuk baku mutu kelas III berada di
nilai 6-9 , untuk pH di badan perairan Danau Hoce memiliki rataan nilai yaitu
4,8. Hal ini bisa dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dalam air, temperatur, serta
proses dekomposisi organik.Bahan organik yang masuk dan mengendap di badan
perairan danau secara langsung dapat mempengaruhi kandungan pH air di
perairan Danau Hoce.

Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk


terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut.
Pada umumnya, nilai pH menurun dari sekitar 5-4 pada permukaan danau (± 0,5

17
m). Hal ini menunjukkan tingginya konsentrasi senyawa organik di air danau ini,
dan kadar senyawa organik yang semakin tinggi di kedalaman.

2. Dissolved Oxygen (DO)


Hasil nilai dari DO pada perairan Danau Hoce dapat dilihat pada tabel 1.1, 1.2,
dan 1.3. Pada tabel tersebut diketahui bahwa nilai oksigen terlarut(DO) berkisar
3,1 yang terendah dan yang tertinggi 16,5 yang memiliki rerata sebesar 10,55.
Nilai ini adalah normal untuk ekosistem perairan danau. Kadar oksigen terlarut di
dalam massa air nilainya adalah relatif, biasanya berkisar antara 614 ppm.

Sumber utama oksigen terlarut pada perairan Danau Hoce berasal dari
fotosintesis fitoplankton, mikro dan makroalgae yang hidup di perairan tersebut
dan proses difusi dari udara bebas.

B. Paramater fisika
1. Suhu
Dari hasil data yang diperoleh suhu rata rata yang ada di perairan Danau Hoce

dari stasiun 1 sampai stasiun 3 adalah 29,6 oC dapat dilihat pada tabel 1.1, 1.2,
dan 1.3.Suhu juga menjadi salah satu faktor dari kondisi kualitas air dari suatu

badan perairan. Suhu air pada nilai 29,6 oC adalah suhu yang normal bagi suatu
perairan. Suhu air berada pada kisaran normal, yakni antara 28-32 (Effendi,
2003). Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi
di dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat
dari peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang. Suhu juga
berpengaruh terhadap biota di suatu perairan. suhu berpengaruh terhadap
penyebaran organisme dan aktivitas organisme. Kebanyakan organisme tidak
dapat bertahan di suhu yang terlalu panas maupun suhu yang terlalu dingin,
dan hanya organisme-organisme tertentu saja yang mampu bertahan dalam
suhu-suhu tersebut. Suhu yang termasuk pada kisaran normal pada perairan
danau Hoce, sehingga dapat ditemui biota yang beragam.

2. Kecerahan

18
Dari data pada table 1.1, 1.2, dan 1.3 di Danau Hoce untuk keseluruhannya
memiliki nilai yang sangat tinggi yaitu mencapai 100% kecerahannya.
Tingginya persentase kecerahan ini dikarenakan keadaan Danau Hoce yang
sangat jernih. Nilai kecerahan di danau yang sangat tinggi dipengaruhi oleh
faktor kondisi lingkungan perairan yang sangat jernih dan tidak ada suspensi
terlarut.

C. Parameter biologi
Tabel 3.1 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Domoinansi Stasiun
1

n
n (n-1) /
No Spesies Jumlah P LnPi Pi LnPi Pi2 (n-
N(N-1)
i 1)
1 Nitzchia 21 0,47727273 -0,7396672 - 0,22778926 420 0,22199
sigma 0,3530229
8
Aphamizo -
2 4 0,09090909 - 0,00826446 12 0,00634
menan sp 2,3978952
0,2179904
7
8
-
3 Euglena sp 10 0,22727273 - 0,05165289 90 0,04756
1,4816045
0,3367283
4-
4 Volvox sp 9 0,20454545 - 0,04183884 72 0,03805
1,5869650
0,3246064
Jumlah 44 6 -9 0,32954545 594 0,31394
1,23234825

1. Indeks keberagaman

Shannon-Wiener =
H’ = -∑pi ln pi

= - (-1,23234825)

= 1,23

Kreteria menurut Prawiradilaga et al. (2003):

H’ < 1 : Keanekaragam rendah

H’ = 1–3 : Keanekaragaman sedang

H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

19
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh indeks keanekaragaman
plankton di stasiun 1 sebesar 1, 23. Berdasarkan kriteria menurut
Prawiraddilaga et al. (2003) indeks keanekaragaman plankton di stasiun 1 ini
adalah sedang. Sehingga lumayan banyak biota di perairan tersebut.

2. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989):
��

𝐸=
𝐻 𝑚��𝑘𝑠
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang
e > 0,6 : Kategori tinggi
1,23
𝐸=
3,79
= 0,324
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis
plankton pada stasiun 1 adalah 0,324. Berdasarkan kriteria menurut Krebs
(1985) indeks keseragaman jenis plankton di stasiun 1 masuk dalam kategori
rendah, sehingga jarang.

20
3. Indeks Dominansi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies
tertentu digunakan Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :

C = ∑pi

Karena nilai indeks berkisar 0-1 maka berarti tidak ada individu yang
mendominansi dan biasanya diikuti dengan indeks keseragaman yang tinggi.
Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu spesies yang
mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).

C = ∑pi2

C=0,329=0,330
Dari perhitungan diatas diperoleh indeks dominansi pada stasiun 1 adalah
sebesar 0,330 yang artinya hampir tidak ada individu yang mendominansi.

Tabel 3.2 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Domoinansi Stasiun 2

n (n-
n 1)
No Spesies Jumla P LnPi Pi LnPi P
(n- /
h i i
2 N(N-
1 Calothrix sp 7 0,076086 - - 0,005789 142 0,0050
96 2,5758784 0,1959907 22 ) 1 1
Tabella 3 5 )
2 ria 3 0,032608 - - 0,001063 6 0,0007
binalis 7 3,4231762 0,1116253 33 1
9 1
Gloetric
3 1 0,152173 - - 0,023156 182 0,0217
hia
4 91 1,8827312 0,2865025 9 3
echicula
5 8
ta
Tabella
4 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
ria
Rhizosole 57 4,5217885 0,0491498 15
penetra
nia 8 8
5 ta spp 5 0,576086 - - 0,331876 275 0,3291
3 96 0,5514966 0,3177100 18 6 9
6 3
Pleuropaeni
6 5 0,054347 - - 0,002953 20 0,0023
um
83 2,9123506 0,1582799 69 8
subcoronulat
6 3
um
Zygnem
7 3 0,032608 - - 0,001063 6 0,0007
a
7 3,4231762 0,1116253 33 1
decussat
9 1
Oscillato
um
8 ria 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
slendida 57 4,5217885 0,0491498 15
8 8
Scenedes
9 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
mus
57 4,5217885 0,0491498 15
auadriau
8 8
da
Secenede
10 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
mus
57 4,5217885 0,0491498 15
maximus
8 8

Osscillato
11 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
ria
57 4,5217885 0,0491498 15
espelendi
8 8
Virchneri
da
12 ella 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
lunaris 57 4,5217885 0,0491498 15
8 8

Penium
minutu
13 1 0,010869 - - 0,0001181 0 0
m
Jumlah 9 57 4,5217885 -0,0491498 0,3667296
5 301 0,3597
vercuss
1. Indeks keragaman
2 stasiun 2 8 8
1,5257830 8 2 3
um
5

Shannon-Wiener =
H’ = -∑pi ln pi

= - (-
1,23234825)

=
1,23

Kreteria menurut Prawiradilaga et al. (2003):


H’ < 1 : Keanekaragam rendah

H’ = 1–3 : Keanekaragaman sedang

H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh indeks keanekaragaman


plankton di stasiun 1 sebesar 1, 23. Berdasarkan kriteria menurut
Prawiraddilaga et al. (2003) indeks keanekaragaman plankton di stasiun 1
ini adalah sedang.

2. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989):



𝐸=
𝐻 𝑚��𝑘𝑠
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang
e > 0,6 : Kategori tinggi
1,23
𝐸=
3,79
= 0,324
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis
plankton pada stasiun 1 adalah 0,324. Berdasarkan kriteria menurut Krebs
(1985) indeks keseragaman jenis plankton di stasiun 1 masuk dalam kategori
rendah.

3. Indeks Dominansi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan Indeks
Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :
C = ∑pi2

Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks


dominansi mendekati nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominansi dan biasanya diikuti
dengan indeks keseragaman yang tinggi. Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu
spesies yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).

C = ∑pi2

Dari perhitungan diatas diperoleh indeks dominansi pada stasiun 1 adalah sebesar 0,330
yang artinya hampir tidak ada individu yang mendominansi.

Tabel 3.3 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Domoinansi Stasiun 3

n
n (n-1) /
No Spesies Jumlah Pi LnPi Pi LnPi Pi2 (n-
N(N-1)
1)

Microcyystis
1 2 0,05714286 -2,86220088 -0,16355434 0,00326531 2 0,00168
aeruginosa

Phormidium
2 6 0,17142857 -1,76358859 -0,30232947 0,02938776 30 0,02521
mucicola

Eudorina
3 13 0,37142857 -0,9903987 -0,36786238 0,13795918 156 0,13109
aimages

Closterium
4 2 0,05714286 -2,86220088 -0,16355434 0,00326531 2 0,00168
kutzingi

Peridinium
5 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
crassipes

Trichodesmium
6 4 0,11428571 -2,1690537 -0,24789185 0,01306122 12 0,01008
thiebaulii
Nitzchia
7 3 0,08571429 -2,45673577 -0,21057735 0,00734694 6 0,00504
vermicularis

Asterococcus
8 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
limneticus

Pandorina
9 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
morumbory

10 Nitzchia sigma 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0

Closteriopsis
11 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
longissima

Jumlah 35 -1,96367659 0,19836735 208 0,17478

17
1. Indeks keberagaman stasiun 3
Shannon-Wiener =

H’ = -∑pi ln pi

= - (-1,96367659)

= 1,964

Kreteria menurut Prawiradilaga et al. (2003):

H’ < 1 : Keanekaragam rendah

H’ = 1–3 : Keanekaragaman sedang

H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh indeks keanekaragaman plankton di


stasiun 3 sebesar 1, 964. Berdasarkan kriteria menurut Prawiraddilaga et al.
(2003) indeks keanekaragaman plankton di stasiun 3 ini adalah sedang.

2. Indeks Keseragaman

Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs


1989):
��′

Keterangan :

𝐸 =𝐻 𝑚𝑘𝑠
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S) S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang e > 0,6 : Kategori
tinggi
𝐸 =1,964/3,555
= 0,553
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis plankton
pada stasiun 3 adalah 0,553. Berdasarkan kriteria menurut Krebs (1985) indeks
keseragaman jenis plankton di stasiun 3 masuk dalam kategori sedang.

3. Indeks Dominansi

Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu


digunakan Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :
C = ∑pi2
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks

dominansi mendekati nol berarti hampir tidak ada individu yang


mendominansi dan biasanya diikuti dengan indeks keseragaman yang tinggi.
Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu spesies yang
mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).
C = ∑pi2
C = 0,19836735 = 0,199

Dari perhitungan diatas diperoleh indeks dominansi pada stasiun 3 adalah


sebesar 0,199 yang artinya ada salah satu spesies yang mendominasi.

Jenis tanaman air disekitar perairan Danau Hoce :

No Jenis Nama umum Familia


1 Cyperus rotundus Rumput teki Cyperaceae
2 Ludwigia hexapetala Primrose air Onagraceae
3 Typha domingensis Lidi air Tyhpaceae
4 Phragmites australis Buluh umum Poaceae
5 Nymphaeaceae alba Teratai nymphaeaceae

Untuk tanaman air sendiri, selama dilakukan praktikum terdapat 5 jenis tanaman air yang
ada di perairan Danau Hoce .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Danau Hoce (hobby center) merupakan danau buatan yang terdapat di Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Seiring perkembangan waktu danau ini tidak hanya dijadikan
tempat penampung air hujan, namun saat ini Danau Hoce dijadikan sebagai tempat
wisata. Berdasarkan pengamatan parameter yang dilakukan, danau Hoce layak
dijadikan tempat wisata karena memenuhi baku mutu kualitas air untuk wisata.

B. Saran
Semoga kedepannya akan dilakukan lagi penelitian di Danau Hoce, karena masih
banyak yang harus diketahui.
DAFTAR PUSTAKA

Sugianti, Yayuk, Masayu Rahmia Anwar, and Krismono Krismono. "Karakteristik


komunitas dan kelimpahan fitoplankton di Danau Talaga, Sulawesi Tengah." Limnotek:
perairan darat tropis di Indonesia 22.1 (2015).
Trinisa, Maya Julia, Erni Yuniarti, and Gusti Zulkifli Mulki. "ANALISIS KELAYAKAN
POTENSI OBJEK DAYA TARIK WISATA ALAM (ODTWA) DANAU HO’CE DI
DESA KUALA DUA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN
KUBURAYA." JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang 7.3.
Agustin, Wulandari Eka. KELIMPAHAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR
KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI TINGTINGANG KAWASAN KARTS MAROS. Diss.
UNIVERSITAS HASANUDDIN, 2021.
Barus, A.T. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.USU Press.
Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Keputusan Menteri (KepMen) Negara Lingkungan Hidup tentang Pedomana


Penentuan Status Mutu Air.

Maniagasi, R., Tumembouw, S. S., dan Mundeg, Y. 2013. Analisis Kualitas Fisika Kimia
Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya
Perairan. Vol.1 [2] Hal: 29-37.

Mazidah, R., Aras, M., Syafruddin, N. 2013. Tingkat Pencemaran Perairan Danau Buatan
Pekanbaru Ditinjau dari Parameter Fisika, Kimia dan Biologi. Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup. Universitas Riau, Pekanbaru.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramed Pustaka,
Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd ed. W. B. Saunders Company.
Philadelphia.

Prawiradilaga, D. M., A Suyanto, W. A. Noerdjito, A. Salim, Purwaningsih, I.


Rachmatika., S. Susiarti, I. dan Shidiq, A. Marakarmah, M. H. Sinaga,
E. Chalik, Ismael, M. Maharani, Y. Purwanto, E. B. Waluyo, 2003. Final
Reporto n Biodiversity of Tesso Nilo. Rersearch Center for Biologi –
LIPI and WWF Indonesia, Jakarta, 4 hlm.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Sahami, F. M., Hamzah, S. N., Panigoro, C. dan Hasim. 2014. Lingkungan


Perairan dan Perairan Produktivitasnya. Deepublish, Yogyakarta.

Shannon, C. E., & Weaver, W. (1949). The mathematical theory of


communication., (The University of Illinois Press: Urbana, IL, USA).

Susana, T. 2009. Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai


Indikator Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Vol.5 [2].
LAMPIRAN

Pengukuran Ph Pengambilan Sampel Air

Pengukuran DO Pengawetan dengan formalin 4%

Pengukuran kecepatan arus Analisis tumbuhan air

Identifikasi plankton Identifikasi Plankton


Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai