Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, ya ng telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Limnologi. Adapun judul dari laporan pada makul ini adalah Analisis
Kelimpahan Plankton Dan Tumbuhan di Danau Hoce.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sangat berperan
penting dalam proses kegiatan praktikum ini, terutama pada Dosen Pengampun Dr. Ir
Mardan Adijaya, M. Sc dan kepada Fx. Widadi padmasari, S.Si., M.Si. selaku dosen
Matakuliah Limnologi, yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada kami selama
pembelajaran berlangsung.
Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
A. Pengertian Danau.......................................................................................... 7
C. Analisis ......................................................................................................... 11
A. Hasil............................................................................................................. 15
B. Pembahasan ..................................................................................................17
3
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................................... 29
A. Simpulan ......................................................................................................29
B. Saran ........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................................. 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
5
Danau Hoce dalam beberapa tahun belakangan telah dimanfaatkan sebagai kawasan
pariwisata, namun demikian sejauh ini belum ada informasi tentang kondisi perairan danau
tersebut. Terkait hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian atau praktikum ini
adalah bagaimana kondisi faktor-faktor lingkungan baik fisik, kimia dan biologi dari
perairan Danau Hoce, Desa Kuala Dua, Kabupaten Kubu Raya. Secara khusus permasalahan
dalam praktikum ini adalah:
1. Bagaimana faktor-faktor fisik dari Danau Hoce yang terdiri dari suhu air,
kedalaman, kecepatan arus, kecerahan
2. Bagaiman faktor-faktor kimia Danau Hoce yang meliputi pH dan kandungan
oksigen terlarut (DO)
3. Bagaimana faktor-faktor biologi perairan yang terdiri dari kelimpahan plankton
dan tumbuhan di sekitar danau.
C. Tujuan penelitian
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan beberapa parameter lingkungan baik
fisik, kimia dan biologi dari perairan Danau Hoce, Desa Kuala Dua, Kabupaten
Kubu Raya. Secara khusus tujuan praktikum adalah:
1. Menentukan faktor fisik Danau Hoce yang terdiri dari suhu air, kedalaman,
kecepatan arus, kecerahan
2. Menentukan faktor kimia Danau Hoce yang meliputi pH dan kandungan oksigen
terlarut (DO)
3. Menentukan faktor biologi perairan yang terdiri dari kelimpahan plankton dan
tumbuhan di sekitar danau.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekosistem danau
Danau adalah badan air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan
dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai. Danau bisa berupa
cekungan yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan
menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan air sungai
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2004). Danau merupakan sumber daya air tawar
yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan
didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan (Irianto, 2011). Salah satu
sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah
ikan. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar
2.000 spesies diantaranya merupakan jenis air tawar (Subani, 1978).
Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di
permukaan bumi. Secara umum, danau merupakan perairan umum daratan yang
memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia. Danau memiliki
tiga fungsi utama, yaitu fungsi ekologi, budidaya dan sosial ekonomi. Dilihat dari
aspek ekologi, danau merupakan tempat berlangsungnya siklus ekologis dari
komponen air dan kehidupan akuatik di dalamnya. Keberadaan danau akan
mempengaruhi keseimbangan ekosistem di sekitarnya, sebaliknya kondisi danau
juga dipengaruhi oleh ekosistem di sekitarnya. Sedangkan dilihat dari aspek
budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala apung
dan dari aspek sosial ekonomi, danau memiliki fungsi yang secara langsung
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sekitar danau.Biasanya danau dapat dipakai
sebagai sarana rekreasi, dan olahraga. Danau adalah cekungan besar di permukaan
bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan
tersebut dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga
banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Sebuah danau
periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cap" atau
gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau. Istilah danau juga digunakan untuk
menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak
waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan.
7
Danau Tekto-vulkanik : merupakan jenis danau yang terbentuk dari gabungan proses
tektonik dan vulkanik.
Danau Karst : (Dolina) yaitu danau yang biasa dijumpai di wilayah berbatu gamping
sebagai akibat pelarutan batu kapur yang membentuk cekungan-cekungan yang terisi
air.
Danau Glasial : yaitu jenis danau yang terbentuk akibat erosi oleh gletser.
Cirques : yaitu danau yang airnya berasal dari pencairan es.
Danau Buatan : atau sering disebut Bendungan (Waduk). Danau buatan adalah danau
yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian,
perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya.
B. Parameter fisika
Kecepatan arus : Arus adalah gerakan molekul air yang pada umumnya dengan arah
horisontal dan vertikal yang menyebabkan terjadinya sirkulasi air, bisa berskala kecil
tetapi bisa pula berukuran sangat besar. Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor
yang mempunyai peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada
perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut
dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara
vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus air yang
bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari
perairan.
Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air
menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Metode paling sering
digunakan dalam pengukuran kecepatan arus adalah metode Lagrangian. Metode
lagrangian adalah suatu cara mengukur aliran massa air dengan melepas benda
apung atau drifter ke laut, kemudian mengikuti gerakan aliran massa air laut.
Suhu : Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering disebut
proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif sempit.
Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008)
Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal
adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme
dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air.
Dalam Pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah Thermometer.
C. Parameter kimia
Oksigen terlarut : oksigen terlarut adalah oksigen yang terlarut dalam air. Merupakan
faktor penting bagi kehidupan mikro dan makro organisme akuatik. Karena
diperlukan untuk proses pernafasan, oksigen dalam suatu perairan berasal dari difusi
langsung dari udara. Hujan yang jatuh dalam air ataupun dari proses asimilasi
tumbuh – tumbuhan berklorofil ( Odum,1971 dalam Arfiati, 1989 ). Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen
terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di
perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung oksigen dalam
rentang 8-15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi organisme –
organisme akuatik biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l untuk dapat
hidup secara normal ( Naster,1991 dalam Wibowo, 2004). Dalam pengukuran
oksigen terlarut, alat yang digunakan adalah DO Meter.
Ph : Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebebasan suatu perairan. Di
dalam air pH di pengaruhi oleh kapasitas penyangga “ buffer” yaitu adanya garam-
garam karbohidrat dan bikarbonat ( Ruttreat et al ., 1993 dalam Arfiati, 1989 ).
9
BAB III
METODOLOGI
Praktikum limnologi dilakukan pada 29 Oktober 2021di play cano and RC HOCE,
Kuala Dua, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat 78391,
praktikum dimulai pukul 08.00-13.00 WIB.
10
5. Hitung kelimpahan, indeks keanekaraman, keseragaman, dan dominansi setiap
statiun pengamatan.
Analisis kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton dapat dianalisis menggunakan SRC, untuk fitoplankton dengan
satuan sel/m3, dan satuan untuk zooplankton ind/m3. Formula yang digunakan
berdasarkan APHA (2017):
Keterangan :
𝐻′
𝐸 = 𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠
11
Keterangan :
H’ = Indeks Keanekaragaman
S = Jumlah spesies
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan
𝑛𝑖 2
Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu : 𝐶 = ∑𝑛𝑖=1
𝑁
Keterangan :
C = Indeks dominansi
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominansi mendekati
nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominansi dan biasanya diikuti dengan
indeks keseragaman yang tinggi. Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu
spesies yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).
D. Analisis
1.Analisis Fisik
a. Kecerahan Air : Secchi-disk dimasukkan ke dalam air perlahan-lahan sampai tepat
warna hitam putih tidak terlihat, catat berapa cm dalamnya pada batang pegangan
secchidisk (Khairuman, 2007).
b. Suhu : Cara mengukur suhu udara dengan menggantungkan termometer air raksa
di tempat yang akan diukur dengan tidak terkena cahaya matahari. Suhu air diukur
dengan cara mencelupkan termometer beberapa menit ke dalam air, lalu dicatat
berapa oC suhu air tersebut (Setiawam, 2003).
c.Menghitung kecepatan arus
12
Cara mengetahui kecepatan arus danau yaitu dengan menyiapkan tali dan botol yang
di isi air dan hitung menggunakan stopwatch berapa kecepatan botol itu
bergerak.Arus dari 0,1 m/dtk termasuk kecepatan arus yang sangat lemah, sedangkan
kecepatan arus sebesar 0,1-1 m/dtk tergolong kecepatan arus yang sedang, kecepatan
arus > 1 m/dtk tergolong kecepatan arus yang kuat.
2.Analisis Kimia
a. pH perairan diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara mencelupkan
kertas pH ke dalam air, lalu dicatat (Khairuman, 2007).
b. Penentuan Oksigen Terlarut (DO) Penentuan oksigen terlarut dengan
menggunakan DO meter untuk menghitung oksigen terlarutnya. Air danau
dimasukkan ke dalam botol, tutup botol dengan hati-hati jangan sampai terdapat
gelembung udara dan mulai menghitung dengan DO meter. Cara untuk menghitung
oksigen terlarut dengan DO meter yaitu :
1. Kabel dimasukkan probe ke dalam alat DO meter.
2. Tombol ditekan switch on dan ditunggu hingga angka stabil, yaitu 0,00.
3. Probe dicelupkan paling sedikit dalam cairan sedalam 10 cm untuk menghindari
pengaruh suhu dan lingkugan dan catat angka yang muncul pertama kali dilayar
3.Analisis kelimpahan plankton
Kelimpahan plankton dapat dianalisis menggunakan SRC, untuk fitoplankton dengan
satuan sel/m3, dan satuan untuk zooplankton ind/m3. Formula yang digunakan
berdasarkan APHA (2017):
13
Keanekaragaman jenis dapat ditentukan menggunakan Indeks Keanekaragaman
Shanon-Wiener (Krebs 1989). Formula keanekaragaman plankton menggunakan
rumus berikut:
H'=-∑_(i=I)^n▒〖pi ln〗 pi
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = proporsi spesies ke-i (ni/N)
b.Indeks keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989) :
E=H^'/(H maks)
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks = keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
c.Indeks Dominasi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan
Keterangan :
C = Indeks dominansi
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah total seluruh spesies
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1. Apabila nilai indeks dominansi
mendekati nol berarti hampir tidak ada individu yang mendominansi dan biasanya
diikuti dengan indeks keseragaman yang tinggi. Apabila indeks mendekati nilai satu,
berarti ada salah satu spesies yang mendominasi dan nilai indeks keseragaman
semakin kecil (Odum 1971).
14
BAB IV
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data kualitas air pada stasiun I,stasiun II dan
stasiun III,tabel di bawah ini :
15
Tabel 1.3 Pengamatan Parameter Fisik dan Kimia Pada Stasiun III
Total
1 2 3
1 Microcyystis aeruginosa 2 2
2 Phormidium mucicola 6 6
3 Eudorina aimages 13 13
4 Closterium kutzingi 2 2
5 Peridinium crassipes 1 1
6 Trichodesmium thiebaulii 4 4
7 Nitzchia vermicularis 3 3
8 Asterococcus limneticus 1 1
9 Pandorina morumbory 1 1
10 Nitzchia sigma 21 1 22
11 Closteriopsis longissima 1 1
12 Aphamizomenan sp 4 4
13 Euglena sp 10 10
14 Volvox sp 9 9
15 Calothrix sp 7 7
16 Tabellaria binalis 3 3
17 Gloetrichia echiculata 14 14
18 Tabellaria penetrata 1 1
19 Rhizosolenia spp 53 53
20 Pleuropaenium 5 5
21 Zygnema decussatum
subcoronulatum 3 3
16
22 Oscillatoria slendida 1 1
23 Scenedesmus auadriauda 1 1
24 Secenedemus maximus 1 1
25 Osscillatoria espelendida 1 1
26 Virchneriella lunaris 1 1
27 Penium minutum vercussum 1 1
Jumlah 44 92 35 171
Pembahasan :
Danau Hoce(hobby center) merupakan danau buatan yang terdapat di play cano and RC
HOCE, Kuala Dua, Kec. Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Seiring
perkembangan waktu danau ini tidak hanya dijadikan tempat penampung air hujan, namun
saat ini Danau Hoce dijadikan sebagai tempat wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor lingkungan baik fisik, kimia dan biologi. Pada pengambilan daata
keanekaragaman, keseragaman dan dominasi. Pengambilan sampel plankton dilaksanakan
dengan menggunakan metode sampling aktif dengan planktonet pada suatu titik perairan
atau stasiun.
A. Parameter kimia
1. Derajat keasaman(pH)
Hasil nilai dari pH pada perairan Danau Hoce dapat dilihat pada tabel 1.1, 1.2,
dan 1.3. Nilai pH yang didapat pada perairan Danau Hoce pada tabel
menunjukkan bahwa dari stasiun 1 sampai stasiun 3 tidak sesuai dengan baku
mutu kelas III yang mengacu pada PP no.82 tahun 2001. Pada PP no.82 tahun
2001 menunjukkan bahwa pH yang ditolerir untuk baku mutu kelas III berada di
nilai 6-9 , untuk pH di badan perairan Danau Hoce memiliki rataan nilai yaitu
4,8. Hal ini bisa dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dalam air, temperatur, serta
proses dekomposisi organik.Bahan organik yang masuk dan mengendap di badan
perairan danau secara langsung dapat mempengaruhi kandungan pH air di
perairan Danau Hoce.
17
m). Hal ini menunjukkan tingginya konsentrasi senyawa organik di air danau ini,
dan kadar senyawa organik yang semakin tinggi di kedalaman.
Sumber utama oksigen terlarut pada perairan Danau Hoce berasal dari
fotosintesis fitoplankton, mikro dan makroalgae yang hidup di perairan tersebut
dan proses difusi dari udara bebas.
B. Paramater fisika
1. Suhu
Dari hasil data yang diperoleh suhu rata rata yang ada di perairan Danau Hoce
dari stasiun 1 sampai stasiun 3 adalah 29,6 oC dapat dilihat pada tabel 1.1, 1.2,
dan 1.3.Suhu juga menjadi salah satu faktor dari kondisi kualitas air dari suatu
badan perairan. Suhu air pada nilai 29,6 oC adalah suhu yang normal bagi suatu
perairan. Suhu air berada pada kisaran normal, yakni antara 28-32 (Effendi,
2003). Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi
di dalam perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat
dari peningkatan suhu air, maka kelarutan oksigen akan berkurang. Suhu juga
berpengaruh terhadap biota di suatu perairan. suhu berpengaruh terhadap
penyebaran organisme dan aktivitas organisme. Kebanyakan organisme tidak
dapat bertahan di suhu yang terlalu panas maupun suhu yang terlalu dingin,
dan hanya organisme-organisme tertentu saja yang mampu bertahan dalam
suhu-suhu tersebut. Suhu yang termasuk pada kisaran normal pada perairan
danau Hoce, sehingga dapat ditemui biota yang beragam.
2. Kecerahan
18
Dari data pada table 1.1, 1.2, dan 1.3 di Danau Hoce untuk keseluruhannya
memiliki nilai yang sangat tinggi yaitu mencapai 100% kecerahannya.
Tingginya persentase kecerahan ini dikarenakan keadaan Danau Hoce yang
sangat jernih. Nilai kecerahan di danau yang sangat tinggi dipengaruhi oleh
faktor kondisi lingkungan perairan yang sangat jernih dan tidak ada suspensi
terlarut.
C. Parameter biologi
Tabel 3.1 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Domoinansi Stasiun
1
n
n (n-1) /
No Spesies Jumlah P LnPi Pi LnPi Pi2 (n-
N(N-1)
i 1)
1 Nitzchia 21 0,47727273 -0,7396672 - 0,22778926 420 0,22199
sigma 0,3530229
8
Aphamizo -
2 4 0,09090909 - 0,00826446 12 0,00634
menan sp 2,3978952
0,2179904
7
8
-
3 Euglena sp 10 0,22727273 - 0,05165289 90 0,04756
1,4816045
0,3367283
4-
4 Volvox sp 9 0,20454545 - 0,04183884 72 0,03805
1,5869650
0,3246064
Jumlah 44 6 -9 0,32954545 594 0,31394
1,23234825
1. Indeks keberagaman
Shannon-Wiener =
H’ = -∑pi ln pi
= - (-1,23234825)
= 1,23
19
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh indeks keanekaragaman
plankton di stasiun 1 sebesar 1, 23. Berdasarkan kriteria menurut
Prawiraddilaga et al. (2003) indeks keanekaragaman plankton di stasiun 1 ini
adalah sedang. Sehingga lumayan banyak biota di perairan tersebut.
2. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989):
��
′
𝐸=
𝐻 𝑚��𝑘𝑠
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang
e > 0,6 : Kategori tinggi
1,23
𝐸=
3,79
= 0,324
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis
plankton pada stasiun 1 adalah 0,324. Berdasarkan kriteria menurut Krebs
(1985) indeks keseragaman jenis plankton di stasiun 1 masuk dalam kategori
rendah, sehingga jarang.
20
3. Indeks Dominansi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies
tertentu digunakan Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :
C = ∑pi
Karena nilai indeks berkisar 0-1 maka berarti tidak ada individu yang
mendominansi dan biasanya diikuti dengan indeks keseragaman yang tinggi.
Apabila indeks mendekati nilai satu, berarti ada salah satu spesies yang
mendominasi dan nilai indeks keseragaman semakin kecil (Odum 1971).
C = ∑pi2
C=0,329=0,330
Dari perhitungan diatas diperoleh indeks dominansi pada stasiun 1 adalah
sebesar 0,330 yang artinya hampir tidak ada individu yang mendominansi.
n (n-
n 1)
No Spesies Jumla P LnPi Pi LnPi P
(n- /
h i i
2 N(N-
1 Calothrix sp 7 0,076086 - - 0,005789 142 0,0050
96 2,5758784 0,1959907 22 ) 1 1
Tabella 3 5 )
2 ria 3 0,032608 - - 0,001063 6 0,0007
binalis 7 3,4231762 0,1116253 33 1
9 1
Gloetric
3 1 0,152173 - - 0,023156 182 0,0217
hia
4 91 1,8827312 0,2865025 9 3
echicula
5 8
ta
Tabella
4 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
ria
Rhizosole 57 4,5217885 0,0491498 15
penetra
nia 8 8
5 ta spp 5 0,576086 - - 0,331876 275 0,3291
3 96 0,5514966 0,3177100 18 6 9
6 3
Pleuropaeni
6 5 0,054347 - - 0,002953 20 0,0023
um
83 2,9123506 0,1582799 69 8
subcoronulat
6 3
um
Zygnem
7 3 0,032608 - - 0,001063 6 0,0007
a
7 3,4231762 0,1116253 33 1
decussat
9 1
Oscillato
um
8 ria 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
slendida 57 4,5217885 0,0491498 15
8 8
Scenedes
9 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
mus
57 4,5217885 0,0491498 15
auadriau
8 8
da
Secenede
10 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
mus
57 4,5217885 0,0491498 15
maximus
8 8
Osscillato
11 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
ria
57 4,5217885 0,0491498 15
espelendi
8 8
Virchneri
da
12 ella 1 0,010869 - - 0,000118 0 0
lunaris 57 4,5217885 0,0491498 15
8 8
Penium
minutu
13 1 0,010869 - - 0,0001181 0 0
m
Jumlah 9 57 4,5217885 -0,0491498 0,3667296
5 301 0,3597
vercuss
1. Indeks keragaman
2 stasiun 2 8 8
1,5257830 8 2 3
um
5
Shannon-Wiener =
H’ = -∑pi ln pi
= - (-
1,23234825)
=
1,23
2. Indeks Keseragaman
Keseragaman plankton (E) menggunakan formula sebagai berikut (Krebs 1989):
�
�
′
𝐸=
𝐻 𝑚��𝑘𝑠
Keterangan :
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S)
S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang
e > 0,6 : Kategori tinggi
1,23
𝐸=
3,79
= 0,324
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis
plankton pada stasiun 1 adalah 0,324. Berdasarkan kriteria menurut Krebs
(1985) indeks keseragaman jenis plankton di stasiun 1 masuk dalam kategori
rendah.
3. Indeks Dominansi
Untuk mengetahui ada tidaknya dominansi dari suatu spesies tertentu digunakan Indeks
Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :
C = ∑pi2
C = ∑pi2
Dari perhitungan diatas diperoleh indeks dominansi pada stasiun 1 adalah sebesar 0,330
yang artinya hampir tidak ada individu yang mendominansi.
n
n (n-1) /
No Spesies Jumlah Pi LnPi Pi LnPi Pi2 (n-
N(N-1)
1)
Microcyystis
1 2 0,05714286 -2,86220088 -0,16355434 0,00326531 2 0,00168
aeruginosa
Phormidium
2 6 0,17142857 -1,76358859 -0,30232947 0,02938776 30 0,02521
mucicola
Eudorina
3 13 0,37142857 -0,9903987 -0,36786238 0,13795918 156 0,13109
aimages
Closterium
4 2 0,05714286 -2,86220088 -0,16355434 0,00326531 2 0,00168
kutzingi
Peridinium
5 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
crassipes
Trichodesmium
6 4 0,11428571 -2,1690537 -0,24789185 0,01306122 12 0,01008
thiebaulii
Nitzchia
7 3 0,08571429 -2,45673577 -0,21057735 0,00734694 6 0,00504
vermicularis
Asterococcus
8 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
limneticus
Pandorina
9 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
morumbory
Closteriopsis
11 1 0,02857143 -3,55534806 -0,10158137 0,00081633 0 0
longissima
17
1. Indeks keberagaman stasiun 3
Shannon-Wiener =
H’ = -∑pi ln pi
= - (-1,96367659)
= 1,964
2. Indeks Keseragaman
Keterangan :
𝐸 =𝐻 𝑚𝑘𝑠
E = Indeks keseragaman jenis
H’ = Indeks Keanekaragaman
H maks= keragaman maksimum (ln S) S = Jumlah spesies
Kriteria Menurut Krebs (1985):
e < 0,4 : Kategori rendah
0,4 < e < 0,6 : Kategori sedang e > 0,6 : Kategori
tinggi
𝐸 =1,964/3,555
= 0,553
Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai keseragaman jenis plankton
pada stasiun 3 adalah 0,553. Berdasarkan kriteria menurut Krebs (1985) indeks
keseragaman jenis plankton di stasiun 3 masuk dalam kategori sedang.
3. Indeks Dominansi
Untuk tanaman air sendiri, selama dilakukan praktikum terdapat 5 jenis tanaman air yang
ada di perairan Danau Hoce .
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Danau Hoce (hobby center) merupakan danau buatan yang terdapat di Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Seiring perkembangan waktu danau ini tidak hanya dijadikan
tempat penampung air hujan, namun saat ini Danau Hoce dijadikan sebagai tempat
wisata. Berdasarkan pengamatan parameter yang dilakukan, danau Hoce layak
dijadikan tempat wisata karena memenuhi baku mutu kualitas air untuk wisata.
B. Saran
Semoga kedepannya akan dilakukan lagi penelitian di Danau Hoce, karena masih
banyak yang harus diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Maniagasi, R., Tumembouw, S. S., dan Mundeg, Y. 2013. Analisis Kualitas Fisika Kimia
Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya
Perairan. Vol.1 [2] Hal: 29-37.
Mazidah, R., Aras, M., Syafruddin, N. 2013. Tingkat Pencemaran Perairan Danau Buatan
Pekanbaru Ditinjau dari Parameter Fisika, Kimia dan Biologi. Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup. Universitas Riau, Pekanbaru.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramed Pustaka,
Jakarta
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3rd ed. W. B. Saunders Company.
Philadelphia.