Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MINERALOGI

ACARA 1
IDENTIFIKASI MINERAL BATUAN

Oleh:
Nama : Muh. Fatkhul Najib
NIM : 170722637011
Offr : H/2017
Dosen Pengampu : Drs. RUDI HARTONO, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI S1 GEOGRAFI
2019
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN PRATIKUM MINERALOGI

Laporan yang berjdul : Identifikasi mineral batuan


Disusun oleh : Muh. Fatkhul Najib
Nim : 170722637011
Jurusan : Geografi
Progam studi : S1 Geografi

Malang, 12 Maret 2019


Menyetujui
Dosen pembimbing

Drs. Rudi Hartono, M.Si


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. TEORI MINERAL BATUAN

Mineral merupakan benda alam, terbentuk melalui proses anorganik, padat, dengan susunan
kimia-fisik homogen dan umumnya kristalin. Mineral tanah yang berasal dari komponen hasil
pelapukan batuan dengan materi mineral menempati hampir setengah dari volume tanah, dan
keberadaan mineral sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Mengetahui jenis dan kadar
mineral dalam tanah secara baik, akan memudahkan memahami bahan induk suatu tanah, menilai
tingkat pelapukan tanah, menilai potensi kesuburan tanah, serta mengetahui sifat-sifat fisika, kimia
dan fisiko-kimia dalam tanah (Tan, 1998; Schulze, 2002; Sutanto, 2005).

Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalamperbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya
tersusun mengikutisuatu pola yang sistimatis. Mineral dapat berwujud sebagai batuan, tanah,atau
pasir yang terkadang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa jenis mineral dapat mempunyai nilai
ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak (Noor, 2012)

Tanah mengandung susunan dan kadar mineral yang berbeda, dan sangat tergantung pada
bahan induk pembentuknya serta proses-proses kimia-biokimia di dalam tanah. Di dalam tanah
biasanya terdapat dua kelompok mineral, dikenal sebagai mineral primer dan mineral sekunder.
Mineral primer adalah mineral yang terkristalisasi selama proses pembekuan magma, sedangkan
mineral sekunder merupakan mineral yang terbentuk melalui proses pelapukan atau penggantian
senyawa di dalam mineral primer, ataupun sebagai hasil proses penambahan pada mineral primer
atau gelas vulkanik (Mulyanto, 2005). Mineral primer terdiri dari mineral pasir, debu, agregat
mikro, dan fragmen batuan, tetapi seringdikenal sebagai mineral fraksi pasir karena memiliki
ukuran 2-0.05 mm (Hardjowigeno, 2003; Pramuji & Bastaman, 2009), sementara mineral sekunder
berupa mineral liat dan liat amorf (Hardjowigeno, 2003; Rachim, 2007), dan sering pula disebut
mineral fraksi liat.

Sifat fisik atau mineral ditentukan oleh struktur kristal dan komposisi kimianya. Dengan
mempelajari sifat fisik mineral maka dapat diambil kesimpulan tentang struktur kristal dan
komposisi kimanya. Sifat fisik mineral pada umumnya berguna dalam penentuan mineral. Sifat
fisik dapat dideskripsi dengan lebih efektif dan cepat di dalam laboratorium (Subroto, 1984).

1. Belahan
Suatu mineral dikatakan memiliki belahan apabila mineral tersebut memiliki
kecenderungan untk pecah pada bidang tertentu. Belahan tergantng pada strktur kristal dan
terletak paralel dengan bidang atom. Dalam pendeskripsian belahan sebaiknya disertakan
kualitas dan arah kristalografinya. Kualitas dinyatakan dengan sempurna, baik dan lain-lain.
Sedangkan arahnya dinyatakan dengan nama bentuk berdasarkan kesejajaran bidang belah,
seperti kubus, oktahedral, romohedarl, prismatik atau pinakoidal (Subroto, 1984).
2. Pecahan
Pecahan adalah cara suatu mineral pecah tanpa mengikuti bidang belahnya. Adapun
macam-maca pecahan yaitu, konkoidal (seperti kulit bawang), Hacly (tajam-tajam), Uneven
(tidak beraturan) dan even (agak kasar, tetapi kecil-kecil, hampir datar) (Subroto,1984).
3. Kekerasan
Ketahanan suat mineral dengan gaya gores disebut dengan kekerasan. Kekerasan tergantng
pada struktur kristal. Dan urutan kekerasan dari suatu mineral dikenal dengan nama skalamohs
(Subroto, 1984).
4. Tenacity
Tenacity adalah ketahanan mineral terhadap pematahan, penggerusan, pembengkokan
ataupengirisan. Adapun macam-macamketahanan yaitu, brittle, meleabel, setil,daktil, fleksibel
dan elastis (Subroto,1984).
5. Massa jenis
Massa jenis adalah angka yangmenyatakan berat dari suatu mineral apabila berada di udara
(Subroto, 1984).
6. Kilap
Kilap merupakan kesan yangterjadi apabila mineral dipantulkan sinarcahaya. Adapun
macam kilap yaitu,kilap logam dan kilap non logam(Subroto, 1984).
7. Warna
Warna adalah warna yang ditangkap oleh mata apabila mineral terkena cahaya (Subroto,
1984).
8. Kemagnetan
Kemagnetan adalah daya tarik magnet yang dimiliki oleh mineral apabila didekatkan
magnet padanya. Adapun jenis kemagnetan yaitu feromagnetik, diamagnetik dan paramagnetik
(Subroto,1984).

Klasifikasi / pengelompokan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi menurut James


D. Dana (Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan
struktur kristal, adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)


Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang hanya memiliki satu unsur
atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur
pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam mineralnya yang jika ditempa dengan palu
akan menjadi pipih, atau ductile jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali
lagi seperti semula jika dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda, antara lain:
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt)
dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik.
b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya
memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya dapat
berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya
isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis
dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
2. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari kombinasi
antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini sering terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki
kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya
atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma,
kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang
terkait dengan hidrotermal (air panas).Mineral kelas sulfida termasuk ke dalam mineral-mineral
pembentuk bijih (ores). Oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam,
mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanyaumumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan
yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam. Beberapa
contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS),
sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2). Dan termasuk juga didalamnya selenides ,tellurides,
arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.
3. Kelompok OKSIDA dan HIDROKSIDA
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsurtertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).
a. OKSIDA
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsurtertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali
sulfida. Unsur yangpaling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan
aluminium. Beberapamineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3),
hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
b. HIDROKSIDA
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaanunsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya
dapat juga terkaitdengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral
hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur - unsur logam. Beberapa contoh
mineral hidroksida adalahManganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite
(Fe2O3.H2O).
4. Kelompok HALIDA
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektro negatif, seperti: F-,
Cl-, Br-,I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5). Contoh mineralnya adalah: Halit
(NaCl),Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).
5. Kelompok KARBONAT
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen. Carbonat
terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk
gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan
juga Borat (BO3). Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat
dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
1.2. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengidentifikasi mineral berdasarkan sifat fisik:
a. Luster/kilap
b. Color/warna
c. Bidang belahan
d. Bentuk kristal
e. Kekerasan
f. Streak/cerat
g. Fracture/pecahan
h. Berat jenis
i. Reaksi terhadap hcl
j. Sifat2 lainnya: rasa bau kemagnetan, transparansi, flexibilitas, dll.
BAB II
ALAT, BAHAN, DAN LANGKAH KERJA
2.1. ALAT
1. Pisau baja/kikir baja
2. Glass plate
3. Porcelain plate
4. Lup
5. Gelas ukur 250 ml
6. Palu
7. Timbangan
8. Larutan HCL
2.2. LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Lakukan identifikasi fisik dengan melihat,meyentuh,menggores sampek untuk mengetahui
sifat fisiknya.
3. Selanjutnya lakukan penimbangan pada sampel untuk mengetahui berat sampel.
4. Maskukkan aquades kedalam gelas ukur secukupnya untuk mengetahui volume dari sampel
dengan cara melihat pertambahan tinggi aquades dari titik awal ke titik akhir.
5. Setelah diketahui berat dan volume akan diketahuierat jenisnya dengan membagi berat dan
volume.
6. Hasil dari identifikasi di masukkan dalam tabel sesuai klasifikasinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
a. Tabel Pengamatan Sifat Fisik Mineral/Batuan (Terlampir)
b. Perhitungan Berat Jenis Mineral /Batuan
1. Diketahui :
berat batuan breksi : 31,9 gr/ml
Tinggi Gelas Ukur Awal : 50 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 61 ml
Jawab:
Volume Mineral= (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (61-50)
= 11 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 31,9
Berat Jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 11
= 2,9 gr/ml

2. Diketahui:
Berat Batuan kalsit : 31,4 g
Tinggi Gelas Ukur Awal : 60 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 75 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (75 – 60 )
= 15 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
Berat Jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 31,4/15 = 2,09 gr/ml

3. Diketahui :
Berat Batu Gamping : 37,2 gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 110 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 130 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir – Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (130 – 110)
= 20 ml
Berat Jenis =
= 37, 2 gr
20 ml
= 1,86 gr/ml

4. Diketahui:
Berat Mineral Kuarsa : 32,3 g
Tinggi Gelas Ukur Awal : 100 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 110 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (110 - 100)
= 10 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
Berat Jenis = = 32,3 gr/ 10 ml = 3,23 g/ml
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

5. Diketahui:
Berat Batuan kalsit : 9,6 g
Tinggi Gelas Ukur Awal : 50 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 53,5 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (53,5 – 50 )
= 3,5 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 9,6 𝑔𝑟
Berat Jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 3,5 𝑚𝑙 = 2,74

6. Diketahui :
Berat Batubara : 27.2 gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 30 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 40 ml
Jawab :
Volume Batuan = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (30 – 40)
= 10 ml
Berat Jenis = = 27.2 / 10 = 3,57 gr/ml

7. Diketahui :
Berat Batuan Sekis Mika : 15.0 g
Tinggi Gelas Ukur Awal : 40 Ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 44 Ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (44-40)
= 4 ml
Berat
Berat Jenis = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 15,0/gr
4/ml
= 3,75 gr/ml

8. Diketauhi :
Berat Mineral diorite : 35,1 gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 100 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 120 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (120 – 100)
= 20 ml

Berat Jenis =
= 35,1 / 10 = 3,51 gr/ml

9. Diketahui:
Berat Obsidian : 31,7 g
Tinggi Gelas Ukur Awal : 100 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 110 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (110 – 100 )
= 10 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡
Berat Jenis = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 31,7 gr
10 ml
= 3,17 gr/ml

10. Batu marmer


Diketahui :
Berat Batuan: 30,5gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 110 Ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 120 Ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (120-110)
= 10 ml

Berat Jenis =
= 30.5/gr
10/ml
= 3,05 gr/ml

11. Serperentin
Diketahui :
Berat Batuan: 32 gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 60 Ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 74 Ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (74-60)
= 14 ml
Berat
Berat Jenis = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

= 32,0/gr
14/ml
= 2,28 gr/ml
12. Diketauhi :
Berat Mineral Pirit : 35,7 gr
Tinggi Gelas Ukur Awal : 100 ml
Tinggi Gelas Ukur Akhir : 110 ml
Jawab :
Volume Mineral = (Tinggi Gelas Ukur Akhir - Tinggi Gelas Ukur Awal)
= (110 – 100)
= 10 ml
Berat
Berat Jenis =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
35,7
= 10
= 3,57 gr/ml

3.2. PEMBAHASAN
Praktikum meneralogi telah dilakukan di laboratorium tanah dengan kegiatan
mengidentifikasi kandungan-kandungan yang terdapat pada sampel mineral serta melakukan
pengukuran volume dan berat mineral. Tujuan dilakukan pengukuran volume dan berat ini
untuk mengetahui massa jenis dan sifat-sifat yang ada pada suatu mineral. Adapun sampel
mineral yang di identifikasi yakni batuan breksi, batuan metamorf kuarsit, batu gamping,
mineral kuarsa, kalsit, batu bara, batuan sekis mika, batuan diorite, obsidian, batuan marmer
(kalsit), batuan serpentinite dan mineral pirit.
Mineral memiliki banyak fungsi dan kegunaan yang sangat penting pada saat ini. Jenis-
jenis mineral sendiri sangat banyak, yang mana hampir pada tiap2 mineral memiliki fungsi
dan kegunaan sendiri. Mineral yang tersusun dari butiran-butiran kasar sangat cocok untuk
digunakan sebagai bahan bangunan atau ornamen-ornamen hiasan dalam dekorasi seperti
halnya batuan Breksi dan Diorite. Kedua batuan ini sejak dulu sudah dimanfaatkan sebagai
ornamen hiasan dinding-dinding bangunan dengan tujuan untuk memperindah estetika suatu
bangunan. Untuk batuan breksi sudah di manfaatkan sejak saat romawi kuno untuk membuat
patung yang digunakan untuk alat persembahan.
Batuan metamorf kuarsit merupakan batuan dengan material rata-rata keseluruh
disusun oleh mineral kuarsa. Batuan ini terbentuk saat batu pasir yang kaya kuarsa diubah
oleh panas, tekanan, dan aktivitas kimia. Batuan ini sering digunakan dalam bidang kontruksi
suatu bangun. Tingkat kekerasan yang sangat besar sehingga ketika di gunakan untuk
kontruksi bangunan akan sangat kokoh bahkan tingkat kekerasan yang sangat besar
mengakibatkan batuan ini di batasi dalam penggunaannya.
Jenis mineral yang kegunaannya hampir menyerupai batuan kuarsit adalah batu
gamping dan batu marmer. Batu gamping dan marmer juga dalam pemanfaatan nya juga
sering di gunakan sebagai bahan kontruksi bangunan, akan tetapi dalam pembangunan
keduanya sering di kombinasikan dengan semen ataupun pasir. Fungsi pokok batu gamping
sendiri sebagai penstabil dikarenakan tingkat kekerasan batu ini masih di bawah batu kuarsit,
akan tetapi memiliki kestabilan yang sangat baik. Sedangkan untuk marmer biasa digunakan
sebagai ubin pada lantai.
Mineral kuarsa memiliki kandungan ikatan struktur kimianya yang dapat saling
berhubungan dengan macam-macam unsur yang lain. Hal ini di karenakan saat penyusunan
bauan terdapat berbagai jenis mineral yang ikut andil dalam proses pembentukannya baik
batuan beku asam, intermedit, batuan sedimen, piroklastik, maupun pada batuan metamorf.
Mineral ini memiliki sifat listrik dan tahan panas, dimana ketika di bakar ataupun di aliri arus
listrik tidak mudah rusak. Pemanfaatan batu ini sering digunakan dalam sektor elektronik, kaca,
dan alat-alat optik.
Pada era konstruksi modern sekarang penggunaan kalsit sudah di padu padankan
dalam bentuk batu kapur dan marmer yang mana nanti digunakan untuk menghasilkan semen
dan beton. Bahan-bahan ini mudah dicampur, diangkut dan ditempatkan dalam bentuk bubur
yang akan mengeras menjadi bahan konstruksi tahan lama. Beton digunakan untuk membuat
bangunan, jalan raya, jembatan, dinding dan banyak struktur lainnya. Selain itu, kalsit juga
sering digunakan sebagai penetralisir asam pada tanah supaya memicu peningkatan kesubran
pada tanah.
Batu obsidian memiliki sifat keras dan juga memiliki serpihan-serpihan yang tajam.
Akibat ketajaman dan kekrasan batuannya hal inilah yang menyebabkan batu obsidian di
manfaatkan sebagai alat pemotong. Sekarang ini batu obsidian banyak diubah dan digunakan
menjadi beberapa peralatan seperti pisau, panah, mata tombak, gergaji, dan lainnya. Batu
obsidian juga memiliki berbagai macam warna yang sangat bervarias serta kenampakan
batuan yang bening menyerupai kaca. Selain ketajaman dan kekerasan serpihannya batuan ini
juga diolah sebagai perhiasaan dan manik-manik dikarenakan batu obsidian ini memiliki
motif yang sangat menarik juga.
Batuan metamorf yang terbentuk dari mineral serpenting akibat perubahan basalt dasar
laut yang bertekanan tinggi pada temperatur rendah. Mineral ini disebut sebagai serpetinite
dimana mineral ini digunakan sebagai bahan pernak pernik perhiasan dan juga di pakai oleh
industri-industri mineral. Sedangkan batuan spirit sendiri digunakan untuk mendeteksi adanya
mineral, pada abad ke 17 batuan ini digunakan untuk peneria sinyal radio yang mana pada
masa itu teknologi sinar pemancar dan satelit masih belum ada.

3.3 KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa mineral merupakan bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di
dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral mempunyai banyak sekali
jenisnya dan kegunaannya, tergantung sifat fisik yang dimiliki mineral tersebut. Dengan
banyaknya mineral tersebut, perlu dipelajari satu-persatu tentang mineral, karena selain menambah
wawasan, mineral dengan bermacam bentuk dan warna akan dijumpai dalam lingkungan sekitar.

Ada beberapa mineral yang terbentuk oleh unsur-unsur kimia, sifat fisik mineral dapat
meliputi kekerasannya, pecahan, bidang belah, warna, bentuk, massa jenisnya, Tenacity, dan
kemagnetan. Praktikum ini melakukan identifikasi kandungan-kandungan yang terdapat pada
sampel mineral serta melakukan pengukuran volume dan berat mineral. Tujuan dilakukan
pengukuran volume dan berat ini untuk mengetahui massa jenis, sifat-sifat, fungsi, dan kegunaan
yang ada pada suatu mineral. Jenis-jenis mineral sendiri sangat banyak tak terhitung jumlahnya,
yang mana hampir pada tiap2 mineral memiliki fungsi dan kegunaan sendiri. Adapun sampel
mineral yang di identifikasi pada praktikum ini yakni batuan breksi, batuan metamorf kuarsit, batu
gamping, mineral kuarsa, kalsit, batu bara, batuan sekis mika, batuan diorite, obsidian, batuan
marmer (kalsit), batuan serpentinite dan mineral pirit.

3.4. DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademi Pressindo. Jakarta. 354 p.

Mulyanto, B., 2005. Batuan Induk Tanah dan Proses Pembentukkannya. Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. IPB Bogor. 85 p.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan.

Pramuji & M. Bastaman, 2009. Teknik analisis mineral tanah untuk menduga cadangan sumber
hara. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 14. No. 2. p: 80-82.

Rachim, D.A., 2007. Dasar-dasar Genesis Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. IPB Bogor 364 p.

Schulze, D.G., 2002. An introduction to soil mineralogy. p. 1-35. dalam J.E. Amonette, W.F.
Bleam, D.G. Schulze and J.B. Dixon (eds). Soil Mineralogy with Environmental
Applications. Number 7 in the Soil Science Society of America Book Series. Soil Sci. of
America, Inc. Madison, Wisconsin, USA.

Subroto, Eddy A, H.L Ong dan D.Sudradjat. 1984. Mineralogi. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.

Sutanto, 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
208 p.
Tan, K.H., 1998. Principle of Soil Chemistry. Third Edition, Marcell Decker Inc. New York,
Basel,. 304 p.

Anda mungkin juga menyukai