Anda di halaman 1dari 9

VIS VITALIS. Vol. 01 No 1.

Tahun 1008

WATAK DAN SIFAT TANAH AREAL REHABILITASI


MANGROVE TANJUNG PASIR, TANGERANG

Oleh:

1. Aci Via Verlin


2. Alfiana Ratmeila
3. Dian Auritiya Kirnanda
4. Arini Alfa Minati
5. Ya Annis Febriyanti

SMP BUSTANUL MAKMUR GENTENG


Jln.Watu Gajah 09 Kaliputih, Genteng, Banyuwangi, Telp.0333-843151
Website: www.smpbustanulmakmur.sch.id
E-mail : Info@smpbustanulmakmur.sch.id
Tahun Ajaran 20017 /2018

1
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

Judul : Watak dan Sifat Tanah Areal Rehabilitasi Mangrove Tanjung Pasir, Tangerang
Tema : Keunggulan Tanah di Indonesia

2
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

WATAK DAN SIFAT TANAH AREAL REHABILITASI MANGROVE


TANJUNG PASIR, TANGERANG
SMP BUSTENUL MAKMUR GENTENG
ABSTRAK

Watak dan sifat tanah ini hasil pengukuran kelompok penelitian di areal rehabilitasi mangrove di
Tanjung Pasir, Tangerang, Jawa Barat yang dilakukan Tim Fakultas Biologi Unas dan P2O LIPI
Jakarta. Keadaan tanah di areal ini untuk pH tanah tidak menjadi persoalan. Bahan organik
dalam keadaan berkembang, agregasi tanah tidak menjadi mantap, sehingga mudah terurai dan
menjadi perosalan untuk ketegakan tanaman penghijauan. Kegaraman, terutama tanah di areal
pematang tambak menjadi persoalan karena garam yang tinggi ini dikawatirkan mengganggu
pertumbuhan. Unsur hara secara umum pada tanah di areal rehabilitasi tidak menjadi persoalan.
Untuk menunjang keberhasilan dalam rehabilitasi mangrove di areal ini, perlu dilakukan
pengaturan kelengasan tanah. Selain itu perlu diperhatikan keberadaan unsur beracun (B, S, H2S,
FeS) yang kemungkinan terbentuk di bawah tegakan Rhizophora.
Kata kunci : tanah, mangrove, rehabilitasi, Tangerang
PENDAHULUAN
Tanah mangrove memiliki kekhasan secara alami. Tanah mangrove, seperti juga tanah
pada ekosistem lainnya dapat dijadikan sebagai patokan untuk melihat potensi dan
produktivitasnya. Mangrove di kawasan Tanjung Pasir Tangerang, merupakan salah satu
kawasan mangrove yang sedang direhabilitasi, sehingga sangat perlu diketahui watak dan
potensinya. Oleh karena itulah penelitian dilakukan oleh kelompok peneliti rehabilitasi
mangrove Fakultas Biologi Universitas Nasional dan P2O LIPI dalam rangka mengkaji hasil
rehabilitasi mangrove di Tanjung Pasir, Tangerang, Jawa Barat.

Flora di Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang tidak hanya ditumbuhi oleh satu macam
tanaman saja, yakni tanaman mangrove. Namun, hutan mangrove juga ditumbuhi oleh jenis
tumbuhan yang lainnya. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di hutan mangrove ini berbeda-
berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini karena bereaksi terhadap variasi atau perubahan faktor
lingkungan fisik tertentu, sehingga menimbulkan zona- zona vegetasi tertentu. Beberapa faktor
lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh antara lain:

1. Jenis tanah

Faktor lingkungan fisik yang pertama mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh adalah jenis
tanah . Sebagai tempat pengendapan, substrat yang ada di wilayah pesisir pantai bisa sangat
berbeda dengan daerah lainnya. Pada umumnya, hutan bakau ini berada di wilayah yang

3
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

tanahnya berupa lumpur tanah liat dan bercampur dengan bahan- bahan organik. Namun ada
beberapa wilayah yang memiliki bahan organik dengan porsi yang berlebihan, bahkan berupa
lahan gambut). Selain itu juga ada substrat yang berupa lumpur mengandung pasir yang tinggi,
bahkan dominan pecahan- pecahan karang. Hal seperti ini terjadi di pantai- pantai yang yang
dekat dengan kawasan terumbu karang. Dengan kondisi substrat yang demikian, maka jenis
tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan mangrove ini harus bisa beradaptasi dengan keadaan
substrat yang demikian.

2. Terpaan ombak

Selain jenis tanah, faktor selanjutnya yang akan mempengaruhi jenis tanaman di hutan mangrove
adalah terpaan ombak. Bagian luar dari hutan mangrove ini berhadapan langsung dengan laut
lepas, hal ini tentu saja akan membuat bagian depan hutan ini selalu diterpa oleh ombak yang
keras juga aliran air yang kuat. Sementara di bagian dalam hutan lebih tenang daripada bagian
luarnya.

Hutan mangrove ada kemiripan dengan hutan yang lainnya, yakni di bgaian hutan yang
berhadapan langsung dengan muara sungai. Melihat kenyataan keadaan di hutan mangrove ini,
terlebih berkaitan dengan terpaan ombak, maka sudah bisa dipastikan bahwa tanaman yang
berada di luar dan berada di dalam berbeda. Jenis tanaman yang berada di luar tentunya lebih
kuat daripada yang ada di dalam karena harus berhadapan langsung dengan ombak dan aliran air
yang keras. Jenis mangrove yang tumbuh di bagian luar dan sering digempur ombak adalah
mangrove Rhizophora spp. Jenis mangrove yang ada di bagian dalam dimana air lebih teang
adalah adalah jenis api- api hitam atau Avicennia alba.

3. Penggenangan oleh air

Faktor fisik yang ketiga yang mempengaruhi jenis tumbuhan di hutan bakau adalah tentang
genanagn air. Di hutan mangrove yang mana bagian luarnya selalu terkena terpaan ombak, maka
akan mengalami genangan air yakni genangan air ombak maupun air pasang. Terkadang
genangan ini akan merendam dalam waktu yang lama daripada di bagian lainnya. Sehingga dapat
dipastikan bahwa di hutahn mangrove akan terbentuk variasi kondisi lingkungan, dimana bagian
luar akan sangat basah, bagian tengan lembab, dan bagian dalam yang relatif lebih kering.

Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi jenis flora yang tumbuh di hutan mangrove
berdasarkan karakteristik wilayah atau zona nya masing- masing. Selanjutnya, flora yang ada di
hutan mangrove ini mengalami bentuk adaptasinya sendiri- sendiri. Bagaimanakah bentuk
adaptasi dari tanaman di hutan mangrove ini?

Bentuk Adaptasi Hutan Mangrove

Semua makhluk hidup harus melakukan adaptasi demi bisa bertahan hidup di lingkungannya
Demikian halnya dengan pepohonan yang berada di hutan mangrove ini. Pepohonan mangrove
harus melalukan adaptasi demi bertahan hidup melawan kerasnya lingkungan hidupnya, yakni
yang berada di tepi pantai Adaptasi tersebut dilakukan baik secara fisik maupun secara non fisik

4
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

atau secara fisiologis. Beberapa bentuk adaptasi yang dilakukan oleh tumbuh- tumbuhan yang
ada di hutan mangrove ini antara lain adalah:

Mengembangkan akar tunjang Pengembangan akar tunjang ini dilakukan oleh


mangrove Rhizophora spp. Mangrove ini biasanya hidup di zona terluar dari lingkungan
hutan mangrove. Pengembangan akar tunjang ini dilakukan untuk bisa bertahan hidup
dari ganasnya gelombang laut yang menerpa.
Menumbuhkan akar napas Penumbuhan akar napas ini dilakukan oleh mangrove
jenis Avicennia spp dan Sonneratia spp. Akar napas tersebut muncul dari pekatnya
lumpur banjir dan bertujuan untuk mengambil oksigen dari udara (Penggunaan akar
lutut Untuk pohon kendeka atau Bruguiera spp, bentuk adaptasi yang dilakukan adalah
akar lutut atau knee root.

Tanah dalam pengertian habitat pada ekosistem mangrove adalah lingkungan baur yang
dibentuk oleh pertemuan antara lingkungan marine dengan darat, dikenal juga sebagai rawa
garaman, rawa payau, Atas dasar pengetian ini, maka ada tidaknya vegetasi penutup yang khas
(mangrove) tidak menjadi kriteria pokok
Dataran estuarin, ditumbuhi oleh mangrove atau tumbuhan halofil (halofitik forest)
karena ada sinergis (timbal balik), satu sisi tumbuhan mampu tumbuh lebat, agresif, cepat
menyebar, tetapi disisi lain dengan akarnya (rapat, tenunan akar) dapat menangkap sedimen
(lumpur) sehingga terjadi endapan. Kondisi ini menjadikan pemantapan pertumbuhan dan
pengembangan daratan. Namun demikian, susunan flora yang miskin jenis di dalam hutan
mangrove, dilihat dari edafologi umum, tanah mangrove cenderung produksinya rendah
(produktivitas, yaitu kemampuan aktual saat ini atas dasar tatalaksana rataISSN 1978-
Rusmendro H 16 rata yang dikenal masyarakat). Ini tidak berarti bahwa tanah mangrove
mempunyai potensi (potensi adalah kemampuan jangka panjang untuk masa mendatang) yang
rendah.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi penelitian.
Lokasi penelitian ini adalah di daerah penghijauan / rehabilitasi mangrove desa Tanjung
Pasir, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada 3 (tiga) kondisi berbeda
yaitu jalur hijau, pematang tambak dan lokasi pembibitan. Lokasi penelitian berada di kawasan
Teluk Jakarta; terletak sekitar 23 km dari ibukota Tangerang dan sekitar 7 km dari ibukota
Kecamatan Teluk Naga. Lokasi penelitian berdampingan dengan muara Sungai Cikalong.
B. Metode pengumpulan data
Pada masing-masing lokasi (jalur hijau, pematang tambak dan lokasi pembibitan), tanah
diambil menggunakan ring sample dan juga dipacul, selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong
plastik. Pengukuran masing-masing contoh tanah didasari oleh panduan yang digunakan di
Laboratorium Jurusan Tanah IPB, 1991.
C. Analisis Data

5
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

Tanah hasil sampling dianalisis di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB,
Bogor. Hasil analisis laboratorium setiap sample dari masing-masing lokasi, dibandingkan
dengan kriteria kesuburan tanah berdasarkan Hardjowigeno (1987). Parameter yang dianalisis
adalah sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik yang dianalisis adalah tekstur tanah; sedangkan sifat
kimia tanah yang dianalisis adalah kemasaman, bahan organik dan kation tanah.

Upaya Melestarikan Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang mempunyai banyak sekali manfaat. Manfaat- manfaat
dari hutan mangrove sendiri telah dipaparkan di atas. Oleh karena hutan mangrove ini
mempunyai banyak sekali manfaat dan juga sifat penting, maka keberadaan hutan mangrove ini
perlu dilestarikan. Sementara itu hutan mangrove yang ada di Indonesia sudah banyak
mengalami kerusakan, maka dari itulah perlu dilakukan upaya- upaya untuk melestarikan
kembali hutan mangrove yang telah rusak. Beberapa cara untuk melestarikan kembali hutan
mangrove yang telah rusak antara lain adalah sebagai berikut:

1. Penanaman kembali hutan mangrove

Perbaikan dan pelestarian hutan mangrove bisa dilakukan dengan melakukan peneneman
kembali pohon- pohon mangrove. Penanaman ini jangan lupa untuk selalu melibatkan
masyarakat sekitar. Mengapa harus melibatkan masyarakat? Hal selain akan meringankan proses
penanaman kembali, juga akan menumbuhkan rasa kepemilikan dan kesadaran pada masyarakat
sebagai pemilik wilayah, sehingga nantinya masyarakat akan turut serta melindungi hutan
mangrove tersebut. Selain itu, masyarakat sekitar juga akan mendapatkan beberapa keuntungan
seperti terbukanya peluang kerja, sehingga otomatis akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

2. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir

Selain penanaman kembali, upaya pelestarian hutan mangrove juga dapat dilakukan dengan
mengatur ulang wilayah pesisir, seperti pemukiman, vegetasi, dan lain sebagainya. Hal ini karena
wilayah pesisir pantai dapat dijadikan kota ekologi sekaligus berpotensi sebagai objek wisata,
sehingga hutan mangrove yang berada di sekitar wilayah tersebut akan dapat dikelola dengan
baik.

3. Peningkatan kesadaran masyarakat

Kesadaran masyarakat juga merupakan hal yang harus ditumbuhkan demi terciptanya hutan
mangrove yang lestari. Bagaimanapun juga, masyarakat sekitar adalah orang- orang yang paling
dekat dengan hutan mangrove, sehingga apabila masyarakat yang berada di sekitarnya memiliki
kesadaran yang tinggi, hal itu akan berpotensi menjadikan hutan mangrove tetap lestari.

4. Peningkatan pengetahuan masyarakat dan penerapan kearifan lokal mengenai


konservasi

Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya hutan mangrove ini memiliki fungsi sebagai
konservasi lahan pantai, sehingga keberadaan hutan mangrove ini sangatlah penting. Masyarakat

6
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

perlu mengetahui dan juga menyadari tentang fungsi dari hutang mangrove ini dan juga
memahami dengan jelas arti dari konservasi. Jika masyarakat memahami arti penting konservasi,
maka hutan mangrove akan dapat diselamatkan dari tangan- tangan jahil masyarakat yang tidak
bertanggung jawab dan ingin mengubahnya menjadi lahan- lahan yang bernilai komaersial.

5. Program komunikasi konservasi hutan mangrove

Selain perlunya mmebangun kesadaran mengenai hutan mangrove, perlu juga diadakan
tentang komunikasi atau penyuluhan mengenai konservasi hutan mangrove ini. Hal ini tentu saja
sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan mangrove. Selain bertujuan agar masyarakat
memahami arti penting konservasi hutan mangrive, juga bertujuan menginformasikan kepada
masyarakat bagaimana caranya untuk melakukan upaya pelestarian kepada hutan mangrove
tersebut, sehingga pada akhirnya masyarakat dapat berduyun- duyun untuk melestarikan hutan
mangrove secara bersama- sama dengan pemerintah atau pengelola wilayah sekitar hutan
tersebut.

6. Perbaikan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat

Hal ini berarti dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir pantai, masyarakt sangat
penting utuk selalu dilibatkan. Hal ini karena masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir. Selain itu kearifan loka juga perlu dikembangkan sejauh dapat mendukung
program ini dengan baik.

Itulah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki maupun melestarikan hutan
mangrove. Upaya- upaya tersebut dapat dilakukan oleh pemerintang bersama- sama dengan
masyarakat.

7
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

DAFTAR PUSAKA

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-mangrove
http://biologi.unas.ac.id:8080/publikasi/Watak%20dan%20sifat%20tanah%20(Hasmar%2
0R).pdf

8
VIS VITALIS. Vol. 01 No 1. Tahun 1008

KELOMPOK 5

Anda mungkin juga menyukai