Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata Bali sangat istimewa di mata dunia internasional, tidak heran

bila pulau yang indah ini mampu menarik jutaan turis baik turis asing maupun

dalam negeri tiap tahunnya. Fakta ini diperoleh dari (Badan Pusat Statistik

Provinsi Bali, 2017) yang memberikan informasi bahwa Pulau Bali

mempunyai daya tarik yang dapat dibedakan dengan kawasan wisata lain

yang berada di Indonesia antara lain merupakan keelokan alam, budaya, dan

bermacam- macam kuliner khas yang berasal dari Pulau Bali seperti beragam

jenis tempat wisata yang terdapat di Pulau Bali mulai dari pantai yang indah,

kawasan hutan, danau, gunung merapi, air terjun, dan kawasan wisata buatan

semacam desa wisata yang telah diketahui oleh dunia sebagai salah satu

daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Bali banyak memiliki potensi

kepariwisataan yang bisa dikembangkan dan ditingkatkan.

Sampai saat ini perkembangan pariwisata di Bali lebih

terkonsentrasi di kawasan Bali Selatan, Namun Pesatnya perkembangan

pariwisata khususnya wisata pantai di Bali bagian selatan seperti Pantai Kuta

tidak terjadi pada Pantai Bali bagian utara yaitu Pantai Lovina. Pantai Lovina

memiliki potensi pariwisata yang patut untuk dikembangkan oleh Dinas

Pariwisata akan tetapi jauh nya jarak antara Pantai Lovina dengan Bandara

Internasional Ngurah Rai yang memberi kesulitan bagi wisatawan untuk

datang ke Pantai Lovina karena jarak tempuh yang sangat jauh.

1
Perkembangan pariwisata yang tidak merata ini tentunya kurang baik karena

akan mengahalangi kawasan-kawasan wisata lain di Bali untuk bisa

menunjukkan bahwa pariwisata Bali tidak hanya di Bali selatan saja, jenis

daya tarik wisata di Bali Selatan antara lain meliputi wisata alam, wisata

budaya, wisata bahari, dan wisata minat khusus, Dari kawasan wisata tersebut

adalah wisata alam dan wisata bahari merupakan jenis obyek wisata yang

paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa Bali bagian Selatan merupakan

kawasan dengan keindahan obyek wisata alam yang beragam. Kawasan

wisata tersebut antara lain: Kuta, Sanur, Nusa Dua, Tanah Lot, Ubud,

Jimbaran serta Garuda Wisnu Kencana dan masih banyak lagi Kawasan

wisata yang berkembang di Bali, akan tetapi turis juga harus mengenali

daerah bagian Bali yang lain terdapat banyak tempat yang menawarkan

pilihan wisata tamasya yang variative. salah satunya objek- objek wisata yang

terdapat di Buleleng.

Kabupaten Buleleng adalah kabupaten yang terletak di bagian utara

pulau Bali yang sangat kaya akan daya tarik wisata, baik itu wisata bahari,

wisata budaya dan juga wisata sejarah. Potensi objek wisata yang ada di

kabupaten Buleleng antara lain: Air Panas Banjar, Air Terjun Gitgit, Air

Terjun Aling – Aling, Yeh Sanih, Krisna Fantastic Land, Puncak Wanagiri,

Danau Tamblingan dan Pantai Lovina. Salah satu objek wisata unggulan di

Buleleng adalah Pantai Lovina. Pantai Lovina adalah sebuah kawasan pantai

yang terletak di Kota Singaraja, Tepatnya 10 km ke arah barat Kota Singaraja

(Ibukota Kabupaten) yang berlokasi di Desa Kalibukbuk, Kabupaten

2
Buleleng, Bali. Memerlukan waktu kurang lebih 2-3 jam berkendara

menggunakan mobil dari Kota Denpasar melewati rute Denpasar–Bedugul-

Singaraja. Pantai Lovina merupakan salah satu destinasi wisata di wilayah

Bali Utara yang memiliki keindahan pantai yang masih alami dan tenang.

Pantai Lovina di Kabupaten Buleleng memiliki kawasan yang sepanjang garis

pantainya ditanami penghijauan dengan hamparan pasir berwarna abu-abu

kehitaman. Pesona alam yang dikembangkan sebagai objek wisata bahari ini

menjadi pilihan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti snorkeling,

fishing, dan di area pantai terlihat banyak berjejer perahu nelayan

tradisional. Daya tarik utama dari pantai Lovina adalah aktivitas melihat

lumba -lumba di tengah laut. Kawasan objek wisata Lovina sangat terkenal

dengan pertunjukan lumba–lumba di tengah laut. Di pantai ini terdapat

ratusan lumba-lumba untuk dapat melihat lumba-lumba beraksi anda harus

berangkat ke tengah laut sebelum matahari terbit. Lumba–lumba akan

bermunculan di tengah laut antara jam 6 hingga jam 8 pagi.

Wisatawan yang berkunjung dapat menyewa perahu tradisional nelayan

yang khusus disediakan untuk wisata melihat lumba-lumba di tengah laut.

Sambil menuju ke tengah laut untuk menyaksikan pertunjukan lumba-lumba,

anda juga dapat menyaksikan perairan laut Lovina yang indah dan alami.

Namun sebagai daerah tujuan wisata kawasan Pantai Lovina memiliki

beberapa kelemahan, Sehingga wisatawan yang berkunjung relatif sedikit bila

dibandingkan dengan daerah lain yang berada di Bali bagian selatan.

Kelemahan–kelemahan tersebut seperti jarak antara Kota Denpasar dan Kota

3
Singaraja, dan juga jarak antara bandar udara I Gusti Ngurah Rai dengan

Singaraja yang cukup jauh untuk ditempuh, terdapat jalan yang berliku yang

harus dilewati. Setiap kawasan wisata alam pasti memilki perkembangan yang

berbeda-beda. Perkembangan kawasan wisata alam tersebut dapat dilihat dari

ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, aksesibilitas, jumlah

pengunjung dan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap objek

wisata memiliki siklus hidup yang berbeda pula seperti yang dikemukakan

oleh Butler dalam teorinya, yaitu Teori Siklus Hidup Pariwisata.

Setiap kawasan wisata alam pasti memilki perkembangan yang berbeda-

beda. Perkembangan kawasan wisata alam tersebut dapat dilihat dari

ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, aksesibilitas, jumlah

pengunjung dan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap objek

wisata memiliki siklus hidup yang berbeda pula seperti yang dikemukakan

oleh Butler dalam teorinya, yaitu Teori Siklus Hidup Pariwisata. Teori ini

lebih dikenal dengan Tourism Area Life Cycle (TALC). Siklus hidup

pariwisata terbagi atas tujuh fase mulai dari tahapan : Penjajakan

(exploration), Pelibatan (Involvement), Pengembangan (Development),

Penggabungan Consolidation, Stagnation, peremajaan (Rejuvenation) dan

kemunduran (Decline). Dengan teori siklus hidup tersebut posisi pariwisata

yang akan dikembangkan dapat diketahui dengan baik dan selanjutnya dapat

ditentukan program pembangunan, pemasaran, dan sasaran dari pembangunan

pariwisata tersebut dengan tepat.

4
Pembangunan pariwisata merupakan konsep yang sedang berkembang,

konsep siklus hidup pariwisata dengan konsep daya dukung memiliki

keterkaitan adalah cara yang baik serta dinamis yang digunakan untuk melihat

perkembangan pariwisata. Konsep siklus hidup menunjukkan bahwa daerah

tujuan wisata senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan

kemajuannya dapat dilihat melalui tahapan-tahapan mulai dari tahap

pengenalan sampai dengan tahap penurunan.

Dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata khususnya

pengembangan kawasan wisata atau obyek wisata, pada umumnya pariwisata

mengikuti alur atau siklus kehidupan pariwisata atau yang sering disebut

dengan Tourism Area Life Cycle (TALC). Dengan teori siklus hidup (TALC)

ini posisi kawasan pariwisata yang akan dikembangkan dapat diketahui

dengan baik dan selanjutnya dapat ditentukan dengan program pemasaran,

pembangunan dan target atau sasaran dari pembangunan pariwisata tersebut

dengan tepat. TALC memberikan dampak besar bagi kehidupan dan

perkembangan industri pariwisata.

Perkembangan di dunia wisata diharuskan untuk melakukan studi-studi

mengenai TALC. Kerangka kerja dalam setiap studi memberikan kerangka

yang jelas tentang pengelolaan suatu daerah wisata karena setiap destinasi

wisata memiliki karakteristik dan pembangunan yang berbeda-beda, sehingga

kedinamisan suatu pengelolaan wilayah wisata sangatlah mungkin terjadi

Perkembangan wisata di Negara-negara berkembang yang memiliki potensi

5
wisata adalah sebuah keharusan karena pariwisata menjadi salah satu fakor

penentu kemajuan ekonomi suatu Negara berkembang.

Siklus hidup area wisata mengacu pada pendapat Buttler (dalam Pitana,

2005) terbagi atas tujuh fase yaitu dari tahap Exploration hingga tahap

Rejuvenation dan Decline. Untuk itu, dilakukan penelitian dengan tujuan

merumuskan tipologi kawasan wisata alam berdasarkan teori siklus hidup

Pariwisata di Pantai Lovina. Selanjutnya dari hasil tipologi tersebut, akan

dilakukan beberapa kajian mengenai pengembangan kawasan wisata Bahari di

Pantai Lovina, Singaraja. Dari pemaparan diatas diketahui beberapa hal

penting dari Tourism Area life Cycle yang menarik dikaji di kawasan Pantai

Lovina. Hal tersebut menjadi urgensi penelitian ini. Adanya fakta bahwa

penelitian ini belum pernah dilakukan sehingga menarik dikaji dan diangkat

dalam penelitian ini.

6
1.1. Rumusan Masalah

2) Bagaimana potensi kawasan wisata bahari di Pantai Lovina ?

3) Bagaimana posisi kawasan wisata berdasarkan analisis Tourism Area

Life Cycle?

1.2. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi karakteristik kawasan wisata alam di Pantai Lovina.,

Merumuskan tipologi kawasan wisata alam berdasarkan teori siklus hidup

pariwisata di Pantai Lovina, Memberikan rekomendasi pengembangan wisata

alam berdasarkan analisis siklus hidup pariwisata di Pantai Lovina.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan

teori pariwisata yang didapatkan dalam perkuliahan. Selain itu juga

menambahkan pengetahuan mahasiswa tentang posisi Pantai Lovina

berdasarkan analisis Tourism Area Life Cycle. Hasil penelitian ini diharapkan

memberikan gambaran, masukan dan pertimbangan bagi Dinas Pariwisata

Kota Singaraja, Aparatur Pantai Lovina dan masyarakat Pantai Lovina

sebagai upaya mengembangkan pariwisata di Pantai Lovina.

Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam

merumuskan tipologi kawasan wisata alam berdasarkan siklus hidup

7
pariwisata dan menentukan arahan atau kebijakan yang tepat untuk

pengembangan kawasan wisata bahari di Pantai Lovina.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan penambahan pengetahuan bagi

masyarakat khususnya untuk dilakukan guna mengetahui aktivitas masyarakat

di Pantai Lovina.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini peneliti membahas tentang teori – teori yang digunakan

untuk mengkaji “Posisi Kawasan Wisata Pantai Lovina Berdasarkan Analisis

Tourism Area Life Cycle”.

2.1.1. Teori TALC

Ruang Lingkup Penelitian Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu

lebih berfokus pada posisi Pantai Lovina dalam kaitannya dengan Tourism

Area Life Cycle. Untuk mengetahui posisi pantai lovina saat ini, maka harus

disesuaikan dengan ciri-ciri dari setiap tahap dalam teori ini. Adapun teori

yang digunakan untuk mengetahui posisi Pantai Lovina saat ini disesuaikan

dengan Teori Butler.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan acuan

dari Teori Butler (1980), dikenal dengan nama Tourism Area Life Cycle

(TALC). Teori ini menjelaskan mengenai tahapan dari suatu daerah tujuan

wisata, yang dilengkapi dengan ciri- ciri dari masing-masing tahapan. Teori

ini memiliki 7 tahapan dan memiliki ciri-ciri yang berbeda setiap tahapnya.

Sebuah area wisata pasti akan mengalami sebuah siklus kehidupan area wisata

yang terdiri dari empat bagian, yaitu Explorasi, Involvement, Development,

Consolidation, Stagnation, Rejuvenation or Decline.

Namun, lebih lengkapnya TALC ini terbagi menjadi tujuh tahapan yang dapat

dilihat pada Tabel 2.1.1. sebagai berikut.

9
Tabel 2.1.1.
Tabel Ciri – ciri dari masing – masing tahapan dalam
TALC.

No. Tahapan Ciri – ciri

a.Sebuah destinasi
1. Eksplorasi
wisata yang baru
(Exploration)
ditemukan oleh
seseorang yang tidak
banyak dikenal orang
(seperti penjelajah,
wisatawan, pelaku
pariwisata, masyarakat
lokal, atau pemerintah).
b.Mulai dikunjungi
oleh wisatawan
meskipun dengan
jumlah yang sangat
sedikit.
c.Area wisata yang
umumnya masih alami,
sepi dan belum ada
fasilitas wisata bagi
wisatawan.
a.Jumlah kunjungan
2. Keterlibatan
wisatawan yang mulai
(Involvement)
meningkat terutama
pada hari-hari libur.
b.Pemerintah dan
masyarakat lokal mulai
ikut terlibat dalam
menunjang kegiatan
kepariwisataan di area
wisata tersebut.
Kontribusi yang
diberikan oleh
pemerintah dan
masyarakat lokal
misalnya menyediakan
fasilitas-fasilitas
wisata, berinteraksi
dengan wisatawan,
hingga mempermudah
akses masuk walau

10
dengan skala yang
terbatas.
c.Mulai dilakukannya
promosi-promosi
walaupum berskala
kecil untuk semakin
memperkenalkan
destinasi wisata yang
bersangkutan.
a.Jumlah kunjungan
3. Pembangunan
wisatawan yang naik
(Development)
tapi tidak terlalu
signifikan.
b.Kegiatan ekonomi
diambil alih oleh
perusahaan -
perusahaan jaringan
internasional seperti
para stakeholder.
a.Jumlah kunjungan
4. Konsolidasi
wisatawan naik tapi
(Consolidation)
tidak terlalu signifikan.
b.Kegiatan ekonomi
diambil alih oleh
perusahaan perusahaan
jaringan internasional.
c.Berbagai macam
fasilitas wisata dirawat,
diperbaiki, dibangun,
dan ditingkatkan
standarnya.
d.Promosi semakin
sering dilakukan.
a.Jumlah kunjungan
5. Stagnasi
wisatawan telah
(Stagnation)
mencapai puncak
tertingginya.
b. Atraksi wisata alami
sudah disesaki dengan
atraksi wisata buatan
yang berdampak pada
berubahnya tempat
awal destinasi wisata
tersebut
a.Fasilitas wisata yang
6. Penurunan
ada beralih fungsi dari

11
fungsi awalnya.
(Decline)
b.Wisatawan mulai
jenuh dengan atraksi
wisata yang ada.
a.Muncul inovasi-
7. Peremajaan
inovasi baru.
b.Area wisata di tata
(Rejuvenation)
ulang sehingga
memberikan warna
baru.
Sumber: Butler dalam Pratiwi dkk, hal 17 2013.

Ciri-ciri yang lebih mendominasi akan memperlihatkan posisi Pantai

Lovina saat ini disesuaikan dengan Teori Butler (1980). Lokasi penelitian

yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Pantai Lovina yang terletak di

Kecamatan Denpasar Utara, Kabupaten Buleleng yang memiliki pantai

terpanjang di Bali yaitu 157,05 Km (Dinas Statistik Kabupaten

Buleleng,2017).

2.1.2 Teori Pariwisata

Suwantoro (2004:3) mendefinisikan istilah pariwisata, yaitu suatu

perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya

karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan

upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan

oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan

kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga

karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk

kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya. Potensi wisata

adalah semua obyek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan banyak

12
penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan (Helmut

F. Weber, 2006:11).

Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,

yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar

tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan merupakan kegiatan yang

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan pariwisata merupakan

suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan

antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin

mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang behubungan dengan

kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan

usaha yang lainnya (Gamal, 2004: 3). Pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah daerah (UU No. 10

Tahun 2009) Tentang Kepariwisataan (revisi dari UU No. 9 Tahun

Kepariwisataan). Setiap usaha Pariwisata yang ada, membutuhkan berbagai

sarana yang memadai untuk menunjang kebutuhan para wisatawan, yaitu

salah satunya adalah sarana akomodasi. Karena tanpa adanya sarana

akomodasi yang memadai, usaha parwisata tidak dapat berjalan dengan baik

dan begitupun sebaliknya tanpa kegiatan pariwisata usaha akomodasi tidak

akan berjalan secara optimal. Diantara bermacam-macam bentuk jasa

kepariwisataan yang terpenting dan terlengkap ialah yang bisanya disebut

Hotel.

13
2.1.3 Konsep Daya Tarik Wisata

Pengertian Daya Tarik Wisata menurut Undang-undang Republik

Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5,

menyebutkan sebagai berikut ”Daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang

memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

tujuan kunjungan wisatawan. Lebih lanjut Cooper dkk (1995:81)

mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh

sebuah daya tarik wisata, 4 komponen yaung terdapat di kawasan wisata

Pantai Lovina yaitu:

1. Atraksi (attractions) Pesona alam yang dikembangkan sebagai objek wisata

bahari menjadi pilihan untuk melakukan berbagai aktivitas

seperti snorekling, fishing, dan di area pantai terlihat banyak berjejer perahu

nelayan tradisional. Daya tarik utama dari pantai Lovina adalah aktivitas

melihat lumba - lumba di tengah laut. Kawasan objek wisata Lovina sangat

terkenal dengan pertunjukan lumba – lumba liar di tengah laut. pantai Lovina

adalah aktivitas melihat lumba - lumba di tengah laut. Kawasan objek wisata

Lovina sangat terkenal dengan pertunjukan lumba – lumba liar di tengah laut.

14
Gambar 2.1.3
Salah satu atraksi melihat lumba – lumba di tengah laut Lovina
(Foto: Tribun Travel, Melihat Lumba – lumba di Pantai Lovina Bali,2020)

2. Aksesibilitas (accessibilities) transportasi untuk mengunjungi pantai Lovina

bias menggunakan mobil dan motor yang di tempuh sekitar 2 -3 jam dari

Denpasar dan adanya sarana umum seperti terminal.

3. Amenitas atau fasilitas (amenities) tersedianya akomodasi, rumah makan,

restoran, caffe.

4. Ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisatawan seperti destination marketing management organization,

conventional.

Wisata bahari adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan,

tantangan, pengalaman baru, maupun kesehatan yang hanya dapat dilakukan

di wilayah perairan. Menurut Nyoman S. Pendit (1999:42-48), wisata bahari

dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, danau, bengawan, teluk atau laut.

Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayung,

kompetisi selancar, pemotretan bawah laut dan lainnya.

15
Gambar 2.1.4
(Foto : Tribun Travel, Melihat Lumba – lumba di Pantai Lovina Bali,
2020)
Wisata bahari wisata yang memanfatkan potensi alam bahari sebagai

daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata yang dilakukan diatas

maupun di bawah permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari

keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

ini wisata bahari merupakan segala aktivitas yang menjadikan sumber daya

alam laut beserta kenakeragaman isi dan potensi Pantai Lovina sebagai suatu

daya tarik wisata yang bisa dinikmati.

2.1.5. Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Bahari

Perkembangan adalah suatu keadaan berubahnya suatu wilayah,

keadaan, maupun sistem kepercayaan. Perkembangan merupakan proses yang

pasti seperti orang yang lahir dan mati, berubahnya suatu wilayah berpotensi

baru menjadi tempat yang diminati untuk dikunjungi, dan juga berubahnya

sikap dan keadaan suatu kegiatan. Secara singkat, perkembangan

(development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih

maju. Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum

16
Bahasa Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara atau

hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka,

memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik. Ada tiga pedoman umum

untuk suatu organisasi pariwisata yang baik, yaitu harus terjalinnya kerjasama

dan koordinasi dari :

1) Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasional, provinsi

dan lokal.

2) Para pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata seperti usaha

perjalanan, usaha penginapan. usaha angkutan, usaha rekreasi dan sektor

hiburan, lembaga keuangan pariwisata, usaha cinderamata, dan pedagang

umum.

3) Organisasi yang tidak mencari untung yang erat kaitannya dengan

pariwisata (misalnya klub-klub wisata dan klub, mobil).

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupannya di sepanjang hari dengan kehidupan yang dihasilkan oleh

laut. Laut adalah tempat dimana mereka mengelola kehidupannya,

mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan potensi

kelautan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari mereka dalam berperan

serta baik dalam konservasi lingkungan, pemanfaatan lingkungan dan

pengelolaan lingkungan.

Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti

melupakan faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan

wisata bahari yang berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan

17
yang rusak dan keanekaragaman potensi yang telah berkurang.

Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan

kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi

upaya perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa

lingkungan sumber daya kelautan. Di lain pihak masyarakat pesisir dapat

merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui

terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang nantinyaakan mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

2.2.5. Peneliti Terdahulu

Tinjauan hasil penelitian sebelumnya adalah suatu acuan yang

digunakan sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan,

acuan tersebut berupa hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan

sebelumnya, berikut merupakan penelitian yang digunakan sebagai tinjauan

pada penelitian ini, yaitu:

a). Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Anggreni Suryaningsih

2016, yaitu Posisi Desa Serangan berdasarkan analisis Tourism Area Life

Cycle, di dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa, Desa Serangan yang

dulu dikenal sebelum adanya reklamasi sebagai Pulau Penyu (Penyu Island)

saat ini telah melebarkan potensinya melalui pengenalan produk-produk

wisata baru yang dibentuk oleh Kelompok Nelayan Karya Segara. Fasilitas

yang telah memadai dilengkapi dengan kontrol yang baik dari masyarakat

lokal, menjadikan Serangan lebih dikenal dimata wisatawan. Pangsa pasar

yang dulu sempat melemah akibat dari reklamasi sedikit demi sedikit telah

18
pulih. Hal inilah yang menjadikan Serangan berada pada fase 2 dalam Teori

Butler (1980), Tourism Area Life Cycle yaitu pada fase involvement

(keterlibatan) dengan fakta-fakta yang ada di lapangan.

b). Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Wirayanthi Tambunan 2016,

dengan judul Objek Wisata Tanah Lot dan Kebun Raya Bedugul Bali

berdasarkan Analisis Tourism Area Life Cycle yang berada pada fase

Konsolidasi (Consolidation) Pada tahap ini, sektor pariwisata menunjukkan

dominasi dalam struktur ekonomi pada suatu kawasan dan ada kecenderungan

dominasi jaringan internasional semakin kuat memegang peranannya pada

kawasan wisata atau destinasi tersebut. Kunjungan wisatawan masih

menunjukkan peningkatan yang cukup positif namun telah terjadi persaingan

harga diantara perusahaan sejenis pada industri pariwisata pada kawasan

tersebut. Peranan pemerintah lokal mulai semakin berkurang sehingga

diperlukan konsolidasi Obyek Kebun Raya Bali berdasarkan Analisis Tourism

Area Life cycle berada pada Pengembangan (Development) Pada tahapan ini,

telah terjadi kunjungan wisatawan dalam jumlah besar dan pemerintah sudah

berani mengundang investor nasional atau internatsional untuk menanamkan

modal di kawasan wisata yang akan dikembangkan. Perusahaan asing (MNC)

Multinational Company telah beroperasi dan cenderung 49 mengantikan

perusahan lokal yang telah ada, artinya usaha

kecil yang dikelola oleh penduduk lokal mulai tersisih hal ini terjadi karena

adanya tuntutan wisatawan global yang mengharapkan standar mutu yang

lebih baik. Dari penelitian terdahulu seperti pada penelitian diatas kita dapat

19
mengambil kesimpulan bahwa setiap daerah memliki TALC yang berbeda –

beda.

2.3. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis berguna untuk menentukan arah penelitian dengan

tujuan agar peneliti berfokus pada masalah yang akan di teliti. Kerangka

berpikir menggunakan teori yang mendukung penelitian sehingga peniliti

dapat menjelaskan dan menjawab masalah yang sedang diteliti agar sesuai

rumusan masalah. Peneliti menggunakan Kerangka teori dari Butler (1980)

yang membahas tentang 7 tahapan siklus hidup pariwisata. hal ini. TALC

TALC merupakan suatu konsep yang diterapkan atau digunakan dalam

pengembangan suatu daerah wisata yang memberikan dampak besar bagi

kehidupan pariwisata, perkembangan industry pariwisata.

Gambar 2.3.

(Foto : Kajian Ilmu Tourism Area Life Cycle, HMPI Media 2019)

20
Teori ini memiliki 7 tahapan dan memiliki ciri-ciri yang berbeda

setiap tahapnya. Sebuah area wisata pasti akan mengalami sebuah siklus

kehidupan area wisata yang terdiri dari empat bagian, yaitu Explorasi ,

Involvement, Development, Consolidation, Stagnation, Rejuvenation or

Decline.

21
BAB III

Metode Penelitian

3.1. Rancangan Penelitian

Adapun batasan dalam penelitian ini yaitu lebih berfokus pada posisi

Pantai Lovina dalam kaitannya dengan Tourism Area Life Cycle. Untuk

mengetahui potensi wisata serta posisi kawasan Pantai Lovina berdasarkan

analisis TALC, maka harus disesuaikan dengan ciri-ciri dalam setiap tahap

teori ini. Ciri-ciri yang lebih mendominasi akan menentukan posisi Pantai

Lovina saat ini disesuaikan dengan Teori Tourism Area Life Cycle oleh Butler

(1980).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di Pantai

Lovina yang terletak di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Kecamatan

Denpasar Utara, Bali. Pantai Lovina adalah pantai terpanjang di Bali yaitu

157,05 Km (Dinas Statistik Kabupaten Buleleng, 2017). Alasan lain dipilih

sebagai tempat penelitian karena wisata bahari Pantai Lovina merupakan

salah satu tempat wisata yang memiliki pesona alam yang indah dibandingkan

dengan tempat wisata lainnya yang ada di kabupaten Buleleng.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 5 bulan, yakni dari bulan

Januari 2021 sampai dengan Juli 2021.

22
3.3. Sumber Data

Data yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu data kualitatif, data

kualitatif merupakan data berupa penjelasan-penjelasan dan uraian tentang

fenomena tertentu yang terkait dengan posisi Kawasan Pantai Lovina

berdasarkan Analisis Tourism Area Life Cycle. Data yang diperoleh yaitu dari

hasil wawancara dengan pengelola destinasi Pantai Lovina dan masyarakat

lokal . Informasi-informasi tersebut selanjutnya menjadi data yang valid

terkait dengan posisi Kawasan Pantai Lovina berdasarkan Analisis Tourism

Area Life Cycle.

Pertama, data yang diperoleh secara langsung dari pengelola destinasi

wisata Pantai Lovina yang terkait dengan pengembangan dan keadaan Pantai

Lovina. Metode observasi adalah metode yang pengumpulan data primer yang

menggunakan pertanyaan tertulis. Maka dari itu peneliti bisa mendapatkan

data atau informasi yang sesuai dengan apa yang di lihat dan sesuai dengan

kenyataannya.

Kedua, data pendukung yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang

menunjang penelitian, seperti dokumentasi, dan studi pustaka yang telah

Peneliti dapatkan dengan cara melakukan permohonan ijin yang bertujuan

untuk melihat profil Pantai Lovina.

3.3.1. Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pihak yang

terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata Pantai Lovina termasuk

masyarakat sekitar yang memiliki peran yang penting di kawasan wisata.

23
3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan keseluruhan

pengukuran yang dikumpulkan pada sebuah studi kasus yang merupakan

bagian dari populasi (Purnomo, 2010). Sampel ini kemudian disebut juga

dengan responden penelitian yang ditentukan melalui teknik analisa purposive

sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling dimana peneliti

menentukan seseorang atau sesuatu yang dianggap sesuai sebagai sampel

yang diperlukan dalam penelitian karena adanya pertimbangan tertentu

Mustafa (2000). Responden penelitian ditentukan dengan metode purposive

sampling terhadap populasi yaitu para ahli/pakar pengelola pariwisata dan bidang

perencanaan pariwisata di Pantai Lovina. Responden akan memberikan pendapatnya

terkait keadaan dan pengembangan kawasan wisata alam di Pantai Lovina.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian. Adapun Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

3.4.1. Observasi

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Teknik

pengamatan (observasi). Artinya peneliti turun secara langsung ke lokasi

penelitian untuk mengetahui secara jelas fenomena dan fakta tentang posisi

Kawasan Pantai Lovina berdasarkan analisis TALC (Endraswara,

2006:135).

Poin yang menjadi fokus dalam pengamatan adalah kondisi dan keadaan

Pantai Lovina.

24
3.4.2. Wawancara

Wawancara memiliki tujuan untuk mengumpulkan data-data dan

informasi tentang potensi wisata Pantai Lovina. Wawancara dilakukan melaui

proses tanya jawab antara peneliti dan subjek yang di teliti.

Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara sesuai dengan

permasalahan yang diajukan kepada pihak informan. Wawancara dilakukan

kepada pihak-pihak, yakni pengelola wisata Pantai Lovina dan warga lokal

Pantai Lovina. Pengelola destinasi wisata Pantai Lovina diminta informasi

tentang potensi apa saja yang terdapat di Pantai Lovina untuk menjawab

permasalahan pertama sedangkan warga lokal akan diminta informasi tentang

bagaimana keadaan wisata yang sedang terjadi di Pantai Lovina yang

menjawab permasalahan kedua. Pengamatan dilakukan untuk mencocokkan

data yang telah diperoleh melalui wawancara terhadap keadaan yang

sesungguhnya, guna mendapatkan data yang lebih andal dan akurat.

3.4.3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi Teknik observasi dan

Teknik wawancara, melalui Teknik dokumentasi seperti pengambilan gambar,

mengambil dari media cetak yang membahas mengenai masalah yang sedang

diteleti.untuk memperkuat hasil penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis tentang posisi Kawasan Pantai Lovina berdasarkan analisis

Tourism Area Life Cycle, data tentang fenomena tersebut dianalisis secara

25
kualitatif melalui empat tahapan yang dilakukan yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data

merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh secara

sistematis, dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan

sekaligus menjawab dua rumusan masalah yang telah di tetapkan. Pada

26
rumusan masalah pertama akan membahas tentang apa saja potensi kawasan

wisata di Pantai Lovina dan yang kedua untuk mengetahui posisi kawasan

wisata berdasarkan analisis Tourism Area Life Cycle. Berikut adalah

gambaran kawasan Pantai Lovina berupa kondisi geografis, topografi, dan

kondisi demografi, secara umum yang dijelaskan pada sub bab ini.

4.1 Gambaran Obyek Wisata Pantai Lovina

Penelitian ini dilakukan di kawasan Pantai Lovina yang terletak di Bali

Utara di pesisir utara Pulau Bali. Pesona alam yang dikembangkan sebagai

objek wisata bahari ini menjadi pilihan untuk melakukan berbagai aktifitas,

Salah satu daya tarik wisata utama yang ada di Kabupaten Buleleng

adalah wisata alam pantai yang memiliki potensi untuk dikembangkan

melalui wisata bahari berupa dolphin tour, snorkeling, fishing, swimming

dan sailing.

Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten terluas di Provinsi Bali

dengan luas wilayah lebih kurang 24,25% dari luas Provinsi Bali. Secara

administrasi terdiri dari sembilan kecamatan dengan 148 Desa/Kelurahan,

secara topografi Kabupaten Buleleng yang terletak di belahan utara Pulau Bali

yang wilayahnya terdiri dari gunung, daratan dan laut utara Pulau Bali yang

berbatasan dengan Laut Jawa/Bali, sehingga sebagian besar wilayah

Kabupaten merupakan kawasan pesisir dengan panjang pantai 157,05 Km

dengan aneka ragam kekayaan laut. Dari penduduk yang berjumlah sebanyak

786.972 jiwa pada tahun 2009, sebayak 4.314 orang (0.67%) bermata

27
pencaharian sebagai nelayan. Fakta ini diperoleh dari (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Buleleng 2021).

Buleleng memiliki potensi wisata budaya yang belum banyak diketahui

oleh wisatawan, khususnya di daerah kawasan wisata lovina. Selama ini

kawasan wisata lovina hanya dikenal dengan wisata alamnya yakni pantai

yang terkenal akan Dolphin Tournya dari Pantai Lovina. Sedangkan jika

cermati terdapat banyak potensi wisata budaya seperti tradisi sampi

gerumbungan, yang diselenggarakan satu tahun sekali dalam Event Lovina

Festival, tradisi megebeg-gebegan yang ada di Desa Tukad mungga, adanya

bangunan kuno seperti Candi Budha dan Pura Kawitan Majapahit di Desa

Kalibukbuk dan peninggalan museum Anak Agung Panji Tisna di Desa

Kalibukbuk.

Perkembangan pariwisata di Pantai Lovina telah menarik minat

wisatawan untuk berkunjung mengingat kawasan ini berada pada jalur

yang cukup strategis, yaitu menghubungkan Kabupaten Buleleng (Kota

Singaraja) dengan Gilimanuk (penghubung antara Pulau Bali dengan Pulau

Jawa). Pantai Lovina memiliki pantai yang berpasir hitam dengan bibir

pantai yang landau dan lebar serta ombak yang tenang. Pantai Lovina

terletak cukup jauh dari keramaian kota, memiliki keanekaragaman fauna

perairan bawah laut yang beragam, dan pemandangan pantai pada sore hari

yang sangat indah berupa pemandangan matahari tenggelam (sunset). Suasana

Pantai Lovina yang tenang dengan lingkungan sekitarnya yang masih alami,

28
sangat diminati oleh wisatawan baik asing maupun lokal. Peningkatan

kunjungan wisatawan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tahun
2 2 2 2 2 2
Wisata
0 0 0 0 0 0
wan
1 1 1 1 1 2
5 6 7 8 9 0
1 2 2 1
4 9
5 0 2 0
, ,
Domes , , , ,
4 3
tik 7 5 5 2
3 6
7 7 2 5
0 1
7 0 8 1
1 1 2 1 3 1
6 6 4 9 2 5
Manca , , , , , ,
negara 7 7 5 0 5 2
9 9 5 9 1 5
2 2 5 3 1 5
Tabel 4.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Pantai Lovina Tahun
2015-2020
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2021

Dilihat dari tabel 4.1 bahwa kunjungan wisatawan ke Pantai Lovina

dari tahun 2015 hingga tahun 2019 mengalami peningkatan yang cukup

baik walaupun di tahun 2020 mengalami penurunan jumlah kunjungan

Wisatawan karena adanya pandemic covid-19. Wisata bahari di Pantai Lovina

lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara terutama dari Belanda,

Perancis, Jerman dan Australia. Perencanaan dan pengembangan Pantai

29
Lovina telah mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan pihak swasta

dalam hal pembangunan sarana dan prasarana di kawasan wisata

tersebut dengan menyediakan jalan atau aksesibilitas menuju Pantai Lovina,

hotel dari kelas melati hingga berbintang, toko cenderamata, sarana

transportasi, restaurant, money changer, telecommunication service, tourist

information center, toilet, automatic teller machine (ATM).

4.2 Hasil Penelitian

1. Potensi Alam Bawah Laut Pantai Lovina

Untuk mengetahui potensi Pantai lovina peneliti menguraikan 5 hal, Dilihat

dari kunjungan wisatawan lima tahun terakhir yang mengunjungi daya

tarik wisata Pantai Lovina dari tahun 2015 hingga tahun 2020

mengalami peningkatan. Pantai Lovina kunjungannya didominasi oleh

wisatawan asing dibandingkan dengan wisatawan domestik fakta ini

diperoleh dari (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2020).

Wisatawan asing sebagian besar berasal dari Eropa sedangkan sebagian lagi

berasal dari Australia dan Amerika. Tentunya melalui peningkatan

kunjungan wisatawan ke Pantai Lovina ini dapat memberi manfaat

dan peluang bagi semua sektor yang terlibat di bidang pariwisata dalam

meningkatkan wisata bahari di kawasan Pantai Lovina perkembangan atraksi

wisata bahari mengalami perkembangan yang cukup bagus dari tahun ke

tahun.

30
Hal ini bisa dilihat melalui minat wisatawan yang berkunjung ke

Pantai Lovina sebagian besar wisatawan ingin melakukan aktivitas wisata

bahari antara lain wisata lumba-lumba, snorkeling, fishing dan sailing,

terutama di musim ramai seperti bulan Juli dan Agustus. Permintaan

wisatawan yang ingin mengikuti kegiatan wisata bahari pada bulan-bulan

tersebut cukup banyak sehingga secara langsung berdampak positif bagi para

nelayan pariwisata yang memiliki jukung-jukung, bahkan sering terjadi

persaingan di dalam mendapatkan wisatawan (konsumen) yang dilakukan

antar para nelayan di Pantai Lovina karena banyaknya jumlah para nelayan

pariwisata di kawasan Pantai Lovina, dan belum dilakukannya sistem kartu

karcis atau antre. Melihat potensi wisata bahari yang ada di Pantai Lovina

yaitu berupa wisata lumba-lumba, terumbu karang dan ikan hias telah

mengalami perkembangan yang cukup baik mengingat peminat wisata

bahari bisa dikatakan banyak.

a. Lumba- Lumba

Lumba-Lumba atau yang lebih dikenal dengan Dolphin adalah salah satu

atraksi wisata yang sangat terkenal dan sudah menjadi ciri khas di Pantai

Lovina, biasanya atraksi lumba-lumba ini dapat disaksikan pagi hari

menjelang matahari terbit, menurut keterangan yang diperoleh dari hasil

wawancaran terhadap salah satu nelayan yang menyewakan perahu lumba-

lumba, bahwa arah perjalanan rombongan dolphin di pantai lovina sekitar

pada kedalaman dari 100 meter hingga 650 meter. Di Pantai Lovina terdapat

tiga jenis lumba-lumba yang ada di kawasan pantai lovina yang menjadi

31
atraksi lumba-lumba sebagai daya tarik wisata, yaitu : Spotte Dolphin,

Bottlenose Dolphin, dan Spinner Dolphin.

32
Gambar 4.2.
Melihat Lumba – lumba di Tengah Pantai Lovina
(Foto : sambut pagi Bersama Lumba – lumba di Pantai Lovina, Liputan 6,
Singaraja 2020).

b. Taman Laut

Taman laut pantai lovina memiliki keindahan alam bawah laut yang sangat

mempesona, mulai dari keanekaragaman terumbu karang, berbagai macam

jenis ikan, dan ekosistem laut lainnya terumbu karang yang terdapat di Pantai

Lovina dikelompokkan sebagai terumbu karang tepi dengan kedalaman 1

meter hingga 10 meter dibawah permukaan air laut, selain itu jenis ikan yang

terdapat di ekosistem taman laut pantai lovina sangat beragam, menurut

keterangan yang diungkapkan Putu Budista selaku ketua kelompok snorkeling

dolphin di Pantai Lovina.

“Berdasarkan jenis ikan yang ada di taman bawah laut lovina ada macam –
macam seperti ikan pisang-pisang, ikan kakap, ikan betok, ikan baronang dan
ikan kepe-kepe. Lalu ada juga terumbu karang tepi yang bisa kita lihat dari
kedalaman 1 meter hingga 10 meter..”(Wawancara pada 9 Juni 2021).

33
Gambar 4.3
Taman Laut Lovina
(Foto : Pantai Lovina, Takjub Indonesia, Singaraja 2011).

Kawasan wisata Lovina sementara ini menjadi pusat fasilitas kepariwisataan

di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Terdapat berbagai macam

akomodasi, baik hotel berbintang, hotel melati, hingga home stay, restaurant,

toko cenderamata, angkutan, pelayanan pertukaran uang, pelayanan informasi

pariwisata tourist information service. Sebagai kawasan wisata di Buleleng,

Lovina mendapat kunjungan yang terbesar dari wisatawan yang datang ke

Buleleng, berdasarkan hasil survey pariwisata tahun 1992, dari jumlah

wisatawan yang menginap di Buleleng, 90 % menginap di Lovina. Fakta ini

didapat dari (Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2020).

Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Buleleng merupakan salah

satu lembaga pemerintahan yang turut andil dalam mengembangkan objek

wisata Pantai Lovina. Selain dinas kebudayaan dan pariwisata, pengembangan

objek wisata bahari juga mendapatkan bantuan-bantuan dari lembaga adat,

(Lembaga Pemerhati Pembangunan Masyarakat Buleleng) atau yang disebut

juga LP2MB Potensi wisata budaya seperti tradisi sampi gerumbungan, yang

diselenggarakan satu tahun sekali dalam Event Lovina Festival, tradisi

34
megebeg-gebegan yang ada di Desa Tukadmungga, adanya bangunan kuno

seperti Candi Budha dan Pura Kawitan Majapahit di Desa Kalibukbuk dan

peninggalan museum Anak Agung Panji Tisna di Desa Kalibukbuk.

Wisatawan juga bisa menikmati budaya yang terdapat di Pantai Lovina.

Adanya ketersediaan akomodasi yang membuat wisatawan nyaman di Lovina,

mulai dari hotel dari kelas melati hingga berbintang, toko cenderamata,

sarana transportasi, restaurant, money changer, tourist information center,

toilet, automatic teller machine (ATM).

Tabel 4.3

Akomodasi Hotel di Pantai Lovina

Kls Jml
No. Nama Hotel Alamat/ Email
Bintang kamar

Dsn. Gretek Ds.


Alam Anda Beach
1 Sambirenteng Kec. Tejakula 3 40
Bungalow Hotel
Buleleng
Aneka Lovina Jl.Raya Kalibukbuk Lovina
2 2 79
Ngurah Yuliarta Beach,North Bali
Bali Lovina Beach Jl.Raya Lovina,Pantai
3 1 30
Hotel Julie Andrean Lovina Singaraja
4 Damai Lovina Villas Ds. Kayu Putih 3 8
Matahari Beach
Desa Pamuteran, Grokgak
5 Resort Jani Michelle 5 32
Buleleng
Fore
Melka Excelsior
6 Jl. Lovina Dsn. Banyualit 3 45
Hotel
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2021

Berdasarkan data pada tabel 4.3 rata-rata kelas bintang akomodasi hotel

adalah bintang kelas 3 dengan jumlah kamar yang disediaakan terbanyakan

adalah 79 kamar. Wisatawan yang datang kebanyakan untuk rekreasi dan

35
keperluan bisnis, umumnya tamu menyukai fasilitas yang memadai seperti

kawasan hotel yang dekat dengan pantai sehingga wisatawan dapat menginap

dengan nyaman, lalu tren tuntutan tamu yang menginap adalah suasana alami

yang meliputi keanekearagaman dan keunikan reakreasi alami.

d. Budaya di Pantai Lovina

Pengembangan kawasan pantai lovina sebagai ekowisata pesisir dapat

dilakukan dengan mengidentifikasi sumberdaya pariwisata yang terdapat di

pantai lovina, baik sumberdaya alam, maupun sumberdaya budaya. daftar

pengembangan sumber daya budaya yang dikembangkan menjadi promosi

wisata di pantai lovina antara lain:

1. Gong Kebyar

Gamelan Gong Kebyar merupakan tipe atau jenis musik gamelan paling

umum yang ada dan paling sering dipentaskan di Bali. Secara fisik Gong

Kebyar adalah penyederhanaan dari Gong Gede dengan pengurangan peranan

atau pengurangan beberapa instrumennya. Kata kebyar bermakna cepat atau

tiba-tiba. Gong Kebyar keberadaannya paling erat dijumpai dalam kehidupan

sosial masyarakat Bali. Gong kebyar merupakan karya seni dari hasil

kreativitas masyarakat Bali utara di Buleleng. Bagaikan orkestra, gending-

gending kekebyaran menggambarkan semangat dan kemeriahan. Siapa pun

pendengar dan penikmatnya menjadi bersemangat ketika gamelan berbunyi.

Ini sesuai dengan arti kebyar dalam kamus bahasa Indonesia, yakni

bergemerlapan, bersinar-sinar. Kostum penabuh dan penyanyinya juga

menunjang. Pakaian yang cerah dan gemerlapan, menjadikan satu kesatuan

36
gong kebyar yang meriah. Meski belum ada bukti tahun berapa tepatnya gong

kebyar ada, sejumlah seniman mengerucutkan tahun di antara 1913- 1915.

Gamelan ini dipercaya muncul karena terpengaruh budaya Barat, seperti

orkestra. Tahun ini merupakan seabad lahirnya gong kebyar. Terkait hal itu,

Pemkab Buleleng menggelar seminar budaya Se-abad Kejayaan Gong Kebyar

Bali Utara, dalam rangkaian agenda Buleleng Festival 2015.

Gambar
4.4.
(Foto : Gong Kebyar Sarana Internalisasi Nilai-Nilai Kemenku ala KPPN
Singaraja 2014)

2. Genjek

Potensi budaya yang terdapat di kawasan pantai lovina, yaitu seperti gong

kebyar, pesantian, bleganjur, angklung, wayang kulit, sanggar tari, genjek.

Salah satu potensi yang dijadikan atraksi wisata adalah seni pertunjukan

genjek yang dibentuk pada tahun 2001. Genjek adalah salah satu kesenian

daerah Bali yang dalam pementasannya ditarikan secara seragam oleh

sekelompok laki-laki yang duduk melingkar dan bersila yang diiringi dengan

suara-suara mulut penari yang diatur sehingga terdengar nada yang merdu.

Pada umumnya seni pertunjukan genjek dilakukan oleh orang laki-laki

37
dewasa saja, namun di Lovina seni pertunjukan genjek di perankan oleh anak-

anak dari Desa Kalibukbuk. Genjek merupakan kesenian yang mengandalkan

keharmonisan dan kekompakan warna vokal tanpa iringan alat-alat musik.

Kata Genjek berasal dari kata genjak yang berarti bersenda gurau. Pada

zaman dulu, kesenian ini biasanya dimaninkan setelah musim panen, sambil

berkumpul dan minum tuak mereka bercerita sambil bernyanyi yang

dipadukan dengan cipak (seni vokal tanpa makna namun tertata sehingga

menciptakan keharmonisan). Potensi budaya yang terdapat di kawasan pantai

lovina, yaitu seperti gong kebyar, pesantian, bleganjur, angklung, wayang

kulit, sanggar tari, genjek. Salah satu potensi yang dijadikan atraksi wisata

adalah seni pertunjukan genjek yang dibentuk pada tahun 2001. Genjek

adalah salah satu kesenian daerah Bali yang dalam pementasannya ditarikan

secara seragam oleh sekelompok laki-laki yang duduk melingkar dan bersila

yang diiringi dengan suara-suara mulut penari yang diatur sehingga terdengar

nada yang merdu..

Genjek adalah sebuah genre seni karawitan Bali yang menggunakan

vokal sebagai sumber bunyi utama. Sepuluh hingga dua puluh orang pemain

duduk membentuk sebuah atau setengah lingkaran, menyanyi disertai

gerakan-gerakan tubuh dan rnenghasilkan sebuah paduan bunyi. Satu orang

bertindak sebagai pembawa melodi sekaligus komando, satu orang sebagai

pemegang ritme, sementara yang lainnya membuat jalinan ritmis suara-suara

sa, pak, sriang, cek, de, tut, ces, jos, dan sir. Suara-suara tersebut kebanyakan

meniru bunyi instrumen gamelan Bali, seperti tawa-tawa/kajar, cengceng,

38
kendang, reyong, dan gong. Jalinan dan perpaduan yang harmonis berbagai

jenis dan warna suara itulah membentuk sebuah musik yang diberi nama

Genjek.

Secara etimologi arti kata genjek belum ditemukan dalam bahasa Bali.

Begitu pula dalam bahasa Jawa Kuno. Dalam buku yang berjudul Tata Bahasa

Bali Ringkes (1994:23), I Nengah Tinggen memprediksi kata genjek berasal

dan kata gonjak yang artinya bersenda gurau. Memang kata gonjak yang

dalam bentuk kata kerjanya menjadi megonjakan memiliki sifat yang sama

dengan seni Genjek, yaitu bersenda gurau untuk menghibur diri dan sering

diselingi nyanyian. Kemungkinan lainnya adalah kata genjek merupakan

peniruan bunyi atau onomatopea dari pendengaran sepintas paduan berbagai

jenis suara tersebut yaitu genjek, gen-jek, gen-jek .., dan seterusnya. Hal

semacam ini kerap terjadi dalam hal pembenian nama kesenian Bali. Sebagai

contoh nama seni Kecak lahir dari suara dominan cak, cak, cak,.. demikian

juga nama seni Cakepung lahir karena suara-suara cak dan pung mendominasi

alunan musiknya.

Selain seni vokal, dalam Genjek juga terkandung seni sastra, lewat

lirik-lirik lagu yang dinyanyikan. Pengungkapan tema selain lirik juga

diperkuat dengan olahan melodi, ritme, dan ekspresi. Tema lagu Genjek

sebagian besar mengenai kegembiraan, ada juga yang bersifat romantis,

rayuan, nasehat, dan sindiran. Tema romantis biasanya mendominasi apabila

dalam group Genjek terdapat pemain wanitanya. Dengan fleksibelitas garap

dalam tema lagunya, seni Genjek sering juga digunakan untuk tujuan-tujuan

39
tertentu seperti penerangan kesehatan, Keluarga Berencana, sosialisasi

program pembangunan, dan juga propaganda politik.

Secara musikal Genjek menggunakan lagu-lagu Bali yang sederhana,

yaitu sejenis gendingan. Genre ini termasuk jenis fölksong, karena identitas

fokloritasnya dapat dikenali dari cara penyebarannya oral transmission

diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta banyak

mempunyai varian (Danandjaja, 1994:141). Dua unsur penting dari bentuk

gegendingan adalah lirik dan lagu, kendati dalam kenyataannya dapat terjadi

salah satu unsur lebih menonjol. Dalam seni Genjek, lagu lebih dominan dari

pada lirik.

Vokal Genjek juga banyak menggunakan kata-kata tanpa makna,

seperti sakde, sriang, byos, sapak, jeti, dan sebagainya, yang dalam bahasa

Bali tidak ada artinya. Oleh Brunvand hal semacam ini disebut dengan proto-

folksong, dan di Amerika Serikat disebut dengan wordless- folksong

(Danandjaja, Op.Cit: 145). Identitas lain lagu-lagu Genjek adalah

kesederhanaan bentuk baik musikalitas maupun liriknya. Kalimat lagu

pendek-pendek, menggunakan bahasa Bali lumrah, dan cara melagukannya

paca periring (syllabis). Setiap lagu Genjek dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama sekaligus mengawali adalah lagu berlirik beberapa bait yang

dibawakan oleh seorang pemain, dilanjutkan dengan lagu tanpa lirik oleh

beberapa orang pemain yang disebut toreng. Sementara toreng tetap

bernyanyi, pemain yang lain menyertai dengan membuat jalinan ritmis sesuai

dengan jenis bunyi yang telah ditetapkan. Satu lagu Genjek biasanya

40
Gambar 4.5.
(Foto : Genjek sebagai Sarana Internalisasi Nilai-Nilai Kemenku ala
KPPN Singaraja 2014).

dimainkan sekitar 3-4 menit berulang-ulang, kemudian digantikan dengan

lagu-lagu selanjutnya dengan pola yang sama. Ketika Genjek sudah

dilengkapi beberapa alat instrumental, digunakan instrumen suling atau

mandolin untuk mengawali lagu, sekaligus berfungsi untuk mengambil nada

dasar.Pada umumnya seni pertunjukan genjek dilakukan oleh orang lakilaki

dewasa saja, namun di Lovina seni pertunjukan genjek di perankan oleh anak-

anak dari Desa Kalibukbuk.

2. Kuliner

Dari segi kuliner yang ada di Lovina, kawasan itu juga juga memiliki

potensi pariwisata yang tetap harus dikembangkan. Hal itu dibuktikan dari

hasil observasi tanggal 9 Juni 2021 yang menemukan dua kuliner khas

dikawasan itu yang ke depan menjadi ikon pariwisata. Potensi pertama,

Kuliner Ikan Bakar khas temukus. Ikan yang dipakai adalah ikan yang bias

kita pilih sendiri. Sedangkan sebagai penemannya atau sering diistilahkan

condiment dalam dunia kuliner, yaitu kecap meliwis. Sebagai informasi,

41
Desa Temukus merupakan penghasil kecap legendaris, yaitu dengan nama

Kecap Meliwis yang sudah diproduksi lama dan terkenal sampai ke seluruh

wilayah di Bali. Ikan Bakar dan Kecap Meliwis yang merupakan kuliner

khas Desa Temukus. Ikan merupakan salah satu hasil laut di Desa

Temukus, sehingga di daerah ini dapat ditemukan banyak warung makan

ikan bakar dengan bumbu khas nya. Selain ikan bakar, Desa Temukus juga

merupakan penghasil kecap yaitu kecap meliwis yang sudah terkenal

sampai ke seluruh wilayah di Bali.

Gambar 4.6.
(Foto : Ikan Bakar dengan sambal meliwis, Dea 2021)

a. 2). Gula Merah Desa Tigawasa merupakan gula dengan kualitas terbaik di

Kawasan Wisata Lovina. Gula ini juga sudah dipasarkan keluar daerah

desa atau bahkan di beberapa daerah di Buleleng. Agar gula tidak cepat

basi maka gula di awetkan dengan cara di timbung. Timbungan

merupakan proses pengolahan makanan yang dimasukkan ke dalam

42
bambu kemudian dibakar, proses menimbung memakan waktu sekitar 6

setelah itu gula siap untuk di hidangkan dengan bermacam – macam

makanan.

Gambar 4.7.
(Foto : Ini adalah
contoh gula
merah yang
ditimbung dan selanjutnya akan di olah sebagai makanan, Gambar Proses
Pembuatan Gula Merah Tigawasa, Tribun 2012)
1. Posisi kawasan wisata berdasarkan analisis Tourism Area Life Cycle.

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua peneliti menguraikan posisi

kawasan wisata Tourism Area Life Cycle (TALC) ini diperkenalkan oleh

Butler pada tahun 1980. Menurut Butler (1980) sebuah area wisata pasti

akan mengalami sebuah siklus kehidupan area wisata. Berikut disajikan

pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Tourism Area Life Cycle Obyek Wisata

Pantai Lovina

Hasil Observasi

43
Tidak
Tahapan Ciri – ciri Sesuai
Sesuai
a.Sebuah destinasi wisata
yang baru ditemukan oleh
seseorang yang tidak banyak

dikenal orang (seperti
penjelajah, wisatawan, pelaku
pariwisata, masyarakat lokal,
Eksplorasi atau pemerintah).
(Exploration) b. Mulai dikunjungi oleh

wisatawan meskipun dengan
jumlah yang sangat sedikit.
c.Area wisata yang umumnya
masih alami, sepi dan belum √
ada fasilitas wisata bagi
wisatawan.
a. Jumlah kunjungan
wisatawan yang mulai

meningkat terutama pada hari-
hari libur.
b. Pemerintah dan masyarakat
lokal mulai ikut terlibat dalam
menunjang kegiatan
kepariwisataan di area wisata
tersebut. Kontribusi yang
diberikan oleh pemerintah dan
Keterlibatan masyarakat lokal misalnya √
(Involvement) menyediakan fasilitas-fasilitas
wisata, berinteraksi dengan
wisatawan, hingga
mempermudah akses masuk
walau dengan skala yang
terbatas.
c.Mulai dilakukannya
promosi-promosi walaupum
berskala kecil untuk semakin √
memperkenalkan destinasi
wisata yang bersangkutan.
a. Jumlah kunjungan

wisatawan yang naik tapi
tidak terlalu signifikan.
Pembangunan b.Kegiatan ekonomi diambil
(Development) alih oleh perusahaan -

perusahaan jaringan
internasional seperti para
stakeholder.

44
a. Jumlah kunjungan

wisatawan naik tapi tidak
terlalu signifikan.
b.Kegiatan ekonomi diambil
alih oleh perusahaan √
perusahaan jaringan
Konsolidasi internasional.
(Consolidation) c.Berbagai macam fasilitas
wisata dirawat, diperbaiki,

dibangun, dan ditingkatkan
standarnya.
d.Promosi semakin sering

dilakukan.
a. Jumlah kunjungan

wisatawan telah mencapai
puncak tertingginya.
Stagnasi (Stagnation) b. Atraksi wisata alami sudah
disesaki dengan atraksi wisata

buatan yang berdampak pada
berubahnya tempat awal
destinasi wisata tersebut
a. Fasilitas wisata yang ada

Penurunan (Decline) beralih fungsi dari fungsi
awalnya.
b. Wisatawan mulai jenuh

dengan atraksi wisata yang
ada.
a. Muncul inovasi-inovasi

baru.
Peremajaan
(Rejuvenation) b.Area wisata di tata ulang
sehingga memberikan warna √
baru.
Beberapa indikator yang menunjukkan bahwa Obyek Wisata masuk kedalam

tahap keterlibatan (involvement) yaitu:

c. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Dilihat dari tabel 4.3 bahwa kunjungan wisatawan ke Pantai Lovina dari

tahun 2015 hingga tahun 2019 mengalami peningkatan yang cukup baik

walaupun di tahun 2020 mengalami penurunan jumlah kunjungan

45
Wisatawan karena adanya pandemic covid-19. Hal ini menunjukkan jika

wisatawan memang memilih obyek wisata Pantai Lovina dan sudah dikenal

seluruh wisatawan yang berkunjung ke Bali.

d. Masyarakat Lokal Terlibat dalam pengelolaan Obyek Wisata

partisipasi masyarakat di lovina adalah masyarakat berperan aktif dalam

terbentuknya kelompok-kelompok atau organisasi pariwisata yang dibentuk

oleh masyarakat lokal di Lovina dan pengembangan sumberdaya pariwisata

untuk ekowisata pesisir di Pantai Lovina mampu dikelola oleh masyarakat

lokal di Lovina.

e. Promosi

Mengedepankan point atraksi lumba-lumba, keindahan taman bawah laut,

pertunjukan genjek maupun lovina festival dan sumberdaya pariwisata dengan

memberikan fasilitas yang memadai, ada fasilitas pendukung pariwisata dan

adanya keterlibatan organisasi pariwisata di dalamnya.

4.3 . Pembahasan

1. Potensi kawasan wisata bahari di Pantai Lovina.

Dilihat dari kunjungan wisatawan lima tahun terakhir yang

mengunjungi daya tarik wisata Pantai Lovina dari tahun 2006 hingga tahun

2011 mengalami peningkatan. Pantai Lovina kunjungannya didominasi oleh

wisatawan asing dibandingkan dengan wisatawan domestik. Wisatawan asing

46
sebagian besar berasal dari Eropa sedangkan sebagian lagi berasal dari

Australia dan Amerika. Tentunya melalui peningkatan kunjungan wisatawan

ke Pantai Lovina ini dapat memberi manfaat dan peluang bagi semua sektor

yang terlibat di bidang pariwisata dalam meningkatkan wisata bahari di

kawasan Pantai Lovina. Perkembangan atraksi wisata bahari mengalami

perkembangan yang cukup bagus dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat

melalui minat wisatawan yang berkunjung ke Pantai Lovina sebagian besar

wisatawan ingin melakukan aktivitas wisata bahari antara lain wisata lumba-

lumba, snorkeling, fishing dan sailing, terutama di musim ramai seperti bulan

Juli dan Agustus.

Permintaan wisatawan yang ingin mengikuti kegiatan wisata bahari

pada bulan-bulan tersebut cukup banyak sehingga secara langsung berdampak

positif bagi para nelayan pariwisata yang memiliki jukung, bahkan sering

terjadi persaingan di dalam mendapatkan wisatawan (konsumen) yang

dilakukan antar para nelayan di Pantai Lovina karena banyaknya jumlah para

nelayan pariwisata di kawasan Pantai Lovina, dan belum dilakukannya sistem

kartu karcis atau antre. Melihat potensi wisata bahari yang ada di Pantai

Lovina yaitu berupa wisata lumba-lumba, terumbu karang dan ikan hias telah

mengalami perkembangan yang cukup baik mengingat peminat wisata bahari

bisa dikatakan banyak. Berikut adalah hasil wawancara dari Bapak I Nyoman

Dengeng pada tanggal selaku pengelola destinasi Pantai Lovina pada tanggal

(9/06/2021) sebagai berikut:

“Iya, kontribusi dari kegiatan pariwisata pantai Lovina terhadap masyarakat


lokal sangat besar, dan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat disini.

47
bentuk kerjasama dari kita masyarakat lokal dan pemerintah desa itu
mengembangkan daya tarik wisata di Lovina biar lebih bagus fasilitas nya dan
segala macam. Hubungan pemerintahan Desa dengan pemerintah kabupaten
bisa dibilang baik tapi karena terhambatnya masalah dana dan biaya dalam
mengembangkan Pantai Lovina jadi kita hanya bisa membuat peraturan-
peraturan khusus untuk menjaga nilai kelestarian dari atraksi wisata...”
(Wawancara pada tanggal 9 Juni 2021).

Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat didapatkan data atau

fakta yang membuktikan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam

mengembangkan objek wisata Pantai Lovina adalah kurangnya manajemen

pengelolaan objek wisata Pantai Lovina yang berbasis lingkungan, hal lain

yang menjadi salah satu penghambat dalam mengembangkan objek wisata

bahari tersebut adalah mengenai pendanaan dan kebijakan atau regulasi

terhadap salah satu daya tarik utama objek wisata Pantai Lovina. Berdasarkan

hasil wawancara dengan pengelola wisata Pantai Lovina, selain pemerintah

daerah, peran masyarakat, dan LSM sangat dominan perannya dalam

mengembangan objek wisata Pantai Lovina yang berbasis lingkungan, melalui

konservasi.”

Pengembangan objek wisata bahari Pantai Lovina bukan hanya dengan

mengembangkan objek wisata tersebut secara penjualan, namun juga

membantu nilai-nilai kelestarian dan keberlanjutan dari atraksi-atraksi yang

berada di objek wisata Pantai Lovina..Pengembangan pada suatu objek wisata

Pantai Lovina harus berdasarkan kepada aspek-aspek yang dibutuhkan dalam

pengembangan tersebut yang antara lain wisatawan, transportasi, daya tarik

wisata, pemasaran dan sumber daya manusia (Oka A. Yoeti, 1997: 1).

Pengembangan pada objek wisata Pantai Lovina harus di integrasikan dengan

48
seluruh pihak-pihak yang wajib menjaga dan mengembangkan objek wisata

bahari yang berkelanjutan agar mencapai hasil yang efektif, dan dapat

menjaga keseimbangan lingkungan.

Disisi lain, pelestarian atraksi wisata, khususnya potensi daya tarik

wisata Pantai Lovina telah dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup dalam

menjaga kondisi dan keadaan terumbu karang. Upaya lain dilakukan oleh

masyarakat Desa Pantai Lovina yang terikat dalam hukum adat dalam

menjaga potensi pantai dan laut.” Potensi dan pengembangan objek wisata

Pantai Lovina menurut pariwisata dinas kebudayaan dan pariwisata Buleleng,

saat ini objek wisata Pantai Lovina bersama masyarakat lokal dan badan

lingkungan hidup bekerja sama dalam menjaga keadaan dan kondisi terumbu

karang dan sejauh ini dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Buleleng

belum menemukan langkah-langkah formal dalam strategi pengembangan

yang dilakukan dengan menggunakan pendekataan kepariwisataan.

2. Posisi kawasan wisata berdasarkan analisis Tourism Area Life Cycle?

Pantai Lovina memiliki pantai yang berpasir hitam dengan bibir pantai yang

landai dan lebar serta ombak yang tenang. Pantai Lovina terletak cukup jauh

dari keramaian kota, memiliki keanekaragaman flora fauna perairan bawah

laut yang beragam, dan pemandangan laut pada sore hari yang sangat indah

berupa pemandangan matahari tenggelam (sunset). Suasana Pantai Lovina

yang tenang dengan lingkungan sekitarnya yang masih alami, sangat diminati

oleh wisatawan baik asing maupun lokal. Pantai ini terkenal dengan atraksi

49
Lumba-lumba yang berlangsung pada jam sebelum dan sesaat matahari terbit

(pukul 05.00-06.00). Maka dari itu, jika pengunjung ingin melihat atraksi

lumba-lumba liar langsung pada habitatnya, disarankan untuk bangun lebih

awal, lalu naik perahu hingga ke tengah laut.

Masyarakat lokal memiliki peran yang sangat penting dalam upaya

pelestarian dan pengembangan potensi kawasan ekowisata bahari. Peran ini

bertujuan agar pemanfaatan suatu sumberdaya alam yang berkelanjutan dapat

dimanfaatkan secara maksimal sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Masyarakat dapat menjadi pelaku usaha, penyedia jasa dan menjadi subjek

pendukung dengan adanya kegiatan ekowisata di lingungannya. Persepsi

masyarakat lokal menunjukkan bahwa mereka pun sedari dahulu sudah sangat

setuju jika dilakukan pengembangan potensi kawasan wisata bahari di Lovina.

Dalam usaha menekan dampak negatif dari pengembangan pariwisata,

dan meningkatkan dampak positif yang dapat diberikan, maka perlu adanya

suatu daya dukung guna membatasi penggunaan sumber daya. Seperti yang

dijelaskan dalam Michael Hall, Collin (2006: 151 - 154), konsep daya dukung

kemudian merupakan suatu metodologi dan nilai konseptual untuk dapat

memetakan dan menganalisis masalah keruangan seperti ledakan penduduk

serta toleransi terhadap kunjungan wisatawan.

Dari suatu model menejemen terhadap suatu sumber daya pariwisata

yang baik, dengan penentuan daya dukung di masing – masing bidang yang

tersebut diatas, maka diharapkan akan mampu menjaga keberlangsungan

50
kegiatan pariwisata di kawasan itu. Dengan hubungannya terhadap penentuan

daya dukung pariwisata adalah dapat menekan dampak negatif dan

mengoptimalkan dampak positif, sehingga akan dicapai keberlangsungan

pariwisata pada kawasan tersebut.

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian ini memiliki dua

kesimpulan. Pertama, Pantai Lovina cukup berpotensi sebagai daya tarik

wisata bahari yang dapat dilihat dari potensi pantainya yang memiliki

beraneka ragam biota laut yang terdapat dibawah laut bahkan sampai tampak

dari permukaan jika kita melihat dari atas perahu ke tengah laut, karena airnya

sangat jernih. Intinya, pantai ini cocok untuk kegiatan wahana air (wisata

bahari), hal ini didukung oleh adanya potensi yang dimiliki Pantai Lovina.

Pengembangan potensi Pantai Lovina sebagai daya tarik wisata bahari,

yaitu dalam arti disini kurangnya kepekaan pemerintah, dinas kebudayaan

51
pariwisata, pemda, serta masyarakat sekitar potensi yang dimiliki oleh pantai

ini dalam dijadikan suatu kegiatan wisata bahari. Pengembangan potensi

Pantai Lovina meliputi sumberdaya alam yaitu, atraksi lumba-lumba dan

taman bawah laut dan juga budaya seperti seni pertunjukan genjek dan gong

kebyar. Pengembangan sumber daya untuk mendukung ekowisata di Pantai

Lovina dapat dilakukan dengan membuat tempat budi daya terumbu karang,

melarang penangkapan ikan dengan pukat harimau, mengikutsertakan

masyarakat dalam penyelenggaraan ekowisata, memberikan edukasi akan

kesadaran lingkungan untuk wisatawan dan masyarakat lokal dan

menampilkan daya tarik wisata budaya seperti “genjek” sebagai daya tarik

pendukung ekowisata.

Kedua, pentingnya menyadari bahwa setiap tujuan kawasan wisata

akan selalu mengalami beberapa fase, termasuk fase stagnansi dan mengalami

penurunan sesuai dengan yang telah dituliskan oleh Butler. Tetapi yang

terpenting adalah bagaimana suatu kawasan dapat bertahan dan

mempersiapkan cara untuk melakukan pembaharuan setelah terjadi fase

penurunan. Fase-fase tersebut akan dipengaruhi oleh fasilitas yang ada, akses,

pemasaran dan daya kapasitas dari destinasi itu sendiri.

5.2. Saran

Dalam penelitian ini ada tiga saran untuk pemerintah, masyarakat lokal

dan peneliti. Pertama, saran untuk pemerintah dalam upaya untuk bergerak ke

fase rejuvenation kawasan Lovina sebaiknya melakukan pemasaran yang

lebih banyak, memperbaharui fasilitas, dan image wisata juga diperlukan

52
sehingga lebih fleksibel dan lebih ramah kepada wisatawan. Dalam kacamata

ekonomi, diperlukan riset mengenai pasar yang telah didapatkan karena

selama ini sangat sedikit informasi yang didapatkan mengenai demografis dari

wisatawan. Kedua, saran untuk masyarakat lokal dalam pengembangan

pariwisata sebagai suatu industri di suatu destinasi harus mempertimbangkan

seluruh aspek tanpa terkecuali karena industri pariwisata berkaitan erat

dengan aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.

masyarakat lokal pun juga harus konsekuen dalam menjalani rencana tersebut

tanpa mengadakan perubahan-perubahan yang signifikan demi mengejar

keuntungan ekonomi semata dengan mengabaikan kepentingan-kepentingan

dari aspek lainnya. Ketiga, kepada penelitian selanjutnya terkait dengan

potensi yang ada di Pantai Lovina. Hendaknya ke depan bisa lebih fokus ke

permasalahan promosi yang belum diulas secara tuntas dan mendalam di

penelitian ini. Lewat penelitian promosi di Lovina diharapkan temuan tentang

bagaimana bentuk dan strategi promosi yang tepat di kawasan itu.

53
DAFTAR PUSTAKA

Ardharianti, Titin. 2009. Kajian potensi sumber daya pantai nirwana untuk kegiatan
wisata pantai di kota baubau, Provinsi sulawesi tenggara. Jurnal pariwisata
Volume 6. Nomor 3, April 2011, tersedia dalam http://eprints.
Unes.ac.id//titin ardharianti.pdf.
Artikel Pariwisata, Ida Ayu Anggreni Suryaningsih 2016, Posisi Desa Serangan
berdasarkan analisis Tourism Area Life Cycle.
Artikel Pariwisata Theresia Wirayanthi Tambunan, 2016. Objek Wisata Tanah Lot
dan Kebun Raya Bedugul Bali berdasarkan Analisis Tourism Area Life Cycle.
Artikel Bali Travel I-News tersedia pada
http://balitravelnews.com/2017/05/09/bulelenggenjot-sektor-pariwisata/
Artikel Pariwisata Indonesia Tersedia pada http://pariwisatacu.blogspot.co.id/201
1/07/upaya-meningkatkanpariwisata.html
Badan Statistik Provinsi Bali, 2017. Pulau Bali mempunyai daya tarik yang dapat
dibedakan dengan kawasan wisata lain di Indonesia. Bali.
Butler, 1980. “Tourism Area Life Cycle” Oxford: Goodfellow Publisher
Cooper dkk. 1995. terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah
daya tarik wisata. US : Irwin.
Dinas Statistik Kabupaten Buleleng, 2017. Pantai Lovina yang terletak di Kecamatan
Denpasar Utara, Kabupaten Buleleng yang memiliki pantai terpanjang di Bali
yaitu 157,05 Km. Buleleng.
Erawan, Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi (Bali sebagai
kasus). Denpasar : Upadasas.
Endaswara, 2006. Teknik Observasi. Yogyakarta : Alfabeta
Febriani, S Ni Nyoman. 2013. Kajian Potensi Pasar Seni Sukawati sebagai Objek
Wisata Budaya DI Desa Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar
(Tinjauan Geografi). Skripsi. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.
Hassan Mustafa, 2000, Teknik Sampling. Alfabeta.

54
Helmut F. Weber, 2006. Potensi wisata adalah semua obyek (alam, budaya, buatan)
yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik
bagi wisatawan. Andi.
JS Badudu, 1994. Pengertian Pengembangan. N. Raymond Frans.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabet.
Pendit, S Nyoman. 2002. Ilmu Pariwisata sebuah pengantar perdana. Jakarta :
Pradnya Paramitha. Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta:Pustaka Baru
Sugiyono, 2012. Teknik Analisis data. Bandung : Alfabeta.
Suwena, I Ketut. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.Denpasar:Udayana
University Press
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Suwantoro, Gamal 2004. Istilah Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Undang–undang Indonesia No. 10 Tahun 2009, Kepariwisataan Bab I, pasal 5,”Daya


tarik wisata” Jakarta.
Undang-undang Indonesia No 10 Tahun 2009, Kepariwisataan. Jakarta
Yoeti, H. Oka. A. 1999. Industri Pariwisata dan Peluang Kesempatan Kerja. Jakarta:
Pertja
Yoeti, A. Oka, dkk. 2004. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Jakarta:
Pradnya Paramita

55
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Wawancara Informan

1. Wawancara pada tanggal 9 Juni 2021

Data Informan :

Nama : Bapak I Nyoman Dengeng

Alamat : Jln. Damai Gg. Bintang No 25 A. Kalibukbuk, Singaraja.

No Telp : 0812144714744

Jabatan : Pengelola Wisata Pantai Lovina

Pertanyaan :

“bagaimana kontribusi pemerintah terhadap destinasi wisata pantai lovina?

Jawaban :

“Iya, kontribusi dari kegiatan pariwisata pantai Lovina terhadap masyarakat

lokal sangat besar, dan sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat disini.

bentuk kerjasama dari kita masyarakat lokal dan pemerintah desa itu

56
mengembangkan daya tarik wisata di Lovina biar lebih bagus fasilitas nya dan

segala macam. Hubungan pemerintahan Desa dengan pemerintah kabupaten

bisa dibilang baik tapi karena terhambatnya masalah dana dan biaya dalam

mengembangkan Pantai Lovina jadi kita hanya bisa membuat peraturan-

peraturan khusus untuk menjaga nilai kelestarian dari atraksi wisata”

Wawancara pada tanggal ( Juni Mei 2021

Data Informan :

Nama : Putu Budiasta

Alamat : Jln. Garuda I No. 15, Kalubukbuk

No Telp : 081245669000

Jabatan : Ketua Snorkeling

Pertanyaan :

Apa saja jenis ikan yang ada di Pantai Lovina ?

Jawaban :

“Berdasarkan jenis ikan yang ada di taman bawah laut lovina ada macam –

macam seperti ikan pisang-pisang, ikan kakap, ikan betok, ikan baronang dan

ikan kepe-kepe. Lalu ada juga terumbu karang tepi yang bias kita lihat dari

kedalaman 1 meter hingga 10 meter..”

Konsep Pengelolaan

57
Pemberdayaan masyarakat dengan membangun pariwisata dengan

memberikan peluang kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja di

pariwisata untuk menunjang kualitas pariwisata di Pantai Lovina. Seperti

peningkatan fasilitas diving, penyewaan perahu,tempat wisata kuliner yang

beraneka ragam, dan beberapa opsi penginapan di dekat pantai.

Jukung – jukung di Pantai Lovina yang digunakan untuk melihat lumba –

lumba di tengah Lovina.

58
(Foto : Jukung – jukung Pantai Lovina, Google)

Maskot Pantai Lovina patung lumba – lumba

(Foto : Pantai Lovina, Google)

1. -Peran Masyarakat meningkatkan obyek wisata pantai lovina, pengelolaan

tempat wisata juga melibatkan masyarakat lokal yaitu seperti petugas

parkir ,pemandu wisata ,petugas keamanan ,petugas kebersihan serta

karyawan

-Peran pengusaha atau pelaku ekonomi ekowisata seperti pedagang souvenir

dan menyediakan rumah makan atau restoran dan jasa tranportasi serta

akomodasi juga selalu di libatkan dalam pengelolaan wisata pantai lovina.

2. Obyek Wisata dikelola Desa atau Pemerintah.

Lebih baik dikelola sendiri. Tetapi perlu bantuan pemerintah dalam

memberikan fasilitas kebersihan dari obyek wisata. Tetapi untuk SDM akan di

59
Kelola oleh desa. Masyarakat lokal juga dilibatkan apabila ada monitoring

atau pengawas yang dating meninjau keadaan Pantai Lovina.

3. Daya Tarik Obyek Wisata Pantai Lovina

a. Pantai Lovina terkenal dengan sunrise yang indah dan memancing di tengah

laut.

Sunrise Di Pantai Lovina

(Foto :Indahnya sunrise di Pantai Lovina, Tribun 2020)

b. Pertunjukan Tari Genjek di Pantai Lovina

Tari Genjek

60
(Foto : Lovina Festival, 2019)

c. Alam yang asri, dan dunia bawah laut seperti terumbu karang yang masih

natural.

Snorkeling Di Lovina

(Foto : Snorkeling di Pantai Lovina, Tribun Bali, 2020)

a. Menyaksikan atraksi lumba – lumba di tengah laut pada pagi hari dari jam 6

sampai 9 pagi.

Melihat Lumba – lumba di Tengah Pantai Lovina

61
(Foto : sambut pagi Bersama Lumba – lumba di Pantai Lovina, Liputan 6,

Singaraja 2020).

62

Anda mungkin juga menyukai