Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA BAHARI

UNGGULAN PANTAI LOVINA


DI KABUPATEN BULELENG

DISUSUN OLEH:
FEBY LAYLA RIZKA
1409518054
2018-B

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


PRODI PERJALANAN WISATA
I. ABSTRAK

Saat ini pariwisata sudah dikembangkan sebagai salah satu industri terbesar di setiap
negara di dunia, setelah minyak dan gas. Perhatian pada sektor pariwisata kini sudah
semakin lebar hal ini disebabkan karena masyarakat mulai sadar bahwa pariwisata
mendatangkan manfaat dan keuntungan ekonomi bagi negara – negara yang menerima
kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). Demikian pula di Indonesia, pemerintah
menginginkan untuk mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri untuk menunjang
tingkat kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan juga peningkatan pemerataan
pendapatan masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pulau terbanyak, pulau-pulau
tersebut terpisahkan oleh lautan sehingga wilayah Indonesia memiliki wilayah pesisir dan
lautan yang sangat luas dengan berbagai macam sumberdaya yang ada didalamnya. Salah
satu pulau di Indonesia yang kaya akan keindahan sumberdaya alamnya adalah Bali, yang
sejak lama sudah terlihat perkembangan pariwisatanya dimana eksotisme budaya Bali
menjadi daya tarik orang – orang luar negeri. Sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata
merupakan penyumbang devisa terbesar untuk provinsi Bali, sebagian besar ekonomi
masyarakat Bali sangat bergantung pada pariwisata.
Keindahan alam provinsi Bali sampai saat ini memang sangat terkenal hingga menjadi
salah satu destinasi pariwisata terbaik di dunia, walaupun demikian, perkembangan
pariwisata di Bali mengalami kesenjangan yang cukup tinggi, yaitu pengembangan
pariwisata di Bali Utara seperti Buleleng yang tidak sepesat perkembangan pariwisata di Bali
Selatan seperti kawasan Kuta, Nusa Dua, Sanur dan sekitarnya (Amanah, 2006). Pariwisata
di Indonesia sangat kompleks untuk dikembangkan menjadi wisata bahari termasuk Pantai
Lovina yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali Utara ini. Padahal jika dilihat potensi
pariwisata di Bali Utara tidak kalah dengan potensi wisata di Bali Selatan yang lebih banyak
dan terkenal, oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan pariwisata yang
memperhatikan aspek keberlanjutan dan kelestarian di kawasan Bali Utara.
Ketidakmerataan pariwisata yang terjadi antara Bali Utara dan Bali Selatan bukan
diakibatkan oleh sedikitnya daya tarik wisata yang dimiliki oleh Bali Utara. Bali Utara
sesungguhnya memiliki banyak daya tarik wisata dan daya tarik wisata yang dimiliki pun
beragam. Oleh karena itu, penulis mengangkat Pantai Lovina sebagai lokus penelitan, untuk
menjadi bukti bahwa di Bali Utara juga terdapat pantai dan kawasan yang tidak kalah
bagusnya.
Pantai Lovina sendiri memiliki daya tarik yang berbeda dari pantai-pantai lainnya yaitu
atraksi lumba-lumba sebagai daya tarik utamanya. Hanya saja, apabila dibandingkan dengan
pantai-pantai di Bali Selatan, tingkat kunjungan wisatawan ke Pantai Lovina masih sangat
jauh berbeda. Dengan dasar itulah, peneliti mengangkat Strategi Pengembangan Pantai
Lovina sebagai Destinasi Wisata Bahari Unggulan di Buleleng sebagai judul. Strategi yang
dirumuskan merupakan hasil dari analisis dengan menggunakan ALCIS (Attractive, Local
Disk, Competitive, Inclusive & Sustainability) sebagai tool dengan melihat kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman kemudian dihasilkan strategi-strategi yang dapat
menggunakan kekuatan dan peluang yang ada, meminimalisir kelemahan, dan mengatasi
ancaman yang ada.
II. LATAR BELAKANG

Wilayah Bali Utara yaitu Kabupaten Buleleng sebenarnya memiliki banyak objek wisata
yang tak kalah menarik dengan kabupaten lain. Objek wisata yang ditawarkan cukup banyak
diantaranya ada air terjun Singsing yang terletak tidak jauh dari Lovina, Danau Buyan dan
Danau Tamblingan yang berada di kecamatan Sukasada, dan objek wisata pantai di Lovina
yang merupakan objek wisata yang paling digemari di Buleleng.

2.1 Gambaran Umum Pantai Lovina

Pantai lovina merupakan salah satu pantai di Bali Utara yang memiliki keindahan alam
yang sangat indah, mulai dari bentang alam, keindahan alam bawah laut dan atraksi
dolphinnya yang khas. Pantai Lovina terletak di ketinggian antara 100 - 500 meter diatas
permukaan laut dan luas wilayah sekitar 295.125 Km². Sektor yang dilakoni sebagian besar
penduduk di Lovina adalah pariwisata, oleh karena itu sektor pariwisata menjadi sektor
penting untuk mendukung terselenggaranya pariwisata terdapat beberapa lembaga
masyarakat yang terdapat di kawasan pantai lovina, antara lain : karang taruna, subak abian,
seka terua teruni, seka santhi, kesenian, kelompok snorkeling dolphin, kelompok sadar
wisata, kelompok pedagang acung, kelompok transport kencana lovina, dan kelompok pijat.
Sebagian besar penduduk di pantai lovina bekerja sebagai karyawan swasta dan membuka
usaha dagang.

Di pantai lovina terdapat beberapa aktivitas atau kegiatan wisata, antara lain :
snorkeling, diving dan atraksi lumba-lumba.

2.2 Potensi Sumberdaya Untuk Mendukung Ekowisata Pesisir di Pantai Lovina

2.2.1 Potensi Alam

1. Lumba- Lumba

Lumba-Lumba adalah salah satu atraksi wisata yang sangat terkenal dan sudah menjadi
ciri khas di Pantai Lovina, biasanya atraksi lumbalumba ini dapat disaksikan pagi hari
menjelang matahari terbit, menurut keterangan yang diperoleh dari hasil wawancaran
terhadap salah satu nelayan yang menyewakan perahu lumbalumba, bahwa arah
perjalanan rombongan dolphin di pantai lovina sekitar pada kedalaman dari 100 meter
hingga 650 meter. Di Pantai Lovina terdapat tiga jenis lumba-lumba yang ada di kawasan
pantai lovina yang menjadi atraksi lumba-lumba sebagai daya tarik wisata, yaitu : Spotte
Dolphin, Bottlenose Dolphin, dan Spinner Dolphin.

2. Taman Laut

Lovina memiliki keindahan alam bawah laut yang sangat mempesona, mulai dari
keanekaragaman terumbu karang, berbagai macam jenis ikan, dan ekosistem laut
lainnya, Berdasarkan keterangan dari ketua kelompok snorkeling dolphin (Putu Budista),
terumbu karang yang terdapat di Pantai Lovina dikelompokkan sebagai terumbu karang
tepi dengan kedalaman 1 meter hingga 10 meter dibawah permukaan air laut, selain itu
jenis ikan yang terdapat di ekosistem taman laut pantai lovina sangat beragam, menurut
keterangan yang diungkapkan ketua kelompok snorkeling dolphin (Putu Budista) jenis
ikan yang terdapat di taman bawah laut lovina seperti ikan pisang-pisang, ikan kakap,
ikan betok, ikan baronang dan ikan kepe-kepe.

2.2.2 Potensi Budaya

1. Kesenian

Potensi budaya yang terdapat di kawasan pantai lovina, yaitu seperti gong kebyar,
pesantian, bleganjur, angklung, wayang kulit, sanggar tari, genjek dan jogged. Salah satu
potensi yang dijadikan atraksi wisata adalah seni pertunjukan genjek yang dibentuk pada
tahun 2001. Genjek adalah salah satu kesenian daerah Bali yang dalam pementasannya
ditarikan secara seragam oleh sekelompok laki-laki yang duduk melingkar dan bersila
yang diiringi dengan suara-suara mulut penari yang diatur sehingga terdengar nada yang
merdu. (www.bentarbudaya.com). Pada umumnya seni pertunjukan genjek dilakukan
oleh orang laki-laki dewasa saja, namun di Lovina seni pertunjukan genjek di perankan
oleh anak-anak dari Desa Kalibukbuk.

2. Lovina Festival

Lovina festival merupakan salah satu acara tahunan yang dilakukan di Pantai Lovina,
festival ini biasanya diselenggarakan pada bulan September. Festival ini bertujuan untuk
memperkenalkan Lovina kepada masyarakat luas. Festival Lovina yang terakhir
dilaksanakan pada tanggal 14 – 18 September 2017 dengan tema “Enjoy The
Difference”. Dengan tema “Menikmati Perbedaan”, Lovina mampu menarik banyak
wisatawan karena dimeriahkan dengan kekhasan alam dan budaya Buleleng. Festival
Lovina merupakan acara yang dirancang oleh pemerintah dan didukung oleh beberapa
stakeholder pariwisata di Buleleng, khususnya di Lovina sebagai ikon pariwisata di Bali
Utara. Festival ini memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Buleleng khususnya
Lovina dalam berbagai bidang, termasuk pemberdayaan masyarakat sebagai penyangga
kawasan Lovina.

Menurut Disbudpar Kabupaten Buleleng, kawasan wisata Lovina sementara ini menjadi
pusat fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng. Terdapat berbagai
macam akomodasi, baik hotel berbintang, hotel melati, hingga homestay, restaurant, toko
cendramata, angkutan, pelayanan pertukaran uang money changer, pelayanan informasi
pariwisata tourist information service. Sebagai kawasan wisata di Buleleng, Lovina mendapat
kunjungan yang terbesar dari wisatawan yang datang ke Buleleng, berdasarkan hasil survey
pariwisata tahun 1992, dari jumlah wisatawan yang menginap di Buleleng, 90 % menginap di
Lovina.
Tapi sejak tahun 2000, dapat dilihat melalui teori butler: Theory Life Cycle bahwa
kawasan Lovina mengalami fase stagnan yang cenderung bergerak ke fase declaine. Dimana
perkembangan kawasan pariwisata ini berada pada fase yang tidak bergerak bahkan
cenderung akan mengalami penurunan. Bahwa dalam pengelolaan pariwisatanya Lovina
belum dapat mengikuti perkembangan setiap tren pariwisata ditambah dengan kompetisi
destinasi wisata yang semakin ketat. Akomodasi yang sudah tua dapat mengurangi
kenyamanan wisatawan serta fasilitas yang masih minim. Sumber daya manusia yang masih
kurang professional karena kurangnya pengalaman bisa menurunkan persepsi wisatawan
mengenai pelayanan dan kenyamanan. Selain itu, aksesibilitas yang masih belum ramah,
dimana Lovina terletak sangat jauh yaitu di Bali utara dan infrastuktur jalan masih sangat
kurang.
Melalui latar belakang diatas, pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai pola
pengembangan dan perencanaan kawasan Lovina sebagai salah satu kawasan wisata yang
terletak di wilayah Bali Utara, dengan memasukkan konsep pola pengembangan dan
perencanaan pariwisata sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi
kesejahteraan rakyat secara merata tanpa melupakan keberlanjutan pelestarian budaya dan
lingkungan setempat.
2.2 Problematika Tata Ruang dan Lingkungan Kawasan Lovina

Kurangnya upaya Disbudpar dalam upaya pengembangan potensi wisata kawasan


Pantai Lovina nampaknya merupakan salah satu faktor yang menghambat pengembangan
potensi kawasan Lovina. Menurut Bali Post 24/05/2012 sebagaimana dikatakan Meneg
Kebudayaan dan Pariwisata Gede Ardika, sebaiknya kawasan wisata Lovina tidak dikelola
untuk menyaingi Kuta. Lovina punya konsep berbeda, karena sebagai daerah yang memiliki
laut dan pemandangan bukit hijau, Lovina diarahkan berkembang sebagai kawasan
pariwisata yang menganut aliran nyegara-gunung sehingga pengembangan kawasan wisata
Lovina diarahkan pada konsep pariwisata alam dan lingkungan.
Sedangkan menurut Handayani (2006) kendala-kendala atau hambatan yang
dihadapi oleh Dinas Pariwisata dalam upaya pengembangan potensi Pantai Lovina adalah:
a. Belum optimalnya penataan & pengembangan potensi pariwisata,dapat dilihat
dengan adanya pencemaran lingkungan yang dilakukan di sekitar kawasan
wisata Pantai Lovina yang sangat mengganggu dan mencemari lingkungan dan
tentu saja jika dibiarkan akan membawa dampak yang buruk bagi kawasan
wisata Pantai Lovina.
b. Aksebilitas/ jarak, disini yaitu jarak antara kawasan wisata Pantai Lovina yang
jauh dari pusat keramaian kunjugan wisatawan yang sentralnya berada di Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung yang tentu saja menghambat pengembangan
wisata karena wisatawan merasa enggan untuk berkunjung diakibatkan jarak
yang terlalu jauh.
c. Kurangnya sumber dana yang sebagai modal utama dalam proses
pembangunan dan pengembangan kawasan wisata Pantai Lovina karena tanpa
adanya dana tentu saja proses tersebut tidak akan berjalan sehingga
menghambat kelangsungan pembangunan dan pengembangan pariwisata.

Sebagaimana produk pada umumnya, produk pariwisata pun memiliki siklus hidup. Pada
tahun 1980 dalam artikelnya, Butler mengusulkan sebuah model yang diterima secara luas
yaitu mengenai siklus hidup tujuan wisata. Ide dasar dari Tourism Area Lifecycle (TALC)
model adalah bahwa tujuan wisata akan mulai didatangi oleh pengunjung yang jumlahnya
relative kecil dibatasi oleh kurangnya akses, fasilitas, dan pengetahuan lokal. Dalam hal ini
terjadinya fase stagnan yang cenderung bergerak ke fase declaine di kawasan Lovina
dimana perkembangan kawasan pariwisata ini berada pada fase yang tidak bergerak bahkan
cenderung akan mengalami penurunan. (Butler, 1980)
III. KONSEP

3.1 Pola Pengembangan Pariwisata Terpadu di kawasan Pantai Lovina


Menurut Handayani (2006) Lovina sebagai kawasan wisata yang merupakan
kawasan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan memiliki beberapa faktor pendukung
yakni:
a. Ditetapkannya Lovina sebagai kawasan wisata, dengan dikeluarkannya SK
Gubernur Propinsi Bali No.528 dan Perda No.4 Tahun 1999 bahwa Buleleng
memiliki dua kawasan pariwisata yaitu Lovina dan Batu Ampar dan keduanya
merupakan kawasan wisata yang sama-sama berada di daerah pesisir pantai.

b. Adanya obyek dan daya tarik wisata seperti lumba-lumba liar, terumbu karang,
taman laut, kesenian sapi gerumbungan, megangsing seni tari dan keindahan
panorama bawah laut dan desa-desa unik yang masih asli yang merupakan suku
Bali Aga yakni keturunan Bali Majapahit.

3.2 Pentingnya 5 Pilar (Komponen Produk) Pengembangan Pariwisata


Potensi pengembangan suatu destinasi pariwisata dapat dikaji melalui keterkaitan
pendekatan faktor demand (pengunjung) dan supply (4A dan 1C) yaitu attraction,
accessibilty, amenity, ancillary, dan community involvement. Hal ini berlaku juga pada
perencanaan pengembangan pariwisata di kawasan Lovina.
Karena jika suatu kawasan sepakat untuk membangun pariwisata mereka harus
menerima konsekuensi untuk membangun daya tarik wisata “attractions” khususnya daya
tarik wisata yang dibuat oleh manusia, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya
diperlukan penataan dan pengemasan agar lebih menarik.
Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accessable” juga merupakan faktor
penting dalam menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu destinasi wisata maka
pemerintah harus membangun jalan raya yang layak bagi transportasi untuk menunjang
kegiatan pariwisata.
Sementara fasilitas yang dibutuhkan pada kegiatan pariwisata “amenities” seperti
hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan demi menunjang kenyamanan para
wisatawan.
Selain itu diperlukan juga hal – hal pendukung kegiatan wisata tersebut “ancillaries”
sebagai contoh jika para wisatawan yang memerlukan jasa tourist information dapat
mengunjungi pusat informasi di counter – counter tertentu juga tersedianya toko – toko
souvenir untuk membeli oleh – oleh pada saat wisatawan akan pulang ke negaranya juga
lemabaga – lembaga pariwisata dan perhotelan.
Dari keempat pilar tersebut saling terkait satu sama lain untuk menunjang
kesuksesan pengembangan suatu destinasi wisata, tetapi masih belum lengkap tanpa
adanya “community involvement” atau keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan
awal, pelaksanaan, dan pengelolaan pembangunan dan pengembangan pariwisata di suatu
destinasi wisata. Karena masyarakat lokal kawasan Lovina sendirilah yang akan membangun,
memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, agar dapat menerima
secara langsung keuntungan ekonomi, memproteksi nilai – nilai sosial dan budayanya serta
menjaga kelestarian dan keamanan lingkungan sekitarnya.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri ataupun
mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing. Perbaikan dan
pembangunan infrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk lokal
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat lokal  akan
mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya.

3.3 Implikasi Komponen Pariwisata dalam Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Pantai
Lovina

1. Akses jalan serta rute menuju pantai.


2. Penyediaan toilet umum, wastafel, penyediaan air bersih dan hand-sanitizer.
3. Tempat sampah di setiap titik.
4. Warung makan dan/atau restoran.
5. Lahan parkir yang memadai.
6. Penyediaan fasilitas atraksi air, seperti: Flying fish, banana boat, snorkeling,
diving, cannoing, water sport dan lain-lain, tetapi tidak merusak ekosistem pantai
Lovina.

- Swimming, salah satu kegiatan yang menggunakan berbagai gerak tubuh dalam
arti kata disini yaitu berenang.

- Snorkeling, berenang di permukaan laut dengan menggunakan snorkel, dan


goggle.
- Diving, menyelam dengan menggunakan peralatan Scuba.

- Jet Ski, salah satu permainan yang menggunakan boat kecil berpenggerak
dengan mesin.

- Parasailing, permainan yang menggunakan layang-layang yang terbuat dari


parasut dan ditarik oleh boat.

- Banana boat, permainan yang menggunakan ban atau balon yang terbuat dari
karet yang berbentuk panjang seperti buah pisang yang menggunakan boat
sebagai penarik, permainan ini memerlukan sekitar 4-5 orang untuk menaikinya.

- Flying Fish, permainan yang menggunakan ban karet yang berbentuk persegi
dan ditarik dengan tali dan memperggunakan boat sebagai penariknya dengan
menarik keliling laut yang nantinya akan berefek terbang dan melayang,
permainan ini membutuhkan 1-2 orang saja.

7. Kerjasama antar pemerintah dan warga sekitar.


8. Promosi dari pemerintah setempat untuk menarik pengunjung agar datang ke
Pantai Lovina, Kalibukbuk, Buleleng, Bali Utara.
IV. ANALISIS ALCIS

Analisis ALCIS (Attractive, Local Disk, Competitive, Inclusive, Sustainability)

Attractiveness (Daya Tarik) :


Pantai Lovina memiliki pantai yang berpasir hitam dengan bibir pantai yang landai dan lebar
serta ombak yang tenang. Pantai Lovina terletak cukup jauh dari keramaian kota, memiliki
keanekaragaman flora fauna perairan bawah laut yang beragam, dan pemandangan laut
pada sore hari yang sangat indah berupa pemandangan matahari tenggelam (sunset).
Suasana Pantai Lovina yang tenang dengan lingkungan sekitarnya yang masih alami, sangat
diminati oleh wisatawan baik asing maupun lokal.

Pantai ini terkenal dengan atraksi Lumba-lumba yang berlangsung pada jam sebelum dan
sesaat matahari terbit (pukul 05.00-06.00). Maka dari itu, jika pengunjung ingin melihat
atraksi lumba-lumba liar langsung pada habitatnya, disarankan untuk bangun lebih awal,
lalu naik perahu hingga ke tengah laut.

Local Disk (Kontribusi warga lokal/warga setempat) :


Masyarakat lokal memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pelestarian dan
pengembangan potensi kawasan ekowisata bahari. Peran ini bertujuan agar pemanfaatan
suatu sumberdaya alam yang berkelanjutan dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga
kesejahteraan masyarakat meningkat. Masyarakat dapat menjadi pelaku usaha, penyedia
jasa dan menjadi subjek pendukung dengan adanya kegiatan ekowisata di lingungannya.
Persepsi masyarakat lokal menunjukkan bahwa mereka pun sedari dahulu sudah sangat
setuju jika dilakukan pengembangan potensi kawasan wisata bahari di Lovina, 76%
mengatakan setuju, 14% mengatakan netral, dan 1% mengatakan tidak Setuju.

Prinsip – Prinsip Dasar Perencanaan Pariwisata A. Yoeti (2008:58)


Pemerintah kawasan wisata Lovina bersama masyarakat setempat/warga lokal juga
harus mengetahui prinsip – prinsip dasar dalam perencanaan pariwisata yaitu :

a. Perencanaan pembangunan kepariwisataan suatu daerah haruslah dibawah


koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan.
b. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula berdasarkan
suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan perlindungan
terhadap lingkungan, alam, dan budaya di daerah sekitarnya.
c. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata haruslah didasarkan
atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan
memperhatikan faktor geografi yang lebih luas dan tidak meninjau dari segi
administrasi saja.
d. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan faktor ekologi daerah
yang bersangkutan.

Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memperhatikan masalah dari segi


ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin
ditimbulkannya.
Competitiveness (Daya Saing) :
Lingkungan Internal Pantai Lovina Hasil pengumpulan data ini ditemukan beberapa faktor
internal yang berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).

Dalam penelitian ditemukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (strengths) wisata bahari
di Pantai Lovina meliputi :
(1) Komunitas Lumba-lumba, (2) Kelestarian Lumba-lumba, (3) Kelestarian Pantai, (4)
Perairan Laut, (5) Keindahan Pantai, (6) Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pariwisata, (7)
Ketersediaan Sarana Bagi Wisata Bahari (8) SDM pelaku wisata bahari.

Faktor kelemahan (weaknesses) yang ditemukan di Pantai Lovina meliputi :


(1) Kelestarian ikan hias, (2) Keanekaragaman ikan hias, (3) Kelestarian terumbu karang, (4)
Keindahan terumbu karang, dan (5) Keanekaragaman terumbu karang.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) nampak posisi lingkungan internal
Pantai Lovina berada pada posisi kuat dengan total skor 3,02, posisi Pantai Lovina berada
pada posisi baik. Perlu ditingkatkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan yang dapat
mengurangi kekuatan wisata bahari di Pantai Lovina.
Lingkungan eksternal Pantai Lovina terdiri dari faktor peluang (opportunities) yang bersifat
positif dan faktor ancaman (threats) yang bersifat negatif.

Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi wisata bahari Pantai Lovina meliputi :
1) adanya tren dan minat wisatawan terhadap wisata bahari,
2) kondisi politik dan keamanan daerah Bali,
3) image/citra pariwisata Bali,
4) dukungan pemerintah terhadap pengembangan wisata bahari,
5) biro perjalanan dan agen perjalanan wisata,
6) wisata bahari sejenis di Kabupaten Buleleng,
7) pertumbuhan ekonomi global,
8) pertumbuhan ekonomi nasional.

Faktor- faktor yang menjadi ancaman bagi wisata bahari di Pantai Lovina meliputi :
1) kondisi politik dan keamanan nasional,
2) dampak climate change & global warming terhadap daya tarik wisata bahari,
3) wisata bahari sejenis di kabupaten lain di Bali,
4) keberadaan sarana transportasi wisata,
5) keberadaan sarana/prasarana informasi,
6) dampak wisata bahari terhadap lingkungan.

Melalui hasil analisis EFAS (External Factors Analysis Summary) diperoleh nilai skor total
sebesar 2,90 menunjukkan bahwa lingkungan eksternal yang ada di Pantai Lovina saat ini
berada pada posisi sedang karena berada sedikit diatas nilai skor 2,5. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat memberi gambaran eksternal bahwa wisata bahari di Pantai Lovina berada
pada posisi sedang.
Faktor-faktor ancaman harus dapat diantisipasi dan diminimalisir dalam pengembangan
wisata bahari di Pantai Lovina guna pencapaian pengembangan lebih maksimal.
Inclusivity (Inklusivitas/apa yang sudah termasuk & terdapat di dalamnya) :
Wisata bahari di Pantai Lovina lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara
terutama dari Belanda, Perancis, Jerman dan Australia. Perencanaan dan pengembangan
Pantai Lovina telah mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan pihak swasta dalam
hal pembangunan sarana dan prasarana di kawasan wisata tersebut dengan menyediakan
jalan atau aksesibilitas menuju Pantai Lovina, hotel dari kelas melati hingga berbintang, toko
cenderamata, sarana transportasi, restaurant, pub, discotheque, money changer,
telecommunication service, tourist  information center, toilet, automatic teller machine
(ATM).

Daya Tarik dan Inklusivitas dari Pantai Lovina sebelumnya telah dijabarkan pada bagian
komponen produk pengembangan wisata.

Sustainability (keberlanjutan/keberlangsungan) :
Dalam usaha menekan dampak negatif dari pengembangan pariwisata, dan meningkatkan
dampak positif yang dapat diberikan, maka perlu adanya suatu daya dukung guna
membatasi penggunaan sumber daya. Seperti yang dijelaskan dalam Michael Hall, Collin
(2006: 151 - 154), konsep daya dukung kemudian merupakan suatu metodologi dan nilai
konseptual untuk dapat memetakan dan menganalisis masalah keruangan seperti ledakan
penduduk serta toleransi terhadap kunjungan wisatawan.

Dari suatu model menejemen terhadap suatu sumber daya pariwisata yang baik, dengan
penentuan daya dukung di masing – masing bidang yang tersebut diatas, maka diharapkan
akan mampu menjaga keberlangsungan kegiatan pariwisata di kawasan itu. Dengan
hubungannya terhadap penentuan daya dukung pariwisata adalah dapat menekan dampak
negatif dan mengoptimalkan dampak positif, sehingga akan dicapai keberlangsungan
pariwisata pada kawasan tersebut.

Strategi pengembangan wisata bahari :


1) Strategi umum (Grand Strategy) pengembangan wisata bahari di Pantai Lovina Hasil dari
faktor internal dan eksternal tersebut kemudian diploting ke dalam matriks IFAS dan EFAS
sehingga menghasilkan strategi umum atau grand strategy pengembangan wisata bahari di
Pantai Lovina. Kondisi pengembangan wisata bahari di Pantai Lovina terletak pada sel IV
yaitu tumbuh dan bina dalam matriks internaleksternal. Ini berarti posisi keberadaan
pariwisata di Pantai Lovina berada pada posisi baik, yaitu dengan meningkatkan potensi-
potensi pariwisata bahari yang ada saat ini dengan terus melakukan pembinaan baik itu
dalam pengembangan produk wisata bahari dan juga penetrasi pasar di Pantai Lovina.

2) Strategi Alternatif (Alternative Strategy) Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Lovina


Hasil Kombinasi dari faktor internal dan eksternal akan menghasilkan beberapa strategi
alternatif (alternative strategy) pengembangan wisata bahari di Pantai Lovina.

a) Strategi SO (Strengths Opportunities) Merupakan strategi dengan menggunakan seluruh


kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan strategi
pengembangan produk wisata bahari di Pantai Lovina, melalui program antara lain:
1. Memaksimalkan pengembangan produk wisata bahari saat ini sehingga menghasilkan
produk wisata yang lebih baik dan menarik melalui pengelolaan yang lebih profesional.
2. Mengembangkan atraksi wisata bahari lainnya untuk memperkaya pilihan wisata bahari
di Kawasan Pantai Lovina.
Strategi penetrasi pasar melalui berbagai komponen pariwisata :
1. Mempertahankan dan memperluas pangsa pasar selain dari Eropa.
2. Memperluas jaringan pemasaran melalui penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.

b) Strategi ST (Strengths Threats) Merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang


dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi untuk memanfaatkan potensi didukung minat
wisatawan terhadap wisata bahari serta menjaga kestabilan politik dan keamanan Bali,
antara lain :
1. Mempertahankan dan meningkatkan kerjasama di bidang keamanan dari semua
komponen pariwisata.
2. Meningkatkan dan menjaga kenyamanan di kawasan wisata Pantai Lovina,
mempertahankan, memanfaatkan, menjaga dan meningkatkan potensi wisata bahari
beserta sarana dan prasarananya.

c) Strategi WO (Weaknesses Opportunities) Merupakan strategi yang diterapkan untuk


memanfaatkan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi pengembangan upaya pelestarian potensi laut wisata bahari di Pantai Lovina :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pemeliharaan komunitas lumbalumba.
2. Melakukan kerjasama konservasi terumbu karang dan ikan hias
Strategi meningkatan kualitas SDM pelaku wisata melalui pendidikan dan pelatihan :
1. Peningkatan program pendidikan, pelatihan dan pembinaan di bidang pariwisata.
2. Menanamkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sektor pariwisata.

Strategi peningkatan kerjasama dan promosi :


1. Melakukan peningkatan kerjasama baik dalam dan luar negeri guna menambah
kunjungan wisatawan ke Pantai Lovina.
2. Meningkatkan promosi pariwisata melalui berbagai media informasi.

Menjaga dan meningkatkan kebersihan Pantai Lovina :


1. Meningkatkan dan menjaga kebersihan kawasan Pantai Lovina.
2. Kesadaran berbagai pihak untuk turut menjaga kebersihan dan kelestarian Pantai Lovina.

d) Strategi WT (Weaknesses Threats) Merupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan


yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada untuk menghindari
ancaman. Strategi yang dimaksud adalah :
1. Peningkatan kerjasama dan kesadaran pelaku pariwisata akan perkembangan wisata
bahari.
2. Peningkatan kerjasama, keterlibatan dan kesadaran berbagai komponen pariwisata akan
wisata bahari.
Strategi pengembangan konservasi ikan hias dan terumbu karang :
1. Peningkatan kesadaran berbagai pihak akan pentingnya pelestarian ikan hias dan
terumbu karang.
2. Melakukan konservasi ikan hias dan terumbu karang guna menjaga kelestarian wisata
bahari di Pantai Lovina di masa yang akan datang.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- Pantai Lovina cukup berpotensi sebagai daya tarik wisata bahari yang dapat dilihat dari
potensi pantainya yang memiliki beraneka ragam biota laut, terumbu karang yang terdapat
dibawah laut bahkan sampai tampak dari permukaan jika kita melihat dari atas perahu ke
tengah laut, karena airnya sangat jernih. Intinya, pantai ini cocok untuk kegiatan wahana air
(wisata bahari), hal ini didukung oleh adanya potensi yang dimiliki Pantai Lovina, adapun
potensi yang dimiliki Pantai Lovina yang sesuai kenyataan adalah lintas jalur yang strategis
dan mudah untuk dijangkau. Serta tersedianya sarana akomodasi, fasilitas, dll.

- Pengembangan potensi Pantai Lovina sebagai daya tarik wisata bahari, yaitu dalam arti
disini kurangnya kepekaan pemerintah, dinas kebudayaan pariwisata, pemda, serta
masyarakat sekitar potensi yang dimiliki oleh pantai ini dalam dijadikan suatu kegiatan
wisata bahari.

Pengembangan potensi Pantai Lovina meliputi sumberdaya alam yaitu, atraksi lumba-lumba
dan taman bawah laut dan juga sumberdaya budaya seperti seni pertunjukan genjek dan
lovina festival. Pengembangan sumberdaya untuk mendukung ekowisata di Pantai Lovina
dapat dilakukan dengan membuat tempat budidaya terumbu karang, melarang
penangkapan ikan dengan pukat harimau, mengikutsertakan masyarakat dalam
penyelenggaraan ekowisata, memberikan edukasi akan kesadaran lingkungan untuk
wisatawan dan masyarakat lokal dan menampilkan daya tarik wisata budaya seperti
“genjek” sebagai daya tarik pendukung ekowisata.

Sebelumnya harus disadari bahwa setiap tujuan kawasan wisata akan selalu mengalami
beberapa fase, termasuk fase stagnansi dan mengalami penurunan sesuai dengan yang
telah dituliskan oleh Butler. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana suatu kawasan dapat
bertahan dan mempersiapkan cara untuk melakukan pembaharuan setelah terjadi fase
penurunan. Fase-fase tersebut akan dipengaruhi oleh fasilitas yang ada, akses, pemasaran
dan daya kapasitas dari destinasi itu sendiri

Untuk itu dalam upaya untuk bergerak ke fase rejuvenation kawasan Lovina sebaiknya
melakukan perbaikan kualitas produk, pelayanaan, dan image wisata juga diperlukan,
sehingga lebih fleksibel dan lebih ramah kepada wisatawan. Begitu juga dengan fasilitasnya
sebaiknya diperbaharui. Dalam kacamata ekonomi, diperlukan riset mengenai pasar yang
telah didapatkan karena selama ini sangat sedikit informasi yang didapatkan mengenai
demografis dari wisatawan.

Oleh karena itu dalam pengembangan pariwisata sebagai suatu industri di suatu destinasi
harus mempertimbangkan seluruh aspek tanpa terkecuali karena indutri pariwisata
berkaitan erat dengan aspek lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.
Pemerintah dan juga masyarakat lokal pun juga harus konsekuen dalam menjalani rencana
tersebut tanpa mengadakan perubahan – perubahan yang signifikan demi mengejar
keuntungan ekonomi semata dengan mengabaikan kepentingan – kepentingan dari aspek
lainnya.

VI. REFERENSI

Marpaung, 2002.Pengetahuan Kepariwisataan. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.

Purwahita, A.A.A Ribeka Martha. 2015. Strategi Pengembangan Wisata Bahari di Pantai
Lovina. Bali.

Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya
Pramita.

Purwita, Putu Udiani, dan Ida Bagus Suryawan. 2018. Pengembangan Potensi Pantai Lovina
Sebagai Ekowisata Pesisir Di Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pertiwi, Ratih Putu. 2012. Pola Perencanaan & Pengembangan Kawasan Lovina, di wilayah
Bali Utara. PERENCANAAN PARIWISATA PROGRAM PASCA SARJANA KAJIAN PARIWISATA
(DDIP) UNIVERSITAS UDAYANA.

Profil Desa Kalibukbuk 2013-2014 www.Kemenpar.go.id

Anda mungkin juga menyukai