Anda di halaman 1dari 135

RISET AG

GENDA 2010

PUSSAT PENELITIAAN SUMBERDAAYA PESISIR DAN


D LAUTAN
Coral Reeef Information and Training Center
UNIVVERSITAS MARRITIM RAJA ALI
A HAJI (PPSPPL UMRAH)
CRITC COREEMAP LIPI
TANNJUNG PINANG
G
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Coral Reeef Information and Traiining Centerr
  CO
OREMAP LIPII
 
 
 
 
 
 
  PUSAT PENELITIA AN SUMBERDAAYA PESISIR DDAN LAUTAN
  UNIV VERSITAS MAR RITIM RAJA ALI HAJI (PPSP
PL UMRAH)
  TAN NJUNG PINANG G
 
Reseearch Center for Coastal and
a Marine R Resources  
Univversity of Marritim Raja Alii Haji  
Tanjungpinang  
Jl. Po
oliteknik Seng
ggarang Tanjun
ngpinang 2912
25  
Kepuulauan Riau - Indonesia
Telp
p/Fax. (0771) 7004642
7 e-maill : ppspl.umrah
h@gmail.com
m
 
 

Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata


Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan
Tahun 2009

 
 
 
 
 
DISUSUN OLEH

TIM PPSPL UMRAH


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Keterangan Cover
 
Sumber Foto : Dok. PPSPL UMRAH
 
  Desain Cover : Dony Apdillah
  Gambar Cover : Pantai Songseng, Pulau Mapur
 
 

TIM WORK
Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai
Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di
Kabupaten Bintan
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
PENANGGUNG JAWAB : DONY APDILLAH, S.Pi, M.Si (KETUA PPSPL UMRAH)

PELAKSANA PENELITIAN : ARIEF PRATOMO, S.T, M.Si (KOORDINATOR)


DONY APDILLAH, S.Pi, M.Si
FALMY YANDRI, S.Pi, M.Si

TENAGA PENDUKUNG : META YULIANA (ADMINISTRASI)


ROSNAH (SURVEYOR)
R. VENDY WICAKSANA (SURVEYOR)
M. ALI IMRON (SURVEYOR)
ZALMAN TUSIRO (SURVEYOR)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
^tàt cxÇztÇàtÜ

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya,
Laporan Akhir penelitian ini yang berjudul “Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari
sebagai Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan” dapat
diselesaikan.

Laporan penelitian ini berisi obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang dapat menjadi Mata
Pencaharian Alternatif (MPA) bagi masyarakat Kabupaten Bintan, dengan klasifikasi layak
usaha dan ramah lingkungan, layak usaha bersyarat dan ramah lingkungan dan ekowisata yang
tidak layak usaha serta potensi ekonominya. Selanjutnya dari isu dan permasalahan yang
teridentifikasi selama penelitian kami mencoba sumbang saran dalam kebijakan
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan.

Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Maritim Raja Ali Haji
(PPSPL UMRAH) Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau, mengucapkan terima
kasih kepada Coral Reef Information and Training Center (CRITC COREMAP LIPI)
atas diberikannya kepercayaan pada kami untuk melakukan studi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak terkait, yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam membantu kelancaran proses penyelesaian Laporan
Akhir ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Tanjungpinang, September 2010

PPSPL UMRAH

ii | P a g e  
WtyàtÜ \á|
KATA PENGANTAR…………………………………………………................ ii
DAFTAR ISI ……………….....………………..……………………………….. iii
DAFTAR TABEL………….....………………..………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……….....………………..………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN……….....………………..………………………………... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF…………………………………………………….. ix

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ….................………….………………………………... 1
1.2. Tujuan........... ......................................................................................... 3
1.3. Pembatasan Lingkup Daerah kajian ....................................................... 3
1.4. Luaran ......... .......................................................................................... 3

2. METODOLOGI
2.1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 4
2.2. Waktu Penelitian .................................................................................... 4
2.3. Peralatan dan Bahan ............................................................................... 4
2.4. Perolehan Data Sekunder ....................................................................... 6
2.5. Perolehan Data Primer ............................................................................ 6
2.5.1. Pemilihan Responden…………………………………………… 9
2.5.2. Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Obyek dan Kegiatan
Ekowisata Bahari……………………………………………….. 9
2.5.3. Pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan
Willlingness to Pay (WTP) …………………………………….. 11
2.6. Analisa Data ......................................................................................... 13
2.6.1. Penilaian Obyek Ekowisata Ramah Lingkungan ……………. 13
2.6.2. Analisis Kelayakan Usaha Ekowisata Bahari sebagai
Mata Pencaharian Alternatif…………………………………… 14
2.6.3. Analisis Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari………………….. 15
2.6.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari ………… 16

3. KARAKTERISITIK WILAYAH KABUPATEN BINTAN


3.1. Keadaan Umum Daerah Kabupaten Bintan ............................................ 17
3.2. Wilayah Administrasi dan Kependudukan ............................................ 18
3.3. Kondisi Umum Pariwisata ...................................................................... 20
.3.3.1 Potensi Pariwisata…………………………………………….......... 20
.3.3.2 Obyek dan Daya Tarik……………………………………………. 20
.3.3.3 Profil Wisatawan ………………………………………………….. 22
.3.3.4 Perkembangan Jasa Penunjang Pariwisata………………..……… 26

iii | P a g e  
4. KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1. Masyarakat ............................................................................................. 29
4.2. Wisatawan ....................... ...................................................................... 31
4.3. Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata ............................................. 39

5. POTENSI OBJEK DAN KEGIATAN EKOWISATA DI KAB BINTAN


5.1. Komponen, Nama Baku dan Tema Obyek/kegiatan Ekowisata Bahari 44
5.2. Inventarisasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari .............. 51
5.1.1. Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya................................... 51
5.1.2. Desa Mapur......................................................................................... 52
5.1.3. Desa Sebong Lagoi………………………………..…………….. 53

6. KELAYAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA


6.1. Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan.................. 54
6.2. Jenis Ekowisata Bahari yang Layak sebagai MPA…………………………. 58
6.3. Hasil Penilaian WTA dan WTP Obyek dan Kegiatan Ekowisata................. 61
6.4. Kelayakan Usaha dan Prioritas Pengembangan Obyek/kegiatan Ekowisata .. 64
6.5. Potensi Ekonomi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari............................... 65

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI KAB BINTAN


7.1. Isu dan Permasalahan............................................................................... 68
7.1.1. Isu Ketidakharmonisan Hubungan antara Masyarakat dan -
Pengusaha Pariwisata………………………………………………… 68
7.1.2. Isu Masih kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Ekowisata -
7.1.3. Berbasis Masyarakat oleh Pemerintah Daerah …………………..…. 70
7.1.4. Isu Privatisasi Lahan Pantai di Kabupaten Bintan ………………….. 73
7.2. Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari ............................................ 78
7.2.1. Pola Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan pada saat ini... 78
7.2.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan.. 80
7.2.3. Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan…….. 84

8. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 85


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 89

iv | P a g e  
WtyàtÜ gtuxÄ
Tabel 2.1. Tahapan Perolehan dan Analisa Data……………......................................... 7
Tabel 2.2. Kriteria Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Ramah Lingkungan............... 14
Tabel 3.1. Data Luas Wilayah dan Kependudukan per Kecamatan Tahun ................… 19
Tabel 3.2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Bintan Tahun 2009...... 19
Tabel 3.3. Potensi Wisata di Kabupaten Bintan…..............…………............................. 20
Tabel 3.4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara di Kabupaten Bintan ............. 23
Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara berdasarkan kebangsaan…… 23
Tabel 3.6. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara menurut Pangsa Pasar….. 25
Tabel 3.7. Jumlah Usaha dan Tempat Duduk Rumah Makan di Kabupaten Bintan........ 28
Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis Responden..44
Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survey di
Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya............................................. 51
Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Di Pulau Mapur .......... 52
Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil
Survei di Desa Sebong Lagoi.......................................................................... 53
Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah
Lingkungan..................................................................................................... 56
Tabel 6.2. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan
Ramah Lingkungan ....................................................................................... 60
Tabel 6.3. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak
sebagai Ekowisata Berbasis Masyarakat........................................................ 61
Tabel 6.4. Kegiatan Obyek Ekowisata Bahari yang Layak untuk Dikembangkan sebagai
Mata Pencaharian Alternatif............................................................................ 62
Tabel 6.5. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Mampu Diusahakan Masyarakat namun
tidak sesuai dengan yang diinginkan Wisatawan…......................................... 63
Tabel 6.6. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan namun Belum
Mampu Diusahakan Masyarakat….................................................................. 64
Tabel 6.7. Rata-rata nilai Willingness To Accept (WTA) setiap Obyek dan Kegiatan
Ekowisata yang Diberikan oleh Masyarakat.................................................. 66
Tabel 6.8. Rata-rata nilai Willingness To Pay (WTP) tidak bernilai Nol setiap Obyek dan
Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Wisatawan.................................. .67
Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha................................................... 68
Tabel 6.10. Daftar Urutan Prioritas Pengembangan Obyek Ekowisata........................... 69
Tabel 6.11. Perkiraan Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan Kontribusi
Potensi Nilai Ekonominya........................................................................... 71
Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata
Bahari di Kabupaten Bintan…......................................................................... 76

v | P a g e  
WtyàtÜ ZtÅutÜ
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian…………….......................……........…................... 5
Gambar 2.2. Bagan Alur Penelitian……………………………………........................ 8
Gambar 4.1. Komposisi Responden Masyarakat berdasarkan umur............................. 31
Gambar 4.2. Komposisi Responden Masyarakat berdasar Jenis Kelamin..................... 31
Gambar 4.3. Komposisi responden masyarakat berdasar jenis pekerjaan .................... 31
Gambar 4.4. Komposisi responden masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan .......... 32
Gambar 4.5. Komposisi responden masyarakat berdasarkan pendidikan …….............. 32
Gambar 4.6. Komposisi responden wisatawan menurut umur....................................... 33
Gambar 4.7. Komposisi responden wisatawan berdasarkan jenis wisatawan................. 34
Gambar 4.8. Komposisi responden wisatawan mancanegara menurut negara asal......... 35
Gambar 4.9. Komposisi responden wisatawan nusantara menurut asalnya..................... 35
Gambar 4.10. Komposisi responden wisatawan (wisman dan wisnus) berdasarkan
pendapatan ............................................................................................. 36
Gambar 4.11. Komposisi responden wisatawan berdasarkan anggaran pengeluaran untuk
wisata...................................................................................................... 37
Gambar 4.12. Perbandingan persentase pendapatan responden wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara.......................................................................... 38
Gambar 4.13. Perbandingan persentase anggaran pengeluaran wisata responden wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara................................................... 38
Gambar 4.14. Perbandingan tingkat pendidikan responden wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara.......................................................................... 39
Gambar 4.15. Persepsi responden wisatawan nusantara yang datang berkunjung di
Kabupaten Bintan terhadap ekowisata..................................................... 40
Gambar 4.16. Persepsi responden wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di
Kabupaten Bintan terhadap ekowisata..................................................... 41
Gambar 5.6. Staging Objek Wisata Bukit Kerang, di Desa Kawal…............................... 48
Gambar 5.8. Kondisi perumahan masyarakat di Pulau Mapur……................................... 50
Gambar 7.1. Focused Group Discussion (FGD) dengan Masyarakat Desa Mapur.... 72
Gambar 7.2. Selain FGD, juga dilakukan pendekatan wawancara mendalam........... 74
Gambar 7.3. Pola Pengembangan Ekowisata pada saat ini di Kabupaten Bintan....... 79
Gambar 7.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan...... 83

vi | P a g e  
WtyàtÜ _tÅÑ|ÜtÇ

Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER - A1 (Khusus untuk responden WisNus)............ I-1


Lampiran 2. LEMBAR KUESIONER - A2 (Khusus untuk responden WisMan).......... II-1
Lampiran 3. LEMBAR KUESIONER - B (Khusus untuk responden masyarakat)........ III-1
Lampiran 4. Daftar Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari............................................. IV-1
Lampiran 5. Daftar Komponen Obyek dan Kegiatan Ekowisata Hasil Survei............ V-1
Lampiran 6. Hasil Penilaian Tingkat Kelayakan Obyek Ekowisata Bahari yang Ramah
Lingkungan................................................................................................. VI-1
Lampiran 7. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan dan Mampu
Diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Bintan.......................................... VII-1
Lampiran 8. Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan VIII-1

vii | P a g e  
Ringkasan Eksekutif
 
A.   Pendahuluan

Kabupaten Bintan merupakan salah satu daerah tujuan wisata bahari di


Provinsi Kepulauan Riau. Kawasan wisata utamanya adalah Lagoi, Pantai
Sakerah, Pantai Trikora, selain itu terdapat pula pengembangan lokasi wisata di
Pulau Nikoi dan Pulau Mapur dan kawasan wisata lainnya di sepanjang pantai
Pulau Bintan bagian Timur. Andalan daya tarik wisatanya berupa ketenangan
dan keindahan panorama pantai yang berpasir putih dengan perairan laut yang
jernih serta keanekaragaman kehidupan bawah laut yang mempesona.
Perkembangan sarana dan prasarana wisata terlihat dari deretan villa ataupun
resor wisata di sepanjang pantainya. Selain itu, kekayaan sumberdaya hayati
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bintan dapat berpotensi menjadi daya
tarik wisata bahari. Sumberdaya tersebut meliputi ekosistem mangrove, lamun,
terumbu karang, dan daerah peneluran penyu (PPSPL UMRAH-CRITC LIPI
2010).
Pemanfaat terbesar jasa pariwisata saat ini adalah para investor yang
bermodal besar, walaupun ada sebagian masyarakat yang membentuk kelompok
usaha wisata. tetapi sebagian besar dari mereka masih merasa sebagai
penonton. Ada persepsi bahwa pengusaha wisata hanya mementingkan
keuntungan bagi dirinya sendiri dan tidak pernah melibatkan masyarakat
sekitarnya. Selain itu, masyarakat merasa masih kurangnya peran pemerintah
daerah secara terpadu dalam memfasilitasi pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat, hal ini memunculkan konflik pemanfaatan jasa lingkungan antara
pelaku usaha wisata dengan masyarakat.
Namun jika pengelolaan pariwisata dilakukan secara bijak dan tepat,
bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan keterlibatan masyarakat
ternyata dapat menambah penghasilan serta mendorong masyarakat lebih
menjaga sumberdaya alam dan lingkunannya.
Kondisi ini menjadikan pariwisata memberi peluang manfaat bagi
peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian alam. Bentuk pariwisata yang
dapat memenuhi hal tersebut adalah kegiatan ekowisata.
Ekowisata yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan adalah
Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat. Secara umum, ekowisata berbasis

ix | P a g e  
masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif
komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual
(Depbudpar-WWF-Indonesia 2009).
Namun dalam rangka pengembangan ekowisata bahari berbasis
masyarakat di Kabupaten Bintan, perlu memperhatikan aspek kemampuan
masyarakat, ketertarikan wisatawan, dan aspek lingkungan yang dapat uraikan
dalam pertanyaan permasalahan:
‐ Apa yang diinginkan dan mampu dikerjakan oleh masyarakat?
‐ Apa yang diinginkan dan diminta oleh wisatawan?
‐ Apakah ekowisata bahari tersebut layak sebagai mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat dan ramah lingkungan?

Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian


potensi ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan dan
menjadikannya sebagai nilai tambah ekonomi masyarakat melalui Mata
Pencaharian Alternatif (MPA), sekaligus menjadi bagian upaya pelestarian
sumberdaya pesisir dan lautan.
Penelitian ini dilaksanakan selama lebih kurang 3 (tiga) bulan, mulai dari
Bulan Juni sampai September 2010. Lokasi penelitian pada kegiatan ini dibagi
menjadi 3 (tiga) kategori 1) kawasan wisata open acces (public) meliputi
kawasan wisata Pantai Trikora dan sekitarnya; Desa Malang Rapat, Teluk
Bakau, Kawal. 2) kawasan wisata yang belum berkembang meliputi Desa Mapur
dan 3) Kawasan wisata yang telah berkembang yakni kawasan Resort Wisata
Logoi dan sekitarnya
Metode pengambilan data dilakukan dengan pendekatan survey,
wawancara terstruktur (quisioner) dan non struktur (wawancara bebas
mendalam) serta melalui Kelompok Diskusi Terfokus (Focus Group Disscussion /
FGD).
Pemilihan sampling untuk wawancara dilakukan dengan pendekatan
purposive sampling, yaitu pengambilan sampling pada lokasi terpilih, dengan
menggunakan kuesioner untuk menggali informasi latar belakang sosial
responden kemudian diteruskan ke pertanyaan yang berkaitan langsung dengan
informasi obyek dan kegiatan ekowisata. Rancangan kuesioner ditujukan untuk
responden masyarakat dan wisatawan. Khusus wisatawan asing, kuesioner

x | P a g e  
dibuat dalam bahasa Inggris. Responden penelitian ini terdiri dari masyarakat
pesisir dan nelayan, wisatawan dan pelaku usaha wisata.

Analisis data dilakukan dengan metode Willingness to Accept (WTA)


dan Willlingness to Pay (WTP). WTA adalah konsep penilaian sumberdaya
non pasar dengan mengukur jumlah minimum pendapatan seseorang untuk
menerima penurunan sesuatu (Fauzi 2004). WTP adalah konsep penilaian
sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah maksimum seseorang yang
ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa
lainnya. (Fauzi 2004).
Informasi nilai WTA dan WTP dalam penelitian ini diperoleh dengan
metode Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini adalah salah satu
metode berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian seorang/
masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak
digunakan untuk mengestimasi nilai sesuatu yang tidak (atau belum)
diperjualbelikan di pasar (Patunru 2004).

B. HASIL
1) Hasil identifikasi dan inventarisasi, terdapat 62 potensi obyek dan kegiatan
ekowisata bahari di Kabupaten Bintan, yang dapat dijadikan mata
pencaharian alternatif bagi masyarakat.
2) Ekowisata bahari berpotensi sebagai mata pencaharian alternatif
masyarakat Kabupaten Bintan karena:
ƒ masyarakat mempunyai pengetahuan lokal yang luas dan terperinci
mengenai kondisi lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut bahari
yang berpotensi dijadikan obyek dan kegiatan ekowisata bahari di
daerah sekitar mereka
ƒ masyarakat mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai bidang
usaha dan mata pencaharian alternatif mereka
ƒ memberdayakan masyarakat tempatan, mengandalkan sumberdaya
lokal berupa sarana penunjang yang relatif murah, tersedia, dan mudah
dilakukan masyarakat tempatan
ƒ memberi nilai tambah ekonomi sehingga dapat meningkatkan tingkat
pendapatan masyarakat

xi | P a g e  
3) Obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang ditawarkan masyarakat
Kabupaten Bintan sesuai dengan yang diinginkan wisatawan dimana
wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara tertarik dan bersedia
membayar 22 obyek dan kegiatan obyek dan kegiatan ekowisata bahari
yang ditawarkan masyarakat.
4) Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah
lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut
tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek
dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara
ekologi maupun sosial-budaya.
5) Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan
rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan rata-
rata imbalan yang diminta masyarakat.
6) Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi
ekowisata di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.
109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar
21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
7) Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan
dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di
Kabupaten Bintan
8) Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di
Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya
adalah:
9 Menyusuri sungai berhutan bakau
9 Menyusuri hutan
9 Berkeliling dengan sepeda motor
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
9 Menikmati buah kelapa muda
9 Penyewaan sepeda motor
9 Penyewaan snorkling
9 Menginap di rumah tinggal orang kampung
9 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang
9 Hidangan makanan laut
9 Menyaksikan hutan bakau di pulau
9 Menyusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai

xii | P a g e  
9 Snorkling di areal terumbu karang
9 Memancing di laut dengan pompong
9 Penyewaan scuba diving
9 Sewa sampan.
9) Isu dan permasalahan pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten
Bintan terdiri dari :
¾ Isu Ketidakharmonisan Hubungan antara Masyarakat dan Pengusaha
Pariwisata.
¾ Kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat oleh Pemerintah Daerah
¾ Isu Privatiasasi Lahan Pantai yang seharusnya merupakan open
acces
10) Usulan strategi pengembangan ekowisata bahari adalah sbb :
a) Perlu dibentuk Lembaga Koordinasi Ekowisata di tingkat Kabupaten.
Lembaga ini berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Bintan. Hal ini
sesuai dengan instruksi Permendagri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
b) Menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RPKD) bidang
pariwisata secara terpadu dan berbasis masyarakat. RKPD ini berisi
dokumen Rencana Pengelolaan, Rencana Zonasi dan Rencana Aksi
pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. RKPD yang disusun akan
menjadi acuan dalam setiap proses pengembangan ekowisata dan
dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
c) Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat
desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawah/ lapangan.
Untuk tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina
agar lebih optimal, jika pendekatan ini berjalan efektif bukan tidak
mungkin model ini akan menjamur atau diadopsi oleh tempat-tempat lain
atau dapat dengan sengaja dikembangkan di daerah lain yang memiliki
karakteristik dan potensi ekowisata yang diminati oleh wisatawan.
d) Penyusunan paket-paket wisata bahari berbasis masyarakat dan
melakukan pembinaan, pendampingan kepada kelompok masyarakat di
tingkat desa.

xiii | P a g e  
e) Melakukan kerjasama dengan jejaring ekowisata yang ada di tingkat
nasional maupun internasional, biro perjalanan/travelling dan pelaku
wisata swasta, sehingga pemasaran potensi obyek ekowisata masyarakat
yang pada saat ini masih sangat tergantung pada wisatawan lokal dapat
meningkat melalui hubungan kerjasama dengan jejaring ekowisata

xiv | P a g e  
 

PPSPL UMRAH
(Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir & Lautan
Universitas Maritim Raja Ali Haji)

Research Center for Coastal and Marine Resources


University of Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang - 2011
 
 
 

I. PEN
NDAHU
ULUAN  
I
I.1. Latar Belakang

Kabupaten Bintan
B meru
upakan salah
h satu daera
ah tujuan wisata bahari di Provinsi
Kepulauan Riau. Kawa
asan wisata
a utamanya
a adalah La
agoi, Pantai Sakerah,
ora, selain itu
Pantai Triko i terdapat pula penge
embangan lokasi wisata
a di Pulau
Nikoi dan Pulau
P Mapurr dan kawassan wisata la
ainnya di se
epanjang pa
antai Pulau
Bintan bagian Timur. Andalan
A da
aya tarik wis
satanya berupa ketena
angan dan
keindahan panorama
p pa
antai yang b
berpasir putih
h dengan pe
erairan laut yang
y jernih
serta
s keanekaragaman kehidupan bawah
b laut yang
y mempe
esona. Perkkembangan
sarana
s dan prasarana wisata
w terlih
hat dari dere
etan villa ata
aupun resorrt wisata di
sepanjang
s pantainya.
p S
Selain itu, kekayaan sum
mberdaya ha
ayati pesisir dan pulau-
pulau kecil di Kabupatten Bintan dapat berpo
otensi menjjadi daya ta
arik wisata
mberdaya te
bahari. Sum ersebut meliputi ekosis
stem mangrrove, lamun
n, terumbu
karang, dan daerah pen
neluran penyyu (PPSPL UMRAH-CRI
U ITC LIPI 201
10).

Pemanfaat terbesar
t jasa pariwisata
a saat ini ad
dalah para in
nvestor yang
g bermodal
besar, walaupun ada sebagian
s ma
asyarakat ya
ang membe
entuk kelompok usaha
wisata.
w tetap
pi sebagian besar dari m
mereka massih merasa ssebagai peno
onton. Ada
persepsi ba
ahwa pengusaha wisa
ata hanya mementingkkan keuntungan bagi
dirinya
d send
diri dan tida
ak pernah m
melibatkan masyarakat
m sekitarnya. Selain itu,
masyarakat merasa ma
asih kurangn
nya peran pemerintah
p d
daerah seca
ara terpadu
dalam
d mem
mfasilitasi pe
engembangan pariwisa
ata berbasiss masyarakkat, hal ini
memunculka
an konflik pe
emanfaatan jasa lingkungan antara
a pelaku usa
aha wisata
dengan
d mas
syarakat.

PPSPL
P UMRAH – CRITC LIPI 1|
Namun jika pengelolaan pariwisata bila dilakukan secara bijak dan tepat dapat
dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang bersifat ramah lingkungan dan
berkelanjutan, dengan keterlibatan masyarakat ternyata dapat menambah
penghasilan serta mendorong masyarakat lebih menjaga sumberdaya alam dan
lingkunannya. Hal ini selaras dengan program COREMAP dalam mengemban
misi pelestarian kehidupan bahari terutama terumbu karang dimana salah satu
programnya adalah mengurangi tingkat degradasi ekosistem laut (CRITC,
COREMAP II, LIPI 2007). Pada umumnya daerah pengembangan wisata di
Kabupaten Bintan berada dalam wilayah program COREMAP, yaitu tepatnya di
sepanjang Pantai Trikora yang meliputi Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat,
Kabupaten Bintan.

Kondisi yang demikian menjadikan pariwisata memberi peluang manfaat bagi


peningkatan ekonomi masyarakat dan pelestarian alam. Bentuk pariwisata yang
dapat memenuhi hal tersebut adalah kegiatan ekowisata. Karena menurut
Depbudpar-WWF-Indonesia (2009), terdapat aspek kunci ekowisata yang
bersifat menguntungkan yaitu:

• Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism)
• Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
• Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
• Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
• Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi).

Ekowisata yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Bintan adalah


Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat. Secara umum, ekowisata berbasis
masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif
komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual
(Depbudpar-WWF-Indonesia 2009).

Namun dalam rangka pengembangan ekowisata bahari berbasis masyarakat di


Kabupaten Bintan, perlu memperhatikan aspek kemampuan masyarakat,
ketertarikan wisatawan, dan aspek lingkungan yang dapat uraikan dalam
pertanyaan permasalahan:

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 2 | P a g e  


 
‐ Apa yang diinginkan dan mampu dikerjakan oleh masyarakat?
‐ Apa yang diinginkan dan diminta oleh wisatawan?
‐ Apakah ekowisata bahari tersebut layak sebagai mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat dan ramah lingkungan?

Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian potensi
ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan dan
menjadikannya sebagai nilai tambah ekonomi masyarakat melalui Mata
Pencaharian Alternatif (MPA), sekaligus menjadi bagian upaya pelestarian
kehidupan pesisir dan laut di kabupaten Bintan.

I.2. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

‐ Mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi obyek dan kegiatan


ekowisata bahari yang dapat menjadi Mata Pencaharian Alternatif (MPA)
yang ramah lingkungan bagi masyarakat.
‐ Mengetahui potensi ekonomi dan tingkat kelayakan usaha ekowisata
bahari di daerah kajian.
‐ Memberi arahan kebijakan pengembangan ekowisata bahari di
Kabupaten Bintan

I.3. Pembatasan Lingkup Daerah Kajian

Daerah kajian yang tercakup dalam penelitian ini lokasi wisata di Pulau Bintan
Bagian Timur meliputi daerah Lagoi, Pantai Trikora, dan Kepulauan Mapur.

I.4. Luaran

Luaran kegiatan ini adalah sebagai berikut:

‐ Daftar inventarisasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata Bahari yang


dapat menjadi MPA bagi masyarakat.
‐ Potensi ekonomi dan kelayakan usaha ekowisata bahari bagi masyarakat
‐ Rekomendasi dan arahan pengembangan ekowisata bahari di kabupaten
Bintan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 3 | P a g e  


 
 

II. ME
ETODO
OLOGI  
 

I
II.1. Loka
asi Penelitia
an

Lokasi pene
elitian pada kegiatan inii dibagi men
njadi 3 (tiga
a) kategori 1) kawasan
wisata
w ope
en acces (public) melliputi kawassan wisata Pantai Trrikora dan
sekitarnya;
s ng Rapat, T
Desa Malan Teluk Bakau, Kawal. 2) kawasan wisata
w yang
embang me
belum berke eliputi Desa Mapur dan
n 3) Kawassan wisata yang
y telah
berkembang
g yakni kawa arnya (Gambar 2.1.).
asan Resort Wisata Logoi dan sekita

2.2.
2 Wak
ktu Penelitia
an

Penelitian in
ni dilaksanakan selama lebih kuran
ng 3 (tiga) bulan,
b mulai dari Bulan
Juni
J sampaii Septemberr 2010.

2.3.
2 Pera
alatan dan Bahan
B

Peralatan ya
ang digunakkan dalam pe
enelitian ini adalah
a seba
agai berikut:

‐ Alat dokumentas
si (digital cam
mera)
‐ d Recorder
Hand
‐ Kuessioner dan le
embar data yyang diperlu
ukan
‐ Buku
u dan alat tulis
‐ Kom
mputer dan printer
‐ GPS
S (Global Possitioning Sysstem)

P
PPSPL UMRAH CRITC LIPI 4|
Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 5 | P a g e  


 
2.4. Perolehan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait pariwisata dan masyarakat
nelayan di Kabupaten Bintan. Berikut daftar data sekunder tersebut :

a. Statistik Pariwisata (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten


Bintan 2008).
b. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) (Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Bintan 2008).
c. Laporan Tahunan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan,
2009.

2.5. Perolehan Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara terstruktur


(quisioner) dan non struktur (wawancara bebas mendalam) serta melalui
Kelompok Diskusi Terfokus (Focus Group Disscussion / FGD).

Pemilihan sampling untuk wawancara dilakukan dengan pendekatan purposive


sampling, yaitu pengambilan sampling pada lokasi terpilih, dengan menggunakan
kuesioner untuk menggali informasi latar belakang sosial responden kemudian
diteruskan ke pertanyaan yang berkaitan langsung dengan informasi obyek dan
kegiatan ekowisata. Rancangan kuesioner ditujukan untuk responden
masyarakat dan wisatawan. Khusus wisatawan asing, kuesioner dibuat dalam
bahasa Inggris. Adapun rancangan kuesioner tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 1.

FGD dilakukan bersama beberapa anggota masyarakat terpilih. FGD


dimanfaatkan untuk memperoleh informasi isu-isu permasalahan yang terkait
kepariwisataan. Selain itu, FGD digunakan juga untuk memperoleh data dan
informasi mengenai obyek dan kegiatan ekowisata.

Garis besar penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menginventarisir dan
mengidentifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu dilakukan
oleh masyarakat dan yang diinginkan oleh wisatawan. Kemudian dicari besaran
secara satuan mata uang (monetisasi) melalui kesediaan menerima imbalan oleh
masyarakat dan kesediaan membayar oleh wisatawan untuk setiap obyek dan
kegiatan ekowisata. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat kelayakan obyek dan
kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan untuk dikembangkan sebagai “Mata

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 6 | P a g e  


 
Pencaharian Alternatif” bagi masyarakat. Tahapan penelitian dari mulai
perolehan data hingga tahap analisa mengikuti bagan alur pemikiran pada
Tabel 2.1. dan Gambar 2.2.

Tabel 2.1. Tahapan Perolehan dan Analisa Data


Kegiatan Metode Tujuan Lokasi Waktu
(2010)

Memperoleh Pencarian/ Mengetahui kondisi terkini Kota Juni


Data eksplorasi berbagai masyarakat di daerah Tanjungpinang
Sekunder sumber data terkait kajian dan kepariwisataan dan Kabupaten
di Kabupaten Bintan Bintan

Memperoleh Wawancara 1. Inventarisasi potensi 1. Kawasan Juni-


Data Primer terstruktur obyek dan kegiatan Wisata pantai Agustus
ekowisata baik dari Trikora dan
masyarakat maupun sekitarnya,
wisatawan Desa Teluk
2. Mencari nilai WTA dan Bakau, Kawal
WTP 2. Kawasan
Resort Lagoi
dan sekitarnya
3. Desa Mapur
FGD 1. Inventarisasi mencari Kecamatan Agustus
nilai WTA dan WTP Gunung Kijang
obyek dan kegiatan (Desa Kawal dan
ekowisata dari D. Teluk bakau),
masyarakat D. Mapur dan
2. Menggali isu Desa Sebong
permasalahan yang Lagoi
terkait dengan
pariwisata
Analisa Data Analisis Taksonomi Membakukan nama-nama Juli-
Obyek dan Kegiatan obyek ekowisata yang Agustus
Ekowisata diperoleh di lapangan

Keramahan Menilai obyek dan kegiatan Agustus


Lingkungan Obyek ekowisata layak dari aspek
dan kegiatan sosial dan ekologi
Ekowisata
Kelayakan Usaha Menilai kelayakan usaha September
dan Potensi dan potensi ekonomi obyek
Ekonomi Obyek dan dan kegiatan ekowisata dari
kegiatan Ekowisata segi aspek ekonomisnya

Kebijakan terkait Arahan kebijakan September


Ekowisata pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat
sebagai MPA

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 7 | P a g e  


 
Inventarisa
asi dan Iden
ntifikasi Pottensi
Obyek dan Kegiatan Ekowisata
O E B
Bahari 

Kesediaaan Kesediaan
menerimma kemamppuan  Keinginaan  unttuk
imbalann/ meembayar/
Willingn
ness to
masyaraakat wisataw
wan Willingness
Accept (WTA)  to Pay (WTP)

(1) (2) (3)


Obyek daan kegiatan ekowisata
e la
ayak Ramahh Lingkungan
n?
Kriteria: E
Ekologis dan Sosial-Buda
aya

YA  YA YA

(1) (2) (3)


Obyek dan kegiattan Obyek da an Perlu pelatihan dan
ekowisata perlu kegiatan
n peningkatan kapasistas
diprommosikan dan
n ekowisata yang
y aga
ar masyarakkat mampu
ditingkatkan daya
a tarik la
ayak untuk Mata
M mengusaha akan obyek
agar wisatawan
w te
ertarik Pencaharian dan kegiatan ekowisata
Alternatiff i i

Arahan
n Kebijakan Pengembaangan Ekow wisata Bahari
sebagai M harian Alterrnatif 
Mata Pencah

YA

WTPP>0 & WTP≥WTA?


Potens
si Ekonomi d
dan Kelayakan Usaha Ekowisata

Gambar
G 2.2. Bagan Alur Penelitian
n

P
PPSPL UMRAH CRITC LIPI 8|
2.5.1. Pemilihan Responden
a) Masyarakat
Responden masyarakat terdiri atas masyarakat yang bermata
pencaharian nelayan dan bukan nelayan yang berada di daerah
kajian..

b) Wisatawan
Responden wisatawan terdiri atas wisatawan nusantara dan
wisatawan asing yang berkunjung di kawasan wisata di daerah kajian.

c) Pelaku Usaha Wisata


Terdiri dari Responden pelaku usaha wisata berskala besar (private)
seperti resort dan hotel, dan pelaku usaha wisata kecil, seperti usaha
wisata yang dikelola oleh masyarakat. Namun pada penelitian ini
pada umumnya responden yang bersedia memberikan informasi
adalah usaha wisata skala kecil. Hal ini disebabkan karena pelaku
usaha wisata skala besar lebih tertutup dalam akses informasi.

2.5.2. Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata


Bahari

Inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari


dilakukan melalui beberapa tahap yang dilakukan serentak baik pada responden
masyarakat maupun wisatawan, tahapannya adalah sebagai berikut:

A. Tahap Eksplorasi Obyek dan Kegiatan Ekowisata


Dilakukan untuk memperoleh gambaran awal potensi ekowisata baik
yang mampu dilakukan masyarakat maupun yang diinginkan wisatawan.
Pada tahap ini diupayakan perolehan informasi potensi ekowisata
sebanyak mungkin dari para responden.

B. Tahap Pengelompokan dan Pembakuan Nama Obyek dan Kegiatan


Ekowisata
Awalnya daftar obyek dan kegiatan ekowisata yang diperoleh baik dari
masyarakat maupun wisatawan berupa nama bebas yang diberikan oleh
anggota tim peneliti saat di lapangan. Pembakuan nama obyek dan
kegiatan ekowisata perlu dilakukan untuk menghindari kerancuan dan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 9 | P a g e  


 
penggandaan makna sehingga mempermudah proses analisis
selanjutnya. Pembakuan nama dilakukan dengan menggunakan metode
analisis taksonomi yang diadaptasi dari metode etnografi Spradley
(1997). Langkah pertama, setiap obyek dan kegiatan wisata dilakukan
analisis komponen dimana komponen tersebut meliputi:

a. Komponen Daya Tarik


Menyatakan bahwa komponen ini merupakan daya tarik wisatawan
terhadap suatu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen daya
tarik meliputi: 1) Alami, seperti pantai, mangrove dsb.; 2) Permainan
(game & sport), seperti memancing, snorkeling dsb; 3) Kegiatan,
seperti melihat-lihat, berkeliling dsb; dan 4) Budaya, seperti situs
sejarah, perkampungan dan sebagainya.

b. Komponen Sarana Penunjang dan Jasa


Menyatakan bahwa komponen ini merupakan sarana penunjang dan
jasa yang mampu dilakukan masyarakat kepada wisatawan pada
suatu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen jasa meliputi:
1) Transportasi, seperti sampan, kapal motor (sebutan lokal:
pompong), dsb; 2) Akomodasi, seperti rumah tinggal, pondok apung,
dsb; 3) Kuliner, seperti makanan lokal, masakan laut, dsb; dan 4)
Layanan, seperti memandu, mengantar dan sebaginya.

c. Komponen Satuan Kuantitas


Menyatakan bahwa komponen ini merupakan besaran satuan
kuantitas jasa yang diberikan kepada wisatawan pada suatu obyek
dan/ atau kegiatan ekowisata. Komponen satuan kuantitas meliputi: 1)
Waktu, seperti 1 jam, 1 hari dsb; 2) Jarak, seperti jauh, dekat, dsb;
dan 3) Jumlah, seperti 1 orang, 1 sampan, dan sebaginya.

d. Lain-lain
Menyatakan untuk komponen lain yang tidak tercakup komponen
yang telah disebut sebelumnya

Setelah analisis komponen dilakukan maka dilakukan penamaan baku terhadap


obyek dan kegiatan ekowisata tersebut. Bila komponen-komponen suatu obyek

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 10 | P a g e  


 
dan/ atau ekowisata menunjukkan keserupaan terhadap obyek dan/ atau
kegiatan ekowisata yang lain, maka obyek ekowisata tersebut dikelompokan
menjadi satu nama baku.

Nama baku obyek dan kegiatan ekowisata mencerminkan kandungan komponen


yang ada didalamnya. Namun agar lebih umum dan sederhana maka perincian
yang mencakup nama tempat dan komponen satuan kuantitas dihilangkan.
Nama-nama baku ini diberi kode untuk membedakan satu sama lain dan
digunakan sebagai gambaran potensi ekowisata suatu daerah kajian. Untuk
penyederhanaan dan mempermudah penelaahan maka beberapa nama baku
obyek dan kegiatan ekowisata dikelompokan lagi menurut tema jasa atau daya
tariknya, yaitu: 1) Akomodasi; 2) Rekreasi dan Bersantai; 3) Permainan; 4)
Petualangan; 5) Alam; 6) Kuliner; 7) Transportasi; 8) Jasa & Sewa; 9) Budaya;
10) Lain-lain.

C. Tahap Konfrontasi
Setelah nama obyek dan kegiatan ekowisata dibakukan, selanjutnya
daftar ekowisata yang didapat dari masyarakat ditanyakan kepada
wisatawan, demikian juga sebaliknya. Tahap ini dilakukan agar
mendapatkan sebanyak mungkin potensi obyek dan kegiatan ekowisata
yang mampu dilakukan oleh masyarakat tetapi diinginkan pula oleh
wisatawan.

2.5.3. Pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan Willlingness to Pay


(WTP)

WTA adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah
minimum pendapatan seseorang untuk menerima penurunan sesuatu (Fauzi
2004). Dalam konteks penelitian ini, penurunan sesuatu dapat diartikan,
misalkan, masyarakat mau menggantikan pekerjaan nelayan dengan pekerjaan
jasa ekowisata bahari. Karena itu, makna perolehan nilai WTA akan
menggambarkan kesediaan masyarakat mengganti pekerjaan lain pada saat
tertentu untuk dialihkan ke ekowisata bahari. Hal ini terjadi karena:
‐ Pendapatan hasil ekowisata bahari besarnya sama atau lebih dari
pendapatan pekerjaan yang digantikan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 11 | P a g e  


 
‐ WTA sudah menggambarkan nilai biaya operasional ditambah dengan
nilai keuntungan yang diinginkan
‐ Ekowisata bahari memberikan nilai pendapatan tambahan dari
pendapatan yang telah pada ada saat ini
‐ Preferensi-preferensi (pilihan) lain yang tidak dapat diamati dimana
antara satu individu dengan individu lain akan bervariasi dalam
mempengaruhi nilai WTA

WTP adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah
maksimum seseorang yang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk
memperoleh barang dan jasa lainnya. Nilai WTP secara umum akan berkisar
antara 0 hingga sebesar pendapatan individu responden (Fauzi 2004). Dalam
konteks penelitian ini, nilai WTP bagi wisatawan adalah kesediaan wisatawan
membayar jasa atau barang ekowisata bahari yang ditawarkan oleh masyarakat.
Dalam hal ini WTP akan memberikan makna:

‐ Besar WTP akan berkisar antara 0 hingga sebesar anggaran


pengeluaran perjalanan wisata.
‐ WTP untuk ekowisata bahari adalah nilai penyisihan sebagian anggaran
pengeluaran perjalanan wisata tersebut.
‐ Pemenuhan nilai guna atau kepuasan wisatawan terhadap obyek dan/
atau kegiatan ekowisata
‐ Preferensi-preferensi (pilihan) lain yang tidak bisa diamati dimana antara
satu individu dengan individu lain akan bervariasi dalam mempengaruhi
nilai WTP

Informasi nilai WTA dan WTP dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini adalah salah satu metode
berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian seorang/
masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak
digunakan untuk mengestimasi nilai sesuatu yang tidak (atau belum)
diperjualbelikan di pasar (Patunru 2004).

Pengukuran WTA maupun WTP dilakukan saat survei inventarisasi dan


identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata pada tahap eksplorasi maupun

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 12 | P a g e  


 
konfrontasi. Prosedur pengukuran WTA dan WTP yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Pengukuran WTA:
‐ Mempertanyakan kesediaan responden masyarakat yang mampu
mengusahakan obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu
untuk menerima imbalan dari wisatawan bila ada wisatawan yang
menginginkannya
‐ Kemudian bila nilai WTA diperoleh, maka diusahakan dilakukan
penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTA terendah yang
masih mau diterima oleh responden masyarakat yang diwawancarai

B. Pengukuran WTP:
‐ Mempertanyakan kesediaan responden wisatawan yang tertarik
obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu untuk membayar
kepada masyarakat bila ada masyarakat yang menawarkannya
‐ Kemudian bila nilai WTP diperoleh, maka diusahakan dilakukan
penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTP tertinggi yang
masih mau diterima oleh responden wisatawan yang diwawancarai

2.6. Analisa Data

2.6.1. Penilaian Obyek Ekowisata Ramah Lingkungan

Hasil obyek dan kegiatan ekowisata yang diperoleh kemudian dilakukan


penilaian kualitatif terhadap aspek sosial, ekologi, dan potensi dampak negatif
yang mungkin timbul. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi obyek dan kegiatan
ekowisata bersama tenaga ahli tim penelitian. Para tenaga ahli akan
mengevaluasi berdasarkan pada penilaian sendiri (Internal Value) maupun
penilaian luar (External Value). Setidaknya penilaian ekowisata yang ramah
lingkungan memenuhi keterangan kriteria yang terdapat pada Tabel 2.2.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 13 | P a g e  


 
Tabel 2.2. Kriteria Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Ramah Lingkungan
Kriteria Keterangan
Ramah Lingkungan berdasarkan 1. Tidak merusak ekosistem serta biota di
aspek ekologis dalamnya
2. Tidak bersifat ekstraktif/ eksploitatif
yang berlebihan
3. Mendukung upaya konservasi dan
pemanfaatan yang berkelanjutan

Ramah lingkungan berdasarkan 1. Tidak menimbulkan konflik


aspek sosial-budaya 2. Tidak menimbulkan benturan nilai-nilai
dan norma yang berlaku dalam
masyarakat setempat
3. Menggunakan sarana penunjang dan
jasa masyarakat setempat

2.6.2. Analisis Kelayakan Usaha Ekowisata Bahari sebagai Mata


Pencaharian Alternatif

Kelayakan usaha ekoswisata bahari dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan


kuantitatif;

A. Secara Kualitatif
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari layak sebagai mata pencaharian
alternatif secara kualitatif bila:
‐ Terdapat pertemuan antara obyek dan/ atau kegiatan ekowisata yang
mampu dilakukan oleh masyarakat dengan yang diinginkan pula oleh
wisatawan
‐ Obyek dan kegiatan ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan
baik secara ekologis maupun sosial-budaya.

B. Secara Kuantitatif
Untuk obyek dan kegiatan ekowisata bahari tertentu, ekowisata tersebut
dinyatakan layak secara kuantitatif atau dapat dikatakan layak usaha
sebagai mata pencaharian alternatif bila:
‐ Nilai WTP suatu obyek dan kegiatan ekowisata bahari lebih dari
Rp.0,- (WTP > 0) dan
‐ Nilai WTP sama dengan atau lebih dari WTA untuk obyek dan/ atau
kegiatan ekowisata bahari yang sama (WTP ≥ WTA).
‐ Penilaian kelayakan ini secara agregat dapat dicari dengan
membandingkan rata-rata total nilai WTP yang bukan nol dan
dibandingkan dengan rata-rata total WTA yang bukan nol pula.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 14 | P a g e  


 
‐ Semakin besar nilai rasio WTP dengan WTA maka semakin layak
dikembangkan sebagai usaha ekowisata

2.6.3. Analisis Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari

Diasumsikan jika dan hanya jika seorang wisatawan menyisihkan


pengeluarannya untuk satu obyek dan/ atau kegiatan ekowisata selama satu kali
masa kunjungannya maka “Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari” sama dengan
rata-rata total nilai WTP rata-rata per individu wisatawan yang nilainya lebih dari
Rp. 0,- kemudian dikalikan dengan jumlah kunjungan total wisatawan yang ada
atau:

PE = WTPrerata x W

Dimana:

PE = Potensi ekonomi ekowisata


WTPrerata = Rata-rata nilai WTP rata-rata per individu wisatawan
W = Jumlah total kunjungan wisatawan yang datang di lokasi kajian
saat tahun kunjungan

Bila diperoleh data jumlah kunjungan secara time series menunjukkan tren
meningkat, maka secara proposional, potensi ekonomi ekowisata bahari pada
masa mendatang dapat diestimasikan dengan cara analisa regresi dimana
jumlah kunjungan wisatawan sebagai variabel terikat dan tahun kunjungan
sebagai variabel bebas. Perumusan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:

W = W(t)
W(t) = α1 + α2 x t

W(t) adalah estimasi jumlah kunjungan mendatang yang didapat dari hasil
analisa regresi dimana: 
α1 dan α2 = konstanta
t = tahun kunjungan mendatang
maka:

PE = WTPrerata x (α1 + α2 x t)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 15 | P a g e  


 
2.6.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari

Tahapan berikutnya dianalisis lebih lanjut untuk menghasil arahan kebijakan bagi
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bintan, pelaku usaha ekowisata bahari, dan
pengelola konservasi antara lain berupa:
• Rekomendasi Aspek Pola Pengembangan Ekowisata Bahari yang
Berbasis Masyarakat
• Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari Berbasis
Masyarakat

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 16 | P a g e  


 
 
 
 
 
 
 
 
III. KA
ARAKTE ERISTIIK WIL
LAYAH   
     KA
ABUPATTEN BINTAN   
 
3.1.
3 Kead
daan Umum
m Daerah Ka
abupaten Bintan
B

Kabupaten Bintan
B mem
miliki karakterristik geogra
afis yang uniik dan khusu
us, dimana
wilayahnya
w terdiri dari daratan
d dan perairan de
engan dikelilingi pulau-p
pulau kecil,
hal ini merupakan ciri kh
has wilayah kepulauan. Karakteristik geografis ini menjadi
modal dasar potensi pa
ariwisata di Kabupaten Bintan. Sela
ain itu, letak
k geografis
Kabupaten Bintan sa
angat strategis, na
karen berada di jalur pelayaran
al, dan berrbatasan lan
internasiona ngsung den
ngan dua negara ASE
EAN yaitu
Singapura
S dan
d Malaysia
a. Kondisi ini otomatis menjadi
m jalur utama bagi masuknya
wisatawan
w terutama wissatawan man
ncanegara.

Secara
S geo
ografis, wila
ayah Kabup
paten Bintan di sebelah Utara berbatasan
b
dengan
d Kab
bupaten An
nambas, Sin
ngapura, da
an Malaysia
a. Di sebela
ah Selatan
berbatasan dengan Kab
bupaten Ling
gga dan Pro
ovinsi Bangkka Belitung. Di sebelah
atasan denga
Barat berba an Kota Battam dan Kotta Tanjungp
pinang. Dan di sebelah
Timur
T berba
atasan denga
an Kabupate
en Natuna dan Provinsi Kalimantan Barat.

Secara
S geollogis, pulau--pulau yang ada di wilayyah Kabupa
aten Bintan merupakan
m
bagian dari paparan Sunda. Pulau-pulau terseb
but terbentuk dari forma
asi vulkanik
atau
a sisa-siisa erosi pa
ada waktu pencetusan daerah da
aratan prate
ersier yang
membentang dari Sem
menanjung Malaysia di
d Utara sa
ampai Pulau
u Bangka-
Belitung di Selatan.
S Pulau utama ya
ang luasnya
a relatif besa
ar dan merup
pakan luas
utama dari Kabupaten Bintan adallah Pulau Bintan.
B Secara umum wilayah
w dari

PPSPL
P UMRAH – CRITC LIPI 17 | P
pulau-pulau di Kabupaten Bintan berbukit-bukit dengan lembah yang landai di
pesisir pantai. Kabupaten Bintan dikaruniai pesisir dan pulau dengan garis pantai
berpasir yang indah sehingga wisata bahari menjadi andalan utama bagi sector
pariwisata.

Sungai-sungai yang ada umumnya kecil dan dangkal, tidak banyak berarti buat
lalu lintas air dan pelayaran. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan
dan sudah dimanfaatkan buat sumber air minum kota Tanjungpinang. Walaupun
begitu, tepi sungai di Kabupaten Bintan di banyak ditumbuhi oleh hutan bakau.
Obyek alam ini berpotensi dimanfaatkan sebagai obyek ekowisata penelusuran
sungai berhutan bakau dengan perahu motor.

Kondisi iklim Pulau Bintan termasuk nyaman untuk berbagai kegiatan berwisata.
Pulau Bintan beriklim tropis basah dengan temperatur rata-rata terendah 20o
Celcius dan tinggi rata-rata 33o Celcius. Tekanan udara rata-rata 1.011 mbs dan
kelembaban berkisar antara 55 – 100 persen. Curah hujan per tahun mencapai
2.000 milimeter, bulan Nopember dan Desember merupakan bulan yang curah
hujan tertinggi sedangkan curah hujan terendah biasanya terjadi pada bulan
Maret dan April (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan 2008).

3.2. Wilayah Administrasi dan Kependudukan

Kabupaten Bintan, secara resmi nama ini digunakan setelah dikeluarkannya PP


No. 5 Tahun 2006, dan pada akhir tahun 2007 wilayah administrasinya telah
dimekarkan menjadi 10 kecamatan dan 51 desa/ kelurahan. Sebagai daerah
kepulauan, wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar merupakan lautan yaitu
mencapai sekitar 98 persennya, yaitu 86.092,41 km2 (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Bintan 2008).

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 18 | P a g e


Tabel 3.1. Data Luas Wilayah dan Kependudukan Berdasarkan Kabupaten
Bintan per Kecamatan Tahun 2007
Luas Kepadatan
N Jumlah Penduduk
Kecamatan Wilayah Penduduk
o (jiwa)
(km2 ) (jiwa/km2)
1 Teluk Bintan 185,00 8580 46
2 Bintan Utara 219, 25 35033 160
3 Teluk Sebong 408,34 11209 27
4 Bintan Timur 461,00 46524 101
5 Gunung Kijang 503,12 16690 33
6 Tambelan 169,42 4641 27
Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2008.

Berdasarkan pada laporan BPS Kabuten Bintan 2008, hasil Sensus Penduduk
tahun 2000 penduduk Kabupaten Bintan berjumlah 105.479 jiwa. Selama kurun
waktu 2000 – 2007 pertumbuhan penduduk rata-rata 1,37 persen pertahun.
Salah satu ciri khas masalah kependudukan di Kabupaten Bintan adalah
persebarannya tidak merata. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
penduduknya mendiami pesisir pantai, sentra perdagangan dan daerah
pariwisata. Terdapat dua Kecamatan yang penduduknya diatas 30 ribu jiwa yaitu
Kecamatan Bintan Timur dan Bintan Utara dengan kepadatan penduduk di atas
100 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Teluk Sebong dan Tembelan hanya
dihuni 27 jiwa per km2..

Tabel 3.2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP)


Kabupaten Bintan Tahun 2009
RTP
No Kecamatan Budidaya Budidaya Budidaya
Penangkapan Jumlah
Laut Payau Tawar
1 Tambelan 887 38 925
2 Bintan Utara 250 6 7 263
3 Bintan Pesisir 1,515 35 1,550
4 Mantang 901 74 975
5 Seri Koala Lobam 325 20 345
6 Teluk Sebong 628 4 3 635
7 Teluk Bintan 1,320 95 45 21 1,481
8 Gunung Kijang 957 12 11 980
9 Bintan Timur 1,667 13 35 1,725
10 Toapaya 70 70
Jumlah Tahun 2009 8,460 297 45 147 8,949
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, 2009

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 19 | P a g e


3.3. Kondisi Umum Pariwisata Kabupaten Bintan
3.3.1. Potensi Pariwisata

Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif
bagi pengembangan pariwisata. Secara umum, keanekaragaman sumberdaya
alam yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata meliputi
pegunungan, panorama, air terjun, danau, pesisir pantai dan keindahan bawah
laut. Sedangkan potensi seni dan budaya terdiri dari berbagai jenis seni budaya
daerah, peninggalan sejarah, maupun even-even tradisional (lihat Tabel 3.1.)

Tabel 3.3. Potensi Wisata di Kabupaten Bintan


No. Kecamatan Objek Wisata Jenis Objek Wisata
Kawasan Wisata Terpadu Lagoi Resort
Desa Wisata Sebong Pereh Budaya
1. Teluk Sebong
Pantai Sakera Pantai
Kampung Sri Bintan Ekowisata
Gunung Bintan Alam
Pantai Trikora Pantai
2. Bintan
Hutan Mangrove Sungai
Tembeling Danau dan agrowisata
3. Gunung Kijang Perkampungan Nelayan Kawal Budaya
4. Bintan timur Gunung Lengkuas Alam
Makam Sultan Muhayat Syah Sejarah
Habitat Penyu Budidaya
5. Tembelan
Taman Laut Bahari
Pulau Bungin Alam
6. Bintan Pesisir Pulau Mapur Bahari
7. Toapaya Perkebunan Buah Naga Agrowisata
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009.

3.3.2. Obyek dan Daya Tarik

Secara umum, beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dikelola dan terdapat
di Kabupaten Bintan, diantaranya adalah sebagai berikut (Disparbud Kabupaten
Bintan 2008):

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 20 | P a g e


A. Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif (KWTE) Lagoi
Kawasan ini juga dikenal dengan Bintan Resort yang menempati areal seluas
23.000 hektar. Suasana di Bintan Resort tenang, hening dan alam sekitarnya
masih alami. Dari sekitar 87% lahan yang telah siap dimanfaatkan. Saat ini
pada luas 3.000 hektar berdiri tujuh hotel bertaraf internasional, berikut
empat lapangan golf. Dua lapangan golf memiliki 36 hole, sisanya 18 hole.
Kawasan ini berjarak 45 km dari Singapura yang dapat ditempuh dalam
waktu 45 menit menggunakan transportasi laut. Dari Kota Tanjungpinang
kawasan ini dapat ditempuh dalam waktu 60 menit melalui transportasi darat
dan 90 menit melalui transportasi laut dari Pelabuhan Sri Bintanpura. Kondisi
di atas menjadikan kawasan ini banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Khususnya pada akhir pekan dan hari libur terutama wisatawan
mancanegara.

B. Pantai Trikora dan Perkampungan Nelayan Kawal


Berada sekitar 25 km dari Kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh dengan
transportasi darat selama 20 menit dari Kota Tanjungpinang. Kawasan ini
memiliki pantai yang indah dengan pasir putih dan ombaknya yang lembut,
sehingga mampu menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Satu-
satunya Publik Area yang paling banyak diminati oleh Wisatawan Lokal dan
Domestik. Sarana wisata yang ada berupa cottage (Trikora Beach dan Lodge
Travel). Beberapa investor berada pada kawasan ini dengan usaha utama
adalah Hotel/Montel/bungalow dan restoran/ kelong.

C. Desa Wisata Sebong Pereh dan Pantai Sakera


Lokasi berada di bagian barat Kawasan Terpadu Lagoi. Dimana terdapat
sebuah desa dengan kultur budaya yang sangat kuat. Kegiatan wisata
budaya yang ada di Desa Sebong Pereh meliputi; Lomba Perahu Naga,
Festival Budaya Melayu, dan Wisata Pantai.
.
D. Kampung Sri Bintan
Berada di Desa Sri Bintan, terdapat sekelompok rumah yang menjadi
“workshop” bagi pembuatan berbagai souvenir khas Bintan, seperti kerajinan
daun pandan, pengolahan karet menjadi lateks dan pembuatan arang bakau.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 21 | P a g e


E. Air Terjun Gunung Bintan
Merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Bagian Tengah pulau
Bintan dan dapat ditempuh lewat darat dari Km 42. Selain keanekaragaman
flora dan fauna, juga terdapat lokasi air terjun yang potensial untu
dikembangkan. Pada lokasi sekitar terdapat peninggalan Istana Bintan, yang
disebut Kota Kara. Potensi tersebut sudah dikembangkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bintan dengan menyediakan sarana parkir, jalan setapak menuju
lokasi air terjun, tempat peristirahatan serta tempat pemandian.

3.3.3. Profil Wisatawan

A. Wisatawan Mancanegara
Kabupaten Bintan memiliki objek wisata unggulan seperti objek wisata alam
dan wisata bahari. Jarak yang relatif dekat dengan negara tetangga yaitu
Singapura dan Malaysia, serta ditunjang oleh armada angkutan laut yang
baik, dapat memberikan kemudahan bagi wisatawan mancanegara
mengunjungi Kabupaten Bintan melalui pintu masuk Pelabuhan Bandar Sri
Bintan Telani Lagoi. Keunggulan wisata bahari Bintan merupakan daya tarik
tersendiri bagi wisatawan mancanegara untuk mengunjungi, yang pada
akhirnya mereka menjadi sebagai daerah tujuan wisata.

Sepanjang tahun 2007, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke


Kabupaten Bintan sebanyak 309.181 orang. Hal ini berarti ada kenaikan
sebesar 4,45 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dan jika diperhatikan
trend wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan,
terlihat bahwa pariwisata Kabupaten Bintan sudah mulai bergairah lagi
setelah pada tahun 2002, 2003, dan 2005 mengalami sedikit kelesuan yang
ditandai dengan menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Walaupun jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Bintan belum melampaui pencapaian pada tahun 2007, namun dengan
rencana masuknya pemain baru sektor wisata di Kawasan Lagoi diharapkan
kedepannya dapat mendongkrak jumlah wisatawan. Jumlah wisatawan ini
dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 22 | P a g e


Tabel 3.4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara
di Kabupaten Bintan
Tahun Jumlah
1995 30,949
1996 108,278
1997 169,576
1998 241,413
1999 282,081
2000 320,330
2001 338,627
2002 324,069
2003 261,724
2004 293,645
2005 268,835
2006 296,999
2007 309,181
2008 316,215
2009 296,229
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009

Negara pangsa pasar utama wisatawan mancanegara tahun 2007 adalah


Singapura 34,96 %. Kemudian diikuti oleh Korea Selatan dan Jepang
masing-masing sebesar 12,35 % dan 9,76 %. Lima negara lain secara
berturut-turut antara lain, Inggris (5,12 %), Malaysia (4,93 %), Australia
(4,21 %), India (3,66%), dan China (3,34 %).

Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara berdasarkan


kebangsaan di Kabupaten Bintan
Kebangsaan Persentase
singapura 34.96
Korea selatan 12,35
jepang 9.76
inggris 5.12
malaysia 4.93
australia 4.21
india 3.66
China 3.34
asia lainnya 7.68
eropa lainnya 8.78
amerika 3.79
oseania 0.9
afrika 0.52
Lain-lain 12.35
Jumlah 100
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, 2007

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 23 | P a g e


Jika diperhatikan menurut tempat tinggal wisatawan mancanegara, ternyata
sekitar 67,5 % wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bintan bermukim di
Singapura. Dengan kata lain wisatawan non Singapura umumnya berdomisili
di Singapura biasanya mereka adalah golongan ekspatriat atau pengusaha.
Mereka yang melalui pintu masuk Pelabuhan Bandar Sri Bintan Telani Lagoi
pada tahun 2008, wisatawan mancanegara laki-laki mencapai 66 %,
sedangkan sisanya sebesar 34 % adalah wisatawan mancanegara
perempuan.

Jenis perkerjaan utama wisatawan mancanegara yang berkunjung ke


Kabupaten Bintan, maka terlihat bahwa tamu di dominasi oleh mereka yang
bekerja sebagai kaum profesional (36 %), para eksekutif/manajer (27 %),
serta para pebisnis (11,5 %). Adapun wisatawan yang bekerja di
pemerintahan dan militer adalah yang paling sedikit. Mereka yang berkunjung
ke Kabupaten Bintan khususnya Lagoi terbanyak dengan maksud kunjungan
untuk berlibur yaitu sebesar 96 %, olahraga sebesar 1,5 %, dan lainnya
sebesar 2,5 %.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bintan sebagian


besar menggunakan angkutan laut langsung dari Singapura. Alternatif yang
dipergunakan wisatawan mancanegara dalam melakukan perjalanan
wisatanya yaitu dengan mengikuti paket wisata yang dikelola agen
perjalanan (tur paket) atau melakukan perjalanan sendiri.

Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Lagoi mayoritas tidak


menggunakan tur paket, dimana yang menggunakan paket wisata hanya
sekitar 30,5 % dan yang tidak menggunakan paket wisata 69,5 %. Dalam
melakukan kunjungan ke Kabupaten Bintan, wisatawan mancanegara
terbanyak melakukan bepergian bersama keluarga dan teman, yaitu secara
berturut-turut sebesar 59,5 % dan 34,5 %.
Rata-rata wisatawan mancanegara tinggal di kawasan pariwisata Lagoi
selama 2,47 malam atau dengan kata lain wisatawan menginap antara 2
sampai 3 malam. Selama wisatawan mancanegara malakukan kunjungan
wisata, segala biaya hidup di daerah tujuan wisata akan menjadi suatu
pengeluaran (expenditure) bagi mereka. Total pengeluaran dipengaruhi oleh

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 24 | P a g e


seberapa lama mereka tinggal. Semakin lama mereka tinggal maka akan
semakin besar biaya yang akan dikeluarkan.

Tabel 3.6. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara menurut


Pangsa Pasar Utama pada Tahun 2008.
Kebangsaan Rata-rata pengeluaran (S$)
Singapura 895
Korea selatan 1.556
Jepang 1.853
Inggris 2.593
Malaysia 1.432
Australia 3.395
India 981
China 1.083
Asia lainnya 1.273
Eropa lainnya 2.726
Amerika 1.974
Oseania 1.523
Afrika 1.368
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan, 2009

Perbedaan jenis pekerjaan turut mempengaruhi terhadap pengeluaran


mereka selama mengunjungi Kabupaten Bintan. Pengeluaran terbesar
wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang berprofesi sebagai pegawai
pemerintah, sementara yang terkecil adalah pelajar.

Berdasarkan negara asal wisatawan mancanegara yang paling banyak


membelanjakan uangnya selama di Kabupaten Bintan adalah mereka yang
berasal dari Australia dengan rata-rata pengeluaran S$ 3.395. setiap kali
kunjungan dan yang terendah wisatawan mancanegara dari Singapura
sebanyak S$ 895 setiap kali kunjungan.

B. Wisatawan Nusantara
Pantai Trikora yang terletak di sepanjang pesisir Kecamatan Gunung Kijang
merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan
domestik. Walaupun kondisi pantai yang belum dikelola secara profesional,
keadaan pantai yang indah dan alami mampu menarik wisatawan nusantara
terutama pada akhir pekan. Letak geografis yang berdekatan dengan Kota
Tanjungpinang menjadikan Pantai Trikora sebagai tempat rekreasi utama

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 25 | P a g e


bagi warga kota. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung yang didominasi oleh
wisatwan yang berasal dari Kota Tanjungpinang sebesar 71,7 %.

Adapun berdasarkan pekerjaan utama wisatawan nusantara, sebagian besar


dari pengunjung adalah pegawai negeri yaitu sebesar 37 %. Kemudian 27 %
diantaranya adalah pegawai swasta dan 15 persen yang lain berkerja
sebagai wiraswasta. Secara berturut-turut 15 % adalah pelajar/ mahasiswa
dan 13 % sisanya dalah lainnya seperti ibu rumah tangga.

Secara rata-rata wisatawan nusantara menghabiskan Rp. 339.950,- sekali


kunjungan untuk satu rombongan. Berdasarkan pada distribusi jenis
pengeluarannya, pengeluaran terbesar adalah makanan dan minuman,
kemudian pengeluran transportasi, masing-masing yaitu 38,58 % dan 31,42
%, adapun untuk makanan dan minuman yang dikonsumsi sekitar 61,23 %
adalah hasil membeli, dan hanya 38,56 % yang buat sendiri.

3.3.4. Perkembangan Jasa Penunjang Pariwisata

A. Usaha Akomodasi
Salah satu kegiatan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Bintan adalah menginap di hotel, baik hotel berbintang maupun non bintang.
Perusahaan/ usaha akomodasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu hotel
berbintang dan hotel non bintang (melati). Perbedaan ini muncul berdasarkan
pada penilaian terhadap fasilitas yang disediakan pihak perusahaan/ usaha
akomodasi untuk tamunya.

Dilihat dari sisi penyediaan kamar dan tempat tidur, peranan hotel berbintang
sangat menonjol dibandingkan hotel non bintang. Dari 13 hotel berbintang
yang ada pada tahun 2006, tersedia 1.388 kamar dan 2.753 tempat tidur,
artinya 78,42 % dari kamar dan 85,6 % dari tempat tidur yang tersedia dari
seluruh perusahaan/usaha akomodasi yang ada di Kabupaten Bintan. Untuk
hotel non bintang tersedia 382 kamar atau 21,58 % dan tempat tidur
sebanyak 463 atau 14,4 %.

Tenaga kerja yang terserap pada sektor perhotelan di Kabupaten Bintan baik
laki-laki maupun perempuan lebih banyak terdapat di Kecamatan Teluk

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 26 | P a g e


Sebong yaitu 2.034 atau 96,26 % dari seluruh tenaga kerja perhotelan yang
ada di Kabupaten Bintan. Ini disebabkan Kawasan Wisata Lagoi yang
mempunyai hotel berbintang terletak di Kecamatan Teluk Sebong
Tingkat hunian kamar pada tahun 2007 tertinggi pada bulan Agustus sebesar
82,49 % dan terendah pada bulan Januari hanya sebesar 50,29 %. Seiring
dengan itu, tingkat hunian tempat tidur pada tahun 2007 tertinggi juga pada
bulan Mei sebesar 88,53 % dan terendah sebesar 48,17 % pada bulan
Februari.

B. Perusahaan/ Usaha Restoran/ Rumah Makan


Jasa penunjang pariwisata restoran/rumah makan terkait erat dengan
pariwisata karena makanan merupakan kebutuhan pokok manusia tak
terkecuali yang sedang berlibur, makanan juga menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan selain keindahan alam yang ditawarkan.

Disamping jumlah restoran/ rumah makan itu sendiri, perkembangan


perusahaan/ rumah makan dapat dilihat juga dari daya tampung
pengunjungnya yaitu banyaknya tempat duduk yang tersedia. Selama kurun
waktu dari tahun 2002 sampai tahun 2006, baik jumlah restoran/ rumah
makan maupun tempat duduk yang tersedia terus mengalami peningkatan.
Dari sebanyak 104 restoran/ rumah makan pada tahun 2002 terus meningkat
menjadi 149 restoran/ rumah makan pada tahun 2006. Begitu juga dengan
jumlah tempat duduk yang telah mencapai 7005 tempat duduk pada tahun
2006 seperti terlihat pada Tabel 3.4.

C. Perusahaan/ Usaha Biro Perjalanan


Biro perjalanan merupakan salah satu pemeran penting dalam
perkembangan bisnis pariwisata. Selain sebagai corong promosi untuk
menggait wisatawan, biro/agen perjalanan bisa menjadi barometer
perkembangan pariwisata itu sendiri. Pada tahun 2006 di Kabupaten Bintan
terdapat 5 biro/ agen perjalanan wisata.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 27 | P a g e


Tabel 3.7. Jumlah Usaha dan Tempat Duduk Rumah Makan
di Kabupaten Bintan
Restoran/
Tahun Tempat Duduk
Rumah Makan
2002 105 5.93
2003 108 5.974
2004 121 6.463
2005 128 6.669
2006 149 7.005
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten, Bintan 2007

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 28 | P a g e


 
 

 
 
 
 

 IV.  KARAKTERIISTIK R
RESPON
NDEN  
 

4.1.
4 Masy
yarakat

Data karakteristik masy


yarakat digunakan untukk memberikkan gambara
an peluang
dan
d potensi pengembangan ekowisata. Respo
onden di da
aerah kajian umumnya
bermatapen
ncaharian se
ebagai nelayyan selain itu
u responden
n juga terdirri dari jenis
perkerjaan lain seperti pegawai
p neg
geri dan swa
asta. Merekka rata-rata dalam
d usia
produktif sehingga be
erpotensi berperan
b se
ebagai pelaku jasa ekowisata.
Ekowisata dipandang
d dapat membe
erikan altern
natif matapencaharian dan sumber
tambahan
t pendapatan baru
b bagi ma
asyarakat te
ersebut.

Jenis
J pekerjaan seharusnya mempengaruhii tingkat kesediaan masyarakat
m
menjadikan ekowisata sebagai ma
atapencaharrian alternattif bagi kehiidupannya,
tetapi
t dalam
m penelitian ini mene
emukan bahwa semua
a responde
en dengan
pekerjaan apapun u
umumnya ssetuju bah
hwa ekowissata dapatt menjadi
harian altern
matapencah natif bagi me
ereka. Hal ini karena disadari bahw
wa mereka
berada di de
ekat lokasi pariwisata
p se
ehingga pote
ensi pasar a
ada dan dekkat, potensi
obyek
o alam terutama pa
antai menjad
di daya tarik
k wisata kuatt. Selain itu, ekowisata
tidak
t memerrlukan fasilitas penunjan
ng yang mah
hal.

Hasil peneliitian dapat menjelaskan


m asyarakat Bintan di dae
n bahwa ma erah kajian
yang
y bekerja
a sebagai ne
elayan (48%
%) yang dido
ominasi jeniss kelamin lak
ki-laki yang
berusia pro
oduktif yakni kisaran d
dari usia 20
0 tahun hingga 55 tah
hun. (Lihat
Gambar
G 4..1.). Nelaya
an ini umu
umnya nela
ayan kecil yaitu nela
ayan yang
menggunakan perahu tanpa mo
otor (samp
pan) ataupu
un perahu bermotor

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 29 | P


(pompong) saat melakukan penangkapan ikan di laut. Alat tangkap yang
digunakan umumnya adalah jaring insang, pancing dan bubu. Menurut UU RI
no.45 tahun 2009, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima)
gross ton (GT).

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi besar imbalan yang diinginkan oleh


masyarakat seandainya mereka bersedia menjadi pelaku ekowisata. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat pendapatan
masyarakat Kabupaten Bintan di daerah kajian merupakan golongan ekonomi
kecil (lihat Gambar 4.4.). Sekitar 6% nelayan berpendapatan di bawah 500,000
Rupiah per bulan, terutama bagi mereka yang bermatapencaharian nelayan
sampan dan yang bekerja sebagai buruh nelayan. Terdapat 85% masyarakat
yang tingkat pendapatannya di kisaran antara 500,000 hingga 2,000,000 Rupiah
per bulan. Posisi pendapatan tertinggi terdapat 9 % yaitu lebih dari 2,000,000
hingga 3,000,000 per bulan dimana pendapatan para nelayan Kelong, suatu alat
tangkap serupa bagang untuk menangkap ikan teri (bilis), berada dalam posisi
ini.

Tingkat pendidikan akan menjadi faktor penting dalam pembinaan maupun


pengembangan ekowisata di Bintan. Penelitian ini mendapatkan bahwa 50%
responden masyarakat berpendidikan tidak lebih dari Sekolah Dasar, tepatnya
16% diantaranya tidak sempat mengeyam sekolah sama sekali namun masih
mampu baca-tulis. Sebagian responden yaitu 44% telah berpendidikan SMP dan
SMA. Sisanya, 6% bependidikan tinggi bahkan hingga pasca sarjana (lihat
Gambar 4.5.)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 30 | P a g e  


9
8
Komposisi Responden menurut umur
7
6
5

Jumlah 4
3
2
1
0
<20 20‐24 25‐29 30‐34 35‐39 40‐44 45‐49 50‐54 >55

Kelas Umur

Gambar 4.1. Komposisi Responden Masyarakat berdasarkan umur

Komposisi responden menurut 
jenis kelamin 

30% Laki‐laki
Perempuan
70%

Gambar 4.2. Komposisi Responden Masyarakat berdasar Jenis Kelamin

Komposisi responden menurut 
jenis pekerjaan

48% Nelayan
52% Bukan Nelayan

Gambar 4.3. Komposisi responden masyarakat berdasar jenis pekerjaan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 31 | P a g e  


Komposisi responden menurut pendapatan

9% 6%

< Rp. 500,000.
Rp. > 500.000. – 1000.000.
39%
Rp. > 1000.000. – 2.000.000.
46% Rp. > 2.000.000. – 3000.000.

Gambar 4.4. Komposisi responden masyarakat berdasarkan tingkat


pendapatan

Bagi masyarakat yang berpendapatan dan berpendidikan rendah secara relatif


tidak menuntut imbalan yang tinggi. Dengan upaya yang tidak terlalu rumit,
mereka dapat menjadi pelaku usaha wisata dengan fasilitas yang murah seperti
rumah di pinggir laut, sampan kecil, pengetahuan lokal tentang keunikan alam
sekitar.

Bagi mereka yang berpendidikan dan berpendapatan tinggi, umumnya


menginginkan tingkat imbalan yang tinggi. Namun begitu, peran serta mereka
dapat didorong sebagai pelopor, penggerak, usaha ekowisata dan menjadi
pelaku sebagai pemandu profesional serta pengelola usaha ekowisata pada
tingkat lokal.

Komposisi responden menurut 
pendidikan
Tak sekolah dan dapat 
3% 3% baca‐tulis
SD
16%
28%
SMP 7‐9

34%
SMA/K
16%

Sarjana

Pasca 

Gambar 4.5. Komposisi responden masyarakat berdasarkan pendidikan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 32 | P a g e  


4.2. Wisatawan

Identifikasi karakteristik responden wisatawan sangat penting untuk memberikan


gambaran umum jenis dan perilaku wisatawan sebagai konsumen pasar
ekowisata. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua responden wisatawan,
baik wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman)
tertarik dan merespon dengan baik terhadap tawaran ekowisata oleh masyarakat
Kabupaten Bintan. Hal ini karena kegiatan wisata bagi wisatawan tidak hanya
sekedar bersantai dan bersenang-senang saja tetapi juga sebagai sarana
pembelajaran diri dan mencari kesan terhadap sesuatu yang unik, baru, dan
menantang.

Secara umum, wisatawan yang datang di Kawasan Wisata di Kabupaten Bintan


menunjukkan mereka umumnya berusia muda (lihat Gambar 4.6). Kawasan
wisata Kabupaten Bintan rupanya populer dimata orang asing hal ini terbukti
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan nusantara hanya sedikit
lebih banyak daripada wisatawan mancanegara (lihat Gambar 4.7).

Komposisi responden wisatawan 
menurut umur
16
14
12
10
Jumlah

8
6
4
2
0
<20 20‐24 25‐29 30‐34 35‐39 40‐44 45‐49 50‐54

Kelas umur

Gambar 4.6. Komposisi responden wisatawan menurut umur

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 33 | P a g e  


Komposisi responden jenis 
wisatawan 

48% Wisman
52% Wisnus

Keterangan: Wisman: Wisatawan Mancanegara; Wisnus: Wisatawan Nusantara

Gambar 4.7. Komposisi responden wisatawan berdasarkan jenis


wisatawan

Meskipun Kabupaten Bintan termasuk daerah tujuan wisata utama secara secara
nasional maupun internasional (Waluyo 2007), namun kunjungan wisatawan
cenderung masih berasal dari sekitar Kabupaten Bintan dan Propinsi Kepulauan
Riau. Hasil penelitian menunjukkan wisatawan nusantara didominasi dari Kota
Tanjungpinang (75%) dan wisatawan mancanegara didominasi dari negara
Singapura (35%) (lihat Gambar 4.8 dan 4.9). Hal ini menandakan, pariwisata di
Kabupaten Bintan masih perlu dipromosikan lebih lanjut agar asal kunjungan
wisatawan lebih beragam.

Tingkat pendapatan wisatawan akan mempengaruhi tingkat pengeluaran selama


perjalanan mereka. Hal ini juga berkaitan erat dengan anggaran yang mereka
sisihkan untuk pengeluaran wisata. Kondisi ini mempengaruhi kesediaan
wisatawan membayar harga obyek dan kegiatan ekowisata yang ditawarkan oleh
masyarakat.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 34 | P a g e  


Responden wisman menurut negara asal
12
10
8
6
4
2
0

Keterangan: Wisman: Wisatawan Mancanegara

Gambar 4.8. Komposisi responden wisatawan mancanegara menurut


negara asal

Responden wisnus menurut asalnya 
30
25
20
15
10
5
0

Keterangan: Wisnus: Wisatawan Nusantara

Gambar 4.9. Komposisi responden wisatawan nusantara menurut asalnya

Namun begitu, tidak semua responden bersedia memberikan keterangan


mengenai tingkat pendapatan dan anggaran wisata mereka. Terdapat 24 %
responden wisatawan yang tidak bersedia memberikan keterangan tentang
tingkat pendapatan mereka. Sedangkan untuk data anggran wisata, terdapat 5%
responden wisatawan yang tidak bersedia memberikan keterangan. Namun hal
ini bisa berarti bahwa wisatawan memang enggan memberikan keterangan atau
sebagian dari mereka memang tidak ada perencanaan anggaran pasti terhadap
perjalanan wisata.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 35 | P a g e  


Hasil penelitian memperlihatkan tingkat pendapatan wisatawan beragam pada
kisaran, dari yang terendah yaitu kurang dari 1000,000 Rupiah sebulan hingga
tertinggi yaitu lebih dari 10,000,000 Rupiah sebulan (lihat Gambar 4.10). Namun
bila ditinjau lebih jauh, lebih dari 50% wisatawan termasuk berpendapatan
sedang hingga tinggi yaitu berkisar antara 2,500,000-10,000,000 rupiah lebih
sebulannya. Sebagaimana diketahui, kegiatan berwisata merupakan kebutuhan
tersier dan akan dilakukan bila mempunyai dana berlebih setelah kebutuhan
primer dan sekundernya terpenuhi. Bagaimanapun, komposisi terbesar terdapat
pada pendapatan tertinggi yaitu wisatawan yang berpendapatan yaitu lebih dari
10,000,000 Rupiah sebulan dan hal ini merupakan indikasi yang baik bagi
pengembangan ekowisata di Kabupaten Bintan pada masa mendatang.

Persentase pendapatan wisatawan

15% < Rp. 1.000,000.
24% > Rp. 1.000.000. – 2.500.000.
7%
> Rp. 2.500.000. – 5.000.000.
> Rp. 5.000.000. – 7.500.000.
18% > Rp. 7.500.000. – 10.000.000.

27% > Rp. 10.000.000.
6% Tidak ada data

3%

Gambar 4.10. Komposisi responden wisatawan (wisman dan wisnus)


berdasarkan pendapatan

Tingkat pengeluaran wisatawan selama kunjungan akan lebih nyata bila dilihat
dari sisi anggarannya. Hasil penelitian menunjukkan anggaran wisata yang
dikeluarkan wisatawan beragam pada kisaran, dari yang terendah yaitu kurang
dari 500,000 Rupiah hingga tertinggi yaitu lebih dari 5,000,000 Rupiah (lihat
Gambar 4.11). Sebaliknya dengan tingkat pendapatan, porsi 50% ditempati
wisatawan yang beranggaran antara yaitu kurang dari 1,000,000 Rupiah atau
kurang.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 36 | P a g e  


Anggaran wisatawan yang tinggi berpotensi memberi nilai tambah secara
ekonomi bagi upaya konservasi dan kesejahteraan masyarakat melalui
ekowisata. Data yang diperoleh menandakan bahwa perlu upaya peningkatan
pengeluaran wisatawan untuk ekowisata. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai pengembangan berbagai bentuk dan jenis produk ekowisata. Dengan
demikian, wisatawan mempunyai banyak alternatif bentuk pengeluaran dalam
rangka dalam membeli produk ekowisata.

Persentase anggaran wisatawan
5% < Rp. 500,000.
16% 32%
Rp. 500.000. – 1.000.000.

19% >Rp.1.000.000. – 2.000.000.


> Rp.2.000.000. – .5.000.000.
10% 18%
> Rp.5.000.000.
Tidak ada data
Gambar 4.11. Komposisi responden wisatawan berdasarkan anggaran
pengeluaran untuk wisata

Bila ditelusuri lebih jauh, tampak terdapat perbedaan yang berarti antara pada
wisatawan nusantara dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang
berkunjung di Kabupaten Bintan. Tingkat pendapatan maupun anggaran wisata
pada wisatawan mancanegara terlihat jelas lebih tingi dibanding wisatawan
nusantara (lihat Gambar 4.12 dan 4.13). Hal tersebut wajar karena wisatawan
mancanegara umumnya memiliki persiapan yang lebih baik dalam perencanaan
wisata, menentukan destinasi, tujuan berwisata dan anggaran yang akan
dikeluarkan selama perjalanan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 37 | P a g e  


50
50
45
40 33
35 28

Persentase
30 25
25
20 16
13 13 Wisnus
15 10
7 6
10 Wisman
5 0 0
0
< Rp.  Rp. >  Rp. >  Rp. >  > Rp.  Tidak ada 
1.000,000. 1.000.000. – 2.500.000. – 5.000.000. – 10.000.000. data
2.500.000. 5.000.000. 7.500.000.

Pendapatan

Gambar 4.12. Perbandingan persentase pendapatan responden wisatawan


nusantara dan wisatawan mancanegara

70 63
60

50
Persentase

40
30 30
30
20 20 Wisnus
16
20
9 9 Wisman
10 3
0
0
< Rp.  Rp. 500.000.  >  >  Tidak ada 
500,000. – 1.000.000. Rp.2.000.000.  Rp.5.000.000. data
– .5.000.000.

Anggaran Wisata 

Gambar 4.13. Perbandingan persentase anggaran pengeluaran wisata


responden wisatawan nusantara dan wisatawan
mancanegara

Berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan


yang signifikan antara tingkat pendidikan wisatawan nusantara dengan
wisatawan mancanegara (Gambar 4.14). Tingkat pendidikan wisatawan
mancanegara didominasi oleh jenjang pendidikan sarjana, sedangkan wisatawan
nusantara didominasi oleh tingkat pendidikan SMA/SLTA. Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi minat dan apresiasi terhadap produk ekowisata yang
ditawarkan oleh masyarakat, termasuk keinginan wisatawan dalam pemilihan
kegiatan ekowisata yang mereka inginkan, sebab dalam Ekowisata wisatawan
dituntut lebih bertanggungjawab baik secara lingkungan maupun sosial.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 38 | P a g e  


70

60

50

Persentase
40

30 Wisnus

20 Wisman

10

0
SMP SMA/K Diploma Sarjana Pasca 

Jenjang Pendidikan

Gambar 4.14. Perbandingan tingkat pendidikan responden wisatawan


nusantara dan wisatawan mancanegara

4.3. Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata

Pemahaman wisatawan mengenai ekowisata akan mempengaruhi


pengembangan ekowisata di kabupaten Bintan. Hal ini terkait erat dengan
pengetahuan dan pengalaman wisatawan terhadap ekowisata. Tinggi atau
rendahnya tingkat kesadaran wisatawan tentang ekowisata akan terlihat dari
persepsi mereka.

Pemerintah Daerah perlu dan diharapkan memberikan perhatian lebih untuk


terus melakukan sosialisasi mengenai manfaat dan keuntungan ekowisata, jika
perlu dapat dijadikan muatan lokal dalam kurikulum pendidikan di masyarakat
setempat. Hal ini karena persepsi masyarakat tentang ekowisata masih kurang
baik. Wisatawan nusantara yang datang berkunjung di Kabupaten Bintan pada
umumnya kurang memahami mengenai ekowisata. Hasil penelitian menunjukkan
62% wisatawan nusantara tidak mengetahui ekowisata (Gambar 4.15a),
Walaupan ada yang menjawab tahu/mengerti, itupun dipahami hanya sebagai
wisata alam, hanya sebagian kecil yang memahami ekowisata sebagai wisata
yang berbasis masyarakat, berkelanjutan, atau wisata yang ramah lingkungan
(Gambar 4.15b).

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 39 | P a g e  


Wisnus yang tahu tentang ekowisata Ekowisata menurut wisnus
Lainnya

17% 8%
38%
Wisata alam
8%
Tidak Wisata berbasis 
62% 17% 50%
Ya masyarakat
Wisata berkelanjutan

Wisata ramah lingkungan

a. Wisatawan nusantara (Wisnus) yang b. Arti ekowisata menurut


mengetahui ekowisata Wisatawan nusantara (Wisnus)

Gambar 4.15. Persepsi responden wisatawan nusantara yang datang


berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata.

Persepsi wisatawan nusantara mengenai ekowisata sebagaimana yang


digambarkan oleh data di atas jelas kurang mendukung upaya pengembangan
ekowisata baik sebagai sumber pendapatan baru atau mata pencaharian
alternatif maupun sebagai bagian program perlindungan sumberdaya alam dan
lingkungan (konservasi). Mereka yang kurang memahami arti ekowisata akan
menganggap ekowisata tidak lebih seperti kegiatan wisata lainnya.

Hal sebaliknya justru terjadi pada persepsi wisatawan mancanegara terhadap


ekowisata. Ternyata 70% wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di
Kabupaten Bintan mengetahui ekowisata, sebagian besar mereka berpendapat
bahwa ekowisata itu adalah kegiatan wisata yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan (Gambar 4.16 a dan b). Meskipun begitu, hanya 5% responden
wisatawan mancanegara yang setuju bahwa ekowisata itu usaha wisata yang
berbasis masyarakat. Ini perlu mendapat perhatian karena dapat bermakna
bahwa: (1) wisatawan mancanegara menginginkan pengelolaan ekowisata yang
profesional (2) wisatawan mancanegara tidak ragu menyisihkan sebagian
pengeluaran belanja mereka untuk kegiatan ekowisata yang bertanggungjawab
baik secara lingkungan, sosial dan budaya (3) Wisatawan mancanegara yang
datang berkunjung di Kabupaten Bintan, yang bersedia menggunakan
sumberdaya lokal apa adanya dari masyarakat ternyata masih dalam
jumlah/porsi kecil.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 40 | P a g e  


Wisman yang tahu tentang ekowisata Ekowisata menurut wisman
5% Lainnya
30% 5%
43% 19% Usaha wisata  oleh 
masyarakat
Tidak
70% Ya Wisata alam

28% Wisata berkelanjutan

Wisata ramah lingkungan

a. Wisatawan mancanegara (Wisman) b. Arti ekowisata menurut


mengetahui ekowisata Wisatawan mancanegara (Wisman)

Gambar 4.16. Persepsi responden wisatawan mancanegara yang datang


berkunjung di Kabupaten Bintan terhadap ekowisata.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 41 | P a g e  


 
 
 
 
 
 
 
 
V.  POT
TENSI O
 OBYEK  & KEG
GIATAN  EKOW
WISATA   
     B
BAHAR
RI DI KA
ABUPA
ATEN BIINTAN  

Saat
S ini pariiwisata suda
ah menembu
us batas-battas daerah dan
d negara. Lalu lintas
wisatawan
w d
dari berbagai daerah ssaati ini sud
dah sangat pesat, bahkkan seiring
degan
d sem
makin terbukkanya ”pinttu” antar negara, wisa
atawan ma
ancanegara
banyak mengalir ke In
ndonesia, d
demikian jug
ga sebaliknya. Dalam konstelasi
perekonomian global, pariwisata
a sudah menjadi
m kom
moditi yang
g mampu
diandalkan
d yerap devisa
guna meny a. Perkemb
bangan pariw
wisata yang
g demikian
pesat didukkung oleh perkembanga
p an amenity dan aksesiibilitas yang
g memadai
adalah
a sala
ah satu sarrana pendukkung yang memiliki ko
ontribusi be
esar dalam
tumbuhkem
t bangnya sektor pariwisa
ata.

Sumber
S dayya hayati pe
esisir dan la
autan serta pulau-pulau kecil seperrti populasi
ikan hias, terumbu ka
arang, pada
ang lamun, hutan mangrove dan
n berbagai
am pesisir (Coastal Landscape)
bentang ala L unik lainnyya, memben
ntuk suatu
pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Kondisi tersebut me
enjadi daya
tarik
t yang sangat
s besa
ar bagi wisa
atawan, sehingga panta
as bila dijad
dikan objek
wisata
w baha
ari.

Potensi utam
ma untuk menunjang
m ke
egaitan pariiwisata di w
wilayah pesissir dan laut
serta
s pulau--pulau kecil adalah beru
upa kawasan
n terumbu kkarang; panttai berpasir
putih atau bersih;
b dan lokasi-lokasii perairan pa
antai yang b
baik untuk berselanjar,
b
ski
s air, serrta kegiatan
n rekreasi a
air lainya. Menurut Dahuri (2003
3) Provinsi
Kepulauan Riau memiliki potensi p
pariwisata berupa
b terum
mbu karang,, dari hasil

PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 42 |
skoring terhadap kawasan terumbu karang yang ada di dunia provinsi ini
menempati urutan ke 13.

Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif
bagi pengembangan pariwisata. Keanekaragaman sumberdaya yang sangat
potensial bagi pengembangan pariwisata khususnya pariwisata bahari adalah
pesisir pantai dan keindahan bawah laut. Aset pariwisata tersebut merupakan
kegiatan, obyek dan daya tarik wisata yang telah dikelola atau yang akan
dikembangkan lebih lanjut baik melalui sentuhan manajemen maupun melalui
pembangunan obyek dan pembangunan sarana prasarana pendukung. Pada
dasarnya, ada tiga pihak yang melakukan pengelolaan, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat.

Hasil inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata selama
penelitian memberikan gambaran potensi ekowisata di Kabupaten Bintan.
Secara individu, baik masyarakat, wisatawan nusantara maupun mancanegara
setelah dianalisis taksonomi maka diperoleh total 264 pernyataan responden
yang terkait dengan nama obyek dan kegiatan ekowisata. Hasil survei ini
diperoleh melalui wawancara kepada responden di lokasi penelitian.

Gambaran potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan tercermin dari


pendapat responden masyarakat. Pendapat mereka didasarkan pada
pengetahuan lokal akan potensi sumberdaya alam sekitar yang dapat dijadikan
obyek ekowisata, pengalaman pribadi dan ide/kreasi masyarakat di lokasi
penelitian. Hal ini kemungkinan terjadi juga pada pendapat wisatawan, namun
demikian pernyataan atau pendapat mereka memang bersifat lebih subyektif
karena akan dibandingkan dengan pengalaman mereka di daerah lain.

Hasil wawancara dari responden masyarakat, pernyataan tersebut juga


mengungkapkan potensi keinginan dan kemampuan masyarakat dalam
menjadikan ekowisata sebagai mata pencaharian alternatif. Responden
masyarakat (n = 33) menyatakan mampu mengusahakan sebanyak 88 obyek
dan kegiatan ekowisata. Sedangkan hasil wawancara responden wisatawan,
pernyataan mereka mengungkapkan potensi pasar ekowisata di Kabupaten
Bintan baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Responden wisatawan (n = 62) menyatakan tertarik terhadap sebanyak 176
obyek dan kegiatan ekowisata.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 43 | P a g e


Bila dibedakan menurut lokasi surveinya maka dari kawasan wisata Pantai
Trikora dan sekitarnya diperoleh 200 obyek yang berasal dari Pantai Trikora,
Malang Rapat (83 obyek) Desa Kawal ( 65 obyek), Teluk Bakau ( 52 obyek),
dan; dari Desa Mapur (Pulau Mapur) diperoleh 17 obyek; dan dari Kawasan
Resort Lagoi dan sekitarnya diperoleh 20 obyek.

Khusus untuk obyek ekowisata yang diperoleh dari responden wisatawan, dapat
dibedakan menurut jenis wisatawannya yaitu untuk wisatawan nusantara
sebanyak 88 obyek dan wisatawan mancanegara sebanyak 176 obyek (lihat
Tabel 5.1).

Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis
Respondennya
Lokasi Σ OE* Wisnus Σ OE* Wisman Jumlah
1. Kec. Gunung Kijang
Desa Kawal 37 28 65
Desa Teluk Bakau 25 27 52
Desa Malang Rapat 6 0 6
Pantai Trikora 3 74 77
200
Sub Total 71 (80.68%) 129 (73.30%) (75.76%)
2. Kec. Bintan Pesisir
Desa/ Pulau Mapur 17 (19.32%) 0 17 (6.44%)
3. Kec. Teluk Sebong
Kawasan Resor Lagoi 0 47 (26.70%) 47 (17.80%)
Jumlah Total 88 (100%) 176 (100%) 264 (100%)
Sumber: Hasil olahan PPSPL UMRAH, 2010
*) Jumlah obyek ekowisata (OE) yang diperoleh wisatawan nusantara (wisnus) atau
wisatawan mancanegara (wisman)

5.1. Komponen, Nama Baku dan Tema Obyek/kegiatan Ekowisata Bahari

Hasil analisis diperoleh sejumlah daftar komponen pembentuk obyek ekowisata.


Komponen obyek ekowisata ini menggambarkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam menawarkan suatu obyek
ekowisata maupun ketertarikan wisatawan dalam memilih suatu obyek
ekowisata. Daftar komponen obyek dan kegiatan ekowisata tersebut terangkum
dalam Lampiran 5.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 44 | P a g e


Setelah dianalisis taksonomi maka obyek dan kegiatan ekowisata tersebut dapat
disederhanakan menjadi 62 nama baku obyek ekowisata bahari. Nama-nama
baku tersebut selanjutnya dikelompokkan kembali menjadi 10 tema obyek
ekowisata. Nama-nama baku berikut temanya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tema-tema obyek ekowisata ini memberikan gambaran bentuk kegiatan ataupun


daya tarik bagaimana ekowisata tersebut dapat diselenggarakan. Adapun tema-
tema ekowisata tersebut yang ditemukan selama survei adalah sebagai berikut:

5.1.1. Obyek Alam


Tema obyek alam adalah obyek ekowisata yang menjadikan komponen daya
tarik alami sebagai andalan utamanya. Kabupaten Bintan kaya daya tarik alami
yang berpotensi menjadi obyek ekowisata. Obyek alam tersebut seperti berbagai
pulau dengan pantai yang putih, bersih dan landai disertai air laut yang bening.
Kondisi terhampar mulai dari kawasan Bintan Timur hingga ke beberapa pulau
terutama Pulau Mapur. Selain itu, di beberapa lokasi pesisir dan sungainya
terdapat hutan bakau yang masih lebat dengan berbagai biota penghuni
didalammnya. Sebagi contoh di Desa Kawal, Sungai kecil, Teluk Sebong dan di
Pulau Beralas Bakau. Hutan darat terutama di Pulau Mapur dapat dijadikan
tempat menarik untuk ekowisata. Padang lamun, terutama di Malang Rapat dan
Pengudang, yang saat surut memudahkan bagi siapa saja yang ingin melihat
dan menikmati keindahannya. Terumbu karang dengan berbagai ikan dan biota
lain di dalammnya terangkai menjadi taman bawah laut tersebar dari mulai
Kecamatan Teluk Sebong, Trikora hingga kepulauan Mapur. Para wisatawan
banyak menyatakan ketertarikannya terhadap tema ekowisata ini. Dilain pihak
masyarakat menyatakan sanggup untuk menawarkan obyek penelusuran sungai
sambil menikmati hutan bakau, menyelam dan bersnorkeling di daerah terumbu
karang, dan lain sebagainya.

Gambar. 5.1.
Salah satu objek alam ekosistem
mangrove yang terdapat di Sungai
Kecil, Teluk Sebong merupakan
andalan ekowisata yang banyak
dikunjungi oleh turis mancanegara
(dok. PPSPL UMRAH, 2010)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 45 | P a g e


5.1.2.
5 Petu
ualangan
Obyek
O ekowisata yang mengusu
ung tema petualangan
n biasanya menuntut
ang dan berrsifat fisik. Para
kegiatan yang menanta P wisataw
wan akan diiajak untuk
berkeliling dan
d menjela
ajahi suatu kawasan baik dengan sepeda mo
otor, kapal
motor (pomp
pong), samp
pan maupun
n mobil. Banyak kawasa
an di Kabupa
aten Bintan
yang
y menarik untuk dapat d
dijelajahi. Obyek
O terssebut dapa
at berupa
gan di sekitar kawasa
perkampung an pesisir Bintan
B mulai dari Teluk Sebong,
Pengudang,, Berakit hin
ngga Kawal. dan, kawa
asan perkeb
bunan sawitt di sekitar
Desa Kawal, Pulau-pu
ulau dan perairan laut di
d sekitar ka
awasan wisa
ata baik di
sepanjang
s P
Pantai Trikorra, Kawasan
n Resor Lago
oi dan Kepualauan Mapur.

Gambar 5.2. Bukit yang terdapat di pesisir Pulau Mapur


M sangat potensial sebbagai
salah satu obj
bjek petualanggan (dok. PPS
SPL UMRAH H, 2010)

Gambar 5.3.
G
B yang meenyerupai
Batu
k
kepala ikan yaang terdapat
d Pulau Mapu
di ur merupakann
o
objek wisata yang
y dapat
d
ditempuh denngan
k
kendaraan berrmotor atau
b
bersepeda denngan rute
y
yang masih allami, mendakki
d menurun tanpa adanyaa
dan
p
pembangunan n jalan yang
m
memadai justrru menjadi
d
daya tarik baggi para
p
petualang.
(
(dok. PPSPL UMRAH,
U 2010))

PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 46 |
5.1.3.
5 Rekrreasi dan Bersantai
Obyek
O wisatta ini sesuaii bagi wisata
awan yang in
ngin bersanttai atau rekrreasi tanpa
harus meng
geluarkan energi besarr. Kegiatan yang dapatt dilakukan ekowisata
yang
y bertem
ma ini adalah
h berjalan-ja
alan di tepi pantai,
p beren
nang, duduk menikmati
pemandangan dan berjjemur. Bebe
erapa wisata
awan mancanegara yang ditemui
salah
s satu penginapan
p di Desa Te
eluk Bakau menginginka
an tempat yang
y dapat
memfasilitassi kegiatan berjemur
b sam
mbil tiduran di pantai.

Gambar
G 5.4.. Wisatawan Mancanegaraa yang sedangg bersantai
(dok. PPSP
PL UMRAH, 22010)

Gambar 5.55. Pantai Trikkora, yang paada hari libur sangat


dipadati olehh wisatawan untuk bersanntai dan beren
nang
(dok. PPSPL L UMRAH, 2010)
2

PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 47 |
5.1.4.
5 Buda
aya
Beberapa wisatawan
w asing meng
ginginkan tema
t budayya seperti even-even
pertunjukkan
n budaya dan kunjunga
an ke situs sejarah. Dii daerah De
esa Kawal,
terdapat
t Situ
us Pra Sejarrah yang dikkenal dengan sebutan ”B
Bukit Kerang
g”. Situs ini
merupakan gundukan tinggi peccahan cang
gkang kera
ang. Hal in
ni diyakini
merupakan sisa-sisa kehidupan purba dan sekarang masih dallam tahap
penelitian.

Gambar 5..6. Staging Objek


O Wisata B Bukit Kerangg, di Desa Kaw
wal,
salah satu sarana
s akses melalui
m jalan ssungai untuk mencapai objjek
wisata Bukiit Kerang (dook. PPSPL UM MRAH, 2010)

5.1.5.
5 Jasa
a Kuliner
Tema
T jasa kuliner terrmasuk banyak yang diinginkan
d o
oleh para wisatawan.
w
Masyarakat Bintan me
enawarkan kkesegaran hidangan la
autnya seba
agai menu
andalannya.
a . Terdapat pula
p kuliner lokal yang unik di Kawall seperti Ota
ak-otak dan
bahkan terd
dapat masyyarakat me
enawarkan makanan yang
y dikena
al dengan
sebutan
s makanan ”Suam
mi” dan ”Perrangi” di Dessa Kawal.

5.1.6.
5 Jasa
a Pemandua
an
Jasa
J peman
nduan wisata termasuk potensial untuk dikemb
bangkan di Kabupaten
Bintan. Pem
mandu profe
esional dari luar memang cakap dan sangat menguasai
m
bahasa asing, namun penggunaa
an masyara
akat tempata
an sebagai pemandu

PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 48 |
wisata memilliki kelebihan tersendiri karena mereka mengenal betul budaya dan
alam sekitarnya. Mereka dapat mengantarkan serta memandu para wisatawan
dengan menceritakan segala hal yang menarik mengenainya, sehingga
masyarakat tempatan yang relatif dapat berkomunikasi dalam bahasa asing,
seperti bahasa Mandarin atau Chines, Inggris dan Jepang sangat potensial
menjadi bagi pasar pariwisata.

5.1.7. Jasa dan Sewa Permainan


Beberapa wisatawan biasanya mencari bentuk-bentuk kegiatan permainan
selama liburan mereka. Permainan meliputi kegiatan dengan peralatan
pendukungnya seperti memancing dengan alat pancingnya, menyelam dengan
alat selam berupa snorkeling ataupun alat selam Scuba. Kegiatan penyelaman
Scuba dan snorkeling mungkin lebih sesuai dilakukan pada musim-musim ombak
dan angin tenang yaitu dari Bulan Maret hingga November. Kondisi pada musim
angin kencang lebih sesuai untuk permainan selancar angin. Khusus untuk
memancing, masyarakat nelayan di sekitar kawasan wisata siap menawarkan
mulai dari alat pancing, sarana transportasi hingga ke lokasi memancingnya.

Gambar 5.7. Masyarakat Bintan umumnya yang berada


di lokasi Coremap II, siap mengantarkan wisatawan yang
ingin melakukan kegiatan pemancingan di laut.
(dok. PPSPL UMRAH, 2010)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 49 | P a g e


5.1.8.
5 Jasa
a dan Sewa Akomodas
si
Komponen sarana pen
nunjang akomodasi yan
ng dapat dig
gunakan dalam obyek
ekowisata
e umumnya
u b
berupa rumah tinggal penduduk kampung. Wisatawan
W
menyukai pengalaman
p apat merassakan dan menikmati
demikian, supaya da
budaya massyarakat pe
esisir. Nelayan tempatan mencoba menawarka
an sensasi
bermalam di
d Kelong, suatu
s alat ta
angkap ikan berupa ba
agan yang mempunyai
m
bangunan ru
umah, sebagian juga m
mau menyew
wakan salah satu kamarr rumahnya
sebagai
s tem
mpat mengina
ap wisatawa
an.

Gambar 5.8. Kondisi perumahan maasyarakat di Pulau P Mapur yang


y tinggal di
d tepi
pantai dapat menjadi salaah satu daya ttarik ekowisaata (dok. PPSP
PL UMRAH, 2010)

5.1.9.
5 Jasa
a dan Sewa Transporta
asi
Sarana
S pen
nunjang tran
nsportasi ya
ang paling sering dita
awarkan ole
eh nelayan
adalah
a kapa
al motor me
ereka atau yyang disebut Pompong.. Beberapa wisatawan
menginginka
an untuk menyewa sepeda m
motor agar mereka l
lebih bisa
mengeksplo
orasi kawassan sekitar, namun wisatawan
w mancanega
ara sedikit
kesulitan da
alam mencari media tra
ansportasi da
arat ini kare
ena masyara
akat belum
tahu
t dan tidak terbiasa melakukan jasa
j sewa se
epeda motor ini.

Gambar 5.99. Pompong merupakan


m saarana penunjaang ekowista bahari utamaa di
kabupaten Bintan,
B namunn sepeda motoor ternyata jugga sangat dim
minati oleh wiisatawan
mancanegara sebagai saraana angkutan darat untuk berkeliling
b kaampong
(dok. PPSPL
L UMRAH, 2010)
2

PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 50 |
5.1.10. Tema-tema lain.
Tema-tema lain yang belum tercakup seperti berbagai bentuk kerajinan tangan
yang dapat dijual untuk cinderamata. Selain itu beberapa wisatawan
menginginkan pelayanan SPA atau pijat.

5.2. Inventarisasi Potensi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari

5.2.1. Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya


Potensi obyek dan kegiatan ekowisata bahari di lokasi penelitian ini diperoleh
melalui hasi survey dan informasi responden masyarakat. Secara ringkas hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survey di Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya
Nama  Daya Tarik 
Lokasi wisata  Jenis Wisata  Kegiatan Wisata  peluang 
ODTE  (Atraksi) 
mancing,  renang,  snorkling  Jasa,  sewa  permainan 
Laut  Alam  keindahan alam  dan selam  dan transportasi 
petualangan,  menikmati  Jasa  dan  sewa 
Pulau  Alam  keindahan alam  keindahan alam  akomodasi 
Terumbu  mancing,  renang,  snorkling 
karang  Alam  keindahan alam  dan selam  Jasa dan sewa peralatan 
Pantai&Biota  menikmati  keindahan  alam 
pantai  Alam  keindahan alam  dan melihat biota  jasa dan sewa peralatan  
petualangan,  menikmati  jasa  dan  penyewaan 
Desa Kawal 
Sungai  Alam  keindahan alam  keindahan alam  transportasi 
petualangan, menikmati 
Hutan  Pemandu, sewa 
Alam  keindahan alam  keindahan alam dan 
mangrove  transportasi 
melihat hewan liar 
Kampung  Mengamati kehidupan  Pemandu, sewa 
Petualangan  Kehidupan Nelayan 
Nelayan  rumah tangga nelayan  transportasi 
keindahan alam 
Pemandu, sewa 
Bukit Kerang  Budaya  dan peninggalan  Kunjungan dan hiking 
transportasi 
budaya 
mengamati dan menikmati  Pemandu, sewa 
kunang‐kunang  Alam  keindahan alam 
keindahan kunang‐kunang  transportasi 
petualangan, menikmati  Pemandu, sewa 
Pulau & Hutan 
Alam  keindahan alam  keindahan alam dan  transportasi dan 
Desa Teluk  Mangrove 
melihat hewan liar  akomodasi 
Bakau 
mancing, renang, snorkling  Jasa, sewa permainan 
Laut  Alam  keindahan alam 
dan selam  dan transportasi 
Pantai&Biota 
Alam  keindahan alam  Obyek alam  jasa dan sewa perlatan  
pantai 
Pantai&Biota  menikmati keindahan alam 
Alam  keindahan alam  jasa dan sewa perlatan  
pantai  dan melihat biota 
mancing, renang, snorkling  Jasa, sewa permainan 
Trikora  Laut  Alam  keindahan alam 
dan selam  dan transportasi 
Terumbu  mancing, renang, snorkling 
Alam  keindahan alam  Jasa dan sewa peralatan 
karang  dan selam 
Malang  mancing, renang, snorkling  Jasa, sewa permainan 
Laut  Alam  keindahan alam 
Rapat  dan selam  dan transportasi 
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 51 | P a g e


Keberadaan potensi objek wisata ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
untuk aktivitas ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan mereka seperti
berupa jasa pemandu, penyewaan sampan/perahu, pompong, tempat tinggal
(home stay), sewa kendaraan bermotor, penjualan souvenir dan menyediakan
makanan hasil laut (seafood), dari kegiatan ini secara ekonomi masih dipandang
layak atau menguntungkan.

5.2.2. Desa Mapur


Desa Mapur merupakan kawasan yang memiliki keindahan alam yang
mempesona dan masih alami, sehingga menjadikan kawasan ini salah satu
kawasan favorit bagi wisatawan untuk dikunjungi di Kecamatan Bintan Pesisir.
Jenis objek wisata yang dapat di tawarkan ke wisatawan berupa wisata bahari
dengan menawarkan keindahan terumbu karang, sungai, pulau yang memiliki
penyu, petualangan hutan bakau dan hutan-hutan yang ada di pulau tersebut.

Desa Mapur memiliki kawasan konservasi terumbu karang yang dikenal dengan
Daerah Perlindungan Laut (DPL) skala desa yang di bina oleh Coremap II
Kabupaten Bintan yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Di desa ini
telah berdiri kelompok-kelompok masyarakat yang siap menawarkan jasa untuk
menikmati keindahan pulau mapur dan pulau-pulau sekitarnya. Aktivitas yang
biasa mereka tawarkan berupa pemandu wisata, penyewaan snorkling, sewa
pompong, menyewakan tempat menginap, dan menyediakan makanan serta
oleh-oleh kerupuk hasil olahan ibu rumah tanggga yang tergabung dalam
kelompok masyarakat ”Sukma baru” .

Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survei di Desa Mapur
Nama ODTE  Lokasi wisata  Jenis Wisata  Daya Tarik (Atraksi)  Kegiatan Wisata  peluang 
Jasa, sewa 
mancing, renang, 
Laut  Alam  keindahan alam  permainan dan 
snorkling dan selam 
transportasi 
Sungai, Hutan  petualangan, menikmati 
Jasa pemandu dan 
bakau dan Hewan  Alam  keindahan alam  keindahan alam dan 
sewa transportasi 
liar  melihat hewan liar 
petualangan, menikmati 
Mapur  Pulau,Pantai,Penyu  Jasa pemandu dan 
Alam  keindahan alam  keindahan alam dan 
di P. Sentot  sewa akomodasi 
melihat penyu 
mancing, renang,  Jasa dan sewa 
Terumbu karang  Alam  keindahan alam 
snorkling dan selam  peralatan 
petualangan, menikmati 
Hutan  Alam  keindahan alam  keindahan alam dan  Jasa Pemandu  
melihat hewan liar 
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 52 | P a g e


5.2.3. Desa Sebong Lagoi

Kecamatan Teluk Sebong terdapat objek wisata yang dikenal dengan Kawasan
Wisata Terpadu Lagoi. Kawasan ini dikenal dengan Bintan Resort yang terdapat
di kelurahan Kota Baru berdasarkan Laporan Akhir RIPPDA Kabupaten Bintan
(2008) kawasan ini menempati area seluas 23.000 hektar yang telah dikelola
oleh industri pariwisata. Kawasan ini menawarkan suana tenang, hening dan
suasana alami serta berbagai aktivitas airnya.

Desa Sebong Lagoi merupakan salah satu desa yang terdapat di Kawasan
Wisata Terpadu lagoi merupakan salah satu tujuan ”wisata kampung” bagi
wisatawan mancanegara di Kawasan Terpadu Lagoi. Desa Sebong Lagoi sudah
terbentuk kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan ekowisata dengan
membawa para wisatawan menyelusuri sungai untuk melihat keindahan hutan
mangrove dan hewan-hewan liar serta menawarkan kegiatan memancing
(Traditional Fishing), bersepeda mengelilingi desa serta menyediakan makanan
hasil laut. Hasil Inventarisasi potensi obyek ekowisata ini memberikan gambaran
kemungkinan pengembangan ekowisata bahari mendatang di Kabupaten Bintan.

Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survei di Desa Sebong Lagoi

Nama ODTW  Lokasi wisata  Jenis Wisata  Daya Tarik (Atraksi)  Kegiatan Wisata  peluang 


sungai, hutan 
Jasa pemandu dan 
bakau dan hewan  Alam  keindahan alam  obyek alam 
sewa transportasi 
liar  
Jasa dan sewa  Jasa, sewa permainan 
Laut  Alam  keindahan alam 
Sebong Lagoi  permainan  dan transportasi 
mancing, renang,  Jasa dan sewa 
Terumbu karang  Alam  keindahan alam 
snorkling dan selam  peralatan 
Menikmati keindahan  Jasa dan sewa 
Pantai  Alam  keindahan alam 
alam  peralatan 
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 53 | P a g e


 
 
 
 
 
 
 

VI.  KELAY
YAKAN
N PENGEMBAN NGAN  
EK
KOWISAATA BA
AHARI  
 

6
6.1. Obye
ek dan Kegiatan Ekow
wisata Baharri yang Ram
mah Lingkungan

J
Jenis dan bentuk kegiatan wisata
a berpotenssi menimbulkan dampa
ak negatif.
D
Dampak terrsebut diken
nal sebagai bentuk ekssternalitas yyaitu adanya
a kerugian
o
oleh pihak lain diluar pihak yang memanfaattkan. Di du
unia pariwisa
ata bentuk
e
eksternalitas
s yang palin
ng mudah d
ditengarai adalah
a samp
pah yang dihasil
d oleh
p
pengunjung.

K
Konsep lain mengenai dampak
d parriwisata adallah konsep daya dukung (carrying
c
capacity). Dampak
D akan timbul bila
a batas daya dukung te
elah terlamp
paui. Suatu
o
obyek ekow
wisata dikata
akan melam
mpaui daya dukungnya
d bila jumlah total, atau
b
beberapa attau salah sa
atu kompone
en satuan ku
uantitas obyyek ekowisata tersebut
t
telah menca
apai angka tertentu sebe
elum menim
mbulkan hal-h
hal yang tida
ak dapat di
t
toleransi. Pe
endekatan pengukuran ini dikenal se
ebagai meto
oda Limit of Acceptable
A
Change (Da
amanik & We
eber, 2006).

D
Daya dukun
ng dapat dib
bedakan me
enjadi daya dukung eko
ologi, fisik, dan
d sosial.
D
Daya dukun
ng ekologi ad
dalah jumlah
h terbanyak kunjungan w
wisatawan yang
y dapat
m
menimbulka
an gangguan atau keru
usakan siste
em kehidup
pan mahluk hidup liar
o
obyek ekow
wisatanya. Da
aya dukung fisik adalah
h jumlah dayya tampung kunjungan
a
atau jumlah
h wisatawan dalam dimensi luas
s atau isi. Daya duku
ung sosial
m
menyangkut
t persepsi wisatawan
w atau masyarakat seperti rasa
r kenyam
manan atau
k
keamanan yang
y masih ditoleransi
d dengan adan
nya kunjunga
an wisatawa
an.

P
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 54 |
Dalam penelitian ini, kelayakan ramah lingkungan hanya ditinjau secara kualitatif
yaitu ekowisata yang memenuhi kriteria ramah lingkungan secara ekologis
maupun secara sosial budaya sebagaimana diterangkan pada Tabel 2.2. Hasil
penilaian obyek ekowisata ini dituangkan lengkap dalam matriks hasil analisa
pada Lampiran 6. Secara umum obyek dan kegiatan ekowisata tersebut
non ekstraktif sehingga mendukung pemanfaatan lestari dan berkelanjutan.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih harus memperhatikan prinsip
dan aturan umum ekowisata yang benar. Sebagai contoh aturan tersebut adalah
tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh mengambil atau
memungut sesuatu di lokasi obyek ekowisata kecuali setelah mendapat ijin dan
diperbolehkan, menghormati adat-istiadat setempat dan sebagainya. Penetapan
dan penegakan aturan ini sebaiknya dilakukan oleh pengelola ekowisata dengan
pelaksanaan tingkat bawah dilakukan oleh pelaku usaha wisata dan pemandu
ekowisata. Selain itu, beberapa obyek dan kegiatan ekowisata memerlukan
persyaratan tertentu seperti aturan khusus, pengaturan tata ruang dalam rangka
memperkecil dampak baik secara ekologis maupun sosial.
Berdasarkan tingkat kelayakannya, maka obyek dan kegiatan ekowisata yang
teridentifikasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

(1) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah Lingkungan
Hasil analisis memperoleh 42 obyek dan kegiatan ekowisata yang memenuhi
kriteria ramah lingkungan baik secara ekologis maupun secara sosial budaya
(Tabel 6.1). Kegiatan ekowisata tersebut secara ekologis tidak menimbulkan baik
gangguan maupun kerusakan berarti terhadap ekosistem. Gangguan maupun
kerusakan tersebut termasuk komponen biota maupun proses ekologinya
sehingga dampaknya masih dapat ditoleransi. Disamping itu, secara sosial
budaya tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat, tidak memerlukan modal
besar dan mengutamakan kemampuan lokal.

Bila ditinjau dari sudut tema maka tema-tema obyek dan kegiatan ekowisata
seperti jasa dan sewa akomodasi (terdapat 6) serta pemanduan (terdapat 1)
memenuhi kriteria ramah lingkungan. Sebagai contoh pada obyek ekowisata
yang bertema obyek alam, komponen kegiatan pada obyek ekowisata tersebut
dapat membangkitkan rasa menghargai serta mencintai alam dan lingkungan.
Lagipula, pada ekowisata tema ini akan membangkitkan kesadaran baik

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 55 | P a g e  


 
masyarakat maupun wisatawan terhadap perlindungan serta pelestarian
sumberdaya alam seperti hutan bakau atau terumbu karang.

Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan
Ramah Lingkungan

No  Kode  Tema dan Obyek Ekowisata 


Eko01.00  1. Jasa dan sewa akomodasi 
1  Eko01.01  Berkemah di pantai 
2  Eko01.02  Menginap di bagan berumah (kelong) 
3  Eko01.03  Menginap di rumah tinggal orang kampong di pesisir 
4  Eko01.04  Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau 
5  Eko01.05  Sewa rumah pondok di pulau 
6  Eko01.06  Sewa tenda 
Eko02.00  2. Budaya 
7  Eko02.02  Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil 
8  Eko02.03  Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong 
9  Eko02.04  Menyaksikan even religius 
10  Eko02.05  Menyaksikan pertunjukan budaya 
11  Eko02.06  Menyaksikan situs sejarah 
Eko03.00  3. Jasa kuliner 
12  Eko03.02  Hidangan makanan lokal 
13  Eko03.03  Menikmati kelapa muda 
Eko04.00  4. Obyek Alam 
14  Eko04.01  Berkunjung ke danau 
15  Eko04.02  Berkunjung ke pulau dengan pompong 
16  Eko04.03  Melepas penyu 
17  Eko04.04  Menyaksikan hutan bakau di pulau 
18  Eko04.05  Menyaksikan kunang‐kunang di malam hari 
19  Eko04.06  Menyaksikan pemandangan bawah laut 
20  Eko04.07  Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau 
21  Eko04.09  Menyelusuri hutan 
22  Eko04.10  Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 
23  Eko04.11  Menyelusuri sungai berhutan bakau 
24  Eko04.14  Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 
Eko05.00  5. Jasa dan sewa pemanduan 
25  Eko05.01  Pemanduan keliling sekitar lokasi  
Eko06.00  6. Jasa dan sewa permainan 
26  Eko06.01  Bermain voli pantai 
27  Eko06.07  Sewa 1 set snorkeling 
28  Eko06.12  Sewa pelampung renang 
29  Eko06.13  Sewa perlengkapan renang
 
 

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 56 | P a g e  


 
Eko07.00  7. Petualangan 
30  Eko07.01  Berkeliling dengan mobil 
31  Eko07.02  Berkeliling dengan pompong 
32  Eko07.03  Berkeliling dengan sampan 
33  Eko07.04  Berkeliling dengan sepeda motor 
Eko08.00  8. Rekreasi & Bersantai 
34  Eko08.02  Berjalan‐jalan di pantai 
35  Eko08.04  Bersantai di pantai 
Eko09.00  9. Jasa dan sewa transportasi 
36  Eko09.01  Sewa andong 
37  Eko09.02  Sewa becak motor 
38  Eko09.04  Sewa pompong 
39  Eko09.05  Sewa sampan 
40  Eko09.06  Sewa sepeda 
41  Eko09.07  Sewa sepeda motor 
Eko10.00  10. Lain‐lain 
42  Eko10.02  SPA & Pijat 
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010)

(2) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah
Lingkungan
Obyek dan kegiatan ekowisata dikatakan layak bersyarat jika tidak memenuhi
salah satu kriteria ekowisata ramah lingkungan, atau telah memenuhi kriteria
namun masih mempunyai potensi dampak yang perlu diperhatikan. Ekowisata ini
masih layak asalkan telah mengantipasi dampak negatif yang ditimbulkan baik
secara ekologis maupun sosial. Kondisi seperti ini dijumpai pada 13 obyek dan
kegiatan ekowisata (lihat Tabel 6.2).

Secara ekologis beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat
mengganggu lingkungan, memanfaatkan, dan tertangkapnya biota yang
dilindungi namun masih dapat diantipasi dengan tindakan yang tepat. Sebagai
contoh, kegiatan ekowisata menjual kerajinan tangan untuk cinderamata dan
hidangan makanan laut akan menjadi layak asalkan bahan yang digunakan tidak
berasal biota yang dilindungi secara undang-undang. Seorang ekowisatawan
harus peka terhadap barang perdagangan yang demikian. Karya kerajinan
tangan yang menggunakan bahan dari biota laut seperti cangkang penyu, kima,
karang mati dan sebagainya haruslah dihindari.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 57 | P a g e  


 
WWF Indonesia telah mengeluarkan daftar hewan-hewan laut yang sebaiknya
jangan dikonsumsi atau dihindari sebagai makanan laut. Hal ini tidak hanya
karena status keterlindungannya, tetapi juga karena perkembangbiakan biota
lambat dan rentan terhadap over fishing, cara menangkapnya merusak habitat,
dan berbahaya bagi kesehatan.

Secara sosial beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat
berbenturan dengan norma masyarakat setempat dan terlalu mahal untuk
diusahakan sebagai ekowisata berbasis masyarakat namun masih dapat
diminimalisir. Sebagai contoh, kegiatan berjemur dan berenang di pantai dengan
menggunakan baju terbuka yang umumnya dilakukan sebagian wisatawan
mancanegara, sebaiknya jangan dilakukan di sembarangan tempat karena dapat
melanggar nilai dan norma budaya setempat. Dampak kegiatan ekowisata
seperti ini dapat dihindari asalkan jauh dari pemukiman masyarakat tempatan
atau terbatas dalam kondisi areal yang tertutup.

Kegiatan menyelam menggunakan alat selam Scuba dan sarana penunjang


kapal cepat/ speedboat mungkin tidak cocok untuk ekowisata berbasis
masyarakat. Hal ini karena modal yang diperlukan terlalu besar. Selain itu juga
memerlukan ketrampilan yang tinggi. Tetapi usaha ekowisata penyelaman
sangat prospektif mengingat potensi terumbu karang dan posisi strategis
Kabupaten Bintan yang dekat dengan Singapura.

Usaha dan kegiatan wisata jasa penyelaman yang dilakukan oleh masyarakat
masih dimungkinkan asalkan dilaksanakan dalam bentuk kelompok usaha
bersama dengan pembinaan khusus (misal adanya ”Bapak Angkat Usaha” oleh
Perusahaan Wisata) atau Pemrintah Daerah. Lagipula selam Scuba diluar
kegiatan wisata, masih berguna dan terkait erat dengan kehidupan masyarakat
pesisir seperti untuk mengambil benda tenggelam, menolong korban kecelakaan
di laut dan sebagainya.

(3) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak dikembangkan


Ketidaklayakan obyek dan kegiatan ekowisata ini disebabkan karena tidak sesuai
dengan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat seperti sarana penunjang
terlalu mahal untuk dimiliki oleh masyarakat setempat, selain itu juga bersifat

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 58 | P a g e  


 
mewah dan tidak terkait langsung kebutuhan kehidupan keseharian masyarakat
walaupun secara ekologis mungkin tidak menimbulkan dampak yang berarti. Hal
yang demikian ditemui pada 6 obyek dan kegiatan ekowisata (Tabel 6.3).
Umumnya wisata tersebut berupa kegiatan permainan yang memerlukan sarana
penunjang khusus seperti alat permainan Jetsky, Banana boat, kayak, dan
Paralayang (istilah lokal: layang-layang).

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 59 | P a g e  


 
Tabel 6.2. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah Lingkungan
Tema dan Obyek Ekowisata  Dampak lain  Saran 
No  Kode 
Eko03.00  1. Jasa kuliner       
1  Eko03.01  Hidangan makanan laut  Bahan dari biota yang dilindungi  Aturan khusus 
Eko04.00  2. Obyek Alam 
Harga dan perawatan mahal, 
2  Eko04.12  Scuba diving di terumbu karang dengan pompong  mewah  Usaha bersama 
Scuba diving di terumbu karang dengan  Harga dan perawatan mahal, 
3  Eko04.13  speedboat  mewah  Usaha bersama 
Harga dan perawatan mahal, 
4  Eko04.15  Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat  mewah  Usaha bersama 
Eko06.00  3. Jasa dan sewa permainan 
5  Eko06.02  Melakukan permainan air  Gangguan lingkungan  Aturan khusus dan tata ruang 
6  Eko06.03  Memancing di bagan berumah (kelong)  Tertangkapnya biota yang dilindungi  Aturan khusus dan tata ruang 
7  Eko06.04  Memancing di laut dengan pompong  Tertangkapnya biota yang dilindungi  Aturan khusus dan tata ruang 
8  Eko06.05  Memancing di laut dengan sampan  Tertangkapnya biota yang dilindungi  Aturan khusus dan tata ruang 
9  Eko06.06  Sewa 1 set scuba diving   Mahal dan mewah  Usaha bersama 
Eko07.00  4. Petualangan 
Harga dan perawatan mahal, 
10  Eko07.05  Berkeliling dengan speedboat  mewah  Kecuali kapasitas kecil dan murah 
Eko08.00  5. Rekreasi & Bersantai 
11  Eko08.01  Berenang di pantai  Benturan norma setempat  Pengaturan lokasi 
12  Eko08.03  Berjemur di pantai  Benturan norma setempat  Pengaturan lokasi 
Eko10.00  6. Lain‐lain 
13  Eko10.01  Cinderamata kerajinan tangan   Bahan dari biota yang dilindungi  Aturan khusus 
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 60 | P a g e  


 
Tabel 6.3. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak sebagai Ekowisata Berbasis Masyarakat
No  Kode  Tema dan Obyek Ekowisata  Dampak  Saran 
   Eko06.00  1. Jasa dan sewa permainan       
1  Eko06.08  Sewa banana boat  Mahal, polusi suara, gangguan perairan  Aturan khusus dan tata ruang
2  Eko06.09  Sewa jetsky  Mahal, polusi suara, gangguan perairan  Aturan khusus dan tata ruang
3  Eko06.10  Sewa kayak  Mahal 
4  Eko06.11  Sewa paralayang (layang‐layang)  Mahal, polusi suara, gangguan perairan  Aturan khusus dan tata ruang
5  Eko06.14  Sewa selancar angin  Mahal dan mewah 
Eko09.00  2. Jasa dan sewa transportasi       
 6  Eko09.03  Sewa dan berkeliling dengan bus  Mahal    
(Sumber: Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 61 | P a g e  


 
6.2. Jenis Ekowisata Bahari yang Layak sebagai MPA
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak mendapat prioritas untuk
dikembangkan sebagai Mata Pencaharian Alternatif adalah obyek dan kegiatan
ekowisata yang mampu diusahakan oleh masyarakat namun juga sesuai dengan
keinginan wisatawan. Dari hasil inventarisasi yang diperoleh diidentifikasi 34
obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan masyarakat (lihat
Lampiran 7.) dan 53 obyek dan kegiatan ekowisata yang diinginkan wisatawan
(lihat Lampiran 8.). Jika kedua hasil tersebut diperbandingkan maka didapatkan
24 obyek dan kegiatan ekowisata yang saling berkesesuaian sebagaimana
terlihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Kegiatan Obyek Ekowisata Bahari yang Layak untuk


Dikembangkan sebagai Mata Pencaharian Alternatif
No Kode Obyek Ekowisata yang Sesuai*
1 Eko01.03 Menginap di rumah tinggal orang kampung
2 Eko02.02 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
3 Eko02.03 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
4 Eko03.01 Hidangan makanan laut
5 Eko03.03 Menikmati kelapa muda
6 Eko04.02 Berkunjung ke pulau dengan pompong
7 Eko04.04 Menyaksikan hutan bakau di pulau
8 Eko04.09 Menyelusuri Hutan
9 Eko04.10 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
10 Eko04.11 Menyelusuri sungai berhutan bakau
11 Eko04.14 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
12 Eko05.01 Pemanduan keliling sekitar lokasi
13 Eko06.04 Memancing di laut dengan pompong
14 Eko06.05 Memancing di laut dengan sampan
15 Eko06.06 Sewa 1 set scuba diving
16 Eko06.07 Sewa 1 set snorkeling
17 Eko06.14 Sewa selancar angin
18 Eko07.02 Berkeliling dengan pompong
19 Eko07.03 Berkeliling dengan sampan
20 Eko07.04 Berkeliling dengan sepeda motor
21 Eko09.04 Sewa pompong
22 Eko09.05 Sewa sampan
23 Eko09.06 Sewa sepeda
24 Eko09.07 Sewa sepeda motor
(Sumber: Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
*) Keterangan:
Obyek dan kegiatan ekowisata ini merupakan kesesuaian (irisan) kegiatan ekowisata
yang mampu diusahakan oleh masyarakat namun juga diinginkan oleh wisatawan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 62 | P a g e  


 
Terlihat bahwa obyek dan kegiatan ekowisata yang saling berkesesuaian
tersebut mewakili 65 % jumlah potensi ekowisata yang mampu diusahakan
masyarakat dan 42 % potensi ekowisata yang diinginkan wisatawan. Hal ini
menunjukkan masih terdapatnya celah (unable) yaitu tidak terdapat titik termu
antara obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu diusahakan masyarakat
dengan yang diinginkan oleh wisatawan.

Dilihat dari obyek dan kegiatan yang mampu dilakukan oleh masyarakat, namun
tidak sesuai dengan keinginan wisatawan diduga karena wisatawan belum
mengenali atau mengetahuinya. Karena itu perlu sosialisasi ekowisata tersebut
kepada wisatawan baik secara langsung maupun melalui media promosi dan
pusat informasi pariwisata. Disamping itu mungkin obyek dan kegiatan ekowisata
yang ditawarkan masyarakat tidak atau kurang menarik sehingga wisatawan
tidak menginginkannya. Hal yang demikian dapat diatasi dengan melakukan
upaya sedemikian rupa sehingga meningkatkan daya tarik obyek maupun
kegiatan ekowisata tersebut.

Tabel 6.5. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Mampu Diusahakan


Masyarakat namun tidak sesuai dengan yang diinginkan
Wisatawan
No Kode Obyek dan Kegiatan Ekowisata
1 Eko01.04 Sewa rumah pondok di pulau
2 Eko04.05 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari
3 Eko04.07 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau
4 Eko04.15 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
5 Eko06.03 Memancing di bagan berumah (kelong)
6 Eko06.10 Sewa kayak
7 Eko06.11 Sewa paralayang (layang-layang)
8 Eko07.01 Berkeliling dengan mobil
9 Eko07.05 Berkeliling dengan speedboat
10 Eko10.01 Cinderamata kerajinan tangan
(Sumber: Hasil analisis PPSPL UMRAH, 2010)

Sedangkan obyek dan kegiatan ekowisata yang dinginkan wisatawan namun


obyek dan kegiatan tersebut belum mampu diusahakan masyarakat disebabkan
karena masyarakat tidak atau belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 63 | P a g e  


 
untuk mengusahakan ekowisata tersebut, disamping itu sarana dan prasarana
penunjang kegiatan yang masih minim/sulit diusahaka, ide dan kreativitas
masyarakat yang belum mengatahui adanya peluang usaha untuk kegiatan
tersebut. Bila prospektif ekowisata tersebut tinggi maka perlu diadakan
peningkatan kapasitas dengan pelatihan yang diperlukan kepada masyarakat.

Tabel 6.6. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan


namun Belum Mampu Diusahakan Masyarakat
No Kode Obyek dan Kegiatan Ekowisata
1 Eko01.01 Berkemah di pantai
2 Eko01.02 Menginap di bagan berumah (kelong)
3 Eko01.04 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau
4 Eko01.06 Sewa tenda
5 Eko02.01 Berkunjung ke situs candi
6 Eko02.04 Menyaksikan even religius
7 Eko02.05 Menyaksikan pertunjukan budaya
8 Eko02.06 Menyaksikan situs sejarah
9 Eko03.02 Hidangan makanan lokal
10 Eko04.01 Berkunjung ke danau
11 Eko04.03 Melepas tukik penyu ke laut
12 Eko04.06 Menyaksikan pemandangan bawah laut
13 Eko04.08 Menyelusuri goa
14 Eko04.12 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong
15 Eko04.13 Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat
16 Eko06.01 Bermain bola voli
17 Eko06.02 Melakukan permainan air
18 Eko06.08 Sewa banana boat
19 Eko06.09 Sewa jetsky
20 Eko06.12 Sewa pelampung renang
21 Eko06.13 Sewa perlengkapan renang
22 Eko08.01 Berenang di pantai
23 Eko08.02 Berjalan-jalan di pantai
24 Eko08.03 Berjemur di pantai
25 Eko08.04 Bersantai di pantai
26 Eko09.01 Sewa andong
27 Eko09.02 Sewa becak motor
28 Eko09.03 Sewa dan berkeliling dengan bus
29 Eko10.02 SPA & Pijat tradisional
(Sumber: Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 64 | P a g e  


 
6.3. Hasil Penilaian WTA dan WTP Obyek dan Kegiatan Ekowisata

Nilai ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata dapat ditinjau melalui nilai WTA
(Willingness To Accept) dan WTP (Willingness To Pay) yang diperoleh dalam
penelitian ini. Nilai WTA menunjukkan kesediaan masyarakat untuk menerima
imbalan terendah untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata yang mereka
tawarkan kepada wisatawan sedangkan nilai WTP menunjukkan kesediaan
wisatawan untuk membayar tertinggi untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata
yang ditawarkan oleh masyarakat.

Hasil survey WTA menunjukkan bahwa semua responden masyarakat


memberikan nilai WTA untuk setiap obyek dan kegiatan ekowisata. Total nilai
rata-rata WTA per obyek atau kegiatan yang diberikan oleh responden
masyarakat sebesar 283,566.35 Rupiah. Daftar lengkap nilai rata-rata WTA per
obyek dan kegiatan ekowisata untuk seluruh responden masyarakat dapat dilihat
Tabel 6.7.  
 
Pada hasil survey WTP, terdapat beberapa obyek dan kegiatan ekowisata
tertentu mendapatkan nilai WTP (WTP = 0). Hal ini menunjukkan wisatawan
yang tidak bersedia membayar obyek dan kegiatan ekowisata tersebut. WTP
yang bernilai 0 tentu tidak memiliki makna untuk suatu usaha ekowisata. Total
nilai rata-rata WTP per obyek atau kegiatan ekowisata diluar WTP yang bernilai 0
yang diberikan oleh responden wisatawan sebesar 328,160.41 Rupiah
(Tabel 6.8).

Khusus obyek dan kegiatan ekowisata seperti jalan-jalan, berenang, berjemur,


dan bersantai di pantai mendapat nilai WTP sama dengan nol. Hal ini
memperlihatkan bahwa wisatawan menginginkan obyek ekowisata tersebut
bersifat cuma-cuma. Kondisi ini akan terpenuhi bila terdapat dalam kawasan
dinana masyarakat mendapatkan akses bebas atau biasa dikenal sebagai ruang
umum (public space). Ruang publik adalah penting terdapat di suatu kawasan
wisata. Persoalannya, kawasan wisata di Kabupaten Bintan terutama di
sepanjang pantainya, hampir semuanya berstatus diprivasisasi. Hal ini tidak
hanya membatasi gerak wisatawan namun juga persoalan tersendiri bagi
masyarakat di sekitarnya.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 65 | P a g e  


 
Tabel 6.7. Rata-rata nilai Willingness To Accept (WTA) setiap Obyek dan
Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Masyarakat
No Obyek dan Kegiatan Ekowisata WTA (Rp.)
1 Berkeliling dengan speetboat 1,000,000.00
2 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat 1,000,000.00
3 Memancing di laut dengan pompong 768,750.00
4 Berkeliling dengan mobil 500,000.00
5 Menyaksikan hutan bakau di pulau 500,000.00
6 Sewa 1 set scuba diving 500,000.00
7 Sewa parasut tarik (layang-layang) 500,000.00
8 Sewa selancar angin 500,000.00
9 Berkeliling dengan pompong 416,666.67
10 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan
mobil 350,000.00
11 Sewa pompong 350,000.00
12 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 325,000.00
13 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau 300,000.00
14 Memancing di laut dengan sampan 270,000.00
15 Berkeliling dengan sampan 200,000.00
16 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan
pompong 195,000.00
17 Berkunjung ke pulau dengan pompong 190,000.00
18 Sewa sampan 187,500.00
19 Menginap di rumah tinggal orang kampung 185,000.00
20 Memancing di bagan berumah (kelong) 150,000.00
21 Sewa sepeda motor 125,000.00
22 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 110,000.00
23 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari 100,000.00
24 Pemanduan keliling sekitar lokasi 100,000.00
25 Sewa rumah pondok di pulau 80,000.00
26 Menyelusuri sungai berhutan bakau 75,000.00
27 Berkeliling dengan sepeda motor 73,333.33
28 Hidangan makanan laut 67,272.73
29 Menyelusuri hutan 50,000.00
30 Sewa kayak 50,000.00
31 Sewa sepeda 50,000.00
32 Sewa 1 set snorkeling 46,666.67
33 Cinderamata kerajinan tangan 42,500.00
Rerata Total 283,566.35

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 66 | P a g e  


 
Tabel 6.8. Rata-rata nilai Willingness To Pay (WTP) tidak bernilai Nol setiap
Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Wisatawan
No Obyek dan Kegiatan Ekowisata WTP (Rp.)
1 Menyelusuri sungai berhutan bakau 1,633,333.33
2 Melakukan permainan air 1,400,000.00
3 Menyaksikan pertunjukan budaya 1,400,000.00
4 Sewa dan berkeliling dengan bus 1,000,000.00
5 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong 960,000.00
6 Berkunjung ke pulau dengan pompong 557,142.86
7 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau 550,000.00
8 Hidangan makanan laut 409,999.83
9 Menginap di bagan berumah (kelong) 400,000.00
10 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai 326,666.67
11 Menyelusuri hutan 315,000.00
12 Sewa tenda 300,000.00
13 Berkeliling dengan sepeda motor 297,500.00
14 SPA & Pijat 280,000.00
15 Menyaksikan hutan bakau di pulau 273,000.00
16 Sewa sepeda motor 261,250.00
17 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong 256,666.67
18 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong 250,000.00
19 Menginap di rumah tinggal orang kampung 245,000.00
20 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil 210,000.00
21 Menyaksikan pemandangan bawah laut 200,000.00
22 Memancing di laut dengan sampan 155,000.00
23 Pemanduan keliling sekitar lokasi 155,000.00
24 Sewa sampan 135,000.00
25 Hidangan makanan lokal 125,857.14
26 Memancing di laut dengan pompong 122,500.00
27 Berkeliling dengan pompong 120,000.00
28 Melepas penyu 120,000.00
29 Bermain bola voli 100,000.00
30 Sewa 1 set snorkeling 91,000.00
31 Sewa andong 75,000.00
32 Sewa banana boat 75,000.00
33 Sewa jetsky 75,000.00
34  Sewa 1 set scuba diving 70,000.00
35  Sewa perlengkapan renang 60,000.00
36  Sewa becak motor 50,000.00
37  Sewa sepeda 35,000.00
38  Menikmati kelapa muda 14,000.00
39  Sewa pelampung renang 12,500.00
40  Berkunjung ke situs candi 10,000.00
Rerata Total 328,160.41

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 67 | P a g e  


 
6.4. Kelayakan Usaha dan Prioritas Pengembangan Obyek dan Kegiatan
Ekowisata Bahari

Obyek ekowisata dikatakan layak usaha bila terdapat nilai WTP tidak sama
dengan nol, artinya wisatawan bersedia membayar obyek ekowisata tersebut.
Disamping itu, nilai WTP juga harus sama atau melebihi nilai imbalan yang
diminta oleh masyarakat atau dengan kata lain nilai rasionya sama dengan 1
atau lebih. Persyaratan tersebut dipenuhi oleh 13 obyek ekowisata (Tabel 6.9.).
Tingkat kelayakan usaha ditunjukkan oleh besarnya nilai rasio antara WTP
dengan WTA.
Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha
Kode*
WTP>0 & WTP ≥ WTA
No Obyek WTA rerata WTP rerata Rasio
atau WTP:WTA≥ 1
Ekowisata
1 Eko01.03 185,000.00 245,000.00 √ 1.32
2 Eko02.02 350,000.00 210,000.00 - 0.60
3 Eko02.03 195,000.00 256,666.67 √ 1.32
4 Eko03.01 67,272.73 409,999.83 √ 6.09
5 Eko03.03 5,000.00 14,000.00 √ 2.80
6 Eko04.02 190,000.00 557,142.86 √ 2.93
7 Eko04.04 500,000.00 273,000.00 - 0.55
8 Eko04.09 50,000.00 315,000.00 √ 6.30
9 Eko04.10 110,000.00 326,666.67 √ 2.97
10 Eko04.11 75,000.00 1,633,333.33 √ 21.78
11 Eko04.14 325,000.00 250,000.00 - 0.77
12 Eko06.01 100,000.00 155,000.00 √ 1.55
13 Eko06.04 768,750.00 122,500.00 - 0.16
14 Eko06.05 270,000.00 155,000.00 - 0.57
15 Eko06.06 500,000.00 700,000.00 √ 1.40
16 Eko06.07 46,666.67 91,000.00 √ 1.95
17 Eko06.14 500,000.00 0 - -
18 Eko07.02 416,666.67 120,000.00 - 0.29
19 Eko07.03 200,000.00 0 -
20 Eko07.04 73,333.33 297,500.00 √ 4.06
21 Eko09.04 350,000.00 0 - -
22 Eko09.05 187,500.00 135,000.00 - 0.72
23 Eko09.06 50,000.00 35,000.00 - 0.70
24 Eko09.07 125,000.00 261,250.00 √ 2.09
Rerata WTA>0
235,007.89 312,526.64 1.33
atau WTP>0
(Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
Keterangan:
*) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 68 | P a g e  


 
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa obyek dan kegiatan ekowisata
menyelusuri sungai berhutan bakau merupakan obyek ekowisata yang paling
layak usaha karena memiliki nilai rasio sangat tinggi yaitu 21.78. Ini berarti
bahwa wisatawan bersedia membayar paling tinggi sebesar 21.78 kali dari pada
imbalan yang terendah yang diminta oleh masyarakat.

Secara keseluruhan, prioritas tertinggi pengembangan suatu ekowisata adalah


obyek dan kegiatan ekowisata yang memenuhi semua kriteria kelayakan yang
telah diuraikan sebelumnya yaitu layak ramah lingkungan, ada kesesuaian
antara kemampuan masyarakat dan keinginan wisatawan serta layak usaha.
Ketentuan kriteria tersebut dipenuhi 10 obyek ekowisata. Daftar obyek dan
kegiatan ekowisata tersebut kemudian diurut prioritasnya yang didasarkan pada
nilai rasio terbesar sebagaimana terlihat pada Tabel 6.10.

Tabel 6.10. Daftar Urutan Prioritas Pengembangan Obyek Ekowisata

Kelayakan
Kode*
Ramah Lingkungan Kesesuaian Usaha WTA:WTP Urutan
Eko04.11 Layak sesuai √ 21.78 1
Eko04.09 Layak sesuai √ 6.30 2
Eko07.04 Layak sesuai √ 4.06 3
Eko04.02 Layak sesuai √ 2.93 4
Eko03.03 Layak sesuai √ 2.80 5
Eko09.07 Layak sesuai √ 2.09 6
Eko06.07 Layak sesuai √ 1.95 7
Eko05.01 Layak sesuai √ 1.55 8
Eko01.03 Layak sesuai √ 1.32 9
Eko02.03 Layak sesuai √ 1.32 10
(Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
Keterangan:
*) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4.

6.5. Potensi Ekonomi Obyek dan Kegiatan Ekowisata Bahari


Bila diamsusikan bahwa seorang ekowisatawan hanya akan membayar untuk
satu obyek ekowisata saja selama satu kali kunjungannya maka potensi nilai
ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata bahari suatu kawasan sama dengan
rata-rata WTP tiap individu wisatawan dikalikan dengan jumlah total kunjungan
wisata pada kawasan tersebut dalam satu tahun. Rata-rata WTP tiap individu
wisatawan ini dihasilkan dari jumlah total WTP yang diperoleh termasuk juga

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 69 | P a g e  


 
responden yang memberi nilai WTP = 0, kemudian dibagi dengan semua
responden wisatawan yang terlibat di dalamnya, dengan pendekatan seperti ini
maka diperoleh total rata-rata WTP tiap individu wisatawan (mancanegera dan
nusantara) sebesar Rp. 294,094.43.

Namun karena data sekunder yang diperoleh hanya data kunjungan wisatawan
mancanegara saja yang dimiliki dan tercatat secara resmi seperti yang disajikan
pada Tabel 3.2. Hal ini diduga karena data kunjungan wisatawan mancanegara
secara resmi mudah diperoleh melalui tempat-tempat penginapan (resor/ hotel)
dari pada wisatawan nusantara/ domestik. Oleh karena itu, hanya potensi nilai
ekonomi ekowisata bahari yang berasal dari kunjungan wisatawan mancanegara
yang dapat diperoleh. Berdasarkan pada nilai rata-rata WTP individu wisatawan
manca negara yaitu sebesar Rp. 370,462.00. maka potensi nilai ekonomi
tersebut pada tahun 2009 dapat dihitung dengan mengalikannya terhadap
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara yang datang pada Tahun 2009.
Secara ringkas perhitungannya adalah sebagai berikut:
PE = WTPrerata x W

= 370,462 x 296,229
= 109,741,621,510.
Dimana:
PE = Potensi nilai ekonomi ekowisata
WTPrerata = Rata-rata nilai WTP rata-rata per individu wisatawan mancanegara
hasil data 2010
W = Jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara yang datang di
Kabupaten Bintan pada tahun 2009

Disimpulkan bahwa potensi nilai ekonomi ekowisata dari wisatawan


mancanegara di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 sebesar Rp.
109,741,621,510.00. 

Nilai tersebut menggambarkan bahwa kontribusi kunjungan wisatawan


mancanegara dapat memberi nilai tambah ekonomi yang signifikan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui ekowisata. Nilai tersebut bisa
lebih besar atau masih dapat meningkat bila wisatawan nusantara turut
diperhitungkan. Berdasarkan pada data hasil penelitian ini dan diintegrasikan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 70 | P a g e  


 
dengan data kunjungan wisatawan mancanegara sejak tahun 2003 (lihat Tabel
3.2) di Kabupaten Bintan yang selalu cenderung meningkat, maka melalui
persamaan regresi dapat diduga perkiraan potensi nilai ekonomi ekowisata dari
hasil kontribusi wisatawan manca negara hingga tahun 2015 dapat di sajikan
pada Tabel 6.11.

Tabel 6.11. Perkiraan Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan


Kontribusi Potensi Nilai Ekonominya
Tahun Kunjungan* Potensi Nilai Ekonomi (Rp.)
2009 296,229 109,741,621,510.00
2010 356,750 132,162,359,099.00
2011 357,425 132,412,421,026.00
2012 358,100 132,662,482,953.00
2013 358,775 132,912,544,880.00
2014 359,450 133,162,606,807.00
2015 360,125 133,412,668,733.00
Sumber : PPSPL UMRAH, 2010 (Diolah dari data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bintan, 2009)

Keterangan:
*) Didasarkan pada persamaan regresi: Y = 675X – 1,000,000 (R2 = 0.536)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 71 | P a g e  


 
 
 

 
 
 

VII. KEBIJJAKAN
N PENGEMBAN NGAN  
EKOW
WISATA
A BAHAARI DI  
KA
ABUPATTEN BINTAN  
7.1.
7 Isu dan
d Permas
salahan Pen
ngelolaan Ekowisata
E B
Bahari di Kabupaten
K
Binta
an

Berdasarkan
n pada hasiil FGD (Foccused Group
p Discussion
n) dengan masyarakat
m
dan
d stakeho
older terkait (secara leng
gkap dan ringkas dapat dilihat pada Tabel 8.1)
maka isu da
an permasalahan pokokk pengelolaa
an ekowisata
a bahari di Kabupaten
Bintan pada
a dasarnya adalah
a sebag
gai berikut :

7.1.1.
7 Isu Ketidakha armonisan Hubunga
an antara akat
Masyara dan
Peng
gusaha Parriwisata

Sebagian
S m
masyarakat mempunyai persepsi bahwa umumnya pela
aku usaha
pariwisata yang
y terdap
pat di Kabup
paten Bintan hanya memikirkan keuntungan
k
bagi pengusaha dan tidak
t pernah
h memperdulikan kese
ejahteraan masyarakat
m
sekitar.
s Kon
ndisi demikian menimbulkan ketida
akharmonisa
an antara masyarakat
m
dan
d pengusaha pariwisa
ata. Hal terssebut terliha
at jelas dari penolakan
p m
masyarakat
Desa Mapur akan keha
adiran kapall speed yang membawa
a wisatawan
n PT. Agro
ort (ABR) ke perairan terumbu karan
Bintan Reso ng di Pulau Mapur. Sem
mentara itu,
kelompok masyarakat
m pengelola w
wisata huta
an bakau Sungai Kawa
al di Desa
Kawal men
ngeluhkan sulitnya
s bekkerjasama terutama
t dalam hal pemasaran
p
dengan
d piha
ak ABR pada
ahal lokasi p
perusahaan berada di de
esa mereka..

PPSPL UMRAH CRITC LIPI 72 |


 
 

Dalam hal lain, kehadiran perusahaan pariwisata di sepanjang pantai Trikora dan
kawasan wisata di Kecamatan Teluk Sebong oleh masyarakat terutama nelayan
kerap dianggap penyebab menurunnya hasil tangkap ikan. Masyarakat
berpendapat bahwa kegiatan wisata seperti lalu lalangnya kapal speed,
permainan banana boat, jetsky dan sebagainya menyebabkan perairan menjadi
keruh sehingga ikan-ikan menjadi terganggu, lalu pergi meninggalkan daerah
penangkapan. Masyarakat Desa Sebong Lagoi mengeluhkan kegiatan
penimbunan dan pembangunan insfrastruktur yang dilakukan perusahaan wisata
di Kawasan Resor Wisata, Lagoi Bay, menimbulkan kekeruhan perairan pantai
sehingga nelayan yang biasa beroperasi di tepi pantai tidak dapat melakukan
aktivitas penangkapan ikan seperti biasanya.

Pihak pengusaha pariwisata sendiri berpendapat bahwa kesiapan sumberdaya


manusia di masyarakat kurang memadai sehingga perusahaan enggan
melibatkan terlalu jauh kelompok masyarakat yang ada. Kebanyakan wisatawan
perusahaan adalah wisatawan mancanegara, mereka membutuhkan pemandu
profesional yang mahir berbahasa asing (terutama bahasa Inggris).
Permasalahan ini timbul karena sepertinya pihak pengusaha belum
mempertimbangkan keunggulan pemandu lokal yaitu mereka lebih mengenal
lokasi dan budaya, kebiasaan serta adat istiadat masyarakat tempatan.

Pada dasarnya, dalam suatu bentuk hubungan bila terjalin kerjasama yang baik
antara masyarakat dan perusahaan pariwisata maka akan menguntungkan
kedua belah pihak. Sebenarnya, pihak masyarakat, baik di Desa Mapur maupun
Desa Kawal menginginkan duduk bersama antara masyarakat dan ABR untuk
membicarakan permasalahan yang timbul. Harapan yang ingin dicapai adalah
memperkecil celah kesalahpahaman antara kedua belah pihak sehingga
memberi peluang kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam hal ini
masyarakat Desa Mapur menginginkan pihak ABR memahami adanya
pengelolaan terumbu karang oleh masyarakat di tingkat desa dan mereka ingin
ada konstribusi bagi desa dari setiap kegiatan pemanfaatan terumbu karang
untuk wisata dilakukan oleh ABR.

Kerjasama antara masyarakat dan perusahaan pariwisata yang baik seharusnya


akan mendukung program pengelolaan konservasi pesisir dan laut secara umum

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 73 | P a g e  


 
 
 

dan program COREMAP, khususnya terumbu karang. Kesadaran masyarakat


melindungi ekosistem pesisirnya seperti terumbu karang atau hutan bakau akan
meningkat. Hal ini karena mereka segera melihat peluang ekonomi melalui
manfaat jasa lingkungan berupa ekowisata. Dengan demikian peluang tujuan
konservasi akan tercapai menjadi tinggi. Lagipula, perusahaan akan
mendapatkan dampak positif karena dengan terjaga dan terpeliharanya
lingkungan laut akan memastikan kelangsungan kegiatan pariwisatanya.

Terkait dengan isu hubungan masyarakat dan pengusaha pariwisata maka dapat
disarankan yaitu perlu didorong terjalinnya kerjasama masyarakat dan
perusahaan pariwisata sekitar kawasan wisata bahari di Kabupaten Bintan
dengan cara sebagai berikut:

- Menyusun dan memasarkan produk paket (eko)wisata yang melibatkan aktif


antara masyarakat dan pengusaha seperti perusahaan melimpahkan tamu
wisatawan kepada kelompok wisata yang terdapat di masyarakat. Bentuk
pemasaran yang dapat dilakukan seperti pihak hotel menjual paket ekowisata
kepada tamu dan memberikan semacam komisi atau fee kepada kelompok
masyarakat/ pelaku wisata perorangan yang melayaninya
- pemberian kompensasi atau semacam konstribusi ke kelompok pengelola
lingkungan lokal oleh perusahaan yang memanfaatkan jasa lingkungan
sebagai lokasi kunjungan wisata bagi tamu mereka. Hal ini dapat dianggap
sebagai bentuk dukungan pengelolaan lingkungan seperti Daerah
Perlindungan Laut (DPL) yang dibentuk oleh Lembaga Pengelola
Sumberdaya Terumbu Karang (LPSTK) tingkat desa, pembibitan dan upaya
reboisasi hutan bakau yang dilakukan masyarakat dan sebagainya.
- Membentuk kelompok masyarakat pengawas dan penjaga kawasan wisata
laut. Mereka dapat diberdayakan misalnya, bertugas menjaga kawasan laut
tempat snorkeling dan menyelam dari kegiatan yang dapat merusak terumbu
karang.

7.1.2. Isu Masih kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Ekowisata


Berbasis Masyarakat oleh Pemerintah Daerah

Perhatian utama pemerintah daerah selama ini masih lebih pada pengembangan
pariwisata yang berorientasi pada investor besar. Masyarakat merasa kurang
diperhatikan pemerintah daerah terutama dalam hal pembinaan dan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 74 | P a g e  


 
 
 

pemberdayaan terhadap masyarakat di sekitar kawasan wisata. Masyarakat


merasa dibiarkan berkembang sendiri sehingga hasil yang tercapai menjadi
kurang maksimal. Akibatnya, banyak masyarakat yang merasa hanya menjadi
penonton gegap gempita pariwisata tanpa merasakan nilai tambah
keberadaannya. Bila hal ini dibiarkan terlalu lama, dikawatirkan akan menjadi
permasalahan tersendiri yang menghambat pengembangan pariwisata di
Kabupaten Bintan.

Persoalan tersebut dirasakan oleh masyarakat Desa Mapur. Walaupun potensi


alamnya menjanjikan namun pariwisata belum dikembangkan secara intensif di
pulau tersebut. Padahal banyak orang datang berkunjung untuk menikmati
keindahan alam Pulau Mapur. Karena sulitnya transportasi dan kurangnya
sarana penunjang, kegiatan pariwisata menjadi kurang berkembang. Satu-
satunya Resor wisata di Pulau Mapur yaitu Battuta sebenarnya sempat
berkembang baik pada tahun 1990-an. Akibat imbas dari krisis moneter yang
melanda Indonesia pada tahun 1998, resor ini mengalami penurunan aktivitas
secara drastis. Sekarang, walaupun secara fisik masih berdiri tetapi boleh
dikatakan tidak beroperasional lagi.

Bila pariwisata berkembang baik di Pulau Mapur maka akan berdampak postif
bagi masyarakat setempat. Sebagai contoh, masyarakat tidak perlu menjual
jauh-jauh hasil produk olahan perikanan mereka seperti kerupuk dan abon ikan.
Pemasaran produk olahan ini memang menjadi permasalahan utama
sebagaimana yang diutarakan oleh Ketua Kelompok Masyarakat Sukma Baru.
Tambahan lagi, mereka menginginkan agar pemerintah daerah ikut membantu
pemasaran mereka dengan membangun sentra penjualan khusus bagi produk
mereka di Kota Kijang atau Tanjungpinang. Padahal bila Pulau Mapur ramai
kunjungan wisatawan maka ketergantungan pemasaran produk keluar pulau
dapat dikurangi.

Masyarakat juga ingin peran pemerintah daerah untuk menjembatani


penyampaian kepentingan masyarakat terhadap pengusaha pariwisata yang
terdapat di Kabupaten Bintan. Masyarakat Desa Mapur dan D. Kawal merasakan
peran ini kurang dijalankan secara intensif oleh pemerintah. Persoalan mereka
selama ini terhadap perusahaan ABR yang berkedudukan di Desa Kawal seperti

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 75 | P a g e  


 
 
 

ajakan kerjasama dalam mengelola kawasan terumbu karang dan hutan bakau
sebagai lokasi wisata dan keluhan dampak kegiatan wisata terhadap penurunan
hasil tangkap permintaan bantuan pemasaran kepada perusahaan selalu kurang
ditanggapi dengan baik. Harapan masyarakat adalah pemerintah dapat
memfasilitasi masyarakat mengadakan pertemuan dengan perusahaan untuk
mencari penyelesaian lebih lanjut.

Gambar 7.1. Focused Group Discussion (FGD) dengan Masyarakat


Desa Mapur, yang dilakukan di rumah warga bersama
tokoh masyarakat, LPSTK dan Kelompok Gender.

Terkait dengan isu kurangnya peran pemerintah daerah dalam pembinaan dan
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat maka dapat disarankan upaya
sebagai berikut:
- Meningkatkan lebih intens pembinaan pariwisata berbasis masyarakat
dengan membentuk lembaga pengelolaan wisata di tingkat lokal, membina
kelompok masyarakat wisata yang telah ada, memberikan program pelatihan
yang dapat meningkat ketrampilan penunjang pariwisata seperti dasar-dasar
pemanduan dan penguasaan bahasa asing
- Mengembangkan peran pemerintah daerah dalam pariwisata berbasis
masyarakat dengan membangun pusat informasi wisata tingkat desa,
merintis pondok wisata yang baik dengan memberi percontohan yang
memanfaatkan beberapa rumah tinggal penduduk
- Meninjau ulang dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
pembangunan infrastruktur dan kegiatan pariwisata yang dilakukan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 76 | P a g e  


 
 
 

perusahaan pariwisata untuk memperkecil tingkat pertikaian antara


masyarakat dan perusahaan

7.1.3. Isu Privatisasi Lahan Pantai di Kabupaten Bintan

Selama penelitian, secara mengejutkan menemukan fakta bahwa kebanyakan


lahan pantai Kabupaten Bantam telah diprivatisasi dimana lahan tersebut telah
dijual dan dimiliki atau dikuasai secara perorangan untuk alasan investasi.
Berdasarkan pada informasi dari masyarakat, lahan-lahan pantai yang
terprivatisasi ini meliputi lahan pantai kawasan wisata Lagoi, sepanjang pantai di
Desa Pengudang, Pantai Trikora, D. Malang Rapat, D. Teluk Bakau, D. Kawal
bahkan hingga hampir seluruh lahan pantai di Pulau Mapur.

Pendalaman informasi lebih lanjut ternyata pemilik lahan-lahan tersebut


umumnya dikuasai orang luar daerah terutama para pemodal besar atau
investor. Pemilik ini tidak hanya berwarga Indonesia namun terdapat terdapat
warga asing. Pemilikan warga asing ini sebenarnya mengherankan mengingat
secara udang-undang Republik Indonesia mengenai kepemilikan tanah bahwa
warga negara asing tidak diperbolehkan memiliki tanah di Indonesia.

Menurut masyarakat, warga negara asing dapat memiliki lahan pantai karena
mereka menerbitkan sertifikat tanah dengan atas nama warga setempat. Hal ini
dimungkinkan bila terjadi kesepakatan sebelumnya atau bahkan melalui jalan
menikahi warga tempatan. Sebagai contoh, terdapat sebagian lahan pantai dan
hutan di Pulau Mapur yang dibeli dan dimiliki oleh orang Brunei. Bukti
kepemilikan sertifikat tanah diatasnamakan istrinya yang ternyata berasal dari
Pulau Mapur. Tidak hanya itu, Resor Baitutta di Pulau Mapur pun menurut
masyarakat konon dimiliki orang Singapura demikian dengan Nikoi Island Resort,
yang menguasai sebagian besar lahan Pulau Nikoi, Desa Kawal, juga milik
warga asing. Bagaimanapun gejala privatisasi lahan pantai yang timbul dan
maraknya kepemilikan atau penguasaan lahan oleh orang asing di kabupaten
Bintan tidak lepas karena adanya dorongan kebijakan dari pemerintah daerah
sendiri yang ingin menjadikan Pulau Bintan Kawasan Wisata Internasional

Pertikaian dapat terjadi bilamana pemilik lahan pantai memagari lahan atau
mendirikan bangunan sehingga menghalangi akses masyarakat untuk menuju

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 77 | P a g e  


 
 
 

pantai atau kapal nelayan dari laut menuju pantai untuk berlabuh. Tidak hanya
itu, pemilik atau pengelola hotel pada kasus tersebut terkadang sengaja
mencegah penduduk atau nelayan untuk memasuki properti atau perairan pantai
mereka dengan alasan tidak ingin ketenangan tamu hotel menjadi terganggu.

Kasus tersebut dapat dijumpai dan terjadi di sepanjang pantai Desa kawal
hingga pantai Trikora, di kawasan wisata Lagoi dimana banyak berdiri bangunan
seperti hotel atau penginapan, rumah makan atau hanya sekedar memagari
lahan yang ada. Masyarakat yang tempat tinggal atau desanya berhadapan atau
berdekatan dengan hotel mengeluhkan bahwa akses mereka ke pantai menjadi
terbatas dan tidak bebas. Padahal pantai adalah milik publik. Secara tradisional,
masyarakat dan nelayan di sepanjang pantai Pantai Trikora selalu melakukan
transaksi jual beli ikan di sepanjang pantai di pagi hari. Namun sekarang hal
tersebut tidak dapat dilakukan secara bebas seperti waktu dahulu karena tidak
semua pantai dapat dimasuki warga dan dilabuhi kapal nelayan.

Gambar 7.2. Selain FGD, juga dilakukan pendekatan wawancara mendalam,


kepada responden yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang pengelolaan ekowisata di daerahnya.

Ketertutupan atau keterbatasan memasuki lahan pantai juga sering dikeluhkan


para wisatawan. Walau hal ini belum menjadi keluhan utama di kawasan wisata
di sepanjang pantai Trikora tetapi dikhawatirkan akan menjadi permasalahan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 78 | P a g e  


 
 
 

besar di kemudian hari bila tidak diantisipasi dengan baik. Belajar dari kasus
kawasan wisata pantai di Indonesia, seperti pantai Carita, Banten, sepanjang
pantai tertutup oleh bangunan hotel. Akibatnya masyarakat tidak dapat
memasuki dengan bebas sehingga terkesan wisata eksklusif dan justru
menghambat perkembangan pariwisata daerah tersebut. Sebagaimana kita
ketahui, hasil wawancara selama penelitian mengungkapkan banyak wisatawan
yang ingin menikmati secara cuma-cuma untuk dapat berjalan-jalan, berenang,
dan bersantai di pantai.
Terkait dengan isu privatisasi lahan pantai maka dapat disarankan upaya
sebagai berikut:
- Perlu adanya kebijakan pengaturan penyediaan lahan pantai untuk ruang
publik yang memadai sekaligus mencegah penguasaan lahan pantai yang
terlalu berlebihan oleh kegiatan investasi. Lokasi wisata Tepi Laut Kota
Tanjungpinang adalah merupakan contoh fungsi ruang publik yang baik.
- Perlu adanya kebijakan yang dapat menekan ekses eksternalisasi yaitu
kerugian yang diderita oleh pihak ketiga (misal masyarakat) diluar pihak
pengguna (misal pemilik hotel tepi pantai dengan tamu) akibat privatisasi
lahan pantai. Kebijakan tersebut kebalikan eksternalisasi, kebijakan
internalisasi yaitu mengupayakan pihak ketiga mendapatkan manfaat akibat
tindakan yang dilakukan pengguna atau pemilik lahan pantai. Dalam hal ini
sebagai salah satu contoh, perlu pendukungan wacana peraturan daerah
Kabupaten Bintan yang mengharuskan pemilik lahan pantai membersihkan
pantai sepanjang lahan mereka dan akan dikenai denda bila tidak
melaksanakannya.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 79 | P a g e  


 
 
 

Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata Bahari di Kabupaten Bintan
Instansi
No Isu dan Permasalahan Akar Permasalahan Usulan Strategi Penanggung Jawab
Utama Pendukung
I
Desa Mapur
1. Isu tentang operasi pengelola wisata PT. - Ketidaktahuan pihak ABR - Masyarakat ingin duduk bersama dengan pihak - Dinas - Dinas
Agrowisata Bintan Resort (ABR) di adanya kelompok masyarakat ABR sehingga diharapkan adanya kerja sama Pariwisata & Kelautan &
Mapur ; pengelola konservasi terumbu dalam hal jasa wisata antara pihak ABR dengan kebudayaan Perikanan
karang di Desa Mapur masyarakat pengelola sumberdaya terumbu
¾ Kapal/speed pengelola ABR karang di Mapur, sehingga diharapkan hasil
melakukan lempar jangkar kapal di saling menguntungkan diantara kedua belah
perairan di lokasi terumbu karang di pihak.
perairan Mapur dan sekitarnya.
Pembuangan jangkar dapat merusak
terumbu karang padahal lokasi
berada dekat DPL (Daerah
Perlindungan Laut) Desa Mapur
¾ Pihak pengelola wisata agro tidak
berkoordinasi kepada masyarakat
ketika memasuki DPL untuk
melakukan wisata penyelaman
(Scuba Diving) bersama wisatawan
di Perairan Mapur.
¾ Pihak ABR mendapat keuntungan
jasa wisata tetapi tidak memberikan
konstribusi terhadap masyarakat
Pulau Mapur yang telah mengelola
terumbu karang tersebut, sehingga -
memicu kecemburuan sosial.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 80 | P a g e  


 
 
 

2. Isu Pembinaan Wisata Bahari dari - Pemerintah masih mengabaikan - Perlunya ada peningkatan pembangunan - Bappeda - Dinas
pemerintah belum intensif. aspek wisata di P. Mapur pariwisata dan Program Pemerintah Daerah dlm Pariwisata &
pembinaan jasa wisata berbasis masyarakat Kebudayaan

3. Isu tidak adanya tempat penginapan - Perlu dibangunnya Wisma Tamu atau Wisma - Dinas - Dinas
yang layak bagi tamu/wisatawan yang Pemda di Desa Mapur Kimpraswil Pariwisata &
berkunjung di Desa Mapur. Tempat Kebudayaan
tinggal masyarakat yang ada saat ini
dianggap masih belum layak.

4. Isu aksesibiltas/transportasi laut menuju - Perlu penambahan intensitas transportasi regular - Dinas - Bappeda
dan kembali ke Pulau Mapur hanya dan transportasi alternatif menuju dan keluar P. Perhubungan - Dinas
dapat dilakukan dua kali dalam Mapur Pariwisata &
Kebudayaan
seminggu dengan kapal milik desa,
sehingga akses menuju P. Mapur untuk
wisatawan akan menjadi sulit dan biaya
tinggi karena harus memakai kapal -
carteran.

5. Isu permasalahan pemasaran produk - Pelanggan kurang dan - Pengembangan pasar ke luar dengan - Badan - Dinas
hasil Mata Pencaharian Alternatif (MPA) pemasaran sangat tergantung membangun sentra pemasaran khusus produk P. Promosi & Perindustrian
kehadiran tamu yang datang Mapur di Pasar Kota Kijang atau Tanjungpinang Investasi & UKM
Kelompok Masyarakat (Pokmas) seperti
Terpadu - Dinas
“Kelompok Sukma Baru” yang dari luar P. Mapur
- Pengembangan pemasaran dalam pulau dengan Pariwisata &
pemasarannya saat ini sangat menghadirkan banyak tamu melalui program Kebudayaan
tergantung pada terhadap kedatangan ekowisata bahari di P. Mapur
tamu di P. Mapur.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 81 | P a g e  


 
 
 

II Kecamatan Gunung Kijang


1. Isu tentang operasional PT. Agrowisata - Ketidaktahuan pihak Agro - Masyarakat ingin duduk bersama dengan pihak - Dinas - Dinas
Bintan Resort (ABR) di perairan Teluk adanya kelompok masyarakat ABR sehingga diharapkan adanya kerja sama Pariwisata & Kelautan &
Bakau dan sekitarnya pengelola terumbu karang di dalam hal jasa wisata antara pihak ABR dengan kebudayaan Perikanan
- Wisata Bahari yang dilakukan pihak Kecamatan Gunung Kijang masyarakat Kecamatan Gunung Kijang,
ABR seperti permainan Banana Diharapkan hasil saling menguntungkan
Speed, menyebabkan terganggunya diantara ke dua belah pihak.
penangkapan ikan oleh nelayan
tradisional, akibat kekeruhan yang
ditimbulkan oleh objek permainan
tersebut.
- Pihak ABR memang mempekerjakan
masyarakat lokal, tapi kegiatan
pemberdayaan masyarakat terutama
masyarakat nelayan tidak berjalan
efektif.

2. Isu permasalahan : privatisasi lahan - Perlu adanya batas sempadan pantai yang - Bappeda - Badan
pantai di sepanjang Pantai Trikora jelas, adanya pengaturan akses publik untuk Pertanahan &
menuju pantai (pantai merupakan kawasan Agraria
open akses dan dan kawasan konservasi - Dinas
pesisir) Kelautan &
Perikanan
III Sebong Lagoi
1. Kegiatan penimbunan dan - Perlu adanya peninjauan dokumen analisis - BLH - Bappeda
pembangunan insfrastruktur yang dampak lingkungan dan biaya kompensasi bagi - Dinas
dilakukan di Lagoi Bay menimbulkan nelayan tradisional Kelautan &
kekeruhan, sehingga “nelayan tepi” Perikanan
(nelayan yang menangkap ikan di
sepanjang pinggir pantai) tidak dapat
melakukan aktivitas penangkapan ikan
seperti biasanya akibat perairan yang
keruh.

Sumber : Diolah dari Hasil FGD dan Wawancara PPSPL UMRAH, 2010

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 82 | P a g e  


 
 
 

7.2. Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari


7.2.1. Pola Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan pada saat ini

Pola pengembangan ekowisata di Kabupaten Bintan telah berjalan saat in. Pola
pengembangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, melalui program Coremap
II telah membentuk Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang
(LPSTK) di tingkat desa, yang terdiri dari Desa Gunung Kijang, D. Kawal, D.
Teluk Bakau, D. Malang Rapat, dan D. Mapur. LPSTK membawahi beberapa
Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang salah satunya adalah Pokmas yang
bergerak di bidang Wisata. Pokmas wisata telah terdapat di Desa Teluk
Bakau dan D. Mapur. Pokmas Wisata yang berada di lokasi pelaksanaan
program Coremap II Bintan mendapatkan jasa/imbalan materi dari wisatawan
yang berkunjung ke desa mereka. Jasa tersebut sebagai imbalan dari
kegiatan, diantaranya :
- sewa pompong/speed untuk mengantar wisatawan memancing ikan di
laut, menikmati pemandangan pulau kecil, snorkling, scuba diving, seperti
yang terdapat di Desa Kawal, D. Teluk Bakau dan D. Mapur
- Sewa motor bagi wisatawan yang ingin berkeliling sekitar desa
- Imbalan jasa dari kompensasi pemakaian kamar (akomodasi) di rumah
penduduk dan konsumsi seperti di Pulau Mapur.
- Sebagian LPSTK telah membangun rumah singgah/homestay/pondok
wisata di tepi laut yang dapat disewa oleh wisatawan untuk bersantai
baik dari dana pribadi (LPSTK Teluk Bakau) maupun dari bantuan
program coremap II Bintan (baru akan dibangun di Desa Mapur).

b. Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan telah membentuk


kelompok masyarakat ekowisata mangrove, yang terdapat di Desa Kawal.
Kelompok ini telah memiliki sebuah kapal speed fiber glass yang dirancang
untuk wisatawan yang ingin menikmati ekosiwata mangrove di Sungai Kawal
atau mengantar wisatawan yang ingin menuju daerah Wisata Situs Sejarah
Bukit Kerang melalui jalur sungai. Fasilitas lainnya yang dimiliki kelompok
wisata mangrove ini adalah “stagging” atau tempat tambat perahu yang
berada di Sungai Kawal yang dibangun oleh masyarakat dekat Bukit Kerang
melalui bantuan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bintan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 83 | P a g e  


 
 
 

c. PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC) merupakan salah satu pelaku wisata
swasta yang terdapat di Lagoi bersama Pemerintah Daerah Bintan
membentuk suatu proyek Bintan Ecotourism Venture Project (BEVEP), yaitu
proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas yang terdapat di
Kecamatan Teluk Sebong. Proyek ini melibatkan masyarakat sebagai
pengelola ekowisata dalam bentuk yayasan yang diberi nama Yayasan
Ekowisata Tunas Harapan Teluk Sebong (YELAS). Adapun ekowisata yang
ditawarkan kepada wisatawan seperti : Traditional Fishing Demonstration,
jelajah mangrove dengan speed, wisata kampung di Desa Sribintan, dan
sebagainya.

DINAS KELAUTAN DAN  DINAS PARIWISATA  BINTAN RESORT 


PERIKANAN  DAN KEBUDAYAAN CAKRAWALA

LPSTK  Yayasan Ekowisata 
(Lembaga Pengelola  Tunas Harapan ‐  Teluk 
Sumberdaya Terumbu  Sebong 
Karang) 

Kelompok Masyarakat 

Obyek/ Kegiatan 
Ekowisata 

Gambar 7.3. Pola Pengembangan Ekowisata pada saat ini di Kabupaten


Bintan

Pola pengembangan ekowisata tersebut saat ini telah berjalan baik di


lapangan, namun masih terdapat beberapa kendala dan hambatan, diantaranya :
- Pengembangan ekowisata masih berjalan secara parsial, belum terkoordinasi
dengan baik. Masing-masing sektor terkait cenderung dan terkesan
melakukan pembinaan sendiri-sendiri.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 84 | P a g e  


 
 
 

- Fasilitas pendukung ekowisata masih minim, seperti speed/pompong yang


layak angkut untuk mengantar wisatawan ke tempat yang mereka inginkan,
sarana akomodasi yang dimiliki masyarakat cendrung ditawarkan apa adanya
apabila diberikan sedikit modifikasi yang disesuaikan dengan karakteristik
daerah tentu akan lebih menarik.
- Lemahnya kemampuan masyarakat dalam memasarkan potensi obyek
ekowisata di tempat mereka, sehingga wisatawan yang berkunjung pada
umumnya wisatawan lokal.
- Kemampuan berbahasa asing dari masyarakat yang sangat rendah,
sehingga mereka takut terjadi kesalahpahaman dengan wisatawan
mancanegara dan tidak percaya diri dalam menjamu/melayani wisatawan
asing.
- Dalam beberapa kasus terjadi konflik kepentingan antara masyarakat dan
pelaku wisata swasta seperti yang terjadi antara LPSTK Mapur dan PT. Agro
Bintan Resort.

7.2.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan

Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kebijakan


pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten bintan sebagai berikut :
a. Perlu dibentuk Lembaga Koordinasi Ekowisata di tingkat Kabupaten.
Lembaga ini dibentuk berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Bintan. Hal
ini sesuai dengan instruksi Permendagri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Susunan kepengurusan Tim
Koordinasi Ekowisata di kabupaten terdiri atas :
Ketua : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
kabupaten/kota
Sekretaris : Kepala Dinas/lembaga yang membidangi pariwisata
Anggota Kepala SKPD terkait, asosiasi pengusaha pariwisata,
: tenaga ahli, akademisi yang berpengalaman, dan
perwakilan masyarakat yang diperlukan.

Pendekatan ini dapat memecahkan permasalahan pengelolaan ekowisata


yang saat ini berjalan secara parsial, sehingga konflik kepentingan dari
pengelola ekowisata dapat diminimalisir melalui pendekatan pengelolaan
lintas sektor yang terpadu dan terintegrasi. Tim Koordinasi Ekowisata

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 85 | P a g e  


 
 
 

kabupaten merupakan wadah koordinasi dan komunikasi antar pelaku


ekowisata di kabupaten, sehingga dapat melakukan perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian kegiatan ekowisata di Kabupaten.

b. Menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RPKD) bidang pariwisata


secara terpadu dan berbasis masyarakat. RKPD ini berisi dokumen Rencana
Pengelolaan, Rencana Zonasi dan Rencana Aksi pengelolaan pariwisata
berbasis masyarakat. RKPD yang disusun akan menjadi acuan dalam setiap
proses pengembangan ekowisata dan dimuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

c. Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat


desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawah/ lapangan. Untuk
tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina agar lebih
optimal dalam melakukan pengelolaan, jika pendekatan ini berjalan efektif
bukan tidak mungkin model ini akan menjamur atau diadopsi oleh tempat-
tempat lain atau dapat dengan sengaja dikembangkan di daerah lain yang
memiliki karakteristik dan potensi ekowisata yang diminati oleh wisatawan.

d. Tim Koordinasi Ekowisata Kabupaten perlu melakukan kerjasama dengan


jejaring ekowisata yang ada di tingkat nasional maupun internasional, biro
perjalanan/travelling dan pelaku wisata swasta, sehingga pemasaran potensi
obyek ekowisata masyarakat yang pada saat ini masih sangat tergantung
pada wisatawan lokal dapat meningkat dengan melalui hubungan kerjasama
dengan jejaring ekowisata yang telah berpengalaman dan eksis dalam
mendukung kegiatan ekowisata di kancah internasional seperti :

Asosiasi Ekowisata Internasional


o INDECON Indonesian Ecotourism Network
o The International Ecotourism Society
o Ecotourism Association of Australia

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 86 | P a g e  


 
 
 

Lembaga Swadaya Masyarakat atau Non Pemerintah (LSM/ ORNOP)


terkait dengan Pengembangan Ekowisata
o Rethinking Tourism
o Tourism Concern
o Tourism Watch

Organisasi Pengembangan International yang peduli Ekowisata


o Inter-American Development Bank
o United Nation Environment Programme (UNEP)
o World Tourism Organization (WTO)

Operator Ekowisata
o Baja Ecotourism and Sea Kayak Association
o The Natural Guide - Yayasan Bumi Kita
o Ekowisata.com Ecotourism operator in Indonesia

Lembaga Riset dan Pendidikan terkait Ekowisata


o Sustainable Ecotourism
o Cooperative Research Centre for Sustainable Tourism
o International Centre for Ecotourism Research (ICER)

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 87 | P a g e  


 
 
 

JEJARING EKOWISATA 

BIRO PERJALANAN 
RKPD 
TIM KOORDINASI  EKOWISATA 
(TRAVELING)  KABUPATEN  RPJMD
 PELAKU WISATA 
SWASTA 

 SEKRETARIAT TIM  
(DINAS YG MEMBIDANGI 
PARIWISATA)

Lembaga Pengelola  Yayasan  
Ekowisata Tingkat Desa  Ekowisata 

Kelompok/ Individu 
Masyarakat 
Ekowisata

Obyek / Kegiatan  Obyek/ Kegiatan Obyek/ Kegiatan 


Ekowisata  Ekowisata  Ekowisata 

Gambar 7.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten


Bintan

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 88 | P a g e  


 
 
 

7.2.3. Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan

Produk Paket Ekowisata adalah suatu perancangan terstruktur dan sistematis


mengenai perencanaan perjalanan dan kegiatan ekowisata. Di dalam Produk
Paket Ekowisata tersusun dengan jelas objek ekowisata yang akan dikunjungi,
kegiatan yang akan dilakukan, jadwal perjalanan komponen jasa seperti
pemanduan, konsumsi, transport, dan akompodasi serta komponen kuantitas
seperti jumlah peserta, lama perjalanan, jauhnya jarak tempuh, dan satuan
kuantitas lainnya.

Dilihat dari cara keputusan wisatawan dalam mengambil penawaran produk


paket ekowisata, ada dua jenis yaitu perencanaan paket ekowisata terikat dan
bebas. Paket Ekowisata Terikat artinya wisatawan tinggal mengikuti intruksi
paket ekowisata yang telah disusun oleh agen atau pengelola ekowisata. Dengan
demikian umumnya wisatawan tidak dimungkinkan menambah objek, kegiatan,
waktu lain atau kegiatan lain selain apa yang sudah disusun. Paket Ekowisata
Bebas artinya wisatawan ikut dilibatkan aktif dalam merancang rencana kegiatan
ekowisata mereka. Paket ekowisata ini umumnya sangat fleksibel sehingga
dimungkinkan wisatawan mengurangi atau menambah objek dan kegiatan
ekowisata.

Pengembangan Produk Paket Ekowisata di Kabupaten Bintan dapat dirancang


berdasarkan pada temuan objek dan kegiatan ekowisata pada hasil penelitian.
Terdapat banyak kemungkinan kombinasi antara objek dan kegiatan ekowisata
yang diramu menjadi suatu Produk Paket Ekowisata baik yang bersifat terikat
maupun bebas. Bentuk Paket Ekowisata dapat disesuaikan berdasarkan pada
tema ekowisata yang hendak disusun, daerah tujuan ekowisata, apakah itu pada
tingkat desa, kabupaten, atau propinsi.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 89 | P a g e  


 
V
VIII. KE
ESIMPULAN  DAN SA
ARAN  
8.1.
8 Kesiimpulan

enelitian dap
Dari hasil pe pat diambil kesimpulan
k b
bahwa sebag
gai berikut :

- Hasil ide
entifikasi dan inventarisa
asi penelitia
an, terdapat 62 potensi obyek dan
kegiatan
n ekowisata bahari yang
g dapat dijad
dikan Mata Pencaharian
n Alternatif
bagi mas
syarakat Kabupaten Bin
ntan
- Ekowisa erpotensi sebagai mata pencaharian
ata bahari be n alternatif masyarakat
m
Kabupatten Bintan ka
arena:
9 masyarakat
m m
mempunyai an lokal yan
pengetahua ng luas dan
n terperinci
m
mengenai kon
ndisi lingkun
ngan dan su
umberdaya p
pesisir dan laut bahari
ya
ang berpote
ensi dijadika
an obyek dan kegiatan
n ekowisata
a bahari di
da
aerah sekita
ar mereka
9 masyarakat
m mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai
bidang usaha
a dan mata pencaharian
p ereka
alternatif me
9 memberdayak
m kan masyarrakat tempa
atan, menga
andalkan su
umberdaya
lokal berupa sarana pe
enunjang ya
ang relatif murah, ters
sedia, dan
m
mudah dilakukan masyarakat tempatan
9 memberi
m nilai tambah ekkonomi sehingga dapat meningkatkkan tingkat
pe
endapatan masyarakat
m
- Obyek dan kegiatan ekowissata bahari yang dittawarkan masyarakat
m
Kabupatten Bintan sesuai de
engan yang
g diinginkan
n wisatawa
an dimana
wisatawa
an nusantarra ataupun w
wisatawan mancanegara
m a tertarik da
an bersedia
membayyar 22 obyek
k dan kegiatan obyek da
an kegiatan ekowisata bahari
b yang
ditawarkkan masyara
akat

PP
PSPL UMRAH CRITC
C LIPI 90 |
- Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah
lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut
tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek
dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara
ekologi maupun sosial-budaya
- Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan
rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan rata-
rata imbalan yang diminta masyarakat
- Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi
ekowisata di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 adalah sebesar
Rp. 109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar
21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
- Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan
dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di
Kabupaten Bintan
- Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di
Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya
adalah:
9 Menyusuri sungai berhutan bakau
9 Menyusuri hutan
9 Berkeliling dengan sepeda motor
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
9 Menikmati buah kelapa muda
9 Penyewaan sepeda motor
9 Penyewaan snorkling
9 Menginap di rumah tinggal orang kampong
9 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang
9 Hidangan makanan laut
9 Menyaksikan hutan bakau di pulau
9 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
9 Snorkling di areal terumbu karang
9 Memancing di laut dengan pompong
9 Penyewaan scuba diving
9 Sewa sampan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 91 | P a g e  


 
8.2. Saran
Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan perlu dikembangkan lebih lanjut
sehingga menjadi produk ekowisata secara nyata sebagai sumber kesejahteraan
baru bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan perilaku
wisatawan sebagai konsumen ekowisata melalui uji potensi obyek dan kegiatan
ekowisata bahari secara langsung di lapangan.

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 92 | P a g e  


 
DAFTAR PUSTAKA 

BPS Kabupaten Bintan. 2006. Pemerintah Kabupaten Bintan.

CRITC, COREMAP II, LIPI. 2007. Studi Baseline Ekologi Pulau Bintan
Kabupaten Kepulauan Riau.

Damanik,J dan Weber,H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke


Aplikasi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Departemen kebudayaan dan Pariwisata dan WWF – Indonesia. 2009.


Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.

Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009. Laporan Tahunan, Kabupaten Bintan.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Bintan. 2008. Rencana Induk


Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bintan.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Pantunru, A. A. 2004. Valuasi Ekonomi: Metode Kontinjen. Program Pelatihan


Analisis Biaya-Manfaat.LPEM-FEUI.

PPSL UMRAH-CRITC LIPI. 2010. Kajian Perlindungan Penyu.

Pulamahuny, F.S. 2004. Kebijakan Pengembangan Industri Pariwisata di


Kabupaten Biak dan Supiori Selatan kabupaten Supiori Papua.
Lokakarya: Bagaimana Membangun Wisata Bahari yang Baik di Distrik
Padaido kabupaten Biak Numfor dan Distrik Suporiori Selatan
Kabupaten Supiori. 11-12 Agustus 2004, Biak Numfor.

Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.


330 hlm.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan


terhadap UU RI No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

UNESCO Office, Jakarta. 2009. Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan.

Waluyo, Harry. 2007. Pengembangan Kepariwisataan Indonesia. Departemen


Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

WWF Indonesia & Unilever. 2005. Laut Sehat Seafood Sehat: Panduan
Konsumen untuk Seafood Ramah Lingkungan. WWF Jakarta

PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 93 | P a g e  


 
 

_tÅÑ|ÜtÇ

 
 

Lampiran 1.
LEMBAR KUESIONER - A1 (Khusus untuk responden Wisatawan Nusantara)

KUESIONER UNTUK SURVEY KAJIAN EKOWISATA SEBAGAI MATA


PENCAHARIAN ALTERNATIF DI KABUPATEN BINTAN

Ruang Lingkup Kuisioner Meliputi :


A. Informasi Dasar
B. Pekerjaan
C. Status Kunjungan
D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata

Panduan bagi Enumerator (mohon dijelaskan sebelum memulai wawancara) :


PPSPL-UMRAH (Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Raja Ali Haji) Tanjungpinang,
bekerjasama dengan CRITC Coremap-LIPI, melakukan Survey untuk dapat menemukan obyek (eko)wisata
serta memperkirakan nilai jasa (eko)wisata, yang diinginkan oleh pengunjung dan/ atau wisatawan. Survey
ini akan memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Identitas anda sepenuhnya akan dilindungi. Kejujuran
jawaban anda akan membantu kami dalam mengidentifikasi (eko)wisata sebagai mata pencaharian alternatif
masyarakat yang ramah lingkungan di Kabupaten Bintan.

Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan
yang terkait dengan Liburan atau Kunjungan
Untuk Enumerator
Wawancara ke:______________

Tanggal: / /_2010

Nama enumerator: _________________________________

Lokasi wawancara: _________________________________

A. Informasi Dasar

A 1 Anda berasal dari mana?..................................................

A 2 Umur :

A 3 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

A 4 Status keluarga 1. Kepala keluarga 2. Istri


3. anak 4. Orang tua
5. Lainnya…………………………………………………

A 5 marital status 1. Belum Kawin 2. Kawin


3. Janda/ Duda 4.
Lainnya:__________________

A 6 Pendidikan 1. Tak sekolah dan buta aksara 2. Tak sekolah dan dapat baca-
tulis 3. SD 1-6 4. SMP 7-9
5. SMA/K 10-12 6. Diploma
7. Sarjana 8. Pasca

Lamp I ‐2 
 

B. Pekerjaan

B 1 Jenis Pekerjaan 1. Wiraswasta 2. Swasta


3. PNS 4. Nelayan
5. Petani 6. Buruh
7. Pensiun 8. Tak bekerja
9. Lainnya

B 2 Berapa lama anda telah __________________________tahun


bekerja pada pekerjaan
yang sekarang

B 3 Berapa pendapatan anda (Bila dalam mata uang non Rupiah konversikan ke Rupiah)
rata-rata sebulan? 1. < Rp. 1.000,000.
2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000.
3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000.
4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000.
5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000.
6. > Rp. 10.000.000.

C. Status Kunjungan

C 1 Pernah ke sini sebelumya? 1. Ya 2. Tidak ( ke C 3)

C 2 Jika ya, ini kunjungan ke berapa? Ke _______________

C 3 Anda menginap? 1. Ya 2. Tidak ( ke C 6)

C 4 Jika ya, dimana? 1. Hotel 2. Rumah


3. Homestay/Pondokan 4 Berkemah
5. Lainnya:_____________________________

C 5 Berapa lama rencana tinggal? ____________________________hari

C 6 Bagaimana anda datang ke sini 1. Pergi sendiri 2. Dengan agen wisata


3. Bersama kawan 4. Dalam perjalanan bisnis
5. Sedang bekerja 6.
Lainnya:___________________

C 7 Berapa anggaran yang anda 1. < Rp. 500,000.


rencanakan untuk pengeluaran selama 2. Rp. 500.000. – 1.000.000.
kunjungan/ liburan di sini? 3. Rp. >1.000.000. – 2.000.000.
4. Rp. > 2.000.000. – .5.000.000.
5. Rp. > 5.000.000.

Lamp I ‐3 
 

D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata

Persiapkan foto-foto raga yang akan diperlukan

Tahap Pembukaan
D 1 Pernah berkunjung ke mana saja ____________________________
selama di Bintan ? ____________________________
____________________________
____________________________
____________________________

D 2 Anda menyukai dan tertarik jenis 1. Ya 2. Tidak ( ke D 4)


wisata bahari?

Tahap Eksplorasi
D 3 Jika Ya, mana diantara obyek/ kegiatan wisata ini anda tertarik?
(Bila perlu tunjukkan daftar obyek wisata atau foto raga yang telah ada)

1. Jalan-jalan di pantai
2. Pergi ke suatu pulau
3. Berenang di pantai
4. Snorkeling
5. Menyelam Scuba
6. Memancing
7. Berperahu
8. Menyaksikan biota/ hewan laut
9. Berkemah di pantai/ pulau
10. Bermalam di rumah penduduk
11. Bermalam dikelong
Kegiatan/ obyek lainnya:
12.
13.
14.
15.
16.

D 4 Selain Wisata bahari, anda tertarik terhadap wisata apa? (tunjukkan 3 paling prioritas)
1. Wisata Alam (ke gunung, pertanian, dll)
2. Wisata Budaya
3. Wisata Sejarah
4. Wisata Kuliner
5. Wisata Religius
Wisata Lainnya:
6.
7.
8.
9.

Lamp I ‐4 
 

Menelaah Persepsi
D 5 Pernah mendengar ekowisata? 1. Ya 2. Tidak (ke D 7)

D 6 Menurut anda, apa itu ekowisata? 1. Wisata alam 2. Wisata berkelanjutan


(Jawaban dapat lebih dari satu) 3. Wisata ramah lingkungan 4. Usaha wisata oleh masyarakat
5. Wisata petualangan 6. Wisata murah
7. Wisata berbasis masyarakat
9. Keterangan lain:
_________________________________________________
_________________________________________________
_________________________________________________

Tahap Penegasan
D 7 Menurut anda, jenis obyek/ kegiatan wisata mana yang paling anda inginkan?
(Mininimal 3, no. 1 yang paling diinginkan, berdasarkan pada pertanyaan D 3 atau D 4)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

D 8 Bila masyarakat menawarkan jasa 1. Ya 2. Tidak


wisata tersebut kepada anda,
bersediakah untuk membayar?

Tahap Penjelasan
D 9 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang anda ingin

Tahap Penawaran WTP


D 10 Berapa anda bersedia membayar untuk kegiatan tersebut?

Akhir Wawancara
Bersediakah bila untuk diwawancarai lagi? 1. Ya 2. Tidak
(buat perjanjian tentang tempat dan waktunya)

Terima kasih
Data Responden

Nama Respondent _________________________________________________________

Alamat _________________________________________________________

Negara/Kota/ _________________________________________________________

Telephone/ HP _________________________________________________________

Email _________________________________________________________

TTD Responden _________________________________________________________

Lamp I ‐5 
Lampiran 2.

LEMBAR KUESIONER - A2 (Khusus untuk responden Wisatawan Mancanegara)

QUESTIONNAIRE FOR THE STUDY OF ECOTOURISM AS COMMUNITY


ALTERNATIVE LIVELIHOOD OF BINTAN

A. Basic Information
B. Employment Status
C. Ecotourism

The University Research Institution of UMRAH working together with Local Government of The Regency of
Bintan and Coremap-LIPI, are currently performing survey for ecotourism object and estimate its value which is
interested by visitors/ tourists. This survey will take more less about 30 minutes. These questions are
completely anonymous, so your individual identity will not be shared with others. Your honest answers will
help us identify ecotourism as community alternative livelihoods in environmentally friendly in the Regency of
Bintan.

Administer the Questionnaire to the head of the representative Who can Make Decision Regarding
Holiday or Visit

For Enumerator
Number of interview______________

Date of interview : / /_______

Name of interview :_______________ Name of Supervisor :_____________

Interview location : ________________________________

A. Basic Information
A 1 From which country do you come from?

A 2 Age :

A 3 Gender 1. Male 2. Female

A 5 Marital status 1. Single 2. Married


3. Divorced/Widowed 4. Separated

A 6 Education 1. No formal scholling and illiterate 2. No formal scholling but


Can read and write
3. Elementary 1-6 4. Junior school 7-9
5. High School 10-12 6. Diploma
7. Graduate 8. Post graduate

Lamp II ‐1 
B. Employment Status

B 1 Type of employment 1. Entreprenur 2. Specific skill entrepreneur


( farmer, fisherman, etc )
3. Civil servant 4. Private employee
5. Student 6. Housewife
7. Retired 8. Unemployed

B 2 How much your average income (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah)
in a month?
1. < Rp. 1.000,000.
2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000.
3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000.
4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000.
5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000.
6. > Rp. 10.000.000.

B 3 How much the expense budgets (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah)
during your travelling here?
1. < Rp. 500,000.
2. Rp. 500.000. – 1.000.000.
3. Rp. >1.000.000. – 2.000.000.
4. Rp. > 2.000.000. – .5.000.000.
5. Rp. > 5.000.000.

C. Ecotourism

C 1 Do you ever hear/know about 1. Yes 2. No (Go to Section H)


ecotourism?

C 2 If yes, in your opinion 1. Natural Tourism 2. Environmental Friendly


Tourism what is the ecotourism? 3. Sustainable Tourism 4.Tourism by Local Community
5. Alternative Tourism 6. Cultural Tourism
7. Adventurous Tourism 8. Community Based Tourism
9. Other Specify:
___________________________________________________
___________________________________________________

C 3 What kind of Tourism Attraction 1. Natural Tourism 2. Cultural Tourism


Are you the most interested 3. Game and Sport 4. Recreation and Relaxing
5. Alternative Tourism 6. Culinary Tourism
7. Adventurous Tourism 8. Community Based Tourism
9. Other Specify:
___________________________________________________
___________________________________________________

C 4 If local people offer you a tourism object 1. Don’t want to pay at all 2. Do not want to pay
or a tourism service, Do you willing/ 3. Relatively want to pay 4. Want to pay
want to pay it? 5. Really want to pay

Lamp II ‐2 
C 5 If you want or realy want to pay, how much do you willingness to pay for following tourism object or
service and please describe the tourism attraction or service you want to:

1. Nature attraction
2. Adventure attraction
3. Sport and game
4. Cultural attraction
5. Culinary attraction
6. Rent to local service
7. Other.Specify:

C 6 If you don’t want to pay, why? 1. Too distant from main 2. Poor tourism attraction
Destination
3. Expensive hotel prices 4. Expensive meals prices
5. Expensive goods prices 6. Expensive transportation cost
7. Expensive tourism cost 8. Unsecure
(entrance fee,cost for facility,etc)
9. Dirty and unclean 10. Unfriendly natives
11. Difficult transportation 12. Poor accommodation/hotel
Access (room quality,services,facilities)
13. Poor shopping places 14. Poor culinary
15. Prefer to visit other destination 16. No friends/relatives
17. other.specify________________________________

End of Interview – Thank You

Data Responden

Respondent Name_________________________________________________________

Address _________________________________________________________

City – Province _________________________________________________________

Telephone _________________________________________________________

Celluler number (Handphone Number)_________________________________________

Email _________________________________________________________

TTD Responden _________________________________________________________

Lamp II ‐3 
Lampiran 3.

LEMBAR KUESIONER - B (Khusus untuk responden masyarakat)

KUESIONER UNTUK SURVEY KAJIAN EKOWISATA SEBAGAI MATA


PENCAHARIAN ALTERNATIF DI KABUPATEN BINTAN

Panduan bagi Enumerator (mohon dijelaskan sebelum memulai wawancara) :


PPSPL-UMRAH (Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Raja Ali Haji) Tanjungpinang,
bekerjasama dengan CRITC Coremap-LIPI, melakukan Survey untuk dapat menemukan obyek (eko)wisata
serta memperkirakan nilai jasa (eko)wisata, yang diinginkan oleh pengunjung dan/ atau wisatawan. Survey
ini akan memakan waktu tidak lebih dari 30 menit. Identitas anda sepenuhnya akan dilindungi. Kejujuran
jawaban anda akan membantu kami dalam mengidentifikasi (eko)wisata sebagai mata pencaharian alternatif
masyarakat yang ramah lingkungan di Kabupaten Bintan.

Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan
yang terkait dengan jasa ekowisata ini
Untuk Enumerator
Wawancara ke:______________

Tanggal: / /_2010

Nama enumerator: _________________________________

Lokasi wawancara: _________________________________

A. Informasi Dasar

A 1 Anda berasal dari mana?..................................................

A 2 Umur :

A 3 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

A 4 Status keluarga 1. Kepala keluarga 2. Istri


3. anak 4. Orang tua
5. Lainnya…………………………………………………

A 5 marital status 1. Belum Kawin 2. Kawin


3. Janda/ Duda 4.
Lainnya:__________________

A 6 Pendidikan 1. Tak sekolah dan buta aksara 2. Tak sekolah dan dapat baca-
tulis 3. SD 1-6 4. SMP 7-9
5. SMA/K 10-12 6. Diploma
7. Sarjana 8. Pasca

Lamp III ‐1 
B. Pekerjaan

B 1 Apakah bapak nelayan? 1. Ya 2. Tidak (ke B 3)

B 2 Jika ya, nelayan apa? 1. Memancing biasa 2. Kelong


(Jawaban boleh lebih dari satu) 2. Bubu 3. Buruh (ikut kapal lain)
3. lainnya, sebutkan:
______________________________________________
______________________________________________
______________________________________________

B 3 Jika bukan, Jenis Pekerjaan 1. Swasta 2. Buruh


3. PNS 4. Wiraswasta
5. Petani 6. Pensiun
7. Tak bekerja 8. Lainnya:__________

B 4 Berapa lama anda telah __________________________tahun


bekerja pada pekerjaan
yang sekarang

B 5 Berapa pendapatan anda


rata-rata sebulan? 1. < Rp. 500,000.
2. Rp. > 500.000. – 1000.000.
3. Rp. > 1000.000. – 2.000.000.
4. Rp. > 2.000.000. – 3000.000.
5. Rp. > 3000.000. – 5.000.000.
6. > Rp. 5.000.000.

C. Persepsi

C 1 Kegiatan pariwisata bermanfaat 1. Ya 2. Tidak


secara ekonomi bagi saudara?

C 2 Sebutkan alasannya: ___________________________________________________________________


____________________________________________________________________________________

C 3 Adakah program tentang kepariwisataan 1. Ya 2. Tidak (ke C 6)


dari pemerintah?

C 4 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________


____________________________________________________________________________________

C 5 Saudara terlibat dalam program tersebut? 1. Ya 2. Tidak

C 6 Adakah kerjasama atau pelibatan masyarakat 1. Ya 2. Tidak (ke C 5)


dari pihak hotel/ pelaku usaha wisata?

C 7 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________


____________________________________________________________________________________

Lamp III ‐2 
D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata

Persiapkan foto-foto raga yang akan diperlukan

Tahap Pembukaan
H 1 Pernah melakukan jasa wisata? 1. Ya 2. Tidak (ke D 3)

H 2 Jika ya, seperti apa? ____________________________________________________________________


____________________________________________________________________________________

H 3 Jika ada kesempatan dan ada imbal jasa, 1. Ya 2. Tidak ( ke D 4)


apakah bersedia memberi jasa
pelayanan wisata kepada wisatawan?

H 4 Jika tidak, sebutkan alasannya:____________________________________________________________


____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________

Tahap Eksplorasi
H 5 Jika ya, jasa layan wisata seperti apa yang paling saudara inginkan?
(Jika perlu beri beberapa contoh seperti dalam daftar)
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________

(Catat pada Lembar Data B)

Tahap Penegasan
H 6 Bila wisatawan meminta jasa 1. Ya 2. Tidak
wisata tersebut kepada anda,
yang mana anda mampu mengusahakan?

Tahap Penjelasan
H 7 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang akan anda usahakan
(Catat dan tulis pada Lembar Data C)

Tahap Penawaran WTP


H 8 Berapa anda bersedia menerima imbalan untuk layan jasa wisata tersebut?
(Catat dalam Lembar Data D)

Akhir Wawancara

Bersediakah bila untuk diwawancarai lagi? 1. Ya 2. Tidak


(buat perjanjian tentang tempat dan waktunya)

Terima kasih

Lamp III ‐3 
Data Responden

Nama Respondent _________________________________________________________

Alamat __________________________________________________________

Kota __________________________________________________________

Telephone/ HP __________________________________________________________

Email __________________________________________________________

TTD Responden __________________________________________________________

Lamp III ‐4 
Lampiran 4.
Daftar Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari

Kode  Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari  

Eko01.00  1. Jasa dan sewa akomodasi
Eko01.1  Berkemah di pantai
Eko01.2  Menginap di bagan berumah (kelong)
Eko01.3  Menginap di rumah tinggal orang kampung
Eko01.4  Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau
Eko01.5  Sewa rumah pondok di pulau
Eko01.6  Sewa tenda
 Eko02.00 2. Budaya 
Eko02.1  Berkunjung ke situs candi
Eko02.2  Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil 
Eko02.3  Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong 
Eko02.4  Menyaksikan even religius
Eko02.5  Menyaksikan pertunjukan budaya
Eko02.6  Menyaksikan situs sejarah
 Eko03.00 3. Jasa kuliner
Eko03.1  Hidangan makanan laut
Eko03.2  Hidangan makanan lokal
Eko03.2  Menikmati kelapa muda
 Eko04.00 4. Obyek Alam
Eko04.1  Berkunjung ke danau
Eko04.2  Berkunjung ke pulau dengan pompong
Eko04.3  Melepas penyu
Eko04.4  Menyaksikan hutan bakau di pulau
Eko04.5  Menyaksikan kunang‐kunang di malam hari
Eko04.6  Menyaksikan pemandangan bawah laut
Eko04.7  Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau 
Eko04.8  Menyelusuri goa
Eko04.9  Menyelusuri hutan
Eko04.10  Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
Eko04.11  Menyelusuri sungai berhutan bakau
Eko04.12  Scuba diving di terumbu karang dengan pompong
Eko04.13  Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat
Eko04.14  Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
Eko04.15  Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat

Lanjutan ke halaman berikut..........

      Lamp IV ‐1 
Lanjutan Lampiran 4.

Kode  Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari   

 Eko05.00 5. Jasa dan sewa pemanduan
Eko05.1  Pemanduan keliling sekitar lokasi 
 Eko06.00 6. Jasa dan sewa permainan
Eko06.1  Bermain Voli
Eko06.2  Melakukan permainan air 
Eko06.3  Memancing di kelong
Eko06.4  Memancing di laut dengan pompong
Eko06.5  Memancing di laut dengan sampan
Eko06.7  Sewa 1 set scuba diving 
Eko06.6  Sewa 1 set snorkeling
Eko06.8  Sewa banana boat
Eko06.9  Sewa jetsky
Eko06.10  Sewa kayak
Eko06.11  Sewa parasut tarik (layang‐layang)
Eko06.12  Sewa pelampung renang
Eko06.13  Sewa perlengkapan renang
Eko06.14  Sewa selancar angin
 Eko07.00 7. Petualangan
Eko07.1  Berkeliling dengan mobil
Eko07.2  Berkeliling dengan pompong
Eko07.3  Berkeliling dengan sampan
Eko07.4  Berkeliling dengan sepeda motor
Eko07.5  Berkeliling dengan speetboat
 Eko08.00 8. Rekreasi & Bersantai
Eko08.1  Berenang di pantai
Eko08.2  Berjalan‐jalan di pantai
Eko08.3  Berjemur di pantai
Eko08.4  Bersantai di pantai
 Eko09.00 9.Jasa dan sewa transportasi
Eko09.1  Sewa andong
Eko09.2  Sewa becak motor
Eko09.3  Sewa dan berkeliling dengan bus
Eko09.4  Sewa pompong
Eko09.5  Sewa sampan
Eko09.6  Sewa sepeda
Eko09.7  Sewa sepeda motor
 Eko10.00 10. Lain‐lain 
Eko10.1  Cinderamata kerajinan tangan 
Eko10.2  SPA & pijat

(Sumber: Diolah dari data hasil survei PPSPL UMRAH, 2010)

      Lamp IV ‐2 
Lampiran 5.    Daftar Komponen Obyek dan Kegiatan Ekowisata Hasil Survei                                                                                            
Daya tarik
Alami    Permainan   Kegiatan Budaya
1  Biota pantai  1 Berenang 1  Berenang 1 Even
2  Danau  1.1 Berenang bebas 2  Berjalan‐jalan 2 Kampung
3  Goa  1.2 Berenang dengan pelampung 3  Berjemur 2.1 Kampung nelayan
4  Hewan liar  1.3 Perlengkapan berenang 4  Berkarang 2.2 Kampung pesisir
4.1  Penyu  2 Permainan air 5  Berkeliling 3 Kelong
5  Hutan  2.1 Banana boat 6  Berkemah 4 Perkebunan
5.1  Hutan bakau  2.2 Kayak 7  Berkunjung 4.1 Kebun Sawit
5.2  Hutan di pulau  2.3 Jetsky 8  Bersampan 4.2 Kebun Kelapa
6  Kunang‐kunang  2.4 Parasut tarik (layang‐layang) 9  Bersantai 5 Situs
7  Laut  2.5 Selancar angin 10  Duduk 5.1 Situs Bukit Kerang
8  Pantai  3 Memancing 11  Jalan‐jalan 5.2 Situs candi
8.1  Pantai surut  3.1 Memancing di kelong 12  Mandi 5.3 Situs sejarah
8.2  Pantai berpasir putih  3.2 Memancing di laut 13  Melepas Penyu 6 Umum
8.3  Pantai berhutan bakau  4 Hiking 14  Melihat‐lihat
9  Pesisir  5 Scuba diving 15  Memancing
10  Pulau  6 Snorkeling 16  Mengantar
10.1  Pulau Mapur  7 Bola voli 17  Menginap
10.2  Pulau Sentut  18  Menyantap
10.3  Pulau Beralas Bakau    19  Menyelam
10.4  Pulau Beralas Pasir  20  Menyelusuri
10.5  Pulau terdekat       
10.6  Pulau sekitar       
11  Sungai   
11.1  Sungai berhutan bakau 
12  Terumbu karang   

Lamp V ‐ 1 
Lanjutan Lampiran 5.........

Jasa
  Transportasi  Akomodasi   Kuliner   Layanan
1  Andong  1 Bagan berumah (kelong) 1  Barbeque 1 Antar‐jemput
2  Becak Motor  2 Pondok 2  Makanan laut 2 Melayani
3  Bus  2.1 Pondok teduh 2.1 Kepiting besar 3 Memandu
4  Mobil  2.2 Pondok teduh Apung 2.2 Kerang 4 Mengantar
5  Motor  3 Rumah 3  Makanan lokal 5 Melayani
6  Pompong  3.1 Rumah pondok (homestay) 3.1 Suami 6 Menjual
6.1  Pompong berjendela bawah  3.2 Rumah tinggal orang kampung 3.2 Perangi 7 Menyewakan
7  Sampan  4 Tenda 4  Minum 8 Menyediakan
8  Sepeda  4.1 Kelapa muda
9  Sepeda motor  4.2  Teh obeng
10  Speedboat  5  Kudapan
(Sumber: Hasil olah data survei PPSPL UMRAH, 2010)

Lamp V ‐ 2 
Lanjutan Lampiran 5.......

Satuan Kuantitas Lain‐lain
  Waktu  Jarak  Jumlah
1   ≤ 5 jam  1   ≤10 mil  1 1 orang 1 Cinderamata
2   ≤ 6 jam  2  < 25 mil  2 1 sepeda 2 SPA 
3  0,5 jam  3  <10 mil  3 1 sepeda motor
4  1 hari  4  > 25 mil  4 2 orang
5  1 hari 1 malam  5  Dekat  5 5 orang
6  1 jam  6  Jauh  6 8 orang
7  1,5 jam  7  Kawal‐pulau2 terdekat 7 Kelompok 5 orang
8  1/2 hari  8  Kawal‐Trikora  8 Maks 1 orang
9  3 hari  9  Kawal‐Trikora‐ Bukit Kerang 9 Maks 10 orang
10  3 hari 2 malam  10  Mapur‐Trikora 10 Maks 2 orang
11  3 jam  11  Teluk Bakau‐Pulau Beralas Pasir 11 Maks 3 orang
12  Malam  12  Teluk Bakau‐pulau2 sekitarnya 12 Maks 4 orang
13  Pagi‐sore  13  Teluk Bakau‐Trikora 13 Maks 5 orang
14  Siang‐sore  14 Maks 8 orang
15  Sore‐pagi  15 Min 10 orang
16  waktu makan  16 Min 2 orang
17 Min 8 orang
18 2x makan/hari

Lamp V ‐ 3 
Lampiran 6.
Hasil Penilaian Tingkat Kelayakan Obyek Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan
 
Kriteria ramah 
Kode  lingkungan  Dampak lain  Saran  Kelayakan 
Ekologi  Sosial 
Eko01.00  1. Jasa dan sewa akomodasi      
Eko01.01  √  √  *  Pengaturan lokasi  Layak 
Eko01.02  √  √  *  **  Layak 
Eko01.03  √  √  *  **  Layak 
Eko01.04  √  √  *  **  Layak 
Eko01.05  √  √      Layak 
Eko01.06  √  √      Layak 
Eko02.00   2. Budaya     
Eko02.01  √  √  *  Obyek mungkin tidak ada  Tidak ada 
Eko02.02  √  √  *  **  Layak 
Eko02.03  √  √  *  **  Layak 
Eko02.04  √  √  *  **  Layak 
Eko02.05  √  √  *  **  Layak 
Eko02.06  √  √  *  **  Layak 
Eko03.00  3. Jasa kuliner     
Eko03.01    √  Bahan dari biota yang  Aturan khusus  Layak bersyarat 
dilindungi 
Eko03.02  √  √  *  **  Layak 
Eko03.03  √  √  *  **  Layak 
Eko04.00  4. Obyek Alam     
Eko04.01  √  √  *  Pengelolaan danau bekas  Layak 
tambang Bauksit 
Eko04.02  √  √  *  **  Layak 
Eko04.03  √  √  *  **  Layak 
Eko04.04  √  √  *  **  Layak 
Eko04.05  √  √  *  **  Layak 
Eko04.06  √  √  *  **  Layak 
Eko04.07  √  √  *  **  Layak 
Eko04.08  √  √  *  Obyek mungkin tidak ada  Tidak ada 
Eko04.09  √  √  *  **  Layak 
Eko04.10  √  √  *  **  Layak 
Eko04.11  √  √  *  **  Layak 
Eko04.12  √    Harga dan perawatan  Usaha bersama  Layak bersyarat 
mahal, mewah 
Eko04.13  √    Harga dan perawatan  Usaha bersama  Layak bersyarat 
mahal, mewah 
Eko04.14  √  √  *  **  Layak 
Eko04.15  √    Harga dan perawatan    Layak bersyarat 
mahal, mewah 
Keterangan: untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini
Lanjut ke halaman berikut...........

Lamp VI ‐ 1 
...Lanjutan tabel Lampiran 6.
Kriteria ramah 
Kode  lingkungan  Dampak lain  Saran  Kelayakan 
Ekologi  Sosial 
Eko05.00  5. Jasa dan sewa pemanduan    
Eko06.01  √  √  *  **  Layak 
Eko06.00  6. Jasa dan sewa permainan      
Eko06.01  √  √  *  **  Layak 
Eko06.02  √  √  Polusi suara, gangguan  Aturan khusus dan tata  Layak bersyarat 
perairan  ruang 
Eko06.03  √  √  Tertangkapnya biota  Aturan khusus dan tata  Layak bersyarat 
yang dilindungi  ruang 
Eko06.04  √  √  Tertangkapnya biota  Aturan khusus dan tata  Layak bersyarat 
yang dilindungi  ruang 
Eko06.05  √  √  Tertangkapnya biota  Aturan khusus dan tata  Layak bersyarat 
yang dilindungi  ruang 
Eko06.06  √     Mahal dan mewah  Usaha bersama  Layak bersyarat 
Eko06.07  √  √        Layak 
Eko06.08  √    Mahal, polusi suara,  Aturan khusus dan tata  Tidak layak 
gangguan perairan  ruang 
Eko06.09  √    Mahal, polusi suara,  Aturan khusus dan tata  Tidak layak 
gangguan perairan  ruang 
Eko06.10  √  Mahal     Tidak layak 
Eko06.11  √    Mahal, polusi suara,  Aturan khusus dan tata  Tidak layak 
gangguan perairan  ruang 
Eko06.12  √  √        Layak 
Eko06.13  √  √        Layak 
Eko06.14  √  √  Mahal dan mewah     Tidak layak 
Eko07.00  7. Petualangan     
Eko07.01  √  √  *  **  Layak 
Eko07.02  √  √  *  **  Layak 
Eko07.03  √  √  *  **  Layak 
Eko07.04  √  √  *  **  Layak 
Eko07.05  √  √  Harga dan perawatan  Kecuali kapasitas kecil  Layak bersyarat 
mahal, mewah  dan murah 
Eko08.00  8. Rekreasi & Bersantai       
Eko08.01  √    Benturan norma  Pengaturan lokasi  Layak bersyarat 
setempat 
Eko08.02  √  √  *  **  Layak 
Eko08.03  √    Benturan norma  Pengaturan lokasi  Layak bersyarat 
setempat 
Eko08.04  √   √  *  **  Layak 
Keterangan: Untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini

Lanjut ke halaman berikutnya......


 

Lamp VI ‐ 2 
...Lanjutan tabel Lampiran 6.
Kriteria ramah 
Kode  lingkungan  Dampak lain  Saran  Kelayakan 
Ekologi  Sosial 
Eko09.00  9. Jasa dan sewa transportasi         
Eko09.01  √  √        Layak 
Eko09.02  √  √        Layak 
Eko09.03  √  Mahal     Tidak Layak 
Eko09.04  √  √        Layak 
Eko09.05  √  √        Layak 
Eko09.06  √  √        Layak 
Eko09.07  √  √        Layak 
Eko10.00  10. Lain‐lain      
Eko10.01    √  Bahan dari biota yang  Aturan khusus  Layak bersyarat 
dilindungi 
Eko10.02  √  √  *  **  Layak bersyarat 

Keterangan:
1. Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. √ : Adanya tanda ini berarti bahwa obyek ekowisata adalah positif memenuhi memenuhi
kriteria, sebaliknya berarti negatif
3. *) Dampak negatif dapat timbul bila melewati daya dukung ekologi, fisik, dan sosial
Daya dukung dapat diartikan sebagai jumlah total, atau beberapa atau salah satu
komponen satuan kuantitas obyek ekowisata tersebut telah mencapai angka tertentu
sebelum menimbulkan hal-hal yang tidak dapat di toleransi.
4. **) Memerlukan aturan dan etika ekowisata yang jelas dan tegas
5. Layak: Obyek : obyek ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan
6. Layak bersyarat : obyek ekowisata baru layak ramah lingkungan bila telah
memenuhi persyaratan tertentu

Lamp VI ‐ 3 
Lampiran 7.
Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan dan Mampu Diusahakan
oleh masyarakat Kabupaten Bintan
 
No Objek dan Kegiatan Ekowisata yang di Tawarkan Masyarakat
1 Berkeliling dengan mobil
2 Berkeliling dengan pompong
3 Berkeliling dengan sampan
4 Berkeliling dengan sepeda motor
5 Berkeliling dengan speetboat
6 Berkunjung ke pulau dengan pompong
7 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
8 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
9 Cinderamata kerajinan tangan
10 Hidangan makanan laut
11 Memancing di bagan berumah (kelong)
12 Memancing di laut dengan pompong
13 Memancing di laut dengan sampan
14 Menginap di rumah tinggal orang kampung
15 Menikmati kelapa muda
16 Menyaksikan hutan bakau di pulau
17 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari
18 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau
19 Menyelusuri hutan
20 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
21 Menyelusuri sungai berhutan bakau
22 Pemanduan keliling sekitar lokasi
23 Sewa 1 set scuba diving
24 Sewa 1 set snorkeling
25 Sewa kayak
26 Sewa parasut tarik (layang-layang)
27 Sewa pompong
28 Sewa rumah pondok di pulau
29 Sewa sampan
30 Sewa selancar angin
31 Sewa sepeda
32 Sewa sepeda motor
33 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
34 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
 
 
   

Lamp VII ‐ 1 
Lampiran 8.
Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan
 
No Objek dan Kegiatan Ekowisata yang diminati Wisatawan
1 Berenang di pantai
2 Berjalan-jalan di pantai
3 Berjemur di pantai
4 Berkeliling dengan pompong
5 Berkeliling dengan sampan
6 Berkeliling dengan sepeda motor
7 Berkemah di pantai
8 Berkunjung ke danau
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
10 Berkunjung ke situs candi
11 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
12 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
13 Bermain bola voli
14 Bersantai di pantai
15 Hidangan makanan laut
16 Hidangan makanan lokal
17 Melakukan permainan air
18 Melepas penyu
19 Memancing di laut dengan pompong
20 Memancing di laut dengan sampan
21 Menginap di bagan berumah (kelong)
22 Menginap di rumah tinggal orang kampung
23 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau
24 Menikmati kelapa muda
25 Menyaksikan even religius
26 Menyaksikan hutan bakau di pulau
27 Menyaksikan pemandangan bawah laut
28 Menyaksikan pertunjukan budaya
29 Menyaksikan situs sejarah
30 Menyelusuri goa
31 Menyelusuri hutan
32 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
33 Menyelusuri sungai berhutan bakau
 
Dilanjutkan ke halaman berikut…. 
 
 
 
 
 
 

Lamp VIII ‐ 1 
 
Lanjutan Lampiran 8....... 
 
34 Pemanduan keliling sekitar lokasi
35 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong
36 Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat
37 Sewa 1 set scuba diving
38 Sewa 1 set snorkeling
39 Sewa andong
40 Sewa banana boat
41 Sewa becak motor
42 Sewa dan berkeliling dengan bus
43 Sewa jetsky
44 Sewa pelampung renang
45 Sewa perlengkapan renang
46 Sewa pompong
47 Sewa sampan
48 Sewa selancar angin
49 Sewa sepeda
50 Sewa sepeda motor
51 Sewa tenda
52 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
53 SPA & Pijat
 

Lamp VIII ‐ 2 
 
TEAM WOR
RK PPS
SPL UM
MRAH
 
     
Name
N : Ariief Pratomo, S.T, M.Si
Work
W : Doosen FIKP UMMRAH
Address
A : Kaampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Conservvasi Specialistt
e-mail
e : ppspl.umrah@ggmail.com 
   
 
 
       
Name
N : Doony Apdillah, S.Pi, M.Si
Work
W : Doosen FIKP UMMRAH
Address
A : Kaampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Policy Specialist
S
e-mail
e : donyapdillah@ggmail.com 
   
   
 
   
Name
N : Faalmy Yandri, S.Pi,
S M.Si
Work
W : Doosen FIKP UM
MRAH
Address
A : Kaampus FIKP UUMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Ecotourrism Specialistt
e-mail
e :  pp
pspl.umrah@ggmail.com 
 
   
 
   
  Name
N : Meeta Yuliana
  Work
W : Maahasiswi Proddi MSP - FIKP P UMRAH
  Address
A : Tambelan – Ka abupaten Bin ntan
  Job
J on the team
m : Addministrasi & Field Assistan
nt
     
     
     
 
   
  Name
N : Roosnah
  Work
W : Ma ahasiswi Proddi MSP - FIKP
P UMRAH
  Address
A : Tanjungpinang g
  Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entryy
     
     
     
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
  Name
N : R. Vendi
V Wicakssono
  Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH
U
  Address
A : Tan njungpinang
  Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry
   
     
     
 
       
  Name
N : M. Ali Imron
  Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL - FIKP UMRAH
  Address
A : Tan njungpinang
  Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry
     
     
     
 
       
  Name
N : Zallman Tusiro
  Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH
U
  Address
A : Tan njungpinang
  Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry
   
     
     
 
 

Anda mungkin juga menyukai