GENDA 2010
DISUSUN OLEH
TIM WORK
Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai
Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di
Kabupaten Bintan
PENANGGUNG JAWAB : DONY APDILLAH, S.Pi, M.Si (KETUA PPSPL UMRAH)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya,
Laporan Akhir penelitian ini yang berjudul “Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari
sebagai Mata Pencaharian Alternatif bagi Masyarakat di Kabupaten Bintan” dapat
diselesaikan.
Laporan penelitian ini berisi obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang dapat menjadi Mata
Pencaharian Alternatif (MPA) bagi masyarakat Kabupaten Bintan, dengan klasifikasi layak
usaha dan ramah lingkungan, layak usaha bersyarat dan ramah lingkungan dan ekowisata yang
tidak layak usaha serta potensi ekonominya. Selanjutnya dari isu dan permasalahan yang
teridentifikasi selama penelitian kami mencoba sumbang saran dalam kebijakan
pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan.
Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Maritim Raja Ali Haji
(PPSPL UMRAH) Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau, mengucapkan terima
kasih kepada Coral Reef Information and Training Center (CRITC COREMAP LIPI)
atas diberikannya kepercayaan pada kami untuk melakukan studi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak terkait, yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam membantu kelancaran proses penyelesaian Laporan
Akhir ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
PPSPL UMRAH
ii | P a g e
WtyàtÜ \á|
KATA PENGANTAR…………………………………………………................ ii
DAFTAR ISI ……………….....………………..……………………………….. iii
DAFTAR TABEL………….....………………..………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……….....………………..………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN……….....………………..………………………………... viii
RINGKASAN EKSEKUTIF…………………………………………………….. ix
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ….................………….………………………………... 1
1.2. Tujuan........... ......................................................................................... 3
1.3. Pembatasan Lingkup Daerah kajian ....................................................... 3
1.4. Luaran ......... .......................................................................................... 3
2. METODOLOGI
2.1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 4
2.2. Waktu Penelitian .................................................................................... 4
2.3. Peralatan dan Bahan ............................................................................... 4
2.4. Perolehan Data Sekunder ....................................................................... 6
2.5. Perolehan Data Primer ............................................................................ 6
2.5.1. Pemilihan Responden…………………………………………… 9
2.5.2. Inventarisasi dan Identifikasi Potensi Obyek dan Kegiatan
Ekowisata Bahari……………………………………………….. 9
2.5.3. Pengukuran Willingness to Accept (WTA) dan
Willlingness to Pay (WTP) …………………………………….. 11
2.6. Analisa Data ......................................................................................... 13
2.6.1. Penilaian Obyek Ekowisata Ramah Lingkungan ……………. 13
2.6.2. Analisis Kelayakan Usaha Ekowisata Bahari sebagai
Mata Pencaharian Alternatif…………………………………… 14
2.6.3. Analisis Potensi Ekonomi Ekowisata Bahari………………….. 15
2.6.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari ………… 16
iii | P a g e
4. KARAKTERISTIK RESPONDEN
4.1. Masyarakat ............................................................................................. 29
4.2. Wisatawan ....................... ...................................................................... 31
4.3. Persepsi Wisatawan Terhadap Ekowisata ............................................. 39
iv | P a g e
WtyàtÜ gtuxÄ
Tabel 2.1. Tahapan Perolehan dan Analisa Data……………......................................... 7
Tabel 2.2. Kriteria Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Ramah Lingkungan............... 14
Tabel 3.1. Data Luas Wilayah dan Kependudukan per Kecamatan Tahun ................… 19
Tabel 3.2. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Bintan Tahun 2009...... 19
Tabel 3.3. Potensi Wisata di Kabupaten Bintan…..............…………............................. 20
Tabel 3.4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara di Kabupaten Bintan ............. 23
Tabel 3.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara berdasarkan kebangsaan…… 23
Tabel 3.6. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara menurut Pangsa Pasar….. 25
Tabel 3.7. Jumlah Usaha dan Tempat Duduk Rumah Makan di Kabupaten Bintan........ 28
Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis Responden..44
Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil Survey di
Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya............................................. 51
Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Di Pulau Mapur .......... 52
Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan Hasil
Survei di Desa Sebong Lagoi.......................................................................... 53
Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah
Lingkungan..................................................................................................... 56
Tabel 6.2. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan
Ramah Lingkungan ....................................................................................... 60
Tabel 6.3. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Tidak Layak
sebagai Ekowisata Berbasis Masyarakat........................................................ 61
Tabel 6.4. Kegiatan Obyek Ekowisata Bahari yang Layak untuk Dikembangkan sebagai
Mata Pencaharian Alternatif............................................................................ 62
Tabel 6.5. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Mampu Diusahakan Masyarakat namun
tidak sesuai dengan yang diinginkan Wisatawan…......................................... 63
Tabel 6.6. Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan namun Belum
Mampu Diusahakan Masyarakat….................................................................. 64
Tabel 6.7. Rata-rata nilai Willingness To Accept (WTA) setiap Obyek dan Kegiatan
Ekowisata yang Diberikan oleh Masyarakat.................................................. 66
Tabel 6.8. Rata-rata nilai Willingness To Pay (WTP) tidak bernilai Nol setiap Obyek dan
Kegiatan Ekowisata yang Diberikan oleh Wisatawan.................................. .67
Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha................................................... 68
Tabel 6.10. Daftar Urutan Prioritas Pengembangan Obyek Ekowisata........................... 69
Tabel 6.11. Perkiraan Jumlah Kunjungan Wisatawan Manca Negara dan Kontribusi
Potensi Nilai Ekonominya........................................................................... 71
Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata
Bahari di Kabupaten Bintan…......................................................................... 76
v | P a g e
WtyàtÜ ZtÅutÜ
Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian…………….......................……........…................... 5
Gambar 2.2. Bagan Alur Penelitian……………………………………........................ 8
Gambar 4.1. Komposisi Responden Masyarakat berdasarkan umur............................. 31
Gambar 4.2. Komposisi Responden Masyarakat berdasar Jenis Kelamin..................... 31
Gambar 4.3. Komposisi responden masyarakat berdasar jenis pekerjaan .................... 31
Gambar 4.4. Komposisi responden masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan .......... 32
Gambar 4.5. Komposisi responden masyarakat berdasarkan pendidikan …….............. 32
Gambar 4.6. Komposisi responden wisatawan menurut umur....................................... 33
Gambar 4.7. Komposisi responden wisatawan berdasarkan jenis wisatawan................. 34
Gambar 4.8. Komposisi responden wisatawan mancanegara menurut negara asal......... 35
Gambar 4.9. Komposisi responden wisatawan nusantara menurut asalnya..................... 35
Gambar 4.10. Komposisi responden wisatawan (wisman dan wisnus) berdasarkan
pendapatan ............................................................................................. 36
Gambar 4.11. Komposisi responden wisatawan berdasarkan anggaran pengeluaran untuk
wisata...................................................................................................... 37
Gambar 4.12. Perbandingan persentase pendapatan responden wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara.......................................................................... 38
Gambar 4.13. Perbandingan persentase anggaran pengeluaran wisata responden wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara................................................... 38
Gambar 4.14. Perbandingan tingkat pendidikan responden wisatawan nusantara dan
wisatawan mancanegara.......................................................................... 39
Gambar 4.15. Persepsi responden wisatawan nusantara yang datang berkunjung di
Kabupaten Bintan terhadap ekowisata..................................................... 40
Gambar 4.16. Persepsi responden wisatawan mancanegara yang datang berkunjung di
Kabupaten Bintan terhadap ekowisata..................................................... 41
Gambar 5.6. Staging Objek Wisata Bukit Kerang, di Desa Kawal…............................... 48
Gambar 5.8. Kondisi perumahan masyarakat di Pulau Mapur……................................... 50
Gambar 7.1. Focused Group Discussion (FGD) dengan Masyarakat Desa Mapur.... 72
Gambar 7.2. Selain FGD, juga dilakukan pendekatan wawancara mendalam........... 74
Gambar 7.3. Pola Pengembangan Ekowisata pada saat ini di Kabupaten Bintan....... 79
Gambar 7.4. Arahan Kebijakan Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Bintan...... 83
vi | P a g e
WtyàtÜ _tÅÑ|ÜtÇ
vii | P a g e
Ringkasan Eksekutif
A. Pendahuluan
ix | P a g e
masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif
komunitas. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual
(Depbudpar-WWF-Indonesia 2009).
Namun dalam rangka pengembangan ekowisata bahari berbasis
masyarakat di Kabupaten Bintan, perlu memperhatikan aspek kemampuan
masyarakat, ketertarikan wisatawan, dan aspek lingkungan yang dapat uraikan
dalam pertanyaan permasalahan:
‐ Apa yang diinginkan dan mampu dikerjakan oleh masyarakat?
‐ Apa yang diinginkan dan diminta oleh wisatawan?
‐ Apakah ekowisata bahari tersebut layak sebagai mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat dan ramah lingkungan?
x | P a g e
dibuat dalam bahasa Inggris. Responden penelitian ini terdiri dari masyarakat
pesisir dan nelayan, wisatawan dan pelaku usaha wisata.
B. HASIL
1) Hasil identifikasi dan inventarisasi, terdapat 62 potensi obyek dan kegiatan
ekowisata bahari di Kabupaten Bintan, yang dapat dijadikan mata
pencaharian alternatif bagi masyarakat.
2) Ekowisata bahari berpotensi sebagai mata pencaharian alternatif
masyarakat Kabupaten Bintan karena:
masyarakat mempunyai pengetahuan lokal yang luas dan terperinci
mengenai kondisi lingkungan dan sumberdaya pesisir dan laut bahari
yang berpotensi dijadikan obyek dan kegiatan ekowisata bahari di
daerah sekitar mereka
masyarakat mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai bidang
usaha dan mata pencaharian alternatif mereka
memberdayakan masyarakat tempatan, mengandalkan sumberdaya
lokal berupa sarana penunjang yang relatif murah, tersedia, dan mudah
dilakukan masyarakat tempatan
memberi nilai tambah ekonomi sehingga dapat meningkatkan tingkat
pendapatan masyarakat
xi | P a g e
3) Obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang ditawarkan masyarakat
Kabupaten Bintan sesuai dengan yang diinginkan wisatawan dimana
wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara tertarik dan bersedia
membayar 22 obyek dan kegiatan obyek dan kegiatan ekowisata bahari
yang ditawarkan masyarakat.
4) Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah
lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut
tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek
dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara
ekologi maupun sosial-budaya.
5) Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan
rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan rata-
rata imbalan yang diminta masyarakat.
6) Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi
ekowisata di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 adalah sebesar Rp.
109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar
21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
7) Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan
dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di
Kabupaten Bintan
8) Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di
Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya
adalah:
9 Menyusuri sungai berhutan bakau
9 Menyusuri hutan
9 Berkeliling dengan sepeda motor
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
9 Menikmati buah kelapa muda
9 Penyewaan sepeda motor
9 Penyewaan snorkling
9 Menginap di rumah tinggal orang kampung
9 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang
9 Hidangan makanan laut
9 Menyaksikan hutan bakau di pulau
9 Menyusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
xii | P a g e
9 Snorkling di areal terumbu karang
9 Memancing di laut dengan pompong
9 Penyewaan scuba diving
9 Sewa sampan.
9) Isu dan permasalahan pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten
Bintan terdiri dari :
¾ Isu Ketidakharmonisan Hubungan antara Masyarakat dan Pengusaha
Pariwisata.
¾ Kurangnya Pembinaan dan Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat oleh Pemerintah Daerah
¾ Isu Privatiasasi Lahan Pantai yang seharusnya merupakan open
acces
10) Usulan strategi pengembangan ekowisata bahari adalah sbb :
a) Perlu dibentuk Lembaga Koordinasi Ekowisata di tingkat Kabupaten.
Lembaga ini berdasarkan pada Surat Keputusan Bupati Bintan. Hal ini
sesuai dengan instruksi Permendagri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
b) Menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RPKD) bidang
pariwisata secara terpadu dan berbasis masyarakat. RKPD ini berisi
dokumen Rencana Pengelolaan, Rencana Zonasi dan Rencana Aksi
pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat. RKPD yang disusun akan
menjadi acuan dalam setiap proses pengembangan ekowisata dan
dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
c) Penguatan dan pembinaan kelembagaan kelompok masyarakat di tingkat
desa sebagai pilar pengelola ekowisata di level terbawah/ lapangan.
Untuk tahap awal kelembagaan yang telah ada diberdayakan dan dibina
agar lebih optimal, jika pendekatan ini berjalan efektif bukan tidak
mungkin model ini akan menjamur atau diadopsi oleh tempat-tempat lain
atau dapat dengan sengaja dikembangkan di daerah lain yang memiliki
karakteristik dan potensi ekowisata yang diminati oleh wisatawan.
d) Penyusunan paket-paket wisata bahari berbasis masyarakat dan
melakukan pembinaan, pendampingan kepada kelompok masyarakat di
tingkat desa.
xiii | P a g e
e) Melakukan kerjasama dengan jejaring ekowisata yang ada di tingkat
nasional maupun internasional, biro perjalanan/travelling dan pelaku
wisata swasta, sehingga pemasaran potensi obyek ekowisata masyarakat
yang pada saat ini masih sangat tergantung pada wisatawan lokal dapat
meningkat melalui hubungan kerjasama dengan jejaring ekowisata
xiv | P a g e
PPSPL UMRAH
(Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir & Lautan
Universitas Maritim Raja Ali Haji)
I. PEN
NDAHU
ULUAN
I
I.1. Latar Belakang
Kabupaten Bintan
B meru
upakan salah
h satu daera
ah tujuan wisata bahari di Provinsi
Kepulauan Riau. Kawa
asan wisata
a utamanya
a adalah La
agoi, Pantai Sakerah,
ora, selain itu
Pantai Triko i terdapat pula penge
embangan lokasi wisata
a di Pulau
Nikoi dan Pulau
P Mapurr dan kawassan wisata la
ainnya di se
epanjang pa
antai Pulau
Bintan bagian Timur. Andalan
A da
aya tarik wis
satanya berupa ketena
angan dan
keindahan panorama
p pa
antai yang b
berpasir putih
h dengan pe
erairan laut yang
y jernih
serta
s keanekaragaman kehidupan bawah
b laut yang
y mempe
esona. Perkkembangan
sarana
s dan prasarana wisata
w terlih
hat dari dere
etan villa ata
aupun resorrt wisata di
sepanjang
s pantainya.
p S
Selain itu, kekayaan sum
mberdaya ha
ayati pesisir dan pulau-
pulau kecil di Kabupatten Bintan dapat berpo
otensi menjjadi daya ta
arik wisata
mberdaya te
bahari. Sum ersebut meliputi ekosis
stem mangrrove, lamun
n, terumbu
karang, dan daerah pen
neluran penyyu (PPSPL UMRAH-CRI
U ITC LIPI 201
10).
Pemanfaat terbesar
t jasa pariwisata
a saat ini ad
dalah para in
nvestor yang
g bermodal
besar, walaupun ada sebagian
s ma
asyarakat ya
ang membe
entuk kelompok usaha
wisata.
w tetap
pi sebagian besar dari m
mereka massih merasa ssebagai peno
onton. Ada
persepsi ba
ahwa pengusaha wisa
ata hanya mementingkkan keuntungan bagi
dirinya
d send
diri dan tida
ak pernah m
melibatkan masyarakat
m sekitarnya. Selain itu,
masyarakat merasa ma
asih kurangn
nya peran pemerintah
p d
daerah seca
ara terpadu
dalam
d mem
mfasilitasi pe
engembangan pariwisa
ata berbasiss masyarakkat, hal ini
memunculka
an konflik pe
emanfaatan jasa lingkungan antara
a pelaku usa
aha wisata
dengan
d mas
syarakat.
PPSPL
P UMRAH – CRITC LIPI 1|
Namun jika pengelolaan pariwisata bila dilakukan secara bijak dan tepat dapat
dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang bersifat ramah lingkungan dan
berkelanjutan, dengan keterlibatan masyarakat ternyata dapat menambah
penghasilan serta mendorong masyarakat lebih menjaga sumberdaya alam dan
lingkunannya. Hal ini selaras dengan program COREMAP dalam mengemban
misi pelestarian kehidupan bahari terutama terumbu karang dimana salah satu
programnya adalah mengurangi tingkat degradasi ekosistem laut (CRITC,
COREMAP II, LIPI 2007). Pada umumnya daerah pengembangan wisata di
Kabupaten Bintan berada dalam wilayah program COREMAP, yaitu tepatnya di
sepanjang Pantai Trikora yang meliputi Desa Teluk Bakau dan Malang Rapat,
Kabupaten Bintan.
• Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism)
• Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi)
• Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata)
• Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi)
• Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi
masyarakat dan ekonomi).
Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian potensi
ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan dan
menjadikannya sebagai nilai tambah ekonomi masyarakat melalui Mata
Pencaharian Alternatif (MPA), sekaligus menjadi bagian upaya pelestarian
kehidupan pesisir dan laut di kabupaten Bintan.
I.2. Tujuan
Daerah kajian yang tercakup dalam penelitian ini lokasi wisata di Pulau Bintan
Bagian Timur meliputi daerah Lagoi, Pantai Trikora, dan Kepulauan Mapur.
I.4. Luaran
II. ME
ETODO
OLOGI
I
II.1. Loka
asi Penelitia
an
Lokasi pene
elitian pada kegiatan inii dibagi men
njadi 3 (tiga
a) kategori 1) kawasan
wisata
w ope
en acces (public) melliputi kawassan wisata Pantai Trrikora dan
sekitarnya;
s ng Rapat, T
Desa Malan Teluk Bakau, Kawal. 2) kawasan wisata
w yang
embang me
belum berke eliputi Desa Mapur dan
n 3) Kawassan wisata yang
y telah
berkembang
g yakni kawa arnya (Gambar 2.1.).
asan Resort Wisata Logoi dan sekita
2.2.
2 Wak
ktu Penelitia
an
Penelitian in
ni dilaksanakan selama lebih kuran
ng 3 (tiga) bulan,
b mulai dari Bulan
Juni
J sampaii Septemberr 2010.
2.3.
2 Pera
alatan dan Bahan
B
Peralatan ya
ang digunakkan dalam pe
enelitian ini adalah
a seba
agai berikut:
‐ Alat dokumentas
si (digital cam
mera)
‐ d Recorder
Hand
‐ Kuessioner dan le
embar data yyang diperlu
ukan
‐ Buku
u dan alat tulis
‐ Kom
mputer dan printer
‐ GPS
S (Global Possitioning Sysstem)
P
PPSPL UMRAH CRITC LIPI 4|
Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian
Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait pariwisata dan masyarakat
nelayan di Kabupaten Bintan. Berikut daftar data sekunder tersebut :
Garis besar penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menginventarisir dan
mengidentifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata yang mampu dilakukan
oleh masyarakat dan yang diinginkan oleh wisatawan. Kemudian dicari besaran
secara satuan mata uang (monetisasi) melalui kesediaan menerima imbalan oleh
masyarakat dan kesediaan membayar oleh wisatawan untuk setiap obyek dan
kegiatan ekowisata. Selanjutnya dilakukan analisis tingkat kelayakan obyek dan
kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan untuk dikembangkan sebagai “Mata
Kesediaaan Kesediaan
menerimma kemamppuan Keinginaan unttuk
imbalann/ meembayar/
Willingn
ness to
masyaraakat wisataw
wan Willingness
Accept (WTA) to Pay (WTP)
YA YA YA
A
Arahan
n Kebijakan Pengembaangan Ekow wisata Bahari
sebagai M harian Alterrnatif
Mata Pencah
YA
Gambar
G 2.2. Bagan Alur Penelitian
n
P
PPSPL UMRAH CRITC LIPI 8|
2.5.1. Pemilihan Responden
a) Masyarakat
Responden masyarakat terdiri atas masyarakat yang bermata
pencaharian nelayan dan bukan nelayan yang berada di daerah
kajian..
b) Wisatawan
Responden wisatawan terdiri atas wisatawan nusantara dan
wisatawan asing yang berkunjung di kawasan wisata di daerah kajian.
d. Lain-lain
Menyatakan untuk komponen lain yang tidak tercakup komponen
yang telah disebut sebelumnya
C. Tahap Konfrontasi
Setelah nama obyek dan kegiatan ekowisata dibakukan, selanjutnya
daftar ekowisata yang didapat dari masyarakat ditanyakan kepada
wisatawan, demikian juga sebaliknya. Tahap ini dilakukan agar
mendapatkan sebanyak mungkin potensi obyek dan kegiatan ekowisata
yang mampu dilakukan oleh masyarakat tetapi diinginkan pula oleh
wisatawan.
WTA adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah
minimum pendapatan seseorang untuk menerima penurunan sesuatu (Fauzi
2004). Dalam konteks penelitian ini, penurunan sesuatu dapat diartikan,
misalkan, masyarakat mau menggantikan pekerjaan nelayan dengan pekerjaan
jasa ekowisata bahari. Karena itu, makna perolehan nilai WTA akan
menggambarkan kesediaan masyarakat mengganti pekerjaan lain pada saat
tertentu untuk dialihkan ke ekowisata bahari. Hal ini terjadi karena:
‐ Pendapatan hasil ekowisata bahari besarnya sama atau lebih dari
pendapatan pekerjaan yang digantikan
WTP adalah konsep penilaian sumberdaya non pasar dengan mengukur jumlah
maksimum seseorang yang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk
memperoleh barang dan jasa lainnya. Nilai WTP secara umum akan berkisar
antara 0 hingga sebesar pendapatan individu responden (Fauzi 2004). Dalam
konteks penelitian ini, nilai WTP bagi wisatawan adalah kesediaan wisatawan
membayar jasa atau barang ekowisata bahari yang ditawarkan oleh masyarakat.
Dalam hal ini WTP akan memberikan makna:
Informasi nilai WTA dan WTP dalam penelitian ini diperoleh dengan metode
Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini adalah salah satu metode
berbasis survei untuk mengestimasi seberapa besar penilaian seorang/
masyarakat terhadap barang, jasa, dan kenyamanan. Metode ini banyak
digunakan untuk mengestimasi nilai sesuatu yang tidak (atau belum)
diperjualbelikan di pasar (Patunru 2004).
A. Pengukuran WTA:
‐ Mempertanyakan kesediaan responden masyarakat yang mampu
mengusahakan obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu
untuk menerima imbalan dari wisatawan bila ada wisatawan yang
menginginkannya
‐ Kemudian bila nilai WTA diperoleh, maka diusahakan dilakukan
penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTA terendah yang
masih mau diterima oleh responden masyarakat yang diwawancarai
B. Pengukuran WTP:
‐ Mempertanyakan kesediaan responden wisatawan yang tertarik
obyek dan/ atau kegiatan ekowisata bahari tertentu untuk membayar
kepada masyarakat bila ada masyarakat yang menawarkannya
‐ Kemudian bila nilai WTP diperoleh, maka diusahakan dilakukan
penawaran sehingga dicapai kesepakatan nilai WTP tertinggi yang
masih mau diterima oleh responden wisatawan yang diwawancarai
A. Secara Kualitatif
Obyek dan kegiatan ekowisata bahari layak sebagai mata pencaharian
alternatif secara kualitatif bila:
‐ Terdapat pertemuan antara obyek dan/ atau kegiatan ekowisata yang
mampu dilakukan oleh masyarakat dengan yang diinginkan pula oleh
wisatawan
‐ Obyek dan kegiatan ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan
baik secara ekologis maupun sosial-budaya.
B. Secara Kuantitatif
Untuk obyek dan kegiatan ekowisata bahari tertentu, ekowisata tersebut
dinyatakan layak secara kuantitatif atau dapat dikatakan layak usaha
sebagai mata pencaharian alternatif bila:
‐ Nilai WTP suatu obyek dan kegiatan ekowisata bahari lebih dari
Rp.0,- (WTP > 0) dan
‐ Nilai WTP sama dengan atau lebih dari WTA untuk obyek dan/ atau
kegiatan ekowisata bahari yang sama (WTP ≥ WTA).
‐ Penilaian kelayakan ini secara agregat dapat dicari dengan
membandingkan rata-rata total nilai WTP yang bukan nol dan
dibandingkan dengan rata-rata total WTA yang bukan nol pula.
PE = WTPrerata x W
Dimana:
Bila diperoleh data jumlah kunjungan secara time series menunjukkan tren
meningkat, maka secara proposional, potensi ekonomi ekowisata bahari pada
masa mendatang dapat diestimasikan dengan cara analisa regresi dimana
jumlah kunjungan wisatawan sebagai variabel terikat dan tahun kunjungan
sebagai variabel bebas. Perumusan pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
W = W(t)
W(t) = α1 + α2 x t
W(t) adalah estimasi jumlah kunjungan mendatang yang didapat dari hasil
analisa regresi dimana:
α1 dan α2 = konstanta
t = tahun kunjungan mendatang
maka:
PE = WTPrerata x (α1 + α2 x t)
Tahapan berikutnya dianalisis lebih lanjut untuk menghasil arahan kebijakan bagi
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bintan, pelaku usaha ekowisata bahari, dan
pengelola konservasi antara lain berupa:
• Rekomendasi Aspek Pola Pengembangan Ekowisata Bahari yang
Berbasis Masyarakat
• Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari Berbasis
Masyarakat
Kabupaten Bintan
B mem
miliki karakterristik geogra
afis yang uniik dan khusu
us, dimana
wilayahnya
w terdiri dari daratan
d dan perairan de
engan dikelilingi pulau-p
pulau kecil,
hal ini merupakan ciri kh
has wilayah kepulauan. Karakteristik geografis ini menjadi
modal dasar potensi pa
ariwisata di Kabupaten Bintan. Sela
ain itu, letak
k geografis
Kabupaten Bintan sa
angat strategis, na
karen berada di jalur pelayaran
al, dan berrbatasan lan
internasiona ngsung den
ngan dua negara ASE
EAN yaitu
Singapura
S dan
d Malaysia
a. Kondisi ini otomatis menjadi
m jalur utama bagi masuknya
wisatawan
w terutama wissatawan man
ncanegara.
Secara
S geo
ografis, wila
ayah Kabup
paten Bintan di sebelah Utara berbatasan
b
dengan
d Kab
bupaten An
nambas, Sin
ngapura, da
an Malaysia
a. Di sebela
ah Selatan
berbatasan dengan Kab
bupaten Ling
gga dan Pro
ovinsi Bangkka Belitung. Di sebelah
atasan denga
Barat berba an Kota Battam dan Kotta Tanjungp
pinang. Dan di sebelah
Timur
T berba
atasan denga
an Kabupate
en Natuna dan Provinsi Kalimantan Barat.
Secara
S geollogis, pulau--pulau yang ada di wilayyah Kabupa
aten Bintan merupakan
m
bagian dari paparan Sunda. Pulau-pulau terseb
but terbentuk dari forma
asi vulkanik
atau
a sisa-siisa erosi pa
ada waktu pencetusan daerah da
aratan prate
ersier yang
membentang dari Sem
menanjung Malaysia di
d Utara sa
ampai Pulau
u Bangka-
Belitung di Selatan.
S Pulau utama ya
ang luasnya
a relatif besa
ar dan merup
pakan luas
utama dari Kabupaten Bintan adallah Pulau Bintan.
B Secara umum wilayah
w dari
PPSPL
P UMRAH – CRITC LIPI 17 | P
pulau-pulau di Kabupaten Bintan berbukit-bukit dengan lembah yang landai di
pesisir pantai. Kabupaten Bintan dikaruniai pesisir dan pulau dengan garis pantai
berpasir yang indah sehingga wisata bahari menjadi andalan utama bagi sector
pariwisata.
Sungai-sungai yang ada umumnya kecil dan dangkal, tidak banyak berarti buat
lalu lintas air dan pelayaran. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan
dan sudah dimanfaatkan buat sumber air minum kota Tanjungpinang. Walaupun
begitu, tepi sungai di Kabupaten Bintan di banyak ditumbuhi oleh hutan bakau.
Obyek alam ini berpotensi dimanfaatkan sebagai obyek ekowisata penelusuran
sungai berhutan bakau dengan perahu motor.
Kondisi iklim Pulau Bintan termasuk nyaman untuk berbagai kegiatan berwisata.
Pulau Bintan beriklim tropis basah dengan temperatur rata-rata terendah 20o
Celcius dan tinggi rata-rata 33o Celcius. Tekanan udara rata-rata 1.011 mbs dan
kelembaban berkisar antara 55 – 100 persen. Curah hujan per tahun mencapai
2.000 milimeter, bulan Nopember dan Desember merupakan bulan yang curah
hujan tertinggi sedangkan curah hujan terendah biasanya terjadi pada bulan
Maret dan April (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bintan 2008).
Berdasarkan pada laporan BPS Kabuten Bintan 2008, hasil Sensus Penduduk
tahun 2000 penduduk Kabupaten Bintan berjumlah 105.479 jiwa. Selama kurun
waktu 2000 – 2007 pertumbuhan penduduk rata-rata 1,37 persen pertahun.
Salah satu ciri khas masalah kependudukan di Kabupaten Bintan adalah
persebarannya tidak merata. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
penduduknya mendiami pesisir pantai, sentra perdagangan dan daerah
pariwisata. Terdapat dua Kecamatan yang penduduknya diatas 30 ribu jiwa yaitu
Kecamatan Bintan Timur dan Bintan Utara dengan kepadatan penduduk di atas
100 jiwa per km2. Sedangkan Kecamatan Teluk Sebong dan Tembelan hanya
dihuni 27 jiwa per km2..
Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif
bagi pengembangan pariwisata. Secara umum, keanekaragaman sumberdaya
alam yang sangat potensial bagi pengembangan pariwisata meliputi
pegunungan, panorama, air terjun, danau, pesisir pantai dan keindahan bawah
laut. Sedangkan potensi seni dan budaya terdiri dari berbagai jenis seni budaya
daerah, peninggalan sejarah, maupun even-even tradisional (lihat Tabel 3.1.)
Secara umum, beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dikelola dan terdapat
di Kabupaten Bintan, diantaranya adalah sebagai berikut (Disparbud Kabupaten
Bintan 2008):
A. Wisatawan Mancanegara
Kabupaten Bintan memiliki objek wisata unggulan seperti objek wisata alam
dan wisata bahari. Jarak yang relatif dekat dengan negara tetangga yaitu
Singapura dan Malaysia, serta ditunjang oleh armada angkutan laut yang
baik, dapat memberikan kemudahan bagi wisatawan mancanegara
mengunjungi Kabupaten Bintan melalui pintu masuk Pelabuhan Bandar Sri
Bintan Telani Lagoi. Keunggulan wisata bahari Bintan merupakan daya tarik
tersendiri bagi wisatawan mancanegara untuk mengunjungi, yang pada
akhirnya mereka menjadi sebagai daerah tujuan wisata.
B. Wisatawan Nusantara
Pantai Trikora yang terletak di sepanjang pesisir Kecamatan Gunung Kijang
merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan
domestik. Walaupun kondisi pantai yang belum dikelola secara profesional,
keadaan pantai yang indah dan alami mampu menarik wisatawan nusantara
terutama pada akhir pekan. Letak geografis yang berdekatan dengan Kota
Tanjungpinang menjadikan Pantai Trikora sebagai tempat rekreasi utama
A. Usaha Akomodasi
Salah satu kegiatan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Bintan adalah menginap di hotel, baik hotel berbintang maupun non bintang.
Perusahaan/ usaha akomodasi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu hotel
berbintang dan hotel non bintang (melati). Perbedaan ini muncul berdasarkan
pada penilaian terhadap fasilitas yang disediakan pihak perusahaan/ usaha
akomodasi untuk tamunya.
Dilihat dari sisi penyediaan kamar dan tempat tidur, peranan hotel berbintang
sangat menonjol dibandingkan hotel non bintang. Dari 13 hotel berbintang
yang ada pada tahun 2006, tersedia 1.388 kamar dan 2.753 tempat tidur,
artinya 78,42 % dari kamar dan 85,6 % dari tempat tidur yang tersedia dari
seluruh perusahaan/usaha akomodasi yang ada di Kabupaten Bintan. Untuk
hotel non bintang tersedia 382 kamar atau 21,58 % dan tempat tidur
sebanyak 463 atau 14,4 %.
Tenaga kerja yang terserap pada sektor perhotelan di Kabupaten Bintan baik
laki-laki maupun perempuan lebih banyak terdapat di Kecamatan Teluk
IV. KARAKTERIISTIK R
RESPON
NDEN
4.1.
4 Masy
yarakat
Jenis
J pekerjaan seharusnya mempengaruhii tingkat kesediaan masyarakat
m
menjadikan ekowisata sebagai ma
atapencaharrian alternattif bagi kehiidupannya,
tetapi
t dalam
m penelitian ini mene
emukan bahwa semua
a responde
en dengan
pekerjaan apapun u
umumnya ssetuju bah
hwa ekowissata dapatt menjadi
harian altern
matapencah natif bagi me
ereka. Hal ini karena disadari bahw
wa mereka
berada di de
ekat lokasi pariwisata
p se
ehingga pote
ensi pasar a
ada dan dekkat, potensi
obyek
o alam terutama pa
antai menjad
di daya tarik
k wisata kuatt. Selain itu, ekowisata
tidak
t memerrlukan fasilitas penunjan
ng yang mah
hal.
Jumlah 4
3
2
1
0
<20 20‐24 25‐29 30‐34 35‐39 40‐44 45‐49 50‐54 >55
Kelas Umur
Komposisi responden menurut
jenis kelamin
30% Laki‐laki
Perempuan
70%
Komposisi responden menurut
jenis pekerjaan
48% Nelayan
52% Bukan Nelayan
9% 6%
< Rp. 500,000.
Rp. > 500.000. – 1000.000.
39%
Rp. > 1000.000. – 2.000.000.
46% Rp. > 2.000.000. – 3000.000.
Komposisi responden menurut
pendidikan
Tak sekolah dan dapat
3% 3% baca‐tulis
SD
16%
28%
SMP 7‐9
34%
SMA/K
16%
Sarjana
Pasca
Komposisi responden wisatawan
menurut umur
16
14
12
10
Jumlah
8
6
4
2
0
<20 20‐24 25‐29 30‐34 35‐39 40‐44 45‐49 50‐54
Kelas umur
48% Wisman
52% Wisnus
Meskipun Kabupaten Bintan termasuk daerah tujuan wisata utama secara secara
nasional maupun internasional (Waluyo 2007), namun kunjungan wisatawan
cenderung masih berasal dari sekitar Kabupaten Bintan dan Propinsi Kepulauan
Riau. Hasil penelitian menunjukkan wisatawan nusantara didominasi dari Kota
Tanjungpinang (75%) dan wisatawan mancanegara didominasi dari negara
Singapura (35%) (lihat Gambar 4.8 dan 4.9). Hal ini menandakan, pariwisata di
Kabupaten Bintan masih perlu dipromosikan lebih lanjut agar asal kunjungan
wisatawan lebih beragam.
Responden wisnus menurut asalnya
30
25
20
15
10
5
0
Persentase pendapatan wisatawan
15% < Rp. 1.000,000.
24% > Rp. 1.000.000. – 2.500.000.
7%
> Rp. 2.500.000. – 5.000.000.
> Rp. 5.000.000. – 7.500.000.
18% > Rp. 7.500.000. – 10.000.000.
27% > Rp. 10.000.000.
6% Tidak ada data
3%
Tingkat pengeluaran wisatawan selama kunjungan akan lebih nyata bila dilihat
dari sisi anggarannya. Hasil penelitian menunjukkan anggaran wisata yang
dikeluarkan wisatawan beragam pada kisaran, dari yang terendah yaitu kurang
dari 500,000 Rupiah hingga tertinggi yaitu lebih dari 5,000,000 Rupiah (lihat
Gambar 4.11). Sebaliknya dengan tingkat pendapatan, porsi 50% ditempati
wisatawan yang beranggaran antara yaitu kurang dari 1,000,000 Rupiah atau
kurang.
Persentase anggaran wisatawan
5% < Rp. 500,000.
16% 32%
Rp. 500.000. – 1.000.000.
Bila ditelusuri lebih jauh, tampak terdapat perbedaan yang berarti antara pada
wisatawan nusantara dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang
berkunjung di Kabupaten Bintan. Tingkat pendapatan maupun anggaran wisata
pada wisatawan mancanegara terlihat jelas lebih tingi dibanding wisatawan
nusantara (lihat Gambar 4.12 dan 4.13). Hal tersebut wajar karena wisatawan
mancanegara umumnya memiliki persiapan yang lebih baik dalam perencanaan
wisata, menentukan destinasi, tujuan berwisata dan anggaran yang akan
dikeluarkan selama perjalanan.
Persentase
30 25
25
20 16
13 13 Wisnus
15 10
7 6
10 Wisman
5 0 0
0
< Rp. Rp. > Rp. > Rp. > > Rp. Tidak ada
1.000,000. 1.000.000. – 2.500.000. – 5.000.000. – 10.000.000. data
2.500.000. 5.000.000. 7.500.000.
Pendapatan
70 63
60
50
Persentase
40
30 30
30
20 20 Wisnus
16
20
9 9 Wisman
10 3
0
0
< Rp. Rp. 500.000. > > Tidak ada
500,000. – 1.000.000. Rp.2.000.000. Rp.5.000.000. data
– .5.000.000.
Anggaran Wisata
60
50
Persentase
40
30 Wisnus
20 Wisman
10
0
SMP SMA/K Diploma Sarjana Pasca
Jenjang Pendidikan
17% 8%
38%
Wisata alam
8%
Tidak Wisata berbasis
62% 17% 50%
Ya masyarakat
Wisata berkelanjutan
Wisata ramah lingkungan
28% Wisata berkelanjutan
Wisata ramah lingkungan
Saat
S ini pariiwisata suda
ah menembu
us batas-battas daerah dan
d negara. Lalu lintas
wisatawan
w d
dari berbagai daerah ssaati ini sud
dah sangat pesat, bahkkan seiring
degan
d sem
makin terbukkanya ”pinttu” antar negara, wisa
atawan ma
ancanegara
banyak mengalir ke In
ndonesia, d
demikian jug
ga sebaliknya. Dalam konstelasi
perekonomian global, pariwisata
a sudah menjadi
m kom
moditi yang
g mampu
diandalkan
d yerap devisa
guna meny a. Perkemb
bangan pariw
wisata yang
g demikian
pesat didukkung oleh perkembanga
p an amenity dan aksesiibilitas yang
g memadai
adalah
a sala
ah satu sarrana pendukkung yang memiliki ko
ontribusi be
esar dalam
tumbuhkem
t bangnya sektor pariwisa
ata.
Sumber
S dayya hayati pe
esisir dan la
autan serta pulau-pulau kecil seperrti populasi
ikan hias, terumbu ka
arang, pada
ang lamun, hutan mangrove dan
n berbagai
am pesisir (Coastal Landscape)
bentang ala L unik lainnyya, memben
ntuk suatu
pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan. Kondisi tersebut me
enjadi daya
tarik
t yang sangat
s besa
ar bagi wisa
atawan, sehingga panta
as bila dijad
dikan objek
wisata
w baha
ari.
Potensi utam
ma untuk menunjang
m ke
egaitan pariiwisata di w
wilayah pesissir dan laut
serta
s pulau--pulau kecil adalah beru
upa kawasan
n terumbu kkarang; panttai berpasir
putih atau bersih;
b dan lokasi-lokasii perairan pa
antai yang b
baik untuk berselanjar,
b
ski
s air, serrta kegiatan
n rekreasi a
air lainya. Menurut Dahuri (2003
3) Provinsi
Kepulauan Riau memiliki potensi p
pariwisata berupa
b terum
mbu karang,, dari hasil
PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 42 |
skoring terhadap kawasan terumbu karang yang ada di dunia provinsi ini
menempati urutan ke 13.
Kabupaten Bintan memiliki potensi alam dan seni budaya yang sangat prospektif
bagi pengembangan pariwisata. Keanekaragaman sumberdaya yang sangat
potensial bagi pengembangan pariwisata khususnya pariwisata bahari adalah
pesisir pantai dan keindahan bawah laut. Aset pariwisata tersebut merupakan
kegiatan, obyek dan daya tarik wisata yang telah dikelola atau yang akan
dikembangkan lebih lanjut baik melalui sentuhan manajemen maupun melalui
pembangunan obyek dan pembangunan sarana prasarana pendukung. Pada
dasarnya, ada tiga pihak yang melakukan pengelolaan, yaitu pemerintah, swasta
dan masyarakat.
Hasil inventarisasi dan identifikasi potensi obyek dan kegiatan ekowisata selama
penelitian memberikan gambaran potensi ekowisata di Kabupaten Bintan.
Secara individu, baik masyarakat, wisatawan nusantara maupun mancanegara
setelah dianalisis taksonomi maka diperoleh total 264 pernyataan responden
yang terkait dengan nama obyek dan kegiatan ekowisata. Hasil survei ini
diperoleh melalui wawancara kepada responden di lokasi penelitian.
Khusus untuk obyek ekowisata yang diperoleh dari responden wisatawan, dapat
dibedakan menurut jenis wisatawannya yaitu untuk wisatawan nusantara
sebanyak 88 obyek dan wisatawan mancanegara sebanyak 176 obyek (lihat
Tabel 5.1).
Tabel 5.1. Hasil Obyek Ekowisata yang Diperoleh menurut Lokasi dan Jenis
Respondennya
Lokasi Σ OE* Wisnus Σ OE* Wisman Jumlah
1. Kec. Gunung Kijang
Desa Kawal 37 28 65
Desa Teluk Bakau 25 27 52
Desa Malang Rapat 6 0 6
Pantai Trikora 3 74 77
200
Sub Total 71 (80.68%) 129 (73.30%) (75.76%)
2. Kec. Bintan Pesisir
Desa/ Pulau Mapur 17 (19.32%) 0 17 (6.44%)
3. Kec. Teluk Sebong
Kawasan Resor Lagoi 0 47 (26.70%) 47 (17.80%)
Jumlah Total 88 (100%) 176 (100%) 264 (100%)
Sumber: Hasil olahan PPSPL UMRAH, 2010
*) Jumlah obyek ekowisata (OE) yang diperoleh wisatawan nusantara (wisnus) atau
wisatawan mancanegara (wisman)
Gambar. 5.1.
Salah satu objek alam ekosistem
mangrove yang terdapat di Sungai
Kecil, Teluk Sebong merupakan
andalan ekowisata yang banyak
dikunjungi oleh turis mancanegara
(dok. PPSPL UMRAH, 2010)
Gambar 5.3.
G
B yang meenyerupai
Batu
k
kepala ikan yaang terdapat
d Pulau Mapu
di ur merupakann
o
objek wisata yang
y dapat
d
ditempuh denngan
k
kendaraan berrmotor atau
b
bersepeda denngan rute
y
yang masih allami, mendakki
d menurun tanpa adanyaa
dan
p
pembangunan n jalan yang
m
memadai justrru menjadi
d
daya tarik baggi para
p
petualang.
(
(dok. PPSPL UMRAH,
U 2010))
PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 46 |
5.1.3.
5 Rekrreasi dan Bersantai
Obyek
O wisatta ini sesuaii bagi wisata
awan yang in
ngin bersanttai atau rekrreasi tanpa
harus meng
geluarkan energi besarr. Kegiatan yang dapatt dilakukan ekowisata
yang
y bertem
ma ini adalah
h berjalan-ja
alan di tepi pantai,
p beren
nang, duduk menikmati
pemandangan dan berjjemur. Bebe
erapa wisata
awan mancanegara yang ditemui
salah
s satu penginapan
p di Desa Te
eluk Bakau menginginka
an tempat yang
y dapat
memfasilitassi kegiatan berjemur
b sam
mbil tiduran di pantai.
Gambar
G 5.4.. Wisatawan Mancanegaraa yang sedangg bersantai
(dok. PPSP
PL UMRAH, 22010)
PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 47 |
5.1.4.
5 Buda
aya
Beberapa wisatawan
w asing meng
ginginkan tema
t budayya seperti even-even
pertunjukkan
n budaya dan kunjunga
an ke situs sejarah. Dii daerah De
esa Kawal,
terdapat
t Situ
us Pra Sejarrah yang dikkenal dengan sebutan ”B
Bukit Kerang
g”. Situs ini
merupakan gundukan tinggi peccahan cang
gkang kera
ang. Hal in
ni diyakini
merupakan sisa-sisa kehidupan purba dan sekarang masih dallam tahap
penelitian.
5.1.5.
5 Jasa
a Kuliner
Tema
T jasa kuliner terrmasuk banyak yang diinginkan
d o
oleh para wisatawan.
w
Masyarakat Bintan me
enawarkan kkesegaran hidangan la
autnya seba
agai menu
andalannya.
a . Terdapat pula
p kuliner lokal yang unik di Kawall seperti Ota
ak-otak dan
bahkan terd
dapat masyyarakat me
enawarkan makanan yang
y dikena
al dengan
sebutan
s makanan ”Suam
mi” dan ”Perrangi” di Dessa Kawal.
5.1.6.
5 Jasa
a Pemandua
an
Jasa
J peman
nduan wisata termasuk potensial untuk dikemb
bangkan di Kabupaten
Bintan. Pem
mandu profe
esional dari luar memang cakap dan sangat menguasai
m
bahasa asing, namun penggunaa
an masyara
akat tempata
an sebagai pemandu
PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 48 |
wisata memilliki kelebihan tersendiri karena mereka mengenal betul budaya dan
alam sekitarnya. Mereka dapat mengantarkan serta memandu para wisatawan
dengan menceritakan segala hal yang menarik mengenainya, sehingga
masyarakat tempatan yang relatif dapat berkomunikasi dalam bahasa asing,
seperti bahasa Mandarin atau Chines, Inggris dan Jepang sangat potensial
menjadi bagi pasar pariwisata.
5.1.9.
5 Jasa
a dan Sewa Transporta
asi
Sarana
S pen
nunjang tran
nsportasi ya
ang paling sering dita
awarkan ole
eh nelayan
adalah
a kapa
al motor me
ereka atau yyang disebut Pompong.. Beberapa wisatawan
menginginka
an untuk menyewa sepeda m
motor agar mereka l
lebih bisa
mengeksplo
orasi kawassan sekitar, namun wisatawan
w mancanega
ara sedikit
kesulitan da
alam mencari media tra
ansportasi da
arat ini kare
ena masyara
akat belum
tahu
t dan tidak terbiasa melakukan jasa
j sewa se
epeda motor ini.
PPSPL UMRAH
H CRITC LIPI 50 |
5.1.10. Tema-tema lain.
Tema-tema lain yang belum tercakup seperti berbagai bentuk kerajinan tangan
yang dapat dijual untuk cinderamata. Selain itu beberapa wisatawan
menginginkan pelayanan SPA atau pijat.
Tabel 5.2. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survey di Kawasan Wisata Pantai Trikora dan sekitarnya
Nama Daya Tarik
Lokasi wisata Jenis Wisata Kegiatan Wisata peluang
ODTE (Atraksi)
mancing, renang, snorkling Jasa, sewa permainan
Laut Alam keindahan alam dan selam dan transportasi
petualangan, menikmati Jasa dan sewa
Pulau Alam keindahan alam keindahan alam akomodasi
Terumbu mancing, renang, snorkling
karang Alam keindahan alam dan selam Jasa dan sewa peralatan
Pantai&Biota menikmati keindahan alam
pantai Alam keindahan alam dan melihat biota jasa dan sewa peralatan
petualangan, menikmati jasa dan penyewaan
Desa Kawal
Sungai Alam keindahan alam keindahan alam transportasi
petualangan, menikmati
Hutan Pemandu, sewa
Alam keindahan alam keindahan alam dan
mangrove transportasi
melihat hewan liar
Kampung Mengamati kehidupan Pemandu, sewa
Petualangan Kehidupan Nelayan
Nelayan rumah tangga nelayan transportasi
keindahan alam
Pemandu, sewa
Bukit Kerang Budaya dan peninggalan Kunjungan dan hiking
transportasi
budaya
mengamati dan menikmati Pemandu, sewa
kunang‐kunang Alam keindahan alam
keindahan kunang‐kunang transportasi
petualangan, menikmati Pemandu, sewa
Pulau & Hutan
Alam keindahan alam keindahan alam dan transportasi dan
Desa Teluk Mangrove
melihat hewan liar akomodasi
Bakau
mancing, renang, snorkling Jasa, sewa permainan
Laut Alam keindahan alam
dan selam dan transportasi
Pantai&Biota
Alam keindahan alam Obyek alam jasa dan sewa perlatan
pantai
Pantai&Biota menikmati keindahan alam
Alam keindahan alam jasa dan sewa perlatan
pantai dan melihat biota
mancing, renang, snorkling Jasa, sewa permainan
Trikora Laut Alam keindahan alam
dan selam dan transportasi
Terumbu mancing, renang, snorkling
Alam keindahan alam Jasa dan sewa peralatan
karang dan selam
Malang mancing, renang, snorkling Jasa, sewa permainan
Laut Alam keindahan alam
Rapat dan selam dan transportasi
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010
Desa Mapur memiliki kawasan konservasi terumbu karang yang dikenal dengan
Daerah Perlindungan Laut (DPL) skala desa yang di bina oleh Coremap II
Kabupaten Bintan yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Di desa ini
telah berdiri kelompok-kelompok masyarakat yang siap menawarkan jasa untuk
menikmati keindahan pulau mapur dan pulau-pulau sekitarnya. Aktivitas yang
biasa mereka tawarkan berupa pemandu wisata, penyewaan snorkling, sewa
pompong, menyewakan tempat menginap, dan menyediakan makanan serta
oleh-oleh kerupuk hasil olahan ibu rumah tanggga yang tergabung dalam
kelompok masyarakat ”Sukma baru” .
Tabel 5.3. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survei di Desa Mapur
Nama ODTE Lokasi wisata Jenis Wisata Daya Tarik (Atraksi) Kegiatan Wisata peluang
Jasa, sewa
mancing, renang,
Laut Alam keindahan alam permainan dan
snorkling dan selam
transportasi
Sungai, Hutan petualangan, menikmati
Jasa pemandu dan
bakau dan Hewan Alam keindahan alam keindahan alam dan
sewa transportasi
liar melihat hewan liar
petualangan, menikmati
Mapur Pulau,Pantai,Penyu Jasa pemandu dan
Alam keindahan alam keindahan alam dan
di P. Sentot sewa akomodasi
melihat penyu
mancing, renang, Jasa dan sewa
Terumbu karang Alam keindahan alam
snorkling dan selam peralatan
petualangan, menikmati
Hutan Alam keindahan alam keindahan alam dan Jasa Pemandu
melihat hewan liar
Sumber : Hasil Survey PPSPL UMRAH, 2010
Kecamatan Teluk Sebong terdapat objek wisata yang dikenal dengan Kawasan
Wisata Terpadu Lagoi. Kawasan ini dikenal dengan Bintan Resort yang terdapat
di kelurahan Kota Baru berdasarkan Laporan Akhir RIPPDA Kabupaten Bintan
(2008) kawasan ini menempati area seluas 23.000 hektar yang telah dikelola
oleh industri pariwisata. Kawasan ini menawarkan suana tenang, hening dan
suasana alami serta berbagai aktivitas airnya.
Desa Sebong Lagoi merupakan salah satu desa yang terdapat di Kawasan
Wisata Terpadu lagoi merupakan salah satu tujuan ”wisata kampung” bagi
wisatawan mancanegara di Kawasan Terpadu Lagoi. Desa Sebong Lagoi sudah
terbentuk kelompok masyarakat yang melakukan kegiatan ekowisata dengan
membawa para wisatawan menyelusuri sungai untuk melihat keindahan hutan
mangrove dan hewan-hewan liar serta menawarkan kegiatan memancing
(Traditional Fishing), bersepeda mengelilingi desa serta menyediakan makanan
hasil laut. Hasil Inventarisasi potensi obyek ekowisata ini memberikan gambaran
kemungkinan pengembangan ekowisata bahari mendatang di Kabupaten Bintan.
Tabel 5.4. Nama Obyek dan Daerah Tujuan Ekowisata (ODTE) Berdasarkan
Hasil Survei di Desa Sebong Lagoi
VI. KELAY
YAKAN
N PENGEMBAN NGAN
EK
KOWISAATA BA
AHARI
6
6.1. Obye
ek dan Kegiatan Ekow
wisata Baharri yang Ram
mah Lingkungan
J
Jenis dan bentuk kegiatan wisata
a berpotenssi menimbulkan dampa
ak negatif.
D
Dampak terrsebut diken
nal sebagai bentuk ekssternalitas yyaitu adanya
a kerugian
o
oleh pihak lain diluar pihak yang memanfaattkan. Di du
unia pariwisa
ata bentuk
e
eksternalitas
s yang palin
ng mudah d
ditengarai adalah
a samp
pah yang dihasil
d oleh
p
pengunjung.
K
Konsep lain mengenai dampak
d parriwisata adallah konsep daya dukung (carrying
c
capacity). Dampak
D akan timbul bila
a batas daya dukung te
elah terlamp
paui. Suatu
o
obyek ekow
wisata dikata
akan melam
mpaui daya dukungnya
d bila jumlah total, atau
b
beberapa attau salah sa
atu kompone
en satuan ku
uantitas obyyek ekowisata tersebut
t
telah menca
apai angka tertentu sebe
elum menim
mbulkan hal-h
hal yang tida
ak dapat di
t
toleransi. Pe
endekatan pengukuran ini dikenal se
ebagai meto
oda Limit of Acceptable
A
Change (Da
amanik & We
eber, 2006).
D
Daya dukun
ng dapat dib
bedakan me
enjadi daya dukung eko
ologi, fisik, dan
d sosial.
D
Daya dukun
ng ekologi ad
dalah jumlah
h terbanyak kunjungan w
wisatawan yang
y dapat
m
menimbulka
an gangguan atau keru
usakan siste
em kehidup
pan mahluk hidup liar
o
obyek ekow
wisatanya. Da
aya dukung fisik adalah
h jumlah dayya tampung kunjungan
a
atau jumlah
h wisatawan dalam dimensi luas
s atau isi. Daya duku
ung sosial
m
menyangkut
t persepsi wisatawan
w atau masyarakat seperti rasa
r kenyam
manan atau
k
keamanan yang
y masih ditoleransi
d dengan adan
nya kunjunga
an wisatawa
an.
P
PPSPL UMRAH – CRITC LIPI 54 |
Dalam penelitian ini, kelayakan ramah lingkungan hanya ditinjau secara kualitatif
yaitu ekowisata yang memenuhi kriteria ramah lingkungan secara ekologis
maupun secara sosial budaya sebagaimana diterangkan pada Tabel 2.2. Hasil
penilaian obyek ekowisata ini dituangkan lengkap dalam matriks hasil analisa
pada Lampiran 6. Secara umum obyek dan kegiatan ekowisata tersebut
non ekstraktif sehingga mendukung pemanfaatan lestari dan berkelanjutan.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih harus memperhatikan prinsip
dan aturan umum ekowisata yang benar. Sebagai contoh aturan tersebut adalah
tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh mengambil atau
memungut sesuatu di lokasi obyek ekowisata kecuali setelah mendapat ijin dan
diperbolehkan, menghormati adat-istiadat setempat dan sebagainya. Penetapan
dan penegakan aturan ini sebaiknya dilakukan oleh pengelola ekowisata dengan
pelaksanaan tingkat bawah dilakukan oleh pelaku usaha wisata dan pemandu
ekowisata. Selain itu, beberapa obyek dan kegiatan ekowisata memerlukan
persyaratan tertentu seperti aturan khusus, pengaturan tata ruang dalam rangka
memperkecil dampak baik secara ekologis maupun sosial.
Berdasarkan tingkat kelayakannya, maka obyek dan kegiatan ekowisata yang
teridentifikasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
(1) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan Ramah Lingkungan
Hasil analisis memperoleh 42 obyek dan kegiatan ekowisata yang memenuhi
kriteria ramah lingkungan baik secara ekologis maupun secara sosial budaya
(Tabel 6.1). Kegiatan ekowisata tersebut secara ekologis tidak menimbulkan baik
gangguan maupun kerusakan berarti terhadap ekosistem. Gangguan maupun
kerusakan tersebut termasuk komponen biota maupun proses ekologinya
sehingga dampaknya masih dapat ditoleransi. Disamping itu, secara sosial
budaya tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat, tidak memerlukan modal
besar dan mengutamakan kemampuan lokal.
Bila ditinjau dari sudut tema maka tema-tema obyek dan kegiatan ekowisata
seperti jasa dan sewa akomodasi (terdapat 6) serta pemanduan (terdapat 1)
memenuhi kriteria ramah lingkungan. Sebagai contoh pada obyek ekowisata
yang bertema obyek alam, komponen kegiatan pada obyek ekowisata tersebut
dapat membangkitkan rasa menghargai serta mencintai alam dan lingkungan.
Lagipula, pada ekowisata tema ini akan membangkitkan kesadaran baik
Tabel 6.1. Daftar Tema, Obyek, dan Kegiatan Ekowisata yang Layak dan
Ramah Lingkungan
(2) Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Layak Bersyarat dan Ramah
Lingkungan
Obyek dan kegiatan ekowisata dikatakan layak bersyarat jika tidak memenuhi
salah satu kriteria ekowisata ramah lingkungan, atau telah memenuhi kriteria
namun masih mempunyai potensi dampak yang perlu diperhatikan. Ekowisata ini
masih layak asalkan telah mengantipasi dampak negatif yang ditimbulkan baik
secara ekologis maupun sosial. Kondisi seperti ini dijumpai pada 13 obyek dan
kegiatan ekowisata (lihat Tabel 6.2).
Secara ekologis beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat
mengganggu lingkungan, memanfaatkan, dan tertangkapnya biota yang
dilindungi namun masih dapat diantipasi dengan tindakan yang tepat. Sebagai
contoh, kegiatan ekowisata menjual kerajinan tangan untuk cinderamata dan
hidangan makanan laut akan menjadi layak asalkan bahan yang digunakan tidak
berasal biota yang dilindungi secara undang-undang. Seorang ekowisatawan
harus peka terhadap barang perdagangan yang demikian. Karya kerajinan
tangan yang menggunakan bahan dari biota laut seperti cangkang penyu, kima,
karang mati dan sebagainya haruslah dihindari.
Secara sosial beberapa kegiatan ekowisata dalam daftar Tabel 6.2 dapat
berbenturan dengan norma masyarakat setempat dan terlalu mahal untuk
diusahakan sebagai ekowisata berbasis masyarakat namun masih dapat
diminimalisir. Sebagai contoh, kegiatan berjemur dan berenang di pantai dengan
menggunakan baju terbuka yang umumnya dilakukan sebagian wisatawan
mancanegara, sebaiknya jangan dilakukan di sembarangan tempat karena dapat
melanggar nilai dan norma budaya setempat. Dampak kegiatan ekowisata
seperti ini dapat dihindari asalkan jauh dari pemukiman masyarakat tempatan
atau terbatas dalam kondisi areal yang tertutup.
Usaha dan kegiatan wisata jasa penyelaman yang dilakukan oleh masyarakat
masih dimungkinkan asalkan dilaksanakan dalam bentuk kelompok usaha
bersama dengan pembinaan khusus (misal adanya ”Bapak Angkat Usaha” oleh
Perusahaan Wisata) atau Pemrintah Daerah. Lagipula selam Scuba diluar
kegiatan wisata, masih berguna dan terkait erat dengan kehidupan masyarakat
pesisir seperti untuk mengambil benda tenggelam, menolong korban kecelakaan
di laut dan sebagainya.
Dilihat dari obyek dan kegiatan yang mampu dilakukan oleh masyarakat, namun
tidak sesuai dengan keinginan wisatawan diduga karena wisatawan belum
mengenali atau mengetahuinya. Karena itu perlu sosialisasi ekowisata tersebut
kepada wisatawan baik secara langsung maupun melalui media promosi dan
pusat informasi pariwisata. Disamping itu mungkin obyek dan kegiatan ekowisata
yang ditawarkan masyarakat tidak atau kurang menarik sehingga wisatawan
tidak menginginkannya. Hal yang demikian dapat diatasi dengan melakukan
upaya sedemikian rupa sehingga meningkatkan daya tarik obyek maupun
kegiatan ekowisata tersebut.
Nilai ekonomi obyek dan kegiatan ekowisata dapat ditinjau melalui nilai WTA
(Willingness To Accept) dan WTP (Willingness To Pay) yang diperoleh dalam
penelitian ini. Nilai WTA menunjukkan kesediaan masyarakat untuk menerima
imbalan terendah untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata yang mereka
tawarkan kepada wisatawan sedangkan nilai WTP menunjukkan kesediaan
wisatawan untuk membayar tertinggi untuk suatu obyek atau kegiatan ekowisata
yang ditawarkan oleh masyarakat.
Obyek ekowisata dikatakan layak usaha bila terdapat nilai WTP tidak sama
dengan nol, artinya wisatawan bersedia membayar obyek ekowisata tersebut.
Disamping itu, nilai WTP juga harus sama atau melebihi nilai imbalan yang
diminta oleh masyarakat atau dengan kata lain nilai rasionya sama dengan 1
atau lebih. Persyaratan tersebut dipenuhi oleh 13 obyek ekowisata (Tabel 6.9.).
Tingkat kelayakan usaha ditunjukkan oleh besarnya nilai rasio antara WTP
dengan WTA.
Tabel 6.9. Daftar Obyek Ekowisata yang Layak Usaha
Kode*
WTP>0 & WTP ≥ WTA
No Obyek WTA rerata WTP rerata Rasio
atau WTP:WTA≥ 1
Ekowisata
1 Eko01.03 185,000.00 245,000.00 √ 1.32
2 Eko02.02 350,000.00 210,000.00 - 0.60
3 Eko02.03 195,000.00 256,666.67 √ 1.32
4 Eko03.01 67,272.73 409,999.83 √ 6.09
5 Eko03.03 5,000.00 14,000.00 √ 2.80
6 Eko04.02 190,000.00 557,142.86 √ 2.93
7 Eko04.04 500,000.00 273,000.00 - 0.55
8 Eko04.09 50,000.00 315,000.00 √ 6.30
9 Eko04.10 110,000.00 326,666.67 √ 2.97
10 Eko04.11 75,000.00 1,633,333.33 √ 21.78
11 Eko04.14 325,000.00 250,000.00 - 0.77
12 Eko06.01 100,000.00 155,000.00 √ 1.55
13 Eko06.04 768,750.00 122,500.00 - 0.16
14 Eko06.05 270,000.00 155,000.00 - 0.57
15 Eko06.06 500,000.00 700,000.00 √ 1.40
16 Eko06.07 46,666.67 91,000.00 √ 1.95
17 Eko06.14 500,000.00 0 - -
18 Eko07.02 416,666.67 120,000.00 - 0.29
19 Eko07.03 200,000.00 0 -
20 Eko07.04 73,333.33 297,500.00 √ 4.06
21 Eko09.04 350,000.00 0 - -
22 Eko09.05 187,500.00 135,000.00 - 0.72
23 Eko09.06 50,000.00 35,000.00 - 0.70
24 Eko09.07 125,000.00 261,250.00 √ 2.09
Rerata WTA>0
235,007.89 312,526.64 1.33
atau WTP>0
(Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
Keterangan:
*) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4
Kelayakan
Kode*
Ramah Lingkungan Kesesuaian Usaha WTA:WTP Urutan
Eko04.11 Layak sesuai √ 21.78 1
Eko04.09 Layak sesuai √ 6.30 2
Eko07.04 Layak sesuai √ 4.06 3
Eko04.02 Layak sesuai √ 2.93 4
Eko03.03 Layak sesuai √ 2.80 5
Eko09.07 Layak sesuai √ 2.09 6
Eko06.07 Layak sesuai √ 1.95 7
Eko05.01 Layak sesuai √ 1.55 8
Eko01.03 Layak sesuai √ 1.32 9
Eko02.03 Layak sesuai √ 1.32 10
(Sumber : Hasil Analisis PPSPL UMRAH, 2010)
Keterangan:
*) Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4.
Namun karena data sekunder yang diperoleh hanya data kunjungan wisatawan
mancanegara saja yang dimiliki dan tercatat secara resmi seperti yang disajikan
pada Tabel 3.2. Hal ini diduga karena data kunjungan wisatawan mancanegara
secara resmi mudah diperoleh melalui tempat-tempat penginapan (resor/ hotel)
dari pada wisatawan nusantara/ domestik. Oleh karena itu, hanya potensi nilai
ekonomi ekowisata bahari yang berasal dari kunjungan wisatawan mancanegara
yang dapat diperoleh. Berdasarkan pada nilai rata-rata WTP individu wisatawan
manca negara yaitu sebesar Rp. 370,462.00. maka potensi nilai ekonomi
tersebut pada tahun 2009 dapat dihitung dengan mengalikannya terhadap
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara yang datang pada Tahun 2009.
Secara ringkas perhitungannya adalah sebagai berikut:
PE = WTPrerata x W
= 370,462 x 296,229
= 109,741,621,510.
Dimana:
PE = Potensi nilai ekonomi ekowisata
WTPrerata = Rata-rata nilai WTP rata-rata per individu wisatawan mancanegara
hasil data 2010
W = Jumlah total kunjungan wisatawan mancanegara yang datang di
Kabupaten Bintan pada tahun 2009
Keterangan:
*) Didasarkan pada persamaan regresi: Y = 675X – 1,000,000 (R2 = 0.536)
VII. KEBIJJAKAN
N PENGEMBAN NGAN
EKOW
WISATA
A BAHAARI DI
KA
ABUPATTEN BINTAN
7.1.
7 Isu dan
d Permas
salahan Pen
ngelolaan Ekowisata
E B
Bahari di Kabupaten
K
Binta
an
Berdasarkan
n pada hasiil FGD (Foccused Group
p Discussion
n) dengan masyarakat
m
dan
d stakeho
older terkait (secara leng
gkap dan ringkas dapat dilihat pada Tabel 8.1)
maka isu da
an permasalahan pokokk pengelolaa
an ekowisata
a bahari di Kabupaten
Bintan pada
a dasarnya adalah
a sebag
gai berikut :
7.1.1.
7 Isu Ketidakha armonisan Hubunga
an antara akat
Masyara dan
Peng
gusaha Parriwisata
Sebagian
S m
masyarakat mempunyai persepsi bahwa umumnya pela
aku usaha
pariwisata yang
y terdap
pat di Kabup
paten Bintan hanya memikirkan keuntungan
k
bagi pengusaha dan tidak
t pernah
h memperdulikan kese
ejahteraan masyarakat
m
sekitar.
s Kon
ndisi demikian menimbulkan ketida
akharmonisa
an antara masyarakat
m
dan
d pengusaha pariwisa
ata. Hal terssebut terliha
at jelas dari penolakan
p m
masyarakat
Desa Mapur akan keha
adiran kapall speed yang membawa
a wisatawan
n PT. Agro
ort (ABR) ke perairan terumbu karan
Bintan Reso ng di Pulau Mapur. Sem
mentara itu,
kelompok masyarakat
m pengelola w
wisata huta
an bakau Sungai Kawa
al di Desa
Kawal men
ngeluhkan sulitnya
s bekkerjasama terutama
t dalam hal pemasaran
p
dengan
d piha
ak ABR pada
ahal lokasi p
perusahaan berada di de
esa mereka..
Dalam hal lain, kehadiran perusahaan pariwisata di sepanjang pantai Trikora dan
kawasan wisata di Kecamatan Teluk Sebong oleh masyarakat terutama nelayan
kerap dianggap penyebab menurunnya hasil tangkap ikan. Masyarakat
berpendapat bahwa kegiatan wisata seperti lalu lalangnya kapal speed,
permainan banana boat, jetsky dan sebagainya menyebabkan perairan menjadi
keruh sehingga ikan-ikan menjadi terganggu, lalu pergi meninggalkan daerah
penangkapan. Masyarakat Desa Sebong Lagoi mengeluhkan kegiatan
penimbunan dan pembangunan insfrastruktur yang dilakukan perusahaan wisata
di Kawasan Resor Wisata, Lagoi Bay, menimbulkan kekeruhan perairan pantai
sehingga nelayan yang biasa beroperasi di tepi pantai tidak dapat melakukan
aktivitas penangkapan ikan seperti biasanya.
Pada dasarnya, dalam suatu bentuk hubungan bila terjalin kerjasama yang baik
antara masyarakat dan perusahaan pariwisata maka akan menguntungkan
kedua belah pihak. Sebenarnya, pihak masyarakat, baik di Desa Mapur maupun
Desa Kawal menginginkan duduk bersama antara masyarakat dan ABR untuk
membicarakan permasalahan yang timbul. Harapan yang ingin dicapai adalah
memperkecil celah kesalahpahaman antara kedua belah pihak sehingga
memberi peluang kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam hal ini
masyarakat Desa Mapur menginginkan pihak ABR memahami adanya
pengelolaan terumbu karang oleh masyarakat di tingkat desa dan mereka ingin
ada konstribusi bagi desa dari setiap kegiatan pemanfaatan terumbu karang
untuk wisata dilakukan oleh ABR.
Terkait dengan isu hubungan masyarakat dan pengusaha pariwisata maka dapat
disarankan yaitu perlu didorong terjalinnya kerjasama masyarakat dan
perusahaan pariwisata sekitar kawasan wisata bahari di Kabupaten Bintan
dengan cara sebagai berikut:
Perhatian utama pemerintah daerah selama ini masih lebih pada pengembangan
pariwisata yang berorientasi pada investor besar. Masyarakat merasa kurang
diperhatikan pemerintah daerah terutama dalam hal pembinaan dan
Bila pariwisata berkembang baik di Pulau Mapur maka akan berdampak postif
bagi masyarakat setempat. Sebagai contoh, masyarakat tidak perlu menjual
jauh-jauh hasil produk olahan perikanan mereka seperti kerupuk dan abon ikan.
Pemasaran produk olahan ini memang menjadi permasalahan utama
sebagaimana yang diutarakan oleh Ketua Kelompok Masyarakat Sukma Baru.
Tambahan lagi, mereka menginginkan agar pemerintah daerah ikut membantu
pemasaran mereka dengan membangun sentra penjualan khusus bagi produk
mereka di Kota Kijang atau Tanjungpinang. Padahal bila Pulau Mapur ramai
kunjungan wisatawan maka ketergantungan pemasaran produk keluar pulau
dapat dikurangi.
ajakan kerjasama dalam mengelola kawasan terumbu karang dan hutan bakau
sebagai lokasi wisata dan keluhan dampak kegiatan wisata terhadap penurunan
hasil tangkap permintaan bantuan pemasaran kepada perusahaan selalu kurang
ditanggapi dengan baik. Harapan masyarakat adalah pemerintah dapat
memfasilitasi masyarakat mengadakan pertemuan dengan perusahaan untuk
mencari penyelesaian lebih lanjut.
Terkait dengan isu kurangnya peran pemerintah daerah dalam pembinaan dan
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat maka dapat disarankan upaya
sebagai berikut:
- Meningkatkan lebih intens pembinaan pariwisata berbasis masyarakat
dengan membentuk lembaga pengelolaan wisata di tingkat lokal, membina
kelompok masyarakat wisata yang telah ada, memberikan program pelatihan
yang dapat meningkat ketrampilan penunjang pariwisata seperti dasar-dasar
pemanduan dan penguasaan bahasa asing
- Mengembangkan peran pemerintah daerah dalam pariwisata berbasis
masyarakat dengan membangun pusat informasi wisata tingkat desa,
merintis pondok wisata yang baik dengan memberi percontohan yang
memanfaatkan beberapa rumah tinggal penduduk
- Meninjau ulang dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
pembangunan infrastruktur dan kegiatan pariwisata yang dilakukan
Menurut masyarakat, warga negara asing dapat memiliki lahan pantai karena
mereka menerbitkan sertifikat tanah dengan atas nama warga setempat. Hal ini
dimungkinkan bila terjadi kesepakatan sebelumnya atau bahkan melalui jalan
menikahi warga tempatan. Sebagai contoh, terdapat sebagian lahan pantai dan
hutan di Pulau Mapur yang dibeli dan dimiliki oleh orang Brunei. Bukti
kepemilikan sertifikat tanah diatasnamakan istrinya yang ternyata berasal dari
Pulau Mapur. Tidak hanya itu, Resor Baitutta di Pulau Mapur pun menurut
masyarakat konon dimiliki orang Singapura demikian dengan Nikoi Island Resort,
yang menguasai sebagian besar lahan Pulau Nikoi, Desa Kawal, juga milik
warga asing. Bagaimanapun gejala privatisasi lahan pantai yang timbul dan
maraknya kepemilikan atau penguasaan lahan oleh orang asing di kabupaten
Bintan tidak lepas karena adanya dorongan kebijakan dari pemerintah daerah
sendiri yang ingin menjadikan Pulau Bintan Kawasan Wisata Internasional
Pertikaian dapat terjadi bilamana pemilik lahan pantai memagari lahan atau
mendirikan bangunan sehingga menghalangi akses masyarakat untuk menuju
pantai atau kapal nelayan dari laut menuju pantai untuk berlabuh. Tidak hanya
itu, pemilik atau pengelola hotel pada kasus tersebut terkadang sengaja
mencegah penduduk atau nelayan untuk memasuki properti atau perairan pantai
mereka dengan alasan tidak ingin ketenangan tamu hotel menjadi terganggu.
Kasus tersebut dapat dijumpai dan terjadi di sepanjang pantai Desa kawal
hingga pantai Trikora, di kawasan wisata Lagoi dimana banyak berdiri bangunan
seperti hotel atau penginapan, rumah makan atau hanya sekedar memagari
lahan yang ada. Masyarakat yang tempat tinggal atau desanya berhadapan atau
berdekatan dengan hotel mengeluhkan bahwa akses mereka ke pantai menjadi
terbatas dan tidak bebas. Padahal pantai adalah milik publik. Secara tradisional,
masyarakat dan nelayan di sepanjang pantai Pantai Trikora selalu melakukan
transaksi jual beli ikan di sepanjang pantai di pagi hari. Namun sekarang hal
tersebut tidak dapat dilakukan secara bebas seperti waktu dahulu karena tidak
semua pantai dapat dimasuki warga dan dilabuhi kapal nelayan.
besar di kemudian hari bila tidak diantisipasi dengan baik. Belajar dari kasus
kawasan wisata pantai di Indonesia, seperti pantai Carita, Banten, sepanjang
pantai tertutup oleh bangunan hotel. Akibatnya masyarakat tidak dapat
memasuki dengan bebas sehingga terkesan wisata eksklusif dan justru
menghambat perkembangan pariwisata daerah tersebut. Sebagaimana kita
ketahui, hasil wawancara selama penelitian mengungkapkan banyak wisatawan
yang ingin menikmati secara cuma-cuma untuk dapat berjalan-jalan, berenang,
dan bersantai di pantai.
Terkait dengan isu privatisasi lahan pantai maka dapat disarankan upaya
sebagai berikut:
- Perlu adanya kebijakan pengaturan penyediaan lahan pantai untuk ruang
publik yang memadai sekaligus mencegah penguasaan lahan pantai yang
terlalu berlebihan oleh kegiatan investasi. Lokasi wisata Tepi Laut Kota
Tanjungpinang adalah merupakan contoh fungsi ruang publik yang baik.
- Perlu adanya kebijakan yang dapat menekan ekses eksternalisasi yaitu
kerugian yang diderita oleh pihak ketiga (misal masyarakat) diluar pihak
pengguna (misal pemilik hotel tepi pantai dengan tamu) akibat privatisasi
lahan pantai. Kebijakan tersebut kebalikan eksternalisasi, kebijakan
internalisasi yaitu mengupayakan pihak ketiga mendapatkan manfaat akibat
tindakan yang dilakukan pengguna atau pemilik lahan pantai. Dalam hal ini
sebagai salah satu contoh, perlu pendukungan wacana peraturan daerah
Kabupaten Bintan yang mengharuskan pemilik lahan pantai membersihkan
pantai sepanjang lahan mereka dan akan dikenai denda bila tidak
melaksanakannya.
Tabel 7.1. Rangkuman Isu dan Permasalahan serta Usulan Strategi Pengelolaan Wisata Bahari di Kabupaten Bintan
Instansi
No Isu dan Permasalahan Akar Permasalahan Usulan Strategi Penanggung Jawab
Utama Pendukung
I
Desa Mapur
1. Isu tentang operasi pengelola wisata PT. - Ketidaktahuan pihak ABR - Masyarakat ingin duduk bersama dengan pihak - Dinas - Dinas
Agrowisata Bintan Resort (ABR) di adanya kelompok masyarakat ABR sehingga diharapkan adanya kerja sama Pariwisata & Kelautan &
Mapur ; pengelola konservasi terumbu dalam hal jasa wisata antara pihak ABR dengan kebudayaan Perikanan
karang di Desa Mapur masyarakat pengelola sumberdaya terumbu
¾ Kapal/speed pengelola ABR karang di Mapur, sehingga diharapkan hasil
melakukan lempar jangkar kapal di saling menguntungkan diantara kedua belah
perairan di lokasi terumbu karang di pihak.
perairan Mapur dan sekitarnya.
Pembuangan jangkar dapat merusak
terumbu karang padahal lokasi
berada dekat DPL (Daerah
Perlindungan Laut) Desa Mapur
¾ Pihak pengelola wisata agro tidak
berkoordinasi kepada masyarakat
ketika memasuki DPL untuk
melakukan wisata penyelaman
(Scuba Diving) bersama wisatawan
di Perairan Mapur.
¾ Pihak ABR mendapat keuntungan
jasa wisata tetapi tidak memberikan
konstribusi terhadap masyarakat
Pulau Mapur yang telah mengelola
terumbu karang tersebut, sehingga -
memicu kecemburuan sosial.
2. Isu Pembinaan Wisata Bahari dari - Pemerintah masih mengabaikan - Perlunya ada peningkatan pembangunan - Bappeda - Dinas
pemerintah belum intensif. aspek wisata di P. Mapur pariwisata dan Program Pemerintah Daerah dlm Pariwisata &
pembinaan jasa wisata berbasis masyarakat Kebudayaan
3. Isu tidak adanya tempat penginapan - Perlu dibangunnya Wisma Tamu atau Wisma - Dinas - Dinas
yang layak bagi tamu/wisatawan yang Pemda di Desa Mapur Kimpraswil Pariwisata &
berkunjung di Desa Mapur. Tempat Kebudayaan
tinggal masyarakat yang ada saat ini
dianggap masih belum layak.
4. Isu aksesibiltas/transportasi laut menuju - Perlu penambahan intensitas transportasi regular - Dinas - Bappeda
dan kembali ke Pulau Mapur hanya dan transportasi alternatif menuju dan keluar P. Perhubungan - Dinas
dapat dilakukan dua kali dalam Mapur Pariwisata &
Kebudayaan
seminggu dengan kapal milik desa,
sehingga akses menuju P. Mapur untuk
wisatawan akan menjadi sulit dan biaya
tinggi karena harus memakai kapal -
carteran.
5. Isu permasalahan pemasaran produk - Pelanggan kurang dan - Pengembangan pasar ke luar dengan - Badan - Dinas
hasil Mata Pencaharian Alternatif (MPA) pemasaran sangat tergantung membangun sentra pemasaran khusus produk P. Promosi & Perindustrian
kehadiran tamu yang datang Mapur di Pasar Kota Kijang atau Tanjungpinang Investasi & UKM
Kelompok Masyarakat (Pokmas) seperti
Terpadu - Dinas
“Kelompok Sukma Baru” yang dari luar P. Mapur
- Pengembangan pemasaran dalam pulau dengan Pariwisata &
pemasarannya saat ini sangat menghadirkan banyak tamu melalui program Kebudayaan
tergantung pada terhadap kedatangan ekowisata bahari di P. Mapur
tamu di P. Mapur.
2. Isu permasalahan : privatisasi lahan - Perlu adanya batas sempadan pantai yang - Bappeda - Badan
pantai di sepanjang Pantai Trikora jelas, adanya pengaturan akses publik untuk Pertanahan &
menuju pantai (pantai merupakan kawasan Agraria
open akses dan dan kawasan konservasi - Dinas
pesisir) Kelautan &
Perikanan
III Sebong Lagoi
1. Kegiatan penimbunan dan - Perlu adanya peninjauan dokumen analisis - BLH - Bappeda
pembangunan insfrastruktur yang dampak lingkungan dan biaya kompensasi bagi - Dinas
dilakukan di Lagoi Bay menimbulkan nelayan tradisional Kelautan &
kekeruhan, sehingga “nelayan tepi” Perikanan
(nelayan yang menangkap ikan di
sepanjang pinggir pantai) tidak dapat
melakukan aktivitas penangkapan ikan
seperti biasanya akibat perairan yang
keruh.
Sumber : Diolah dari Hasil FGD dan Wawancara PPSPL UMRAH, 2010
Pola pengembangan ekowisata di Kabupaten Bintan telah berjalan saat in. Pola
pengembangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, melalui program Coremap
II telah membentuk Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang
(LPSTK) di tingkat desa, yang terdiri dari Desa Gunung Kijang, D. Kawal, D.
Teluk Bakau, D. Malang Rapat, dan D. Mapur. LPSTK membawahi beberapa
Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang salah satunya adalah Pokmas yang
bergerak di bidang Wisata. Pokmas wisata telah terdapat di Desa Teluk
Bakau dan D. Mapur. Pokmas Wisata yang berada di lokasi pelaksanaan
program Coremap II Bintan mendapatkan jasa/imbalan materi dari wisatawan
yang berkunjung ke desa mereka. Jasa tersebut sebagai imbalan dari
kegiatan, diantaranya :
- sewa pompong/speed untuk mengantar wisatawan memancing ikan di
laut, menikmati pemandangan pulau kecil, snorkling, scuba diving, seperti
yang terdapat di Desa Kawal, D. Teluk Bakau dan D. Mapur
- Sewa motor bagi wisatawan yang ingin berkeliling sekitar desa
- Imbalan jasa dari kompensasi pemakaian kamar (akomodasi) di rumah
penduduk dan konsumsi seperti di Pulau Mapur.
- Sebagian LPSTK telah membangun rumah singgah/homestay/pondok
wisata di tepi laut yang dapat disewa oleh wisatawan untuk bersantai
baik dari dana pribadi (LPSTK Teluk Bakau) maupun dari bantuan
program coremap II Bintan (baru akan dibangun di Desa Mapur).
c. PT. Bintan Resort Cakrawala (BRC) merupakan salah satu pelaku wisata
swasta yang terdapat di Lagoi bersama Pemerintah Daerah Bintan
membentuk suatu proyek Bintan Ecotourism Venture Project (BEVEP), yaitu
proyek pengembangan ekowisata berbasis komunitas yang terdapat di
Kecamatan Teluk Sebong. Proyek ini melibatkan masyarakat sebagai
pengelola ekowisata dalam bentuk yayasan yang diberi nama Yayasan
Ekowisata Tunas Harapan Teluk Sebong (YELAS). Adapun ekowisata yang
ditawarkan kepada wisatawan seperti : Traditional Fishing Demonstration,
jelajah mangrove dengan speed, wisata kampung di Desa Sribintan, dan
sebagainya.
LPSTK Yayasan Ekowisata
(Lembaga Pengelola Tunas Harapan ‐ Teluk
Sumberdaya Terumbu Sebong
Karang)
Kelompok Masyarakat
Obyek/ Kegiatan
Ekowisata
Operator Ekowisata
o Baja Ecotourism and Sea Kayak Association
o The Natural Guide - Yayasan Bumi Kita
o Ekowisata.com Ecotourism operator in Indonesia
JEJARING EKOWISATA
BIRO PERJALANAN
RKPD
TIM KOORDINASI EKOWISATA
(TRAVELING) KABUPATEN RPJMD
PELAKU WISATA
SWASTA
SEKRETARIAT TIM
(DINAS YG MEMBIDANGI
PARIWISATA)
Lembaga Pengelola Yayasan
Ekowisata Tingkat Desa Ekowisata
Kelompok/ Individu
Masyarakat
Ekowisata
enelitian dap
Dari hasil pe pat diambil kesimpulan
k b
bahwa sebag
gai berikut :
- Hasil ide
entifikasi dan inventarisa
asi penelitia
an, terdapat 62 potensi obyek dan
kegiatan
n ekowisata bahari yang
g dapat dijad
dikan Mata Pencaharian
n Alternatif
bagi mas
syarakat Kabupaten Bin
ntan
- Ekowisa erpotensi sebagai mata pencaharian
ata bahari be n alternatif masyarakat
m
Kabupatten Bintan ka
arena:
9 masyarakat
m m
mempunyai an lokal yan
pengetahua ng luas dan
n terperinci
m
mengenai kon
ndisi lingkun
ngan dan su
umberdaya p
pesisir dan laut bahari
ya
ang berpote
ensi dijadika
an obyek dan kegiatan
n ekowisata
a bahari di
da
aerah sekita
ar mereka
9 masyarakat
m mampu dan bersedia menjadikan ekowisata sebagai
bidang usaha
a dan mata pencaharian
p ereka
alternatif me
9 memberdayak
m kan masyarrakat tempa
atan, menga
andalkan su
umberdaya
lokal berupa sarana pe
enunjang ya
ang relatif murah, ters
sedia, dan
m
mudah dilakukan masyarakat tempatan
9 memberi
m nilai tambah ekkonomi sehingga dapat meningkatkkan tingkat
pe
endapatan masyarakat
m
- Obyek dan kegiatan ekowissata bahari yang dittawarkan masyarakat
m
Kabupatten Bintan sesuai de
engan yang
g diinginkan
n wisatawa
an dimana
wisatawa
an nusantarra ataupun w
wisatawan mancanegara
m a tertarik da
an bersedia
membayyar 22 obyek
k dan kegiatan obyek da
an kegiatan ekowisata bahari
b yang
ditawarkkan masyara
akat
PP
PSPL UMRAH CRITC
C LIPI 90 |
- Potensi ekowisata bahari di Kabupaten Bintan terbukti bersifat ramah
lingkungan sehingga dapat mendukung pelestarian sumberdaya hayati laut
tanpa harus menimbulkan konflik di masyarakat dimana terdapat 43 obyek
dan kegiatan ekowisata bahari yang layak ramah lingkungan baik secara
ekologi maupun sosial-budaya
- Terdapat 13 obyek dan kegiatan ekowisata bahari yang layak usaha dengan
rata-rata kesediaan membayar wisatawan adalah 1,35 kali lipat dengan rata-
rata imbalan yang diminta masyarakat
- Kontribusi kunjungan wisatawan manca negara terhadap potensi ekonomi
ekowisata di Kabupaten Bintan pada tahun 2009 adalah sebesar
Rp. 109,741,621,510,- dengan kecenderungan mengalami kenaikan sebesar
21,57 % pada tahun 2015 atau sebesar Rp. 133,412,668,733,-
- Nilai tambah ekonomi yang diberikan ekowisata bahari di Kabupaten Bintan
dapat menjadi sumber alternatif pembiayaan pengelolaan konservasi di
Kabupaten Bintan
- Obyek dan kegiatan ekowisata bahari prioritas untuk dikembangkan di
Kabupaten Bintan karena layak dari sisi ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya
adalah:
9 Menyusuri sungai berhutan bakau
9 Menyusuri hutan
9 Berkeliling dengan sepeda motor
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
9 Menikmati buah kelapa muda
9 Penyewaan sepeda motor
9 Penyewaan snorkling
9 Menginap di rumah tinggal orang kampong
9 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang
9 Hidangan makanan laut
9 Menyaksikan hutan bakau di pulau
9 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
9 Snorkling di areal terumbu karang
9 Memancing di laut dengan pompong
9 Penyewaan scuba diving
9 Sewa sampan.
CRITC, COREMAP II, LIPI. 2007. Studi Baseline Ekologi Pulau Bintan
Kabupaten Kepulauan Riau.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
WWF Indonesia & Unilever. 2005. Laut Sehat Seafood Sehat: Panduan
Konsumen untuk Seafood Ramah Lingkungan. WWF Jakarta
_tÅÑ|ÜtÇ
Lampiran 1.
LEMBAR KUESIONER - A1 (Khusus untuk responden Wisatawan Nusantara)
Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan
yang terkait dengan Liburan atau Kunjungan
Untuk Enumerator
Wawancara ke:______________
Tanggal: / /_2010
A. Informasi Dasar
A 2 Umur :
A 6 Pendidikan 1. Tak sekolah dan buta aksara 2. Tak sekolah dan dapat baca-
tulis 3. SD 1-6 4. SMP 7-9
5. SMA/K 10-12 6. Diploma
7. Sarjana 8. Pasca
Lamp I ‐2
B. Pekerjaan
B 3 Berapa pendapatan anda (Bila dalam mata uang non Rupiah konversikan ke Rupiah)
rata-rata sebulan? 1. < Rp. 1.000,000.
2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000.
3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000.
4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000.
5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000.
6. > Rp. 10.000.000.
C. Status Kunjungan
Lamp I ‐3
Tahap Pembukaan
D 1 Pernah berkunjung ke mana saja ____________________________
selama di Bintan ? ____________________________
____________________________
____________________________
____________________________
Tahap Eksplorasi
D 3 Jika Ya, mana diantara obyek/ kegiatan wisata ini anda tertarik?
(Bila perlu tunjukkan daftar obyek wisata atau foto raga yang telah ada)
1. Jalan-jalan di pantai
2. Pergi ke suatu pulau
3. Berenang di pantai
4. Snorkeling
5. Menyelam Scuba
6. Memancing
7. Berperahu
8. Menyaksikan biota/ hewan laut
9. Berkemah di pantai/ pulau
10. Bermalam di rumah penduduk
11. Bermalam dikelong
Kegiatan/ obyek lainnya:
12.
13.
14.
15.
16.
D 4 Selain Wisata bahari, anda tertarik terhadap wisata apa? (tunjukkan 3 paling prioritas)
1. Wisata Alam (ke gunung, pertanian, dll)
2. Wisata Budaya
3. Wisata Sejarah
4. Wisata Kuliner
5. Wisata Religius
Wisata Lainnya:
6.
7.
8.
9.
Lamp I ‐4
Menelaah Persepsi
D 5 Pernah mendengar ekowisata? 1. Ya 2. Tidak (ke D 7)
Tahap Penegasan
D 7 Menurut anda, jenis obyek/ kegiatan wisata mana yang paling anda inginkan?
(Mininimal 3, no. 1 yang paling diinginkan, berdasarkan pada pertanyaan D 3 atau D 4)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tahap Penjelasan
D 9 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang anda ingin
Akhir Wawancara
Bersediakah bila untuk diwawancarai lagi? 1. Ya 2. Tidak
(buat perjanjian tentang tempat dan waktunya)
Terima kasih
Data Responden
Alamat _________________________________________________________
Negara/Kota/ _________________________________________________________
Telephone/ HP _________________________________________________________
Email _________________________________________________________
Lamp I ‐5
Lampiran 2.
A. Basic Information
B. Employment Status
C. Ecotourism
The University Research Institution of UMRAH working together with Local Government of The Regency of
Bintan and Coremap-LIPI, are currently performing survey for ecotourism object and estimate its value which is
interested by visitors/ tourists. This survey will take more less about 30 minutes. These questions are
completely anonymous, so your individual identity will not be shared with others. Your honest answers will
help us identify ecotourism as community alternative livelihoods in environmentally friendly in the Regency of
Bintan.
Administer the Questionnaire to the head of the representative Who can Make Decision Regarding
Holiday or Visit
For Enumerator
Number of interview______________
A. Basic Information
A 1 From which country do you come from?
A 2 Age :
Lamp II ‐1
B. Employment Status
B 2 How much your average income (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah)
in a month?
1. < Rp. 1.000,000.
2. Rp. > 1.000.000. – 2.500.000.
3. Rp. > 2.500.000. – 5.000.000.
4. Rp. > 5.000.000. – 7.500.000.
5. Rp. > 7.500.000. – 10.000.000.
6. > Rp. 10.000.000.
B 3 How much the expense budgets (if accounted in non IDR please converse it to IDR/Rupiah)
during your travelling here?
1. < Rp. 500,000.
2. Rp. 500.000. – 1.000.000.
3. Rp. >1.000.000. – 2.000.000.
4. Rp. > 2.000.000. – .5.000.000.
5. Rp. > 5.000.000.
C. Ecotourism
C 4 If local people offer you a tourism object 1. Don’t want to pay at all 2. Do not want to pay
or a tourism service, Do you willing/ 3. Relatively want to pay 4. Want to pay
want to pay it? 5. Really want to pay
Lamp II ‐2
C 5 If you want or realy want to pay, how much do you willingness to pay for following tourism object or
service and please describe the tourism attraction or service you want to:
1. Nature attraction
2. Adventure attraction
3. Sport and game
4. Cultural attraction
5. Culinary attraction
6. Rent to local service
7. Other.Specify:
C 6 If you don’t want to pay, why? 1. Too distant from main 2. Poor tourism attraction
Destination
3. Expensive hotel prices 4. Expensive meals prices
5. Expensive goods prices 6. Expensive transportation cost
7. Expensive tourism cost 8. Unsecure
(entrance fee,cost for facility,etc)
9. Dirty and unclean 10. Unfriendly natives
11. Difficult transportation 12. Poor accommodation/hotel
Access (room quality,services,facilities)
13. Poor shopping places 14. Poor culinary
15. Prefer to visit other destination 16. No friends/relatives
17. other.specify________________________________
Data Responden
Respondent Name_________________________________________________________
Address _________________________________________________________
Telephone _________________________________________________________
Email _________________________________________________________
Lamp II ‐3
Lampiran 3.
Arahkan Kuesioner ini kepada kepala keluarga atau perwakilannya yang dapat membuat keputusan
yang terkait dengan jasa ekowisata ini
Untuk Enumerator
Wawancara ke:______________
Tanggal: / /_2010
A. Informasi Dasar
A 2 Umur :
A 6 Pendidikan 1. Tak sekolah dan buta aksara 2. Tak sekolah dan dapat baca-
tulis 3. SD 1-6 4. SMP 7-9
5. SMA/K 10-12 6. Diploma
7. Sarjana 8. Pasca
Lamp III ‐1
B. Pekerjaan
C. Persepsi
Lamp III ‐2
D. Inventarisasi dan Penilaian Ekowisata
Tahap Pembukaan
H 1 Pernah melakukan jasa wisata? 1. Ya 2. Tidak (ke D 3)
Tahap Eksplorasi
H 5 Jika ya, jasa layan wisata seperti apa yang paling saudara inginkan?
(Jika perlu beri beberapa contoh seperti dalam daftar)
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________________
Tahap Penegasan
H 6 Bila wisatawan meminta jasa 1. Ya 2. Tidak
wisata tersebut kepada anda,
yang mana anda mampu mengusahakan?
Tahap Penjelasan
H 7 Tolong jelaskan layanan seperti apa yang akan anda usahakan
(Catat dan tulis pada Lembar Data C)
Akhir Wawancara
Terima kasih
Lamp III ‐3
Data Responden
Alamat __________________________________________________________
Kota __________________________________________________________
Telephone/ HP __________________________________________________________
Email __________________________________________________________
Lamp III ‐4
Lampiran 4.
Daftar Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari
Kode Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari
Eko01.00 1. Jasa dan sewa akomodasi
Eko01.1 Berkemah di pantai
Eko01.2 Menginap di bagan berumah (kelong)
Eko01.3 Menginap di rumah tinggal orang kampung
Eko01.4 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau
Eko01.5 Sewa rumah pondok di pulau
Eko01.6 Sewa tenda
Eko02.00 2. Budaya
Eko02.1 Berkunjung ke situs candi
Eko02.2 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
Eko02.3 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
Eko02.4 Menyaksikan even religius
Eko02.5 Menyaksikan pertunjukan budaya
Eko02.6 Menyaksikan situs sejarah
Eko03.00 3. Jasa kuliner
Eko03.1 Hidangan makanan laut
Eko03.2 Hidangan makanan lokal
Eko03.2 Menikmati kelapa muda
Eko04.00 4. Obyek Alam
Eko04.1 Berkunjung ke danau
Eko04.2 Berkunjung ke pulau dengan pompong
Eko04.3 Melepas penyu
Eko04.4 Menyaksikan hutan bakau di pulau
Eko04.5 Menyaksikan kunang‐kunang di malam hari
Eko04.6 Menyaksikan pemandangan bawah laut
Eko04.7 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau
Eko04.8 Menyelusuri goa
Eko04.9 Menyelusuri hutan
Eko04.10 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
Eko04.11 Menyelusuri sungai berhutan bakau
Eko04.12 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong
Eko04.13 Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat
Eko04.14 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
Eko04.15 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
Lamp IV ‐1
Lanjutan Lampiran 4.
Kode Tema dan Nama Baku Obyek Ekowisata Bahari
Eko05.00 5. Jasa dan sewa pemanduan
Eko05.1 Pemanduan keliling sekitar lokasi
Eko06.00 6. Jasa dan sewa permainan
Eko06.1 Bermain Voli
Eko06.2 Melakukan permainan air
Eko06.3 Memancing di kelong
Eko06.4 Memancing di laut dengan pompong
Eko06.5 Memancing di laut dengan sampan
Eko06.7 Sewa 1 set scuba diving
Eko06.6 Sewa 1 set snorkeling
Eko06.8 Sewa banana boat
Eko06.9 Sewa jetsky
Eko06.10 Sewa kayak
Eko06.11 Sewa parasut tarik (layang‐layang)
Eko06.12 Sewa pelampung renang
Eko06.13 Sewa perlengkapan renang
Eko06.14 Sewa selancar angin
Eko07.00 7. Petualangan
Eko07.1 Berkeliling dengan mobil
Eko07.2 Berkeliling dengan pompong
Eko07.3 Berkeliling dengan sampan
Eko07.4 Berkeliling dengan sepeda motor
Eko07.5 Berkeliling dengan speetboat
Eko08.00 8. Rekreasi & Bersantai
Eko08.1 Berenang di pantai
Eko08.2 Berjalan‐jalan di pantai
Eko08.3 Berjemur di pantai
Eko08.4 Bersantai di pantai
Eko09.00 9.Jasa dan sewa transportasi
Eko09.1 Sewa andong
Eko09.2 Sewa becak motor
Eko09.3 Sewa dan berkeliling dengan bus
Eko09.4 Sewa pompong
Eko09.5 Sewa sampan
Eko09.6 Sewa sepeda
Eko09.7 Sewa sepeda motor
Eko10.00 10. Lain‐lain
Eko10.1 Cinderamata kerajinan tangan
Eko10.2 SPA & pijat
Lamp IV ‐2
Lampiran 5. Daftar Komponen Obyek dan Kegiatan Ekowisata Hasil Survei
Daya tarik
Alami Permainan Kegiatan Budaya
1 Biota pantai 1 Berenang 1 Berenang 1 Even
2 Danau 1.1 Berenang bebas 2 Berjalan‐jalan 2 Kampung
3 Goa 1.2 Berenang dengan pelampung 3 Berjemur 2.1 Kampung nelayan
4 Hewan liar 1.3 Perlengkapan berenang 4 Berkarang 2.2 Kampung pesisir
4.1 Penyu 2 Permainan air 5 Berkeliling 3 Kelong
5 Hutan 2.1 Banana boat 6 Berkemah 4 Perkebunan
5.1 Hutan bakau 2.2 Kayak 7 Berkunjung 4.1 Kebun Sawit
5.2 Hutan di pulau 2.3 Jetsky 8 Bersampan 4.2 Kebun Kelapa
6 Kunang‐kunang 2.4 Parasut tarik (layang‐layang) 9 Bersantai 5 Situs
7 Laut 2.5 Selancar angin 10 Duduk 5.1 Situs Bukit Kerang
8 Pantai 3 Memancing 11 Jalan‐jalan 5.2 Situs candi
8.1 Pantai surut 3.1 Memancing di kelong 12 Mandi 5.3 Situs sejarah
8.2 Pantai berpasir putih 3.2 Memancing di laut 13 Melepas Penyu 6 Umum
8.3 Pantai berhutan bakau 4 Hiking 14 Melihat‐lihat
9 Pesisir 5 Scuba diving 15 Memancing
10 Pulau 6 Snorkeling 16 Mengantar
10.1 Pulau Mapur 7 Bola voli 17 Menginap
10.2 Pulau Sentut 18 Menyantap
10.3 Pulau Beralas Bakau 19 Menyelam
10.4 Pulau Beralas Pasir 20 Menyelusuri
10.5 Pulau terdekat
10.6 Pulau sekitar
11 Sungai
11.1 Sungai berhutan bakau
12 Terumbu karang
Lamp V ‐ 1
Lanjutan Lampiran 5.........
Jasa
Transportasi Akomodasi Kuliner Layanan
1 Andong 1 Bagan berumah (kelong) 1 Barbeque 1 Antar‐jemput
2 Becak Motor 2 Pondok 2 Makanan laut 2 Melayani
3 Bus 2.1 Pondok teduh 2.1 Kepiting besar 3 Memandu
4 Mobil 2.2 Pondok teduh Apung 2.2 Kerang 4 Mengantar
5 Motor 3 Rumah 3 Makanan lokal 5 Melayani
6 Pompong 3.1 Rumah pondok (homestay) 3.1 Suami 6 Menjual
6.1 Pompong berjendela bawah 3.2 Rumah tinggal orang kampung 3.2 Perangi 7 Menyewakan
7 Sampan 4 Tenda 4 Minum 8 Menyediakan
8 Sepeda 4.1 Kelapa muda
9 Sepeda motor 4.2 Teh obeng
10 Speedboat 5 Kudapan
(Sumber: Hasil olah data survei PPSPL UMRAH, 2010)
Lamp V ‐ 2
Lanjutan Lampiran 5.......
Satuan Kuantitas Lain‐lain
Waktu Jarak Jumlah
1 ≤ 5 jam 1 ≤10 mil 1 1 orang 1 Cinderamata
2 ≤ 6 jam 2 < 25 mil 2 1 sepeda 2 SPA
3 0,5 jam 3 <10 mil 3 1 sepeda motor
4 1 hari 4 > 25 mil 4 2 orang
5 1 hari 1 malam 5 Dekat 5 5 orang
6 1 jam 6 Jauh 6 8 orang
7 1,5 jam 7 Kawal‐pulau2 terdekat 7 Kelompok 5 orang
8 1/2 hari 8 Kawal‐Trikora 8 Maks 1 orang
9 3 hari 9 Kawal‐Trikora‐ Bukit Kerang 9 Maks 10 orang
10 3 hari 2 malam 10 Mapur‐Trikora 10 Maks 2 orang
11 3 jam 11 Teluk Bakau‐Pulau Beralas Pasir 11 Maks 3 orang
12 Malam 12 Teluk Bakau‐pulau2 sekitarnya 12 Maks 4 orang
13 Pagi‐sore 13 Teluk Bakau‐Trikora 13 Maks 5 orang
14 Siang‐sore 14 Maks 8 orang
15 Sore‐pagi 15 Min 10 orang
16 waktu makan 16 Min 2 orang
17 Min 8 orang
18 2x makan/hari
Lamp V ‐ 3
Lampiran 6.
Hasil Penilaian Tingkat Kelayakan Obyek Ekowisata Bahari yang Ramah Lingkungan
Kriteria ramah
Kode lingkungan Dampak lain Saran Kelayakan
Ekologi Sosial
Eko01.00 1. Jasa dan sewa akomodasi
Eko01.01 √ √ * Pengaturan lokasi Layak
Eko01.02 √ √ * ** Layak
Eko01.03 √ √ * ** Layak
Eko01.04 √ √ * ** Layak
Eko01.05 √ √ Layak
Eko01.06 √ √ Layak
Eko02.00 2. Budaya
Eko02.01 √ √ * Obyek mungkin tidak ada Tidak ada
Eko02.02 √ √ * ** Layak
Eko02.03 √ √ * ** Layak
Eko02.04 √ √ * ** Layak
Eko02.05 √ √ * ** Layak
Eko02.06 √ √ * ** Layak
Eko03.00 3. Jasa kuliner
Eko03.01 √ Bahan dari biota yang Aturan khusus Layak bersyarat
dilindungi
Eko03.02 √ √ * ** Layak
Eko03.03 √ √ * ** Layak
Eko04.00 4. Obyek Alam
Eko04.01 √ √ * Pengelolaan danau bekas Layak
tambang Bauksit
Eko04.02 √ √ * ** Layak
Eko04.03 √ √ * ** Layak
Eko04.04 √ √ * ** Layak
Eko04.05 √ √ * ** Layak
Eko04.06 √ √ * ** Layak
Eko04.07 √ √ * ** Layak
Eko04.08 √ √ * Obyek mungkin tidak ada Tidak ada
Eko04.09 √ √ * ** Layak
Eko04.10 √ √ * ** Layak
Eko04.11 √ √ * ** Layak
Eko04.12 √ Harga dan perawatan Usaha bersama Layak bersyarat
mahal, mewah
Eko04.13 √ Harga dan perawatan Usaha bersama Layak bersyarat
mahal, mewah
Eko04.14 √ √ * ** Layak
Eko04.15 √ Harga dan perawatan Layak bersyarat
mahal, mewah
Keterangan: untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini
Lanjut ke halaman berikut...........
Lamp VI ‐ 1
...Lanjutan tabel Lampiran 6.
Kriteria ramah
Kode lingkungan Dampak lain Saran Kelayakan
Ekologi Sosial
Eko05.00 5. Jasa dan sewa pemanduan
Eko06.01 √ √ * ** Layak
Eko06.00 6. Jasa dan sewa permainan
Eko06.01 √ √ * ** Layak
Eko06.02 √ √ Polusi suara, gangguan Aturan khusus dan tata Layak bersyarat
perairan ruang
Eko06.03 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata Layak bersyarat
yang dilindungi ruang
Eko06.04 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata Layak bersyarat
yang dilindungi ruang
Eko06.05 √ √ Tertangkapnya biota Aturan khusus dan tata Layak bersyarat
yang dilindungi ruang
Eko06.06 √ Mahal dan mewah Usaha bersama Layak bersyarat
Eko06.07 √ √ Layak
Eko06.08 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata Tidak layak
gangguan perairan ruang
Eko06.09 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata Tidak layak
gangguan perairan ruang
Eko06.10 √ Mahal Tidak layak
Eko06.11 √ Mahal, polusi suara, Aturan khusus dan tata Tidak layak
gangguan perairan ruang
Eko06.12 √ √ Layak
Eko06.13 √ √ Layak
Eko06.14 √ √ Mahal dan mewah Tidak layak
Eko07.00 7. Petualangan
Eko07.01 √ √ * ** Layak
Eko07.02 √ √ * ** Layak
Eko07.03 √ √ * ** Layak
Eko07.04 √ √ * ** Layak
Eko07.05 √ √ Harga dan perawatan Kecuali kapasitas kecil Layak bersyarat
mahal, mewah dan murah
Eko08.00 8. Rekreasi & Bersantai
Eko08.01 √ Benturan norma Pengaturan lokasi Layak bersyarat
setempat
Eko08.02 √ √ * ** Layak
Eko08.03 √ Benturan norma Pengaturan lokasi Layak bersyarat
setempat
Eko08.04 √ √ * ** Layak
Keterangan: Untuk keterangan lihat halaman terakhir lampiran ini
Lamp VI ‐ 2
...Lanjutan tabel Lampiran 6.
Kriteria ramah
Kode lingkungan Dampak lain Saran Kelayakan
Ekologi Sosial
Eko09.00 9. Jasa dan sewa transportasi
Eko09.01 √ √ Layak
Eko09.02 √ √ Layak
Eko09.03 √ Mahal Tidak Layak
Eko09.04 √ √ Layak
Eko09.05 √ √ Layak
Eko09.06 √ √ Layak
Eko09.07 √ √ Layak
Eko10.00 10. Lain‐lain
Eko10.01 √ Bahan dari biota yang Aturan khusus Layak bersyarat
dilindungi
Eko10.02 √ √ * ** Layak bersyarat
Keterangan:
1. Penjelasan kode dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. √ : Adanya tanda ini berarti bahwa obyek ekowisata adalah positif memenuhi memenuhi
kriteria, sebaliknya berarti negatif
3. *) Dampak negatif dapat timbul bila melewati daya dukung ekologi, fisik, dan sosial
Daya dukung dapat diartikan sebagai jumlah total, atau beberapa atau salah satu
komponen satuan kuantitas obyek ekowisata tersebut telah mencapai angka tertentu
sebelum menimbulkan hal-hal yang tidak dapat di toleransi.
4. **) Memerlukan aturan dan etika ekowisata yang jelas dan tegas
5. Layak: Obyek : obyek ekowisata memenuhi kriteria ramah lingkungan
6. Layak bersyarat : obyek ekowisata baru layak ramah lingkungan bila telah
memenuhi persyaratan tertentu
Lamp VI ‐ 3
Lampiran 7.
Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan dan Mampu Diusahakan
oleh masyarakat Kabupaten Bintan
No Objek dan Kegiatan Ekowisata yang di Tawarkan Masyarakat
1 Berkeliling dengan mobil
2 Berkeliling dengan pompong
3 Berkeliling dengan sampan
4 Berkeliling dengan sepeda motor
5 Berkeliling dengan speetboat
6 Berkunjung ke pulau dengan pompong
7 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
8 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
9 Cinderamata kerajinan tangan
10 Hidangan makanan laut
11 Memancing di bagan berumah (kelong)
12 Memancing di laut dengan pompong
13 Memancing di laut dengan sampan
14 Menginap di rumah tinggal orang kampung
15 Menikmati kelapa muda
16 Menyaksikan hutan bakau di pulau
17 Menyaksikan kunang-kunang di malam hari
18 Menyaksikan penyu mendarat saat malam hari di pulau
19 Menyelusuri hutan
20 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
21 Menyelusuri sungai berhutan bakau
22 Pemanduan keliling sekitar lokasi
23 Sewa 1 set scuba diving
24 Sewa 1 set snorkeling
25 Sewa kayak
26 Sewa parasut tarik (layang-layang)
27 Sewa pompong
28 Sewa rumah pondok di pulau
29 Sewa sampan
30 Sewa selancar angin
31 Sewa sepeda
32 Sewa sepeda motor
33 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
34 Snorkeling di terumbu karang dengan speedboat
Lamp VII ‐ 1
Lampiran 8.
Hasil Survey Obyek dan Kegiatan Ekowisata yang Diinginkan Wisatawan
No Objek dan Kegiatan Ekowisata yang diminati Wisatawan
1 Berenang di pantai
2 Berjalan-jalan di pantai
3 Berjemur di pantai
4 Berkeliling dengan pompong
5 Berkeliling dengan sampan
6 Berkeliling dengan sepeda motor
7 Berkemah di pantai
8 Berkunjung ke danau
9 Berkunjung ke pulau dengan pompong
10 Berkunjung ke situs candi
11 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan mobil
12 Berkunjung ke Situs Pra Sejarah Bukit Kerang dengan pompong
13 Bermain bola voli
14 Bersantai di pantai
15 Hidangan makanan laut
16 Hidangan makanan lokal
17 Melakukan permainan air
18 Melepas penyu
19 Memancing di laut dengan pompong
20 Memancing di laut dengan sampan
21 Menginap di bagan berumah (kelong)
22 Menginap di rumah tinggal orang kampung
23 Menginap di rumah tinggal orang kampung di pulau
24 Menikmati kelapa muda
25 Menyaksikan even religius
26 Menyaksikan hutan bakau di pulau
27 Menyaksikan pemandangan bawah laut
28 Menyaksikan pertunjukan budaya
29 Menyaksikan situs sejarah
30 Menyelusuri goa
31 Menyelusuri hutan
32 Menyelusuri pantai untuk menyaksikan biota pantai
33 Menyelusuri sungai berhutan bakau
Dilanjutkan ke halaman berikut….
Lamp VIII ‐ 1
Lanjutan Lampiran 8.......
34 Pemanduan keliling sekitar lokasi
35 Scuba diving di terumbu karang dengan pompong
36 Scuba diving di terumbu karang dengan speedboat
37 Sewa 1 set scuba diving
38 Sewa 1 set snorkeling
39 Sewa andong
40 Sewa banana boat
41 Sewa becak motor
42 Sewa dan berkeliling dengan bus
43 Sewa jetsky
44 Sewa pelampung renang
45 Sewa perlengkapan renang
46 Sewa pompong
47 Sewa sampan
48 Sewa selancar angin
49 Sewa sepeda
50 Sewa sepeda motor
51 Sewa tenda
52 Snorkeling di terumbu karang dengan pompong
53 SPA & Pijat
Lamp VIII ‐ 2
TEAM WOR
RK PPS
SPL UM
MRAH
Name
N : Ariief Pratomo, S.T, M.Si
Work
W : Doosen FIKP UMMRAH
Address
A : Kaampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Conservvasi Specialistt
e-mail
e : ppspl.umrah@ggmail.com
Name
N : Doony Apdillah, S.Pi, M.Si
Work
W : Doosen FIKP UMMRAH
Address
A : Kaampus FIKP U UMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Policy Specialist
S
e-mail
e : donyapdillah@ggmail.com
Name
N : Faalmy Yandri, S.Pi,
S M.Si
Work
W : Doosen FIKP UM
MRAH
Address
A : Kaampus FIKP UUMRAH Tanju ungpinang
Job
J on the team
m : Maarine Ecotourrism Specialistt
e-mail
e : pp
pspl.umrah@ggmail.com
Name
N : Meeta Yuliana
Work
W : Maahasiswi Proddi MSP - FIKP P UMRAH
Address
A : Tambelan – Ka abupaten Bin ntan
Job
J on the team
m : Addministrasi & Field Assistan
nt
Name
N : Roosnah
Work
W : Ma ahasiswi Proddi MSP - FIKP
P UMRAH
Address
A : Tanjungpinang g
Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entryy
Name
N : R. Vendi
V Wicakssono
Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH
U
Address
A : Tan njungpinang
Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry
Name
N : M. Ali Imron
Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL - FIKP UMRAH
Address
A : Tan njungpinang
Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry
Name
N : Zallman Tusiro
Work
W : Ma ahasiswa Prod di IKL- FIKP UMRAH
U
Address
A : Tan njungpinang
Job
J on the team
m : Fieeld Assistant & Data Entry