Anda di halaman 1dari 3

Nama : Julianty Felisitas Pakpahan

NIM : B1011201118

Kelas :A

Mata Kuliah : Ketenagakerjaan

Hari, tanggal : Selasa, 30 November 2021

Dosen : Dr. Hj. Jamaliah, SE, MSi

UJian : Ujian Akhir Semester

1. Peran pemerintah dalam menanggulangi masalah ketenagakerjaan di Indonesia pada


masa pandemic COVID 19 yaitu dengan memberikan intensif di dunia usaha serta
meningkatkan stimulus ekonomi makro. Pemerintah mengeluarkan skema bantuan
kartu pra-kerja dengan dengan memprioritaskan pengangguran yang tidak mampu,
khususnya yang terkena dampak COVID-19, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka. Pemerintah mendorong pelaku usaha melalui pemberian
insentif agar mereka mengoptimalkan alternatif-alternatif untuk mempertahankan
tenaga kerja mereka dibandingkan dengan PHK. Beberapa alternatif tersebut di
antaranya pengurangan jam kerja dan hari kerja, pengurangan shift dan lembur,
hingga pemotongan gaji, dan penundaan pembayaran tunjangan dan insentif.
Kepada dunia usaha yang bersedia melakukan hal tersebut, pemerintah perlu
memberikan insentif yang lebih besar,seperti penurunan tarif listrik untuk bisnis dan
industri, penurunan tarif gas industri, pemberian diskon tarif pajak.
2. Penyebab pengangguran didukung dengan teori;
 Teori Klasik, pengangguran terjadi karena mis-alokasi sumber daya bersifat
sementara karena kemudian dapat diatasi dengan mekanisme harga.
 Teori Keynes, Pengangguran terjadi karena permintaan agregat yang rendah
sehingga terhambatnya pertumbuhan ekonomi bukan disebabkan oleh rendahnya
produksi akan tetapi rendahnya konsumsi. Ketika tenaga kerja meningkat, upah
akan menurun sehingga daya beli masyarakat terhadap barang-barang juga
mengalami penurunan. Akhirnya, rodusen mengalami kerugian dan tidak dapat
menyerap tenaga kerja.
 Teori Kependudukan dari Malthus, pengangguran terjadi karena pertumbuhan
manusia secara tak terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan. Hal ini
mengakibatkan manusia saling bersaing dalam menjamin kelangsungan hidupnya
dengan cara mencari sumber makanan. Pada masyarakat modern semakin
pesatnya jumlah penduduk akan menghasilkan tenaga kerja yang semakin banyak
pula, namun hal ini tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang ada. Karena
jumlah kesempatan kerja yang sedikit manusia saling bersaing dalam memperoleh
pekerjaan dan yang tersisih dalam persaingan tersebut menjadi golongan
penganggur.
 Teori Sosiologi Ekonomi No-Marxian, pengangguran terjadi karena adanya
pergantian antara sistem kapitalis kompetitif menjadi kearah sistem kapitalis
monopoli. Apabila semua proses produksi terpengaruh oleh satu perusahaan
raksasa saja, maka akan mengakibatkan Sebagian perusahaan kecil menjadi sulit
dalam hal pemasaran. Bisa saja perusahaan kecil tersebut mengalami
kebangkrutan dan tidak mampu menggaji pekerja sehingga terjadi pemutusan
hubungan kerja dan berakibat menambah tingkat pengangguran di masyarakat.
3. Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu tenaga kerja :
 Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui jalur Pendidikan baik sektor
formal (program pendidikan dasar 9 tahun, memperbaiki kurikulum, serta
meningkatkan pemerataan pendidikan di Indonesia) maupun nonformal
(pelatihan kerja atau program magang).
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara peningkatan layanan
Kesehatan, perbaikan lingkungan hidup, peningkatan gizi, serta jaminan sosial
yang memadai.
 Pengembangan karyawan dengan melakukan pelatihan, seminar, dan
peningkatan peran departemen sumber saya manusia dalam perusahaan.
4. Pasar tenaga kerja atau bursa tenaga kerja adalah pasar yang mengadakan pertemuan
untuk permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi merupakan
salah satu indikator yang penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama
untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah
dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan barat
tahun 2013 sebesar 0,68%, 2014 sebessar 5,02%, 2015 sebesar 4,81% dan di tahun
2016 sebesar 5,71%. Dalam UU No. 25 tahun 1997 bahwa pekerja adalah tenaga kerja
yang bekerja dalam hubungan kerja pada perusahaan atau seseorang dengan
menerima upah. Angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 sebanyak
2.388.758 orang, bertambah sebanyak 31.534 orang dibandingkan Agustus 2015. Dari
angkatan kerja terdapat penduduk yang bekerja 2.287.823 orang bertambah 51.936
orang dari Agustus tahun 2015. Dalam tahun yang sama jumlah penganggur terbuka
di Kalimantan Barat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni menurun
sebanyak 20.402 orang, sehingga menjadi 100.935 orang atau Tingkat Penganggur
Terbuka (TPT) menurun dari 5,15 persen Tahun 2015 menjadi 4,23 persen Tahun
2016. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) Tahun 2015, menempatkan
Kalimantan Barat pada peringkat 32 dari 33 provinsi. Perluasan dan penempatan
tenaga kerja dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013-2018, merupakan
program prioritas dengan indikator kinerja program yaitu tersedianya basis data untuk
pasar kerja, tersedianya tenaga kerja sesuai pasar kerja dan terlaksananya penempatan
tenaga kerja lokal. Program perluasan tenaga kerja bertujuan untuk menciptakan
kegiatan yang produktif dan berkelanjutan dengan mendaya gunakan potensi-potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi tepat guna.
5. Pendapat saya mengenai ketimpangan gender dalam akses pasar tenaga kerja di
Indonesia, ketimpangan gender dalam pasar tenaga kerja sebenarnya merupakan hasil
dari persepsi masyarakat umum tentang pemisahan peran, tugas, dan pekerjaan yang
dipandang cocok dan wajar dikerjakan oleh perempuan. Perempuan identik dengan
sektor domestik atau yang berhubungan dengan kegiatan di dalam rumah tangga. Di
lihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, jumlah perempuan yang bekerja, jauh
lebih kecil dibandingkan laki-laki. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, data per
Agustus 2017, dari total jumlah pekerja Indonesia yang mencapai 121.022.423 orang,
jumlah tersebut didominasi pekerja laki-laki yang mencapai 74.736.546. Sedangkan
jumlah pekerja perempuan hanya sebanyak 46.285.877. Data ini menunjukkan
bahwa akses perempuan terhadap lapangan pekerjaan jauh lebih kecil dari pada laki-
laki. Meskipun pemerintah telah melakukan peraturan tentang upah dan melarang
diskrimanasi pengupahan. Nyatanya di lapangan kerja selisih upah perempuan
berkisar antara 15 % – 33% lebih rendah dari upah laki-laki untuk pekerjaan di sektor
yang sama. perempuan juga membayar pajak lebih banyak daripada laki-laki, karena
perbedaan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Selain itu, kesempatan
meningkatkan jenjang karier bagi perempuan pekerja lebih kecil dibandingkan laki-
laki, meskipun keduanya memiliki tingkat pendidikan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai