Anda di halaman 1dari 10

ADIGUM HUKUM

Di Indonesia, setiap orang tanpa terkecuali dianggap mengetahui semua


hukum/undang-undang yang berlaku dan apabila melanggarnya, akan dituntut dan
dihukum berdasarkan undang-undang/hukum yang berlaku tersebut.

Hal ini didasarkan pada teori fiktie yang menyatakan bahwa begitu suatu norma
hukum ditetapkan, maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu hukum/undang-
undang (een ieder wordt geacht de wet / het recht te kennen).

Ketidaktahuan seseorang akan hukum tidak dapat dijadikan alasan pemaaf atau
membebaskan orang itu dari tuntutan hukum (ignorantia iuris neminem excusat /
ignorance of the law excuses no man).

HUKUM dan KEADILAN

UBI SOCIETAS, IBI JUS (di mana ada masyarakat, di situ ada hukumnya). IUS
CURIA NOVIT (seorang hakim dianggap tahu akan hukumnya).

LEX SEMPER DABIT REMEDIUM – The law always give a remedy (hukum
selalu memberi obat). EQUUM ET BONUM EST LEX LEGUM (apa yang adil
dan baik adalah hukumnya hukum).

LEX NEMINI OPERATUR INIQUUM, NEMININI FACIT INJURIAM – The


law works an injustice to no one and does wrong to no one (hukum tidak
memberikan ketidakadilan kepada siapapun dan tidak melakukan kesalahan kepada
siapapun). DROIL NE DONE, PLUIS QUE SOIT DEMAUNDE – The law give
no more than is demanded (hukum memberi tidak lebih dari yang dibutuhkan).

4. LEX REJICIT SUPERFLUA, PUGNANTIA, INCONGRUA – The law


rejects superfluous, contradictory, and incongruous things (hukum menolak hal
yang bertentangan dan tidak layak). DORMIUNT ALIQUANDO LEGES,
NUNQUAM MORIUNTUR – Laws sometimes sleep but never die (hukum
terkadang tidur, tetapi hukum tidak pernah mati).

5. INDE DATAE LEGES BE FORTIOR OMNIA POSSET – Law were made


lest the stronger should have unlimited power (hukum dibuat, jika tidak maka
orang yang kuat akan mempunyai kekuasaan tidak terbatas).

6. FIAT JUSTITIA RUAT COELUM atau FIAT JUSTITIA PEREAT


MUNDUS – Let justice be done though the heaven should fall (sekalipun esok
langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan
kebaikan, keadilan harus tetap ditegakkan). JUSTITIAE NON EST NEGANDA,
NON DIFFERENDA – Justice is not to be denied or delayed (keadilan tidak dapat
disangkal atau ditunda).

7. LEX DURA, SED TAMEN SCRIPTA (sekalipun isi undang-undang itu


terasa kejam, tetapi memang demikianlah bunyinya, dan harus dilaksanakan). LEX
DURA SED ITA SCRIPTA atau LEX DURA SED TAMENTE SCRIPTA
(undang-undang adalah keras tetapi ia telah ditulis demikian – pasal 11 KUHP).

8. LA BOUCHE DE LA LOI / LA BOUCHE DE DROIT – Spreekhuis van de


wet (apa kata UU itulah hukumnya).
Hakim adalah corong atau mulut undang-undang à Menurut paham ini, hakim
bukan saja dilarang menerapkan hukum di luar undang-undang. Penafsiran
terhadap undang-undang adalah wewenang pembentuk undang-undang dan bukan
wewenang hakim.
Yang benar: Hakim bukan mulut atau corong undang-undang, melainkan mulut
atau corong keadilan (Bagir Manan, 2005 : 10).

9. INTERPRETATIO CESSAT IN CLARIS (jika teks atau redaksi UU telah


terang benderang dan jelas, maka tidak diperkenankan lagi menafsirkannya, karena
penafsiran terhadap kata-kata yang jelas sekali berarti penghancuran –
interpretation est perversio). ABSOLUTE SENTIENFIA EXPOSITORE NON
INDIGET – Simple Proposition Needs No Expositor (sebuah dalil yang sederhana
tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut).

10. EQUALITY BEFORE THE LAW (setiap orang bersamaan kedudukannya


dalam hukum). AUDI ET ALTERAM PARTEM atau AUDIATUR ET ALTERA
PARS (para pihak harus didengar. Apabila persidangan dimulai, hakim harus
mendengar dari kedua belah pihak yang bersengketa, bukan hanya dari satu pihak
saja).

11. UNUS TESTIS NULLUS TESTIS (satu orang saksi bukanlah saksi – pasal 185
ayat 2 KUHP). TESTIMONIUM DE AUDITU (kesaksian dapat didengar dari
orang lain).

12. SIMILIA SIMILIBUS (dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal
yang sama pula, tidak pilih kasih). BIS DE EDEM RE NE SIT ACTIO atau NE
BIS IN IDEM (untuk perkara sama dan sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang
kedua kalinya – pasal 76 KUHP).
13. SUMMUM JUS SUMMA INJURIA; SUMMA LEX SUMMA CRUX
(keadilan yang setinggi-tingginya dapat berarti ketidakadilan tertinggi).

14. ACCIPERE QUID UT JUSTITIAM FOCIAS NON EST TEAM ACCIPERE


QUAM EXIORQUERE – To accept anything as a reward for doing justice is
rather estorting than accepting (menerima sesuatu sebagai imbalan untuk
menegakkan keadilan lebih condong ke tindakan pemerasan, bukan hadiah).

KEPASTIAN HUKUM

15. VAN RECHTSWEGE NIETING; NULL AND VOID (suatu proses peradilan
yang dilakukan tidak menurut hukum adalah batal demi hukum). UBI JUS IBI
REMEDIUM (dimana ada hak, disana ada kemungkinan menuntut,
memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut dilanggar).

16. LEX NEMINEM CIGIT AD IMPOSSIBILIA (undang-undang tidak


memaksakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin – pasal 44
KUHP). MONEAT LEX, PRIUSQUAM FERIAT (UU harus memberikan
peringatan terlebih dahulu sebelum merealisasikan ancaman yang terkandung di
dalamnya).

17. GEEN STRAF ZONDER SCHULD (tiada hukum tanpa kesalahan). CULPUE
POENA PAR ESTO – Let the punishment be equal the crime (jatuhkanlah
hukuman yang setimpal dengan perbuatan).

18. NULLUM DELICTUM NOELA POENA SINE PRAEVIA LEGE POENALI


suatu aturan hukum tidak bisa diterapkan terhadap suatu peristiwa yang timbul
sebelum aturan hukum yang mengatur tentang peristiwa itu dibuat dan
diberlakukan.
tiada suatu perbuatan dapat dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana
dalam undang-undang yang telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu.

19. PRESUMPTION OF INNOCENCE (asas praduga tidak bersalah: seseorang


dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah
dan putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan tetap). IN DUBIO PRO
REO (dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling menguntungkan
bagi si terdakwa).

20. INDEX ANIMI SERMO – Speech is the index of the mind (cara seorang
berbicara menunjukkan jalan pikirannya). COGITATIONIS POENAM NEMO
PATITUR (tiada seorang pun dapat dihukum oleh sebab apa yang dipikirkannya).
DE GUSTIBUS NON EST DISPUTANDUM (mengenai selera tidak dapat
disengketakan).

21. VOLENTI NON FIT INIURA; NULLA INIURA EST, QUAE IN


VOLENTEM FIAT (terhadap tindakan yang didasari persetujuan maka sifat
melawan hukum yang terdapat dalam perbuatan tersebut dihilangkan).

PERBUATAN PEMERINTAH

22. HET VERMOEDEN VAN RECHMATIGHEID (kebijakan pemerintah harus


dianggap benar dan memiliki kekuatan hukum mengikat sampai dibuktikan
sebaliknya). PRESUMPTION JUSTAE CAUSA (gugatan tidak menunda
pelaksanaan keputusan TUN).

23. INTERSET REIPUBLICAE RES JUDICATOAS NON RESCINDI – It is in


the interest of the state that judgments already given not be rescinded (adalah
kepentingan negara bahwa suatu keputusan tidak dapat diganggu gugat).

24. GOUVERNEUR C'EST PREVOIR (menjalankan pemerintahan itu, berarti


melihat ke depan dan merencanakan apa saja yang akan atau harus dilakukan).
LEX PROSPICIT, NON RESPICIT – The law looks forward, not backward
(hukum melihat kedepan bukan ke belakang).

25. ERRARE HUMANUM EST, TRUPE IN ERRORE PERSEVERARE


(membuat kekeliruan itu manusiawi, namun tidaklah baik untuk mempertahankan
terus kekeliruan).

26. HODI MIHI CRAS TIBI (ketimpangan atau ketidakadilan yang menyentuh
perasaan tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat). VERBA VOLANT SCRIPTA
MANENT (kata-kata biasanya tidak berbekas, sedangkan apa yang ditulis tetap
ada).

27. POWER TENDS TO CORRUPT; ABSOLUTE POWER TENDS TO


CORRUPT ABSOLUTELY (kekuasaan cenderung disalahgunakan, dan kekuasaan
yang mutlak, pasti akan disalahgunakan). Hati-hati! THE KING CAN DO NO
WRONG (Raja tidak dapat berlaku salah). Hati-hati! (Semestinya: Raja alim raja
disembah, raja lalim raja disanggah).
28. PRIENCEPS LEGIBUS SOLUTUS EST (kaisar tidak terikat oleh undang-
undang atau para pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak
buahnya). Hati-hati!

29. VEILIGDHEID CLAUSULE (apabila di kemudian hari ditemukan kesalahan


dalam sebuah keputusan, akan diperbaiki sebagaimana mestinya). Hati-hati!

ILMU HUKUM

30. POLITIAE LEGIUS NON LEGES POLITII ADOPTANDAE (politik harus


tunduk pada hukum, bukan sebaliknya).

31. VOX POPULI VOX DEI (suara rakyat adalah suara Tuhan). SALUS POPULI
SUPREMA LEX (kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah hukum yang
tertinggi pada suatu negara).

32. UT SEMENTEM FACERIS ITA METES (siapa yang menanam sesuatu dialah
yang akan memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai
badai).

33. OPINIO NECESSITATIS (keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah


perlu sebagai syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan). ADAEQUATIO
INTELLECTUS ET REI (adanya kesesuaian pikiran dengan obyek. prinsip ini
pada dasarnya merupakan rambu-rambu dalam merumuskan materi hukum yang
telah diterima secara universal).

34. LEX POSTERIORi DEROGAT LEGI PRIORI atau LEX POSTERIORi


DEROGAT LEGI ANTERIORI – A later statute repeals an earlier one (undang-
undang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama). JUDICIA
POXTERIORA SUNT IN LEGE FORTIORA – The later decisions is stronger in
law (keputusan terakhir ialah yang terkuat di mata hukum).

35. LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALI (undang-undang yang khusus


didahulukan berlakunya daripada undang-undang yang umum. Contoh:
pemberlakuan KUHD terhadap KUHPerdata dalam hal perdagangan). LEX
SUPERIOR DEROGAT LEGI INFERIORI (undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatnnya).

36. JURU SUO UTI NEMO COGITUR (tak ada seorang pun yang diwajibkan
menggunakan haknya. Contoh: orang yang berpiutang tidak mempunyai kewajiban
untuk menagih terus). NEMO PLUS JURIS TRANSFERRE POTEST QUAM
IPSE HABET (tak seorangpun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada
yang ia miliki).

37. DIE RECHTS WISSENSSCHAFT IST BIS HEUTE EINE REINE RECHTS
PRECHUNGS WISSENSSCHAFT GEBLIEBEN / Die Rechts Wetensschap heft
zich te sterk geconcentreerd op de wetgevingsproducten en de rechtspraak (Ilmu
Hukum dewasa ini, hanya tinggal Ilmu Peradilan).

38. PACTA SUNT SERVANDA (setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan
harus ditaati dengan itikad baik).

39. KOOP BREEKT GEEN HUUR (jual beli tidak memutuskan sewa-menyewa.
Perjanjian sewa-menyewa tidak berubah, walaupun barang yang disewanya beralih
beralih tangan – pasal 1576 KUHPerdata).

40. RES NULLIUS CREDIT OCCUPANTI (benda yang ditelantarkan oleh


pemiliknya bisa diambil untuk dimiliki). DA TUA SUNT, POST MORTEM
TUNE TUA SUNT – Give the things which are yours while they are yours; after
death they are not yours (berikanlah benda-benda kepunyaanmu saat kau masih
memilikinya; setelah meninggal benda-benda tersebut bukan kepunyaanmu lagi).

41. MATRIMONIUM RATUM ET NON CONSUMMATUM (perkawinan yang


dilakukan yang secara normal, namun belum dianggap jadi mengingat belum
terjadi hubungan kelamin). Hati-hati!

42. DIVORTIUM DICITUR A DIVERTENDO, QUIA VIR DIVERTITUR AB


UXORE – Divorce is so called from divertendo, because a man is diverted from
his wife (perceraian berasal dari kata Divertendo, artinya seseorang pria dialihkan
dari isrinya).

43. HOMO VOCABULUM EST NATURAE; PERSONA JURIS CIVILIS. –


“Man” (homo) is a term of nature; “Person“ is a term of civil law (pria ialah istilah
alami, person ialah istilah hukum perdata). FILIUS EST NOMEN NATURAE,
SED HAERES NOMEN – “Son” is a name of nature, but “heir” a name of law
(anak adalah nama yang diberikan oleh alam, tetapi ahli waris adalah nama yang
diberikan hukum).

44. FILIUS IN UTERO MATRIS EST PARS VISCERUM MATRIX – A child in


the mother’s womb is part of the mother’s vitals (seorang anak di dalam
kandungan adalah bagian dari kehidupan ibunya). CUM LETITIMAE NUPTIAE
FACTAE SUNT, PATREM LIBERI SEQUUNTUR – Children born under a
legitimate marriage follow the condition of the father (anak yang terlahir dari
sebuah perkawinan yang sah mengikuti kondisi ayahnya).

45. HEARES EST CADEM PERSONA CUM ANTECESSORE – The heir is the
sinter person as the ancestor (ahli waris sama kedudukannya dengan
pendahulunya).

46. CUJUS EST DOMINIUM, EJUS EST PERICULUM – The risk lies upon the
owner (risiko atas suatu kepemilikkan ditanggung oleh pemilik).

47. CUM ALIQUIS RENUNCIAVERIT SOCIATATI, SOLVITUR SOCIETAS –


When any partner has renounced the partnership, the partnership is dissolved (saat
rekan telah meninggalkan persekutuannya, maka persekutuan tersebut dinyatakan
bubar).

48. POTIOR EST GUI PRIOR EST (siapa yang datang pertama, dialah yang
beruntung). QUI TACT CONSENTIRE VIDETUR (siapa yang berdiam diri
dianggap menyetujui).

49. CLAUSAL REBUS SIC STANTIBUS (perjanjian antar-negara masih tetap


berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap sama).

50. QUIQUID EST IN TERRITORIO, ETIAM EST DE TERRITORIO (asas


dalam hukum internasional yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-
batas wilayah negara tunduk kepada hukum negara itu).

51. IGNORANTIA EXCUSATUR NON JURIS SED FACTI – Ignorance of fact is


excused but not ignorance of law. Ketidaktahuan akan fakta-fakta dapat dimaafkan
tapi tidak demikian halnya ketidaktahuan akan hukum. IGNORANTIA JURIS
NON EXCUSAT – Ignorance of the law does not excuse (ketidaktahuan akan
hukum tidak dimaafkan).

52. JURIS QUIDEM IGNORANTIUM CUIQUE NOCERE, FACTI VERUM


IGNORANTIAM NON NOCERE – Ignorance of law is prejudicial to everyone,
but ignorance of fact is not (pengabaian terhadap hukum akan merugikan semua
orang; tetapi pengabaian terhadap fakta tidak).

53. IGNORANTIA JUDICIS EST CALANAITAX INNOCENTIS – The


ignorance of the judge is the misfortune of the innocent (ketidaktahuan hakim ialah
suatu kerugian bagi pihak yang tidak bersalah).
54. JUDEX SET LEX LAGUENS – The judge is the speaking law (sang hakim
ialah hukum yang berbicara). JUDEX DEBET JUDICARE SECUNDUM
ALLEGATA ET PROBATA – The judge ought to give judgment according to the
allegations and the proofs (seorang hakim harus memberikan penilaian berdasarkan
fakta-fakta dan pernyataan).

55. IUDEX NON ULTRA PETITA atau ULTRA PETITA NON COGNOSCITUR
(hakim hanya menimbang hal-hal yang diajukan para pihak dan tuntutan hukum
yang didasarkan kepadanya). IUDEX NE PROCEDAT EX OFFICIO (hakim
bersifat pasif menunggu datangnya tuntutan hak yang diajukan kepadanya).

56. JUDEX HERBERE DEBET DUOS SALES, SALEM SAPIENTIAE, NE SIT


INSIPIDUS, ET SALEM CONSCIENTIAE, NE SIT DIABOLUS – A judge
should have two silts; the salt of wisdom, lest he be foolish; and the salt of
conscience, lest he be devilish (seorang hakim harus mempunyai dua hal: suatu
kebijakan, kecuali dia adalah orang yang bodoh; dan hati nurani, kecuali dia
mempunyai sifat yang kejam).

57. JUDEX NON REDDIT PLUS WUAM QUOD PETENS IPSSE REQUIRIT –
A judge does not give more than the plaintiff himself demands (seorang hakim
tidak memberikan permintaan lebih banyak dari si penuntut).

58. JUDEX NON PUTEST ESSE TESTIS IN PROPRIA CAUSE. A judge cannot
be a witness in his own cause (eorang hakim tidak dapat menjadi seorang saksi
dalam perkaranya sendiri). INIQUUM EST ALIQUEM REI SUI ESSE JUDICEM
– It is unjust for anyone to be judge in his own (adalah tidak adil bagi seseorang
untuk diadili pada perkaranya sendiri). NEMO JUDEX IN CAUSA SUA – No
man can be a judge in his own cause (hakim tidak boleh mengatur/mengadili
dirinya sendiri).

59. JUDICANDUM EST LEGIBUS NON EXEMPLIS – Judgment must be given


by the laws, not by examples (putusan hakim harus berdasarkan hukum, bukan
berdasarkan contoh. seorang hakim tidak dibatasi untuk menjelaskan
penilaian/putusannya sendiri).

60. JURAMENTUM EST INDIVISINLE, ET NON EST ADMITTENDUM IN


PARTLY TRUE AND PARTLY FALSUM – An oath is indivisible; it is not to be
accepted as partly true and partly false (sebuah sumpah tidak dapat dibagi; sumpah
tersebut tidak dapat diterima jika sebagiannya benar dan sebagian lagi salah).
61. JURARE EAT DEUM IN TESTEM VOCARE ET EST ACTUS DIVINI
CULTUS – To swear is to call God to witness, and is an act of religion
(memberikan sumpah ialah sama halnya dengan memanggil Tuhan sebagai saksi
hal itu adalah hal keagamaan).

62. CUM ADSUNT TESTIMONIA RERUM, QUID OPUS EST VERBIST –


When the proofs of facts are present, what need is there of words? (saat bukti dari
fakta-fakta ada, apa gunanya kata-kata?). FACTA SUNT POTENTIORA VERBIS
– Deeds or facts are more powerful than words (perbuatan atau fakta lebih kuat
dari kata-kata).

63. EI INCUMBIT PROBATIO QUIDICIT, NONQUI NEGAT – The burden of


the proof rest upon the person who affirms, not the one who denies (beban dari
bukti disandarkan pada orang yang menugaskan tuduhan bukan yang menyangkal).

64. DEBET QUIS JURI SUBJACERE RRBI DELINQUIT – Any offender should
be subject to the law of the place where he offends (seseorang Penggugat harus
mengacu pada hukum yang berlaku di tempat dia mengajukan gugatan).

LAIN-LAIN

65. HOMO HOMINI LUPUS; HOMO HOMINI SOCIUS (manusia adalah


serigala bagi manusia lainnya; manusia adalah kawan bagi sesamanya).

66. TRADITION ARE ADOPTED BY THE LAWS; AL-ADAT


MUHAKKAMAH (adat dapat dijadikan hukum).

67. PRIMUS INTER PARES (yang pertama / utama di antara sesama).

68. COGITO ERGO SUM – I think, therefore I am - Ich denke, also bin ich - Je
pense donc je suis (saya berpikir, dan oleh karenanya saya ada). DUBITO ERGO
COGITO ERGO SUM – I doubt, therefore I think, and therefore I am.

69. ID PERFECTUM EST QUAD EX OMNIBUS SUIS PARTIBUS CONSTANT


(sesuatu dinyatakan sempurna bila setiap bagiannnya komplit).

70. FRUSTRA LEGIS AUXILIUM QUAREIT QUI IN LEGEM COMMITTIT –


Vainly does a person who offends against the law seek the help of the law (adalah
sia-sia bagi seseorang yang menentang hukum tapi dia sendiri meminta bantuan
hukum).
71. CUM DUO INTER SE PUGNANTIA REPERIUNTUR IN TESTAMENTO,
ILTIMUM RATUM EST – When two clauses a will are found to be contradictory,
the last in order prevails (jika terdapat perbedaan dalam suatu hakikat, maka
terlihat jelas adanya 2 persepsi yang berbeda).

72. COMMUNI OBSERVANTIA NON EST RECEDENDUM – There should be


no departure from common observance (tidak dapat ditarik kesimpulan dari
pengamatan biasa; tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang menandakan
maksud yang terdapat dalam pikirannya).

73. CUJUS EST COMMODUM, EJUS DEBET ESSE INC OMMODUM – The
person who has the advantage should also have the disadvantage (seseorang yang
mendapatkan suatu keuntungan juga akan mendapatkan suatu kerugian).

FIAT JUSTITIA RUAT COELUM atau FIAT JUSTITIA PEREAT MUNDUS –


Let justice be done though the heaven should fall (sekalipun esok langit akan
runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan kebaikan,
keadilan harus tetap ditegakkan).
JUSTITIAE NON EST NEGANDA, NON DIFFERENDA – Justice is not to be
denied or delayed(keadilan tidak dapat disangkal atau ditunda),>>>maksud
walaupun hrs mengorbankan kebaikan, Gmn maksudnya ya mas....tq. tulisan yg
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai