Anda di halaman 1dari 2

NAMA : YOSEP CHANDRA SINAGA

NIM : 031353549
TUGAS 2 INTERPRETASI DAN PENALARAN HUKUM HKUM4401
1. Secara umum ada 2 asas hukum dalam memeriksa/memutus perkara, yaitu :
a. Asas Rechtsweigering
Adalah asas larangan untuk menolak suatu perkara yang diajukan atau diserahkan
kepada hakim.
b. Asas Ius Curia Novit
Adalah asas hakim dianggap mengetahui hukumnya atau asas.
Kedua asas tersebut berkaitan dikarenakannya setiap ketentuan perundang-undangan itu
tidaklah lengkap dalam mengatur seluruh fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
dan selain itu pula terdapat ketentuan peraturan yang bahasanya ambigu atau bahkan tidak
jelas. Dengan demikian fungsi asas hukum tersebut berkaitan dengan hermeneutika hukum
sebagai metode penemuan hukum untuk melengkapi ketentuan peraturan yang tidak
lengkap menjadi lengkap melalui suatu proses penalaran hukum.
Dasar dari asas ius curia novit dapat ditemukan pada Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 19
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman di Indonesia. Dengan kedua ketentuan tersebut
maka hakim di Indonesia dituntut dalam menjalankan tugasnya untuk menegakkan keadilan
dan hukum dengan memahami nilainilai hukum dan rasa keadilan yang ada di dalam
masyarakat atau dengan kata lain hakim wajib memiliki pengetahuan hukum yang berlaku
dalam masyarakat.
Sedangkan dari asas rechtsweigering dapat ditemukan dalam Pasal 10 ayat (1) pada
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Indonesia. yang menyatakan hakim atau
pengadilan tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya. Hal ini tentunya
dikarenakannya terdapatnya asas ius curia novit yang menganggap hakim mengetahui
hukumnya.
Kedua asas tersebut dapat juga dikatakan sebagai dasar hakim di Indonesia untuk
melakukan penafsiran atau hermeneutika hukum sebagai salah satu metode penemuan
hukum dalam menerima, memeriksa serta memutus perkara yang belum ada ketentuan
hukum yang diajukan kepadanya.

(Total 245 kata)


Sumber referensi :
BMP Interpretasi dan Penalaran Hukum HKUM4401 Modul 4 hal. 4.25-4.26

2. Penafsiran literal hukum adalah metode menafsirkan hukum berdasarkan tekstual yang
tertulis dalam undang-undang. Oleh Sartjipto Raharjo, metode literal ini adalah bagian dari
semangat yang mengharuskan idealnya setiap kalimat pasal dalam undang-undang sudah
jelas (scripta).
Menurut saya faktor-faktor yang harus masuk dalam pertimbangan, yaitu :
 Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
 Pasal 112 ayat (1) Tentang Narkotika.

(Total 64 kata)
Sumber referensi : https://langitbabel.com/contoh-intepretasi-purposive-dalam-penalaran-
hukum/#:~:text=Penafsiran%20Literal%20adalah%20metode%20menafsirkan,undang%20s
udah%20jelas%20(scripta).

3. Menurut saya batasan bagi ahli hukum/hakim dalam melakukan penafsiran hukum yang
harus diperhatikan dalam perkara, yaitu :
 Tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai keadilan yang ada di dalam masyarakat.
 Tidak boleh melakukan hermeneutika hukum yang berpotensi menyebabkan
terganggunya ketertiban umum.

(Total 48 kata)
Sumber referensi : BMP Interpretasi dan Penalaran Hukum HKUM4401 Modul 4 hal. 4.26

Anda mungkin juga menyukai