Anda di halaman 1dari 4

NAMA : YOSEP CHANDRA SINAGA

NIM : 031353549
TUGAS 2 HUKUM dan HAK ASASI MANUSIA/ HKUM4208

1. Menurut saya pelanggaran HAM berat adalah kejahatan luar biasa yang mengakibatkan
kerugian yang bersifat sulit dikembalikan ke keadaan semula. Korban pelanggaran HAM
berat umumnya menderita luka fisik, mental, penderitaan emosional dan kerugian lain yang
berkaitan dengan hak asasi manusia. Pelanggaran HAM berat juga menyebabkan kerugian
materiil bagi korbannya.
Pengaturan hukum pelanggaran HAM berat menurut instrument hukum HAM Internasional
dijelaskan dalam Pasal 104 Undang-Undang HAM secara jelas menyebut beberapa
perbuatan yang tergolong pelanggaran HAM berat, yaitu:
a. Pembunuhan massal (genocide).
b. Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan (arbitrary/extra
yudicial killing).
c. Penyiksaan, penghilangan orang secara paksa, perbudakan, atau diskriminasi yang
dilakukan secara sistematis (systematic discrimination).
Sedangkan Pengaturan hukum pelanggaran HAM berat menurut instrument hukum HAM
Nasional diatur terperinci dalam Pasal 7 UndangUndang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia (Undang-Undang Pengadilan HAM). Dalam Pasal tersebut
disebutkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi:
a. Kejahatan genosida
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok.
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok.
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh maupun sebagiannya.
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok.
5. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pasal 8 UU Pengadilan HAM menyatakan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas
atau sistematik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil berupa:
1. Pembunuhan.
2. Pemusnahan.
3. Perbudakan.
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional.
6. Penyiksaan.
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual
yang setara.
8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin,
atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional.
9. Penghilangan orang secara paksa.
10. Kejahatan apartheid.

Sumber referensi : BMP Hukum dan HAM HKUM4208 Modul 4 Hal. 4.38 – 4.40

2. Prosedur penyelesaian perkara pelanggaran HAM Berat menurut mekanisme internasional


yaitu penegakan hukum pidana internasional mengunakan dua pendekatan, pertama
adalah pendekatan tradisional (indirect control) dan kedua, pendekatan modern (direct
control).11 Pendekatan tradisional (indirect control) yaitu penegakan hukum pidana
internasional melalui peradilan nasional (domestic/ local remedies). Pendekatan jenis ini
menggunakan instrumen hukum dan institusi nasional, yaitu penerapan domestic
jurisdiction berdasarkan lembaga yurisdiksi sebagai perwujudan dari kedaulatan negara.
Berbeda dengan pendekatan tradisional maka pendekatan modern yaitu penegakan hukum
pidana internasional melalui instrumen atau institusi hukum internasional atau melalui forum
pengadilan internasional. Forum pengadilan internasional baru diterapkan terhadap tindak
pidana internasional tertentu dan bersifat ad hoc. Misalnya pengadilan terhadap penjahat
perang pada waktu perang dunia kedua yaitu mahkamah militer nuremburg (Military
International Tribunal/ Nuremburg Incichment) dan mahkamah tokyo (piagam mahkamah
militer internasional untuk timur jauh (Charter Of International Military Tribunal For The Far
East), International Criminal Tribunal for Former Yugoslavia (ICTY), serta International
Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR), sedangkan mahkamah peradilan internasional yang
permanen adalah International Criminal Court (ICC).
Sedangkan prosedur penyelesaian perkara pelanggaran HAM Berat menurut mekanisme
nasional berdasarkan ketentuan UU No. 26 tahun 2000, Pengadilan HAM mengatur tentang
yurisidksi atas kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat baik setelah disyahkanya UU ini
maupun kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat sebelum disyahkannya UU ini.
Prosedur pembentukan pengadilan ini mempunyai perbedaaan yang cukup mendasar.
Dalam penanganan kasus-kasus pelanggaran HAM yang berat setelah disyahkannya UU
ini tanpa melalui rekomendasi dan keputusan presiden sebagaimana dalam pembentukan
pengadilan HAM ad hoc. Prosedur pembentukan pengadilan HAM adalah berdasarkan
adanya dugaan telah terjadi kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dugaan
adanya kasus pelanggaran ini kemudian diselidiki oleh Komnas HAM dengan membentuk
komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM (KPP HAM). Hasil penyelidikan, jika ditemukan bukti
bahwa terdapat dugaan adanya pelanggaran HAM yang berat maka akan dilimpahkan ke
Kejaksaan Agung untuk dilanjutkan ke tahap penyidikan, dalam tahap ini kalau dari hasil
penyidikan menunjukkan adanya pelanggaran HAM yang berat maka diteruskan untuk
tahap penuntutan yang juga di lakukan oleh Kejaksaan Agung. Berdasarkan bukti-bukti dan
penuntutan yang diwujudkan dalam surat dakwaan, kemudian digelar pengadilan HAM
berdasarkan kompetensi relatif pengadilan. Tempat pengadilan ini berada di pengadilan
negeri dimana locus dan tempos delictie terjadinya pelanggaran HAM yang berat.

Sumber referensi : file:///C:/Users/USER/Downloads/602-1816-1-PB.pdf

3. Contoh kasus pelanggaran HAM berat dalam hukum HAM Internasional, yaitu :
a. Pemerintahan Adolf Hitler (Jerman).
Adolf Hitler adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi yang menjabat sebagai
seorang kanselir atau tokoh politik utama negara dan kepala eksekutif secara de facto.
Pada masa Adolf Hitler berkuasa di Jerman pasca perang dunia II banyak terjadi
pembantaian dan pemusnahan pada kaum Yahudi. Ada beberapa hal yang membuat
Adolf Hitler benci kepada kaum Yahudi. Salah pemicunya karena kebencian pada etnis
Yahudi kala itu karena ada pengaruh revolusi Rusia dan kondisi ekonomi Jerman yang
terpuruk akibat kaum Yahudi yang dianggapnya berbeda ras dengan orang-orang
Jerman asli.
b. Pemerintahan Benito Mussolini (Italia).
Politik Apartheid baru dicabut pada 1994, ketika semua rakyat berhak untuk memeroleh
HAM yang sama untuk semua rasnya. Penetapan politik Apartheid dimulai ketika Partai
Nasional de Boer pada 1948 menang dalam pemilihan umum yang membentuk
minoritas kulit putih menerapkan sistem Apartheid dalam undang-undang. Pada 1950,
pendaftaran populasi di Afrika Selatan dibagi jadi 3 ras, yaitu Bantu (Afrika kulit hitam),
kulit putih, dan kulit berwarna lainnya. Selain itu dikenal juga kategori baru yang berasal
dari Asia dan sebagian besar berasal dari India dan Pakistan. Ketika politik apartheid
berlaku, 80% wilayah Afrika Selatan dimiliki oleh warga kulit putih. Sedangkan warga
kulit hitam ditempatkan di kawasan termiskin yang dikenal dengan istilah homelands.
Bahkan pemisahan antara ras kulit putih dan kulit hitam diberlakukan di fasilitas umum.
c. Konflik Israel – Palestina.
Sengketa wilayah antara Israel dan Palestina berlangsung sejak lama. Karena hal
tersebut, tak jarang Israel melancarkan serangan ke Palestina yang menyebabkan
banyak korban jiwa yang berjatuhan. Tak hanya militer, korban jiwa juga menyasar
warga sipil termasuk wanita, anak-anak, hingga relawan.

Sumber referensi : https://kids.grid.id/read/473469290/5-kasus-pelanggaran-hak-asasi-


manusia-ham-di-dunia-internasional?page=all

Anda mungkin juga menyukai