Anda di halaman 1dari 5

Nama: Annisa Crysanti

NIM: E1A020133
Kelas: A

TUGAS PARTISIPASI 5

SOAL

1. Jelaskan pemikiran tentang hak asasi manusia menurut John Locke dan Franklin
Delano Roosvelt.
2. Jelaskan dasar hukum pengaturan tentang hak asasi manusia di Indonesia dan
internasional.
3. Jelaskan pengertian hak asasi manusia.
4. Jelaskan lembaga penegak hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia
dan internasional.
5. Jelaskan jenis pelanggaran hak asasi manusia.

Jawaban

1. Menurut John Locke, manusia itu sejak dilahirkan telah memiliki hak kodrati (natural
right) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan
hak milik. Hak kodrati ini terpisah dari pengakuan politisi yang diberikan negara kepada
mereka dan terlebih dahulu ada dari negara sebagai komunitas politik.
Dalam teori kontrak sosialnya, John Locke mengatakan bahwa individu oleh alam
dikarunia hak yang melekat atas hidup (hak hidup), kebebasan (hak kebebasan), dan
kepemilikan (hak kepemilikan) yang tidak dapat dicabut oleh negara. Sehingga membuka
peluang bagi individu untuk mendapatkan perlindungan atas hak-haknya dari negara. Jika
negara melanggar hak-hak alamiah (kondrati) individu, maka rakyat berhak untuk
mengganti secara paksa penguasa negara.

Pemikiran tentang HAM Franklin D. Roosevelt yaitu membuat gagasan baru terkait
dengan HAM yang dikenal dengan istilah the four freedoms. Gagasan baru dari Franklin
D. Roosevelt Franklin D. Roosevelt ini kemudian diusulkan, dan diucapkan di depan
Kongres Amerika Serikat, yaitu meliputi:

a) bebas untuk berbicara atau (freedom of speech)


b) kebebasan dalam memeluk agama (freedom of religion)
c) kebebasan dari rasa takut atau (freedom of fear)
d)kebebasan terhadap suatu keinginan atau kehendak (freedom of from want)

Pidato tersebut menganjurkan supaya setiap manusia dijamin negara dalam empat kebebasan,


yaitu kebebasan mengeluarkan argumen, kebebasan beribadah kepada Tuhan dengan cara
masing-masing, hak untuk lepas dari kekurangan dan kemiskinan serta kebebasan dari
ketakutan. Ide-ide yang tercantum dalam pidato tersebut adalah prinsip-prinsip dasar yang
mengembang menjadi Piagam Atlantik yang dinyatakan oleh Winston Churchill dan Franklin
D. Roosevelt pada Agustus 1941, Deklarasi PBB pada tanggal 1 Januari 1942.
Selain itu, Konsepsi hak asasi dari Franklin D. Roosevelt kemudian menginspirasi dan
menjadi bagian dari Declaration of Human Right 1948, yang merupakan pernyataan seluruh
umat manusia melalui wakil-wakilnya yang duduk dalam organisasi Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Melalui pernyataan ini seluruh umat manisa bertekad untuk memberikan jaminan
perlindungan secara yuridis formal terhadap hak-hak asasi, dan merealisasikannya dalam
kebijakan nyata oleh negara-negara yang menyetujui deklarasi ini.
Secara teoritis, hak-hak yang terdapat dalam The Universal Declaration of Human
Rights dapat dikelompokan ke dalam tiga bagian, yaitu pertama menyangkut hak-hak yang
berkaitan dengan hak politik. kedua, menyangkut hak-hak yang berkaitan dengan hak atas
martabat dan integritas manusia. ketiga, menyangkut hak-hak yang berkaitan dengan hak-hak
sosial, ekonomi dan hak-hak budaya.

2. Dasar hukum pengaturan hak asasi manusia Indonesia


a. Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya.
b. Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
c. UU No. 39 tahun 1999
d. UU No. 26 tahun 2000
e. Peraturan perundang-undangan nasional lain yang terkait

Dasar hukum pengaturan hak asasi manusia internasional:


a. Piagam PBB, 1945.
b. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948.
c. Instrumen internasional lain mengenai Hak Asasi Manusia yang telah disahkan dan
diterima Indonesia yaitu:
 Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (UU
no. 7/1984);
 Convention on the Rights of the Child  (Keppres no. 36/1990), termasuk Optional
Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children
in Armed Conflict (UU no. 9/2012) dan Optional Protocol to the Convention on the
Rights of the Child on the Sale of Children, Child Prostitution and Child
Pornography (UU no. 10 tahun 2012);
 Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment or
Punishment (UU no. 5/1998);
 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination,
1965 (UU no. 29/1999);
 International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (UU no. 11/2005);
 International Covenant on Civil and Political Rights (UU no. 12/2005);
 Convention on the Rights of Persons With Disabilities (UU no.19/2011);
 International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and
Members of Their Families (UU no. 6/2012)

3. Dalam UU No. 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.

Menurut John Locke, Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak).

Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, Hak Asasi Manusia adalah hak yang bersifat
asasi. Artinya, hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya sehingga bersifat suci.

4. Lembaga yang mengadili para pelanggar Hak Asasi Manusia adalah pengadilan Ad Hoc
Hak Asasi Manusia, yang tidak beda dengan pengadilan biasa, khususnya pengadilan
pidana. Sebab pada hakekatnya pengadilan pidana juga mengadili pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang bersifat khas adalah bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia berkaitan
dengan kesepakatan internasional. Lembaga yang dapat mengadili pelanggaran Hak Asasi
Manusia di Indonesia ada empat lingkungan peradilan sesuai dengan Undang-Undang
yaitu:

1) Pengadilan Umum.
2) Pengadilan Militer.
3) Pengadilan Agama.
4) Pengadilan Niaga.
Dalam wilayah empat pengadilan tersebut pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat di adili
sesuai dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukannya di dalam wilayah
hukum Indonesia. Lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam menanggapi
pelanggaran HAM biasa dapat menyerahkan perkara-perkara tersebut ke pengadilan
umum guna untuk diproses secara hukum, sedang dalam menangani pelanggaran Hak
Asasi Manusia berat Komisi Nasional berwenang menyelidiki pelanggaran Hak Asasi
tersebut, dalam melakukan penyelidikan ini Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga
dapat membentuk Tim ad hoc yang terdiri atas Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau
unsur masyarakat.

5. Jenis – Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu Pelanggaran HAM Berat dan
Pelanggaran HAM Ringan. 

A. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat


1. Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis, dan
agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan.
Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok, mengakibatkan
penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota – anggota kelompok, menciptakan
kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain
2. Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (Asas-asas)
ketentuan pokok Hukum Internasional, Penyiksaan, Perkosaan, Perbudakan Seksual,
Pelacuran Secara Paksa, Pemaksaan Kehamilan, Pemandulan atau Sterilisasi secara paksa
atau bentuk- bentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiayaan terhadap satu
kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasarkan pada persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, Budaya, Agama, Jenis Kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut Hukum Internasional, penghilangan orang secara
paksa, dan Kejahatan Apartheid.
B. Kasus pelanggaran HAM Ringan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia Ringan (Biasa) Pelanggaran HAM Ringan merupakan
pelanggaran HAM selain genosida dan kejahatan kemanusiaan. Dalam konteks ini,
pembunuhan, pemerkosaan secara individual maupun berkelompok, penipuan, perampokan,
penyiksaan fisik dan atau psikologis seseorang, intimidasi, pengekangan terhadap kebebasan
seseorang, dan bentuk pelanggaran lainnya.
Contoh Kasus Pelanggaran HAM Ringan:
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain

Anda mungkin juga menyukai