Di susun oleh:
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB 1.............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................2
A. Pengertian penemuan hukum (rechtsvinding).......................................................2
B. Sistem penemuan hukum......................................................................................2
C. Sumber Penemuan Hukum....................................................................................3
D. Metode penemuan hukum....................................................................................3
BAB III............................................................................................................................5
Kesimpulan................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................6
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Merasa aman adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Aman disini
berarti bahwa kepentingan-kepentingan maupun hak-haknya tidak diganggu.
Oleh karena itu, untuk melindungi kepentingan-kepentingan tersebut dari
permasalahan, gangguan, atau marabahaya yang mengancam bahkan
menyerang kepentingan dirinya dan sekitar maka dari itu hukum harus
terlaksana. Jika hukum tidak terlaksana dengan baik maka keseimbangan
tatanan masyarakat akan rusak.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
“UU 48 Tahun 2009”. DPR RI, 2009. Web. 24 Oktober 2022
2
Fence Wantu. “Pengantar Ilmu Hukum”. (Gorontalo: Reviva Cendekia, 2015), hlm. 44
2
karena hakim seringkali harus menjelaskan atau melengkapi UU dengan
pandangannya sendiri.3
Sumber penemuan hukum tentunya adalah tempat utama bagi hakim dalam
menemukan hukumnya (Mertokusumo (2010: 63)). Sumber utama penemuan
hukum sebagai berikut: peraturan perundang-undangan, hukum kebiasaan,
yurisprudensi, perjanjian internasional, dan doktrin. Sumber hukum yang utama
adalah undang-undang.4
3
Ibid.
4
Ibid, h. 44-45
3
sejarahnya. Hakim dapat mengetahui maksud pembuat peraturan
perundang-undangan dari sejarahnya.
c. Menafsirkan undang-undang menurut sistem yang ada di dalam
hukum atau biasa disebut dengan penafsiran sistematik, yaitu
perundang-undangan suatu negara merupakan kesatuan, yang
artinya tidak satupun dari peraturan tersebut dapat ditafsirkan
seolah-olah berdiri sendiri.
d. Menafsirkan undang-undang menurut cara tertentu sehingga
undang-undang tersebut dapat dijalankan sesuai dengan keadaan
sekarang yang ada di dalam masyarakat, yang disebut dengan
penafsiran sosiologis atau penafsiran teologis.
e. Penafsiran otentik atau penafsiran secara resmi, yaitu adakalanya
pembuat undang-undang itu sendiri menafsirkan tentang arti atau
istilah yang digunakannya dalam membuat undang-undang. Hakim
tidak diperkenankan untuk melakukan penafsiran dengan cara lain
selain dari apa yang telah di tafsirkan pembuat undang-undang.
f. Penafsiran interdisipliner yaitu penafsiran yang dilakukan dalam
menganalisis suatu masalah yang terkait dengan berbagai disiplin
ilmu hukum dengan menggunakan logika lebih dari satu cabang
ilmu hukum.
g. Penafsiran multidisipliner yaitu seorang hakim dalam memberikan
penafsiran harus mempelajari satu atau beberapa disiplin ilmu
lainnya di luar ilmu hukum.5
5
Ibid, h. 45-46
6
Ibid, h. 46
4
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA
6
7