Anda di halaman 1dari 21

SURATMI 048312249

NELA TASYAFA S. 048393975

1
PEMBENTUKAN DAN
PENGISIAN KEKOSONGAN
HUKUM
Pembentukan dan Pengisian
Kekosongan Hukum

Lahir Aliran Aliran Penafsiran Hukum /


Penemuan Hukum Interpretasi Hukum

1. Aliran Legisme
2. Aliran Historis Metode Interpretasi Metode Konstruksi
3. Begriffsjurisprudenz atau Penafsiran Hukum
4. Interessenjurisprudenz
5. Freirechtbewegung
6. Freierechtslehre
7. Rechtsvinding
ALIRAN LEGISME
4
Aliran ini tidak mengakui hukum di luar undang-undang dan
berpandangan bahwa hukum tertulis atau undang-undang merupakan
satu-satunya sumber hukum.
Sebab, hukum yang tertulis itu cukup jelas dan lengkap. Dalam aliran ini
pula, dianggap bahwa tidak ada norma lain selain hukum tertulis dan
semua persoalan harus diatur dengan norma (hukum tertulis) tersebut.
Aliran legisme menekankan pada kekuasaan yang menciptakan hukum
tertulis, yang mana dapat diartikan bahwa kekuasaan adalah sumber
hukum; kekuasaan adalah hukum.
ALIRAN HISTORIS
5
Aliran historis menganggap bahwa undang-undang tidaklah cukup atau tidak lengkap,
dan selain undang-undang, masih ada sumber hukum lain, yakni kebiasaan.
Aliran yang dipelopori oleh Von Savigny ini berpendapat bahwa:
1. Hukum itu ditentukan secara historis
2. Hukum itu tumbuh dari kesadaran hukum bangsa di suatu tempat dan waktu
tertentu
3. Peraturan hukum merupakan pencerminan keyakinan hukum dan praktek praktek
yang terdapat dalam kehidupan bersama
4. Hukum kebiasaan sebagai sumber hukum
5. Dalam mengkodifikasi hukum harus mengadakan penelitian secara mendalam
ALIRAN BEGRIFFJURISPRUDENZ
6
Aliran ini menggap bahwa hukum merupakan suatu sistem tertutup yang
mencakup segala-galanya. Selain itu, aliran begriffsjurisprudenz juga
menganggap bahwa hukum bukanlah sebagai suatu sarana,
melainkan sebagai tujuan. Kemudian, tujuan yang utamanya adalah
kepastian hukum sehingga dapat tercipta keadilan dan kemanfaatan
hukum bagi masyarakat diabaikan.
Menurut aliran ini undang-undang sekalipun tidak lengkap tetap
mempunyai peran penting, tetapi hakim mempunyai peran yang lebih
aktif.
ALIRAN INTERESSENJURISPRUDENZ
7
Aliran ini berpendapat bahwa undang-undang tidak lengkap dan sumber hukum
bukan hanya undang-undang semata. Dalam aliran interessenjurisprudenz,
hakim dan pejabat memiliki kebebasan untuk melakukan penemuan hukum.
Adapun peran hakim tidak semata-mata menerapkan undang-undang, namun
juga memperluas dan membentuk peraturan dengan putusan hakim.
Selain itu, aliran ini berpendapat bahwa tujuan hukum pada dasarnya untuk
melindungi, memuaskan, atau memnuhi kepentingan dan kebutuhan hidup yang
nyata. Dalam putusannya hakim harus bertanya kepentingan manakah yang
diatur atau dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang
ALIRAN FREIRECHTBEWEGUNG
8
Aliran ini menilai bahwa tidak ada undang-undang yang sempurna dan
menentang pendapat akan kesempurnaan undang-undang. Kemudian, aliran ini
juga berpendapat bahwa hakim haruslah diberikan kebebasan dalam melakukan
penemuan hukum. Namun, meski diberi kebebasan untuk penemuan hukum,
kebebasan itu bukanlah suatu hal yang mutlak karena kebebasan ini tetap tidak
boleh mengesampingkan undang-undang.
Hendaknya disadari bahwa freirechtbewegung ini tidak hendak memberi fungsi
yang bersifat menciptakan hukum yang otonom kepada hakim, tetapi hendak
menyadarkan hakim kepada kenyataan bahwa ia dalam aktifitasnya tidak dapat
menghindari mengikutsertakan unsur penilaian subjektif.
ALIRAN FREIRECHTBEWEGUNG
9
Aliran ini menilai bahwa tidak ada undang-undang yang sempurna dan
menentang pendapat akan kesempurnaan undang-undang. Kemudian, aliran ini
juga berpendapat bahwa hakim haruslah diberikan kebebasan dalam melakukan
penemuan hukum. Namun, meski diberi kebebasan untuk penemuan hukum,
kebebasan itu bukanlah suatu hal yang mutlak karena kebebasan ini tetap tidak
boleh mengesampingkan undang-undang.
Hendaknya disadari bahwa freirechtbewegung ini tidak hendak memberi fungsi
yang bersifat menciptakan hukum yang otonom kepada hakim, tetapi hendak
menyadarkan hakim kepada kenyataan bahwa ia dalam aktifitasnya tidak dapat
menghindari mengikutsertakan unsur penilaian subjektif.
ALIRAN FREIRECHTLEHRE
10
Pandangan Aliran freie Rechtslehre/rechtsbewegung/rechtsschule berbeda cara
pandang dengan aliran legisme. Aliran ini beranggapan, bahwa di dalam
melaksanakan tugasnya, seorang hakim bebas untuk melakukan sesuatu
menurut undang-undang atau tidak. Hal ini dikarenakan pekerjaan hakim adalah
menciptakan hukum. Tujuan dari aliran freierechtslehre menurut R. Soeroso
adalah:
◈ Memberikan peradilan sebaik-baiknya dengan cara mem-ber kebebasan
kepada hakim tanpa terikat pada undang-undang, tetapi menghayati tata
kehidupan sehari-hari.
◈ Membuktikan bahwa dalam undang-undang terdapat kekurangan-
kekurangan dan kekurangan itu perlu dilengkapi.
◈ Mengharapkan agar hakim memutuskan perkara didasar-kan
kepada rechts ide (cita keadilan)
ALIRAN RECHTVIDING
11
Yang dimaksud dengan Recht vinding adalah proses pembentukan hukum oleh
hakim/aparat penegak hukum lainnya dalam penerapan peraturan umum
terhadap peristiwa hukum yang konkrit dan hasil penemuan hukum menjadi
dasar untuk mengambil keputusan.
Van Apeldorn menyatakan, seorang hakim dalam tugasnya melakukan
pembentukan hukum harus memperhatikan dan teguh-teguh mendasari pada
asas :
◈ Menyesuaikan Undang-undang dengan fakta konkrit
◈ dapat juga menambah Undang-undang apabila perlu.
PENAFSIRAN HUKUM ATAU
INTERPRETASI HUKUM
METODE PENEMUAN HUKUM DALAM PRAKTIK
13 PERADILAN

METODE
METODE KONSTRUKSI
INTERPRETASI /
Penafsiran Tata Bahasa, HUKUM
PENAFSIRAN
Penafsiran Shahih,
Penafsiran Historis,
Penafsiran Sistematis, 1. Penafsiran Analogis
Penafsiran Komparatif, 2. Penafsiran A contrario
Penafsiran Futuristis, 3.
Penafsiran Nasional, Penyempitan/Penghalus
Penafsiran Teleologis, an Hukum
Penafsiran Ekstensif, 4. Fiksi Hukum
Penafsiran Restriktif, 5. Metode hermeneutika
Interpretasi Hukum
Interdisipliner,
Interpretasi
Multidisipliner
METODE INTERPRETASI / PENAFSIRAN
14 ◈ Penafsiran Tata Bahasa (gramatikal) yaitu suatu cara penafsiran Undang-undang menurut arti kata-
kata (istilah) yang terdapat pada Undang-undang. Hukum wajib menilai arti kata yang lazim dipakai
dalam bahasa sehari-hari yang umum.
◈ Penafsiran Shahih yaitu penafsiran yang resmi yang diberikan oleh pembuat Undang-undang tentang
arti kata-kata yang digunakan dalam Undang-undang tersebut.
◈ Penafsiran Historis  yaitu menafsirkan Undang-undang dengan cara melihat sejarah terjadinya suatu
Undang-undang.
◈ Penafsiran Sistematis yaitu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu dengan pasal yang lain
dalam suatu per Undang-undangan yang bersangkutan, atau dengan Undang-undang lain, serta
membaca penjelasan Undang-undang tersebut sehingga kita memahami maksudnya.
◈ Interpretasi komparatif atau perbandingan adalah metode penafsiran yang dilakukan dengan
membandingkan beberapa aturan hukum. Adapun tujuan hakim melakukan perbandingan tersebut
adalah untuk mencari kejelasan makna dari suatu ketentuan undang-undang.
◈ Interpretasi futuristis adalah metode penafsiran hukum yang bersifat antisipasi dengan menggunakan
penjelasan ketentuan undang-undang yang belum berlaku atau belum berkekuatan hukum tetap.
15 ◈ Penafsiran Nasional yaitu penafsiran memiliki sesuai tindakannya dengan sistem hukum yang berlaku
◈ Interpretasi teleologis atau sosiologis adalah metode penafsiran hukum atau interpretasi yang
menetapkan makna undang-undang berdasarkan tujuan kemasyarakatan.
◈ Metode interpretasi secara ekstentif yaitu penafsiran dengan cara memperluas arti kata-kata yang
terdapat dalam Undang-undang sehingga suatu peristiwa dapat dimasukkan kedalamnya.
◈ Metode Interpretasi Restriktif yaitu penafsiran yang membatasi/mempersempit maksud suatu pasal
dalam Undang-undang
◈ Interpretasi interdisipliner adalah metode penafsiran yang dilakukan oleh hakim jika menghadapi
kasus yang melibatkan berbagai macam disiplin ilmu hukum.
◈ Interpretasi multidisipliner adalah metode penafsiran yang digunakan oleh hakim dalam menangani
perkara dengan mempertimbangkan berbagai kajian ilmu di luar ilmu hukum.
METODE KONSTRUKSI HUKUM
16
◈ Metode Argumentum Per
Analogium (Analogi) adalah metode
penemuan hukum dengan cara mencari esensi
yang lebih umum dari peristiwa hukum atau
perbuatan hukum, baik yang telah diatur oleh
undang-undang maupun yang belum ada
peraturannya.
17
◈ Metode Argumentum a Contrario adalah
metode penemuan hukum yang memberikan
kesempatan kepada hakim untuk melakukan
penemuan hukum dengan pertimbangan jika
undang-undang menetapkan hal tertentu
untuk peristiwa tertentu, berarti peraturan itu
terbatas pada peristiwa tersebut. 
18
◈ Metode Penyempitan atau Pengkonkretan
Hukum dalam metode penyempitan hukum
atau pengkonkretan hukum (rechtsvervijning),
tidak jarang norma yang ada dalam peraturan
perundang-undangan terlalu luas dan terlalu
umum ruang lingkupnya sehingga hakim perlu
mempersempit makna tersebut. 
19
◈ Metode Fiksi Hukum adalah sebagai sebuah
asas dimana semua orang dianggap tahu
hukum (undang-undang), padahal dalam
kenyataannya tidak semua orang mengetahui
undang-undang, bahkan seorang pakar hukum
pun tidak mungkin untuk mengetahui semua
undang-undang yang ada.
20
◈ Metode Hermeneutika Hukum
Hermeneutika hukum adalah ajaran filsafat
mengenai hal mengerti /memahami sesuatu,
atau sebuah metode interpretasi terhadap teks
dimana metode dan teknik menafsirkannya
dilakukan secara holistik dalam bingkai
keterkaitan antara teks, konteks, dan
kontekstualisasi.
TERIMAKASIH

21

Anda mungkin juga menyukai