Anda di halaman 1dari 9

1.

Sistem Hukum di Indonesia dipengaruhi oleh  Mazhab-mazhab yang memiliki ciri


masing-masing  jelaskan dua dari Mazhab tersebut  ?
2. Karaktersitik  Sistem hukum di Indonesia berbeda dengan sistem hukum negara lain.
Jelaskan perubahan secara fundamental terhadap hukum kolonial ?
3. Hukum perdata atau hukum privat, di Indonesia bersifat  pluralistis. Jelaskan
mengapa demikian ?
4. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, jelaskan kedudukan dan fungsi Pancasila
sebagai pandangan hidup menurut Notonegoro ?
5. Perkembangan hukum di Indonesia pada masa pendudukan Belanda bidang hukum
perdata telah ada kodifikasi hukum perdata bernama Burgelijk Wetboek (BW),
Jelaskan dua kitab hukum perdata yang Anda ketahui !

1.16Sistem Hukum Indonesialegislatif untuk selalu meremajakan atau

memperbarui undang-undang, sehingga berakibat hukum selalu ketinggalan dari

peristiwa dan tidak bisa mengikuti dinamika masyarakat, telah merupakan alasan untuk

memberi peran aktif pada hakim. Sehingga muncullah aliran Freie Rechtlehre (1840)

sebagai reaksi terhadap kekurangan aliran legisme yang ternyata tidak mampu

mengatasi persoalan-persoalan baru.

Aliran Freie Rechtlehre merupakan aliran bebas, karena tidak selalu

mengandalkan hukum (undang-undang) buatan lembaga legislatif. Tentu Anda masih

ingat uraian sebelumnya yang menyebutkan bahwa pada aliran legisme setiap hakim

terikat pada undang-undang, hal ini sangat bertolak belakang dengan aliran freie

rechtlehre. Karena menurut pandanganfreie rechtlehre, hakim bebas berimprovisasi

menentukan atau menciptakan hukum, dan juga bebas untuk menyimpangi undang-

undang yang sudah tidak relevan lagi. Hal ini disebabkan Freie Rechtlehre berpendapat
bahwa pekerjaan hakim adalah melakukan penciptaan hukum. Sehingga pemahaman

terhadap yurisprudensi merupakan hal yang primer dalam mempelajari hukum,

sedangkan undang-undang merupakan hal yang sekunder.Pada aliran Freie

Rechtslehre ini, hakim benar-benar berfungsi sebagai pencipta hukum (judge made

law), karena keputusan yang dibuatpasti berdasarkan pada keyakinan hakim.

Keputusan hakim juga lebih bersifat dinamis serta up to date, karena selalu

mengikuti perkembangan jaman dan tuntutan masyarakat. Di samping itu hukum hanya

terbentuk oleh lembaga peradilan (rechts-spraak). Sehingga undang-undang,

kebiasaan dan sebagainya hanya difungsikan para hakim sebagai sarana saja dalam

membentuk/menciptakan atau menemukan hukum pada kasus-kasus yang kongkret

(Suroso,1996: 88).Selanjutnya kita dapat menggaris-bawahi bahwa tujuan dari Freie

Rechtlehre adalah: a) menyelenggarakan peradilan yang sebaik-baiknya dengan cara

memberi kebebasan kepada hakim untuk tidak terikat kepada undang-undang, tetapi

menghayati tata kehidupan sehari-hari, dan b) membuktikan bahwa dalam undang-

undang terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu dilengkapi dan disempurnakan.

Sertac) menugaskan kepada hakim agar memutuskan perkara dengan mendasarkan

dirinya pada rechtsidee (cita keadilan).

PKNI4207/MODUL 11.17C.ALIRAN RECHTSVINDINGAliran Rechtsvinding atau

penemuan hukum merupakan suatu aliran yang posisinya berada diantara kedua aliran

ekstrem di atas (antara legisme dan Freie rechtlehre). Pada prinsipnya aliran

Rechtsvinding berpendapat bahwa hakim tetap berpegang pada undang-undang tapi

tidaklah seketat aliran legisme, karena hakim juga mempunyai kebebasan. Tapi

kebebasan hakim tidak seperti anggapan aliran Freie Rechtslehre, sehingga dalam
melaksanakan tugasnya hakim mempunyai apa yang disebut sebagai ‘kebebasan yang

terikat’ (gebonded-vrijheid) sekaligus juga ‘keterikatan yang bebas’ (vriije-

gebondenheid). Oleh sebab itu maka tugas hakim disebutkan sebagai upaya untuk

melakukan rechtsvinding (penemuan hukum) yang artinya adalah menyelaraskan

undang-undangdengan tuntutan jaman, dengan hal-hal kongkret yang terjadi dalam

masyarakat dan bila perlu menambah undang-undang yang disesuaikan pada asas

keadilan yang berlaku dalam masyarakat. ‘Kebebasan yang terikat’ dan ‘keterikatan

yang bebas’ ini tercermin dan teraplikasikan pada kewenangan hakim dalam melakukan

penafsiran undang-undang, mengkonstruksi hukum dan melakukan argumentuma

contratio. Bagi mazhab Rechtsvinding, yurisprudensi mempunyai peran penting

disamping undang-undang, karena di dalam yurisprudensi terdapat makna hukum yang

kongkret yang tidak terdapat dalam undang-undang. Tapimeskipun demikian hakim

tidaklah secara mutlak terikat pada yurisprudensi seperti halnya di negara-negara Anglo

Saxon yang menganut asas the bindingforce of precedent.Penerapan ‘kebebasan yang

terikat’ dan ‘keterikatan yang bebas’ tersebut juga mengharuskan hakim untuk tidak

sewenang-wenang dalam menafsirkan dan menambah undang-undang. Ada beberapa

pembatasan yang harus diperhatikan, misalnya: a) hakim tidak boleh membuat

penafsiran yang berbeda dengan maksud pembuat undang-undang, b) penafsiran

harus didasarkan pada materi peraturan perundang-undangan yang bersangkutan,

serta c) dalam melakukan penafsiran juga harus dengan mempertimbangkan pada

tempat dan jaman atau waktu dibuatnya undang-undang tersebut. Dari uraian di atas,

dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa aliran rechtsvinding menempatkan

yurisprudensi sebagai sumber hukum di sampingundang-undang. Dengan asumsi


seperti telah disebutkan di atas bahwa di dalam yurisprudensi terdapat makna hukum

yang kongkret diperlukan dalam

1.18Sistem Hukum Indonesiahidup bermasyarakat yang tidak dijumpai dalam kaidah

yang terdapat pada undang-undang alira yang berlaku diindonesia Meskipun tidak

secara tegas dinyatakan bahwa Indonesia menganut aliran rechtsvinding atau

penemuan hukum, tetapi ada beberapa hal yang dapat kita pakai untuk menengarai

bahwa dalam kenyatannya hukum positif Indonesia diwarnai oleh aliran Rechtsvinding.

Misalnya, apabila kita hubungkan dengan macam-macam sumber hukum formil

Indonesia, kita akan menemukan bahwa undang-undang atau peraturan perundangan

merupakan sumber utama dalam sistem hukum nasional Indonesia, diikuti kemudian

dengan kebiasaan, yurisprudensi, perjanjian dan doktrin (Anda dapat mengingatnya

dengan membaca kembali modul Pengantar Ilmu Hukum). Uraian di atas dapat kita

pakai sebagai salah satu penanda bahwa hukum positif Indonesia diwarnai oleh aliran

Rechtsvinding, yang memberi keleluasaan pada hakim untuk tidak hanya

mengandalkan undang-undang, melainkan bisa menggali hukum dari sumber yang lain,

misalnya dari yurisprudensi .Selanjutnya kita bisa menyimak bahwa dewasa ini

khususnya di Indonesia, Pengadilan atau hakim di samping menerapkan undang-

undang, juga berkewajiban menemukan dan membentuk hukum baru. Hal ini

disebabkan karena dikenalnya asas non-liquetdalam sistem hukum Indonesia. Suatu

asas yang menyatakan bahwa Pengadilan atau hakim tidak boleh menolak untuk

memeriksa suatu perkara dengan alasan bahwa hukum untuk mengenai perkara itu

tidak ada atau tidak jelas. Asas ini dulu termuat dalam Pasal 22 AB (Algemene

Bepalingen van Wetgeving) yang berlaku pada masa kolonial Belanda. Sekarang asas
ini bisa kita temukan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa

“Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang

dilakukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang kalas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadilinya”.Dari ketentuan tersebut, dapat kita tengarai bahwa

Pengadilan atau Hakim dalam sistem hukum Indonesia, aktif berperan di dalam

menemukan hukum atau membentuk hukum baru. Mertokusumo (dalam Mochtar

Kusumaatmaja, 2000:98) menegaskan bahwa Pengadilan atau hakim itu

PKNI4207/MODUL 11.19merupakan unsur yang cukup penting tidak saja dalam

menemukan hukumtetapi juga dalam mengembangkan hukum.Jelaslah bahwa

pengadilan mempunyai kedudukan penting dalam sistem hukum Indonesia. Karena

mereka melakukan fungsi yang pada hakikatnyamelengkapi ketentuan-ketentuan

hukum tertulis melalui pembentukan hukum (rechtsvorming) dan penemuan hukum

(rechtsvinding). Dengan kata lain hakim atau pengadilan dalam sistem hukum

Indonesia yang pada dasarnya tertulis itu mempunyai fungsi membuat hukum baru

(creation of new law). Karena itu sistem hukum Indonesia, walaupun merupakan sistem

hukum tertulis juga merupakan sistem yang terbuka (Mochtar Kusumaatmaja, 2000:99).

Namun meskipun yurisprudensi merupakan salah satu sumber formil di Indonesia,

tetapi berbeda dengan sistem Anglo Saks (Inggris dan Amerika) di mana hakim terikat

pada precedent, yurisprudensi atau putusan hakim terdahulu mengenai perkara serupa,

yang menghasilkan asas the binding force of precedent, hal yang demikian tidak

dijumpai pada sistem hukum Indonesia. Namun demikian Indonesia memiliki

yurisprudensi yang pemanfaatannya bersifat persuasive precedent, jadi putusan hakim


tidak mempunyai kekuatan mengikat, melainkan kekuatan yang meyakinkan. Soedjono

Dirdjosisworo (1999:162) mengemukakan faktor-faktor yang dianggap berperan di sini

adalah:1.Pembentuk undang-undang tidak dapat mengetahui semuanya terlebih

dulu2.Pembentuk undang-undang tidak dapat mengikuti kecepatan proses

perkembangan masyarakat3.Apa yang patut dan masuk akal dalam suatu kasus

tertentu, berlaku juga bagi kasus-kasus lain yang sejenis4.Peradilan kasasi oleh

Mahkamah Agung Demikianlah beberapa mazhab yang berpengaruh sesuai jamannya,

serta mewarnai praktek pengadilan dari masa ke masa, dan juga berpengaruh terhadap

pembuatan undang-undang.

Pluratitas hukum adalah keadaan dimana pada suatu tempat terdapat dua  atau hukum

yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat.

Adanya Pluralitas hukum ini masih terjadi di Indonesia karena Indonesia pada dasarnya

merupakan negara yang plural, dimana terdapat berbagai macam agama dan adat yang masing

masing memiliki hukum tersendiri. Sebahai contoh, hukum islam dan hukum adat sampai

sekarang masih sama sama berlaku di indonesia. Ada juga norma - norma dan kebiasaan -

kebiasaan yang masih sangat dipertimbangkan dalam hukum yang berlaku di masyarakat

sosial. 

 Menurut pemikiran dari Prof.Notonagoro, pancasila ini memberikan pengetahuan dan


pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Secara Ontologi, kajian pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila. “Analisis
Tekstual dan Kontekstual” disebutkan bahwa etika hidup bersama ini tertuang dalam Pancasila,
yang telah menetapkan dasar-dasar azasi bagi warga dan bangsa Indonesia dan juga menetapkan
sikap batin bagi negara dan bangsa. Pemikiran Notonagoro
 7. Terbagi menjadi 3 antara lain : Dasar Aksiologis, Sila-sila pancasila sebagai suatu system
filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam unsur pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu kesatuan yang hakekatnya memiliki
maksut segala sesuatu pada hakekatnya bernilai, hanya nilai apa saja yang terkandung dalam
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Dasar Ontologi, hakekatnya adalah manusia
yang memiliki hakekat mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok pancasila adalah manusia.
Demikian pengetahuan tentang ontologi tentang sila-sila. Dasar Epistomologis, Pancasila sebagai
suatu obyek yang meliputi masalah sumber pengtahuan pancasila dan susunan pengetahuan
pancasila. Sumber pengetahuan pencasila adalah nilai- nilai yang ada pada bangsa dan Negara
Indonesia sendiri.
 8. Secara ontologi, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar antologi
pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok sila-sila
pancasila. Secara epistemologi, pancasila mendasarkan pandangannya bahwa imu pengetahuan
pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat
manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan
dalam kehidupan manusia. Secara aksiologi, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai- nilai
pancasila. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang mengakui, menghargai,
menerima pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pandangan Notonagoro
 9. SIMPULAN Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik sebuah

simpulan bahwasannya Notonagoro, Pancasila merupakan azas pandangan hidup. Pancasila akan

terus ada di dalam jiwa dan raga bangsa Indonesia ini. Nilai-nilai pancasila yang saling berkaitan

menyatakan bahwa hidup harus seimbang yaitu manusia sebagai makhluk yang bersosial dan

individu,serta kedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan YME. Dan hakekat Pancasila adalah

manusia. Karena merupakan pendukung pokok sila-sila dalam pancasila. Serta pancasila sebagai

dasar filsafat Negara memiliki lima sila yang merupakan persatuan dan kesatuan..

DUA HUKUM PERDATA YANG ADA DI INDONESIA


1. Hukum Perkawinan merupakan bagian dari Hukum Keluarga. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tidak ditemukan satu pasalpun yang
mendefinisikan tentang perkawinan. Djaren Seragih berpendapat bahwa
hukum yang menentukan prosedur yang harus dilalui, beserta ketentuan-
ketentuan hukum yang menentukan akibat-akibat hukumnya.13 Sedangkan
Ali Afaandi berpendapat bahwa perkawinan menurut KUH Perdata
adalah:14“Persatuan seorang lelaki dan perempuan secara hukum untuk
hidup bersama-sama ini dimaksudkan untuk berlangsung selama-lamanya”Di
dalam KUH Perdata hanya terdapat satu pasal saja yang menjadi ketentuan
umum tentang umum tentang perkawinan, yaitu Pasal 26 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa KUH Perdata memandang soal perkawinan itu hanya
dalam hubungan-hubungan perdata saja. Oleh karena itu dalam masalah
perkawinan menurut KUH Perdata. Hukum Agama dikesampingkan, hal ini
tersirat dalam isi Pasal 81 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa: 13 Djaren
Saragih. Hukum Perkawinan Adat dan Undang-Undang Tentang Perkawinan
serta Peraturan Pelaksananya. Tarsito, Bandung: 1982. hlm 7. 14 Ali Afandi,
Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian Menurut KUH Perdata
Belanda,PT. Bina Aksara, Jakarta: 1986. hlm 17.repository.unisba.ac.id
21 “Tiada suatu upacara keagamaan boleh dilakukan, sebelum kedua pihak
kepada pejabat agama mereka membuktikan, bahwa perkawinan di hadapan
pegawai catatan sipil telah berlangsung.”Tetang pelanggaran oleh petugas
agama yang tidak memindahkan peraturan dalam Pasal 81 ini dapat dijerat
dengan pidana denda paling banyak empat ribu ratus rupiah (Pasal 530 ayat (1)
KUH Pidana) dan jika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak
adanya pemidanaan yang terjadi tetap karena pelanggaran yang sama, pidana
denda dapat diganti dengan pidana kurungan paling lama dua bulan (Pasal 530
ayat (2) KUH Pidana).15 Dalam KUH Perdata dapat diartikan bahwa perkawinan
yang sah adalah perkawinan yang dilakukan dimuka petugas Kantor Catatan
Sipil. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 76 KUH Perdata yang menyebutkan
bahwa: “perkawinan harus dilangsungkan dimuka umum, dalam gedung dimana
akta catatan sipil harus dibuat, di hadapan pegawai catatan sipil tempat tinggal
salah satu dari kedua belah pihak, dan dihadiri oleh kedua orang saksi, baik
keluarga maupun bukan keluarga, yang telah mencapai umur dua puluh satu
tahun dan berdiam di Indonesia.”16Seperti diketahui Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 yang mengatur masalah perkawinan diundangkan pada tanggal 2
Januari 1974. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa sebelum tanggal tersebut
Indonesia belum ada undang-undang yang mengatur masalah perkawinan.
Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 terdapat
ketentuan-ketentuan di bidang perkawinan yang merupakan hukum Positif di
Indonesia.
2. Hukum Agraria
Hukum Agraria mempunyai pengaruh penting di dalam pembentukan Politik Hukum
di Indonesia hal tersebut disebabkan oleh karena permasalahan-permasalahan yang
di hadapi oleh masyarakat tentang agraria perlu mengalami pembaharuan guna
mendukung perkembangan zaman yang kian meningkat, pengaruh pembaharuan
kebijakan terkadang memiliki faktor penghambat, akan tetapi disinilah sudah
menjadi tugas kita bersama untuk saling menganalisa secara seksama apakah tujuan
dasar dari Negara dalam membuat suatu pembaharuan, dasar tersebut tentunya
untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat berdasarkan
Undang-undang Dasar 1945.

Anda mungkin juga menyukai