NIM : 041727377
UPBJJ : 45/YOGYAKARTA
TUGAS 3
Suatu upaya memasukkan peristiwa ke dalam peraturannya yang banyak dilakukan dalam perkara
pidana. Suatu peristiwa hukum dicarikan rumusan peraturan perundang-undangan yang dilanggar
laksana mencocokkan sepatu dengan kaki pemakainya. Namun metode sumsumtie agak sulit
diterapkan oleh hakim di Indonesia pada perkara perdata, akibat masih banyak peraturan hukum
perdata yang tidak tertulis.
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL DAN ANGLO SAXON
Jika dianalisis uraian di atas, antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem hukum Anglo Saxon
terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu sebagai berikut.
1. Pada sistem hukum Eropa Kontinental dasarnya didominasi oleh hukum tertulis (peraturan perundang-
undangan) sebagai sumber hukumnya. Adapun pada sistem hukum Anglo Saxon pada umumnya didominasi
oleh hukum tidak tertulis (asas stare decisis) melalui putusan hakim/yurisprudensi sebagai hukumnya.
2. Pada sistem hukum Eropa Kontinental terdapat pemisahan yang secara jelas dan tegas antara hukum
publik dan hukum privat, sedangkan pada sistem hukum Anglo Saxon, tidak ada pemisahan secara jelas dan
tegas antara hukum publik dengan hukum privat.
Di samping perbedaan kedua sistem hukum di atas, ada juga persamaannya, yaitu kedua-duanya tetap mengenal
adanya pemisahan kekuasaan dari semua lembaga Negara, sebagaimana dimaksud dalam teori pemisahan
kekuasaan. Kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan tersendiri terpisah dari kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Sedangkan dalam hal sistem peradilan, antara sistem peradilan Eropa Kontinental dan Anglo Saxon, dapat
dilihat perbedaan yang prinsipiil, yaitu sebagai berikut.
1. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental tidak menggunakan juri, sehingga tanggungjawab hakim adalah
memeriksa kasus, menentukan kesalahan, dan menerapkan hukumnya serta menjatuhkan putusannya. Adapun
pada sistem peradilan Anglo Saxon menggunakan juri yang memeriksa fakta kasusnya, kemudian menetapkan
kesalahan, dan hakim hanya menerapkan hukum kemudian menjatuhkan putusan.
2. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental di mana hakim tidak terikat atau tidak wajib mengikuti putusan
hakim sebelumnya dalam perkara yang sama. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon di mana hakim
terikat pada putusan hakim sebelumnya dalam perkara yang sama dengan melalui asas the binding force of
precedent.
3. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental dalam perkara perdata saja yang melihat adanya dua pihak yang
bertentangan, yaitu penggugat dan tergugat dan pada perkara pidana keberadaan terdakwa bukan sebagai
pihak penentang. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon menganut pula asas adversary system, yaitu
memandang bahwa di dalam pemeriksaan peradilan selalu ada dua pihak yang saling bertentangan baik dalam
perkara perdata maupun dalam perkara pidana.
• Sistem hukum sosialis berasal dari hukum Uni Soviet yang dikembangkan sejak 1917, dimana pada
tahun ini terjadi Revolusi Oktober yang mengakhiri pemerintahan kerajaan Rusia. Hukum ini
mengalami penyebaran melalui politik demokrasi rakyat ke Negara-negara di Eropa dan Asia. Pokok
sistem hukum sosialis adalah hukum yang dijiwai ajaran Marxis-Lenimisme yang dianut oleh para
pakar hukum di Uni Soviet serta ajaran meterialisme dan teori evolusi dimana dikatakan bahwa
materi merupakan satu-satunya benda nyata di dunia ini.
• Dalam hukum sosialis, hukum merupakan suatu alat untuk menekan kelas tertindas yaitu kepentingan
dan ketidakadilan. Hukum yang adil berarti menyerukan suatu ideologi. Fungsi hukum sosialis bukan
untuk mengekspresikan konsep keadilan tertentu, tetapi mengorganisasi kekuatan-kekuatan ekonomi
bangsa dan mentransformasikan tingkah laku dan sikap warga Negara. Dengan demikian Negara-
negara yang menganut sistem hukum sosialis ini hanya mengenal konsep hukum publik sedangkan
hukum privat tidak ada.
• Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan
negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah peraturan-
peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran
hukum masyarakatnya. Peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Penegak hukum adat adalah pemuka adat
sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat
untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.
• Hukum adat di Indonesia terdiri dari berbagai macam hukum adat, menurut Puchta, murid von
Savigny hukum adat yang semacam ini tidak dapat dijadikan hukum secara nasional hanya sebagai
keyakinan bagi masyarakatnya masing-masing, nilai-nilainya juga tidak dapat dimasukkan di dalam
sistem hukum nasional, kecuali hukum adat yang di miliki, diyakini dan diamalkan secara terus
menerus oleh bangsa atau masyarakat nasional dapat dijadikan hukum secara nasional setelah melalui
proses pengesahan di lembaga legislatif dan atau eksekutif, dan nilai-nilainya dapat dimasukkan ke
dalam sistem hukum nasional