Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anastasia Puri Wijayanti

NIM : 030682425
UPBJJ : Jakarta

Diskusi 1 Pengantar Ilmu Hukum (PTHI)


Jelaskan menurut saudara mengapa hukum sulit didefinisikan dan apa saja   unsur-unsur yang
terdapat dalam definisi hukum?

Jawaban:
A. Van Apeldoorn mengemukakan ada dua golongan di masyarakat yang mempunyai
pandangan terhadap hukum:
a. De ontwikkelde Leek (Orang terpelajar yang awam akan hukum), bahwa hukum adalah
Undang-Undang. Pandangan ini disebut juga dengan pandangan Legisme, karena terlalu
mengagung-agungkan Undang-Undang.
b. The Man In the Street (Orang jalanan), mereka jika mendengar hukum maka akan teringat
pengadilan, hakim, pengacara, jaksa, polisi, dan lain-lain. Mereka melihat hukum sebagai
barang hidup. Jika ingin mengetahui hukum lebih baik mendengar orang yang berpekara
di pengadilan daripada harus membaca pasal-pasal.

B. Ahli Hukum Belanda yang bernama L. J. Van Apeldoorn dalam bukunya yang berjudul
Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht yang diterjemahkan oleh Oetarid Sadino
menjadi Pengantar Ilmu Hukum, dalam buku tersebut L.J. Van Apeldoorn mengemukakan
bahwa “tidak mungkin memberikan definisi tentang hukum, yang sungguh-sungguh dapat
memadai kenyataan. Walaupun sejak beberapa ribu tahun orang sibuk mencari sesuatu
definisi tentang hukum, namun belum pernah terdapat sesuatu yang memuaskan. Apa yang
ditulis oleh Kant lebih dari 150 tahun yang lalu: Noch suchen die Juristen eine Definition zu
ihrem Begriffe von Recht, masih tetap berlaku. Hampir semua ahli hukum yang memberikan
definisi tentang hukum, memberikannya berlainan. Ini, setidak-tidaknya untuk sebagian,
dapat diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk serta kebebasan hukum. Hukum banyak
seginya dan demikian luasnya, sehingga tidak mungkin orang menyatukannya dalam satu
rumus secara memuaskan.”
C. Kalimat Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von Recht diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia oleh pakar hukum Darji Darmodihardjo dan Shidarta menjadi
sebagai berikut: para ahli hukum masih mencari tentang apa definisi hukum, hal itu
sebagaimana dijelaskan oleh mereka sebagai berikut :“Sampai saat ini, menurut Apeldoorn
sebagaimana dikutipnya dari Immanuel Kant, para ahli hukum masih mencari tentang apa
definisi hukum (Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von Recht).
Definisi (batasan tentang hukum yang dikemukakan para ahli hukum sangat beragam,
bergantung dari sudut mana mereka melihatnya”. (Darji Darmodihardjo dan Shidarta; 2006 :
11).
D. Berdasarkan pendapat E. Utrecht tersebut kita mendapatkan pemahaman yang menunjukan
hukum itu luas ruang lingkupnya dan selain luas ruang lingkupnya, hukum itu banyak segi
dan bentuknya yang untuk menggambarkan hukum itu banyak segi dan bentuknya E. Utrecht
menjelaskan sebagai berikut: “Oleh sebab sebelumnya tidak dapat dikatakan hubungan
konkrit macam apa yang diketemukan dalam masyarakat dan setiap hubungan konkrit itu
bersegi beraneka warna, maka tidak pula dapat dikatakan orang hukum macam apa yang
mengatur hubungan konkrit tersebut. Sebab hubungan yang diatur hukum ada seribu satu
macamnya, dan demikian juga halnya dengan segi-segi hukum itu, maka tidak mungkinlah
dibuat definisi yang meliputi segala segi hukum”. (E. Utrecht; Ibid: 1)
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat kami simpulkan bahwa hukum sulit untuk
didefinisikan yang sungguh-sungguh sesuai dengan kenyataan yang dapat memuaskan semua
orang karena hukum itu luas ruang lingkupnya, hukum memiliki banyak segi dan bentuknya,
sehingga akan sulit untuk memasukan dari hukum yang luas ruang lingkupnya, dari hukum yang
banyak segi dan bentuknya ke dalam suatu rangkaian kalimat yang berupa definisi, karena
definisi biasanya bersifat singkat dan padat.
E. Definisi hukum
a. Utrecht sebagaimana dikutip oleh C.S.T Kansil (1989: 38), memberikan batasan hukum
sebagai berikut: “hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus
ditaati oleh masyarakat itu”.
b. S.M. Amin sebagaimana dikutip oleh C.S.T Kansil (1989: 38), merumuskan hukum
sebagai berikut: “kumpulan-kumpulan peratura yang terdiri dari dari norma dan sanksi-
sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketatatertiban dalam
pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara”.
J.C.T Simorangkir dan W. Sastropranoto defenisi hukum sebagai berikut: “hukum itu ialah
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman
tertentu” (C.S.T Kansil, 1989: 38).
M.H. Tirtaatmidjaja menurutnya hukum ialah “semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam
tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian-jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya” (C.S.T Kansil,
1989: 38).
F. Beberapa unsur hukum menurut C.S.T Kansil, (1989: 38 - 39) yaitu:
a. Hukum sebagai pengatur tingkah laku manusia
Pada hakikatnya hukum diciptakan untuk mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang di dalamnya berisikan bermacam perintah maupun larangan.
b. Hukum dibuat oleh badan berwajib
Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang. Jadi tidak setiap orang
atau lembaga memiliki hak dan kewenangan untuk membuat produk hukum, dimana hanya
badan resmi yang berwenang dan ditentukan berdasarkan kesepakatan yang boleh membuatnya.
Contohnya adalah KUHP dibuat oleh lembaga resmi negara bukan oleh pihak swasta.
c. Hukum bersifat memaksa
Dalam hal ini setiap orang wajib hukumnya untuk mematuhi setiap aturan yang ada tanpa
terkecuali. Hal tersebut yang membedakan hukum dengan norma lain yang berlaku di dalam
masyarakat. Hukum tidak melihat golongan, suku maupun ras.

d. Hukum terdapat sanksi tegas


Unsur terakhir dalam produk hukum adalah adanya sanksi yang tegas. Sanksi ini diatur di dalam
perundang-undangan yang telah disepakati bersama. Ketika orang melanggar peraturan yang
telah ditetapkan maka akan mendapatkan sanksi yang membuat jera seperti penjara, denda,
bahkan hukuman mati. Contohnya, sanksi bagi para pelanggar lalu lintas akan mendapatkan
sanksi tilang maupun denda.

Sumber:
Delianoor, Nandang Alamsyah. 2020. ISIP4130 Pengantar Ilmu Hukum/PTHI. Jakarta:
Universitas Terbuka
Wantu, Fence M. 2016. Pengantar Ilmu Hukum. Gorontalo: Reviva Cendekia

Anda mungkin juga menyukai