Anda di halaman 1dari 10

TANTANGAN OTONOMI DAERAH DI ERA

GLOBALISASI

Nama :RIZKI ENGIE NAUTIKA SARI


NIM :857989953
Prodi :Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENDAHULUAN

Otonomi daerah adalah kebijakan pemerintaha yang memberikan wewenang kepada daerah untuk
mengatur dan mengelola urusan pemerintah di wilayahnya sediri.Namun di tengah hiruk-pikuk era
globalisasi, otonomi daerah di Indonesia memiliki banyak tantangan.
Artikel ini akan mengupas tuntas tentang tantangan-tantangan tersebut serta mengajak pembaca
untuk memahami strategi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan
yang sesui dengan otonomi daerah.
KAJIAN PUSTAKA

a. Tantangan dan peluang otonomi daerah.

Belakangan ini banyak keracunan dalam menanggapi persoalan munculnya ancaman


disintegrasi bangsa. Akar masalahnya boleh jadi disebabkan oleh cara memahami
perubahan mendasar pada lingkungan Internal dan Eksternal dengan menggunakan
paradigma lama. Pola pikir yang kaku dan cenderung mensakrarkan simbol-simbol tertentu
mencerminkan relistensi sementara kalangan terhadap tuntutan perubahan yang merupakan
suatu keniscayaan (huku alam atau sunnatulah).

Tatkala tuntutan daerah semakin deras untuk “memerdekakan diri” dari belenggu dominasi
pemerintah pusat yang sangat sentralistik, para elit politik di Jakarta menanggapinya tanpa
menawarkan penyelesaian yang koprehensif dan tuntas, bahkan justru membingungkan
sehingga tak jelas arahnya. Tuntutan rakyat acah untuk melaksanakan referendum terlepas
dari opsi-opsi ditawarkan di dukung oleh gus presiden tetapi ditolak oleh pimpinan DRR.
Sementara itu ketua MPR menawarkan formula dalam kerangka negara kesatuan entah
seperti apa penjabaranya. Ada pula yang menyodorkan konsep otonomi khusu, otonomi
seluas luasnya, ataupun otonomi penuh. Kalangan tertentu lainya memnadan penerapan
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang pemerimtahan daerah dan Undang-Undang
No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan hubungan keuangan pusat-daerah sudah cukup
untuk merendam tuntutan aspirasi daerah.

Para pelontar gagasan tidak menjelaskan secara jernih konsep-konsep yang di tawarkanya,
bahkan sekedar mendefinisikan konsep-konsep tersebut sekalipun. Misalnya: sampai
sejauh mana atau sampai sebatas mana otonomi yang seluas luasnya itu; apa yang di
maksud dengan federalism dalam kerangka negara kesatuan adalah konsep gado-gado atau
penerapan konsep negara bagian untuk beberapa provinsi saja; Apakah ke khususan dari
otonomi khusus; apakah otonomi penuh berarti pemerintahan sendiri dalam arti
pemerintahan daerah memiliki hak dan kekuasaan penuh dalam memutuskan arah dan
tindakanya sediri. Semuanya serba tidak jelas sehingga memicu diskusi yang lebih bersifat
debat kusir.

Menurut kamus besar Bahasa Indinesia, yang di maksud dengan otonomi daerah adalah
hak,wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesui dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini masih bisa
diperdebatkan. Apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku justru membingkai
hak,wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri, atau justru peraturan perundang-undangan yang harus menyesuaikan diri dengan
hakekat dari otonomi itu sendiri. Untuk menghilangkan keracunan atas persepsi di atas
kiranya perlu memahami hakekat atau makna filosfi dari prinsip keotonoian.
Pada tingkat terendah otonomi mengacu pada individu sebagai perwujudan dari free will
yang melekat pada diri-diri manusia sebagai salah satu anugrah paling berharga dari sang
pencipta. Free will ini yang memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga
mereka bisa mengaktualisasikan sebagai potensi terbaik yang ada pada dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom ini yang selanjutnya membentuk komunikasi yang
otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul.

Dari pernaparan di atas bisa kita simpulkan bahwa individu-individu yang otonom menjadi
modal dasar sebagai perwujudan otonomi daerah yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan
otonomi daerah harus membuka kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap
pelaku dalam rambu-rambu yang disepakati bersana sebagai jaminan terselengaranya
social order. Di luar itu, pada prinsipnya tak boleh ada pembatsan, khusunya dalam
mobilitas faktor-faktor produksi.otonomi juga membuka peluang tentang persainga sehat
antar daerah, tentu saja dengan jarring-jaring teraman bagi tercapainya persyaratan
minimum bagi daerah-daerah yang di pandang masih belum mampu mensejajarkan diri
dalam suatu level of playing field.

b. Pengertian Otonomi daerah.

Otonomi daerah menjadi sebuah paradikma baru dalam tata Kelola pemerintah yang
memberikan wewenang lebih kepada daerah untuk mengelola dan mengatur urusan
lokalnya. Daerah otonomi daerah Indonesia, sejak di berlakukanya undang-undang nomer
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah menandai pergeseran signifikan dalam
dinamika pemerintahan tingkat lokal. Meskipun demikian, keberhasilan inplementasi
otonomi daerah tidak lepas dari tantangan yang muncul, terutaman di tengan dinamika
globalisasi yang semakin kompleks. Dalam era globalisasi, dimana arus
imformasi,teknologi, dan interkoneksi antar negara semakin terbuka,tantangan otonomi
daerah semakin berkembang dan memperlukan penanganan yang bijaksana. Fenomena
globalisasi membawa dampak positif seperti kemajuan teknologin dan pertumbuhan
ekonomi, namun sekaligus menimbulkan tantangan kompleks seperti persaingan ekonomi
yang ketat, perubahan social budaya, dan perlunya peningkatan daya saing daerah di
tingkat global.

Tantangan otonomi daerah di era globalisasi tidak hanya bersifat eksternal, tetapi juga
internal. Faktor-faktor seperti kurangnya kapasitas 4erate4trative, rendahnya suber daya
manusia yang berkualitas, dan kurangnya ketersediaan infrastruktur menjadi hambatan
internal yang perlu di atasai agar otonomi daerah dapat berjalan efektif.

Kata “Otonomi” berasal dari bahsa Yunani, dengan “auto” yang berarti sendiri dan “nomos”
yang berarti hukum atau peraturan. Menurut Encylopedia of socil science, otonomi dalam
pengertian orisinal adalah kecukupan hukum dari suatu tubuh social dan kemandirianya
yang sebenarnya. Otonomi memiliki dua ciri hakikat, yaitu kecukupan hukum sendiri dan
kemandirian aktual. Dalam konteks politik atau pemeritahan, otonomi daerah erate
pemerintahan sendiri atau kondisi hidup di bawah hukumanya sendiri.
c. Hak dan kewajiban otonomi daerah.

Otonomi daerah, sesui dengan undang-undang republic Indonesia nomer 5 tahun 1974
adalah hak, wewenang, dan kewajiban derah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesui dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini
diperbarui oleh undang-undang Nomer 22 Tahun 1999, yang menetapkan otonomi daerah
sebagai kewenagan daerah otonom untuk mengatur dan mengrus kepentingan masyarakat
setempat sesui dengan aspirasi masyarakat. Pada hakikatnya, otonomi daerah mencakup
tiga aspek utama:

1) Hak Mengurus Rumah Tangga Sendiri.

Daerah otonom memiliki keleluasaan untuk menetapkan


kebijaksanaan,melaksanakan sendiri,serta mebiyayai dan pertanggung jawabanya
sendiri.

2) Batas Wilayah.

Dalam menggunakan haknya, daerah tidak boleh melampaui batas wilayahnya


sendiri.

3) Non-Interference.

Derah tidak boleh mencampuri hak daerah lain sesui dengan wewenang yang di
serahkan kepadanya.

Dengan demikin,daerah otonom bukan hanya mandiri dalam hal pemerintahan,


tetapi juga dalam pengaturan kehidupan rumah tangganya sendiri.

d. Dasar Hukum dan Tujuan Otonomi Daerah.

Undang-undang Nomer 32 Tahun 2004, pasal 1ayat 5, menyatakan bahwa otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesui dengan peraturan
perundang-undanga. Pemberian kewenangan otonomi daerah kepada kabupaten dan kota
di dasarkan pada desentralisasi, yang mencangkup otonomi luas,nyata, dan bertanggung
jawab.

Tujuan otonomi daerah, sebagaimana di jelaskan dalam undang-undang, adalah


meningkatkan pelayanan public,memajukan perekonomian daerah,menciptakan efisiesnis
pengelolaan sumber daya daerah, dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan otonomi daerah di harapkan dapat menciptakan pemerintahan yang
lebih responsive terhadap kebutuhan lokal,meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
memperkuat hubungan antara pusat dan daerah. Menurut syarif dan Jubaedah (2006),
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah,berwewenang mengatur urusan pemerintah, dan berkewajiban mengurus
kepentingan masyarakat setempat. Daerah otonom, menurut Bagir Manan yang di kutip
oleh syarifin dan Jubaedah, menjadi wadah untuk merangkul perbedaan sosil,ekonomi, dan
budaya dengan perinsip Bhineka Tunggal Ika.
PEMBAHASAN

1) Tantangan Otonomi Daerah di Era Globalisasi.

a). Tantangan Ekonomi.

Salah satu tantangan terbesar otonomi daerah di era globalisadi adalah


persaingan yang semakin ketat dengan daerah lain maupun negara lain. Hal
ini disebabkan oleh adanya perdagangan bebas dan liberalisasi ekonomi
yang membuka peluang bagi produk dan jasa dari luar daerah negara untuk
masuk ke pasar lokal.Selain itu, pemerintah daerah juga menghadapi
tantangan dalam mencari pasar untuk produk daerah. Hal ini di sebabkan
oleh adanya perbedaan selera dan kebutuhan konsumen yang semakin
beragam.Selain itu,produk daerah juga harus bersaing dengan produk dari
luar daerah atau negara yang memiliki kualitas dan harga yang lebih
kompetitif.

b). Tantangan Politik.

Tantangan politik yang di hadapi oleh otonomi daerah di era globalisasi


adalah konflik horizontal dan vertikal. Konflik horizontal merupakan
konflik yang terjadi antara kelompok masyarakat dalam satu daerah.
Konflik Vertikal
Merupakan konflik yang terjadi antara pemeritah daerah dengan pemerintah
di pusat atau antar daerah. Selain itu, otonomi daerah juga menghadapi
tantangan korupsi dan nepotisme. Korupsi dan nepotisme dapat
menghambat pembangunan daerah dan merugikan masyarakat.

c). Tantangan Sosial.

Tantangan Sosial yang di hadapi oleh otonomi daerah di era globalisasi


adalah kesenjangan social yang semakin lebar. Hal ini disebabkan oleh
adanya perbedaan akses terhadap suber daya dan kesempatan. Selain itu,
otonomi daerah juga menghadapi tantangan pergeseran nilai budaya lokal.
Globalisasi dapat menyebabkan masuknya nilai-nilai dan budaya asing
yang dapat menggeser nilai-nilai budaya lokal.

2) Cara Mengatasi Tantangan Otonomi Derah di Era Globalisasi.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan tantangan otonomi
daerah di era globalisasi, yaitu:

a). Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah.


Peningkatan kapasitas pemerintahan daerah dapat di lakukan dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manuisa (SDM) aparatur
daerah,meningkatkan profesionalisme aparatur daerah, dan meningkatkan
transparasi dan akuntabilitas pemerintah daerah.

b). Peningkatan Daya Saing Daerah.

Peningkatan daya saing daerah dapat dilakukan dengan mengembangkan


potensi daerah, memperkuat sektor-sektor unggulan daerah, dan
meningkatkan kerja sama antar daerah.

c). Peningkatan Partisipasi Masyarakat.

Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan


meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya otonomi daerah dan
meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah. Pemerintah
pusat perlu memberikan dukungan kepada pemerintah darah dalam
mengatasi tantangan otonomi daerah di era globalisasi. Dukungan tersebut
dapat berupa pelatihan dan peningkatan kapasita aparatur daerah,pemberian
subsidi,dan insentif, serta peningkatan pengawasan terhadap
penyelengaraan otonomi daerah.
PENUTUP

Kesimpulan
Otonomi derah merupakan salah satu pilar demoklasi yang memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi daerah
bertujuan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran daerah.
Dalam era globalisasi otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan baik dari segi
ekonomi,politik,social, maupun budaya. Tantangan-tantangan tersebuat dapat menghambat
pelaksanaan otonomi daerah dan menghambat pembangunan daerah.

Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, berikut ini adakah beberapa saran untuk mengatasi tantangan
otonomi daerah di era globalisas:
a). Meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah.
b). Meningkatkan partisipasi masyarakat akan pentingnya otonomi daerah.
c).Menigkatkan daya saing daerah dengan cara mengembangkan potensi daerah dan
memperkuat sektor-sektor unggul daerah.

DAFTAR PUSTAKA

[ Modul MKDU4111 Pendidikan Kewarganegaraan.

https://www.teknospesial.com/2023/11/tantangan-otonomi-daerah-di-
eraglobalisasi.html?m=1

:https://temanggung.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-2617360987/tantangan-
otonomidaerah-di-era-globalisasi-ternyata-ini-yang-mempengaruhi-otonomi-
daerah?page=2&_gl=1*1lk2nz3*_ga*eVhBYmZkMS1qaTdyZHBzRVlCVlYydFRNalR
DMWxqbEtvRU1SRUF1c3ZzYm1aak9YTHlxdTBSQUhnNDRYRHF5Mw

https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/98010877317/baru-contoh-artikel-
tentangtantangan-otonomi-daerah-di-era-globalisasi-lengkap-dengan-kajian-
pustaka?page=2

https://www.markombur.com/2023/11/artikel-tema-tantangan-otonomi-daerah.html?m=1

https://www.markombur.com/2023/11/artikel-tema-tantangan-otonomi-daerah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai