Anda di halaman 1dari 57

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SEMESTER 3

TEMA : PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

A.Capaian Pembelajaran
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global.
Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis
proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa
sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai
peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi

B.Tujuan Pembelajaran

Setelah siswa selesai mempelajari materi kegiatan pembelajaran 1 ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menganalisis pembentukan badan BPUPKI oleh Jepang bagi bangsa Indonesia
2. Menganalisis pembentukan badan PPKI oleh Jepang bagi bangsa Indonesia
3. Menganalisis peristiwa Rengasdengklok
4. Menganalisis perumusan teks proklamasi
5. Menganalisis pelaksanaan proklamsi kemerdekaan Indonesia
6. Mednganalisis dukungan di berbagai daerah terhadap proklamasi
7. Menganalisis dampak Proklamasi dalam berbagai Ekonomi, politik dan pendidikan bagi bangsa
Indonesia
8. Menganalisis pengesahan Undang-Undang Dasar /UUD 1945
9. Menganalisis pemilihan presiden-wakil presiden
10. Menganalisis Pembagian wilayah Indonesia
11. Menganalisis pembentukan departemen dan kabinet RI.
12. Menganalisis pembentukan KNIP.
13. Menganalisis Pembentukan Partai nasional
14. Menganalisis pembentukan Tentara keamanan di Indonesia

C.Uraian Materi

AKTIVITAS PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN


BADAN PENYELIDIKAN USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) DAN
PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA ( PPKI ) DAN PEMERINTAHAN PERTAMA

1.Badan Penyelidikan Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI )

Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki
Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak,
sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap
tentara Sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada
tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi
Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai.
Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting
lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia
merdeka.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang,
Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat, dari golongan
nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil
ketua), yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang). Selain menjadi ketua muda,
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 1
Raden Pandji Soeroso juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo. BPUPKI sendiri beranggotakan 67
orang, yang terdiri dari: 60 orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari
semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan
militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka
adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).

Anggota BPUPKI
Abdul Kaffar, A.A. Sanoesi, Abdoel Kahar Moezakir ,Abdurrahman Baswedan ,Agus Muhsin Dasaad
, BKPH Suryohamijoyo ,BPH Bintoro ,BPH Purubojo ,Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman
Wedyodiningrat ,Dr. Raden Boentaran Martoatmodjo , Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumah
Atmaja , Dr. Samsi Sastrawidagda , Dr. Soekiman Wirjosandjojo ,Drs. KRMH Sosrodiningrat , Drs.
Mohammad Hatta , Haji Agus Salim ,chibangase Yosio ,Ide Teitiroo ,Ir. Pangeran Muhammad Noor
, Ir. R. Ashar Sutejo Munandar ,Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo ,Ir. Roosseno
Soerjohadikoesoemo , Ir. Soekarno , Itagaki Masumitu , K.H Abdul Halim (Muhammad Syatari) ,
Ki Bagoes Hadikoesoemo , Ki Hadjar Dewantara , Kiai Haji Abdul Fatah Hasan . Kiai Haji Abdul
Wahid Hasjim , Kiai Haji Mas Mansoer ,Kiai Haji Masjkur Liem Koen Hian , Mas Aris , Mas
Sutardjo Kertohadikusumo , Masuda Toyohiko Matuura Mitukiyo , Miyano Syoozoo , Mr.
Alexander Andries Maramis , Mr. Johannes Latuharhary , Mr. KRMT Wongsonegoro , Mr. Mas
Besar Mertokusumo , Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo , Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. ,Mr. RA
Maria Ulfah Santoso ,Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo , Mr. Raden Hindromartono ,
Mr. Raden Mas Sartono ,Mr. Raden Panji Singgih , Mr. Raden Samsudin , Mr. Raden
Sastromulyono ,Mr. Raden Soewandi ,Oey Tiang Tjoei ,Oey Tjong Hauw ,P.F. Dahler ,Parada
Harahap, Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat, Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya
Kusuma, Prof. Mr. Dr. Soepomo, R. Abdulrahim Pratalykrama, RAA Poerbonegoro Soemitro
Kolopaking, RAA Wiranatakoesoema V, Raden Abdul Kadir, Raden Abikusno Tjokrosoejoso,
Raden Asikin Natanegara, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, Raden Oto Iskandar di Nata,
Raden Pandji Soeroso, Raden Ruslan Wongsokusumo, Raden Sudirman, Raden Sukarjo
Wiryopranoto, RMTA Soerjo, RMTA Wuryaningrat, RN Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito,
Tan Eng Hoa, , Tokonami Tokuzi

Tugas BPUPKI adalah mempelajari hal-hal yang penting mengenai tata pemerintaha Indonesia
merdeka. Dan tugas pokoknya melakukan penyelidikan terhadap usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia. Untuk itu BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja sebagai berikut;
1. Panitia perumus terdiri dari 9 orang diketuai Ir. Sukarno dengan tugas merumuskan naskah
rancangan pembukaan Undang-Undang Dasar.
2. Panitia perancang UUD, diketuai oleh Ir. Sukarno dan dibentuk lagi panitia kecil diketuai oleh
Prof. Dr. Mr. Supomo.
3. Panitia ekonomi dan keuangan diketuai oleh Moh . Hatta.
4. Panitia Pembela tanah air diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso

Masa persidangan BPUPKI 2 kali yaitu;


a. Masa sidang pertama 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas asas dasar negara
b. Masa sidang kedua 10 – 14 Juli 1945 , membahas rancangan UUD

1.1.1 Sidang resmi pertama

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 2
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa
persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In", yang pada zaman kolonial Belanda
gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (dari bahasa Belanda, semacam lembaga "Dewan
Perwakilan Rakyat Hindia-Belanda" di masa penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 – Jakarta. Namun masa persidangan
resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama) diadakan selama empat hari dan baru
dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara
"Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.

Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri
oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara
Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal
Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang
berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.

Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia,
yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda
sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal
ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai
isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-
Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda
acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang
tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :

1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.


berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas
dasar negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri Kebangsaan; 2.
Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5.
Kesejahteraan Rakyat”.
Setelah pidato beliau menyerahkan 5 asas dasar Negara secara tertulis
mengusulkan;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa
kemanusiaan yang adil dan beradab 4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi Mr. Mr. Prof Mohammad Yamin
seluruh rakyat Indonesia

2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato


mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar
negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Dasar Negara
Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3.
Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan
Sosial”.

3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan


gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik
Indonesia, yang beliau namakan "Pancasila", yaitu: “1.
Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan
Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia


yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan
istilah "Pancasila", masih menurut beliau bilamana diperlukan gagasan
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 3
mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: “1.
Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih
menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai
"Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-Royong”, ini adalah merupakan upaya dari Bung
Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia
yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu
dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik
lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sambil menunggu masa sidang berikutnya yaitu sidang II, maka 9 orang anggota BPUPKI
membentuk panitia kecil dengan ketua Ir. Sukarno, Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia
Sembilan" ini adalah sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno (ketua)


2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)

Tugas dari panitia kecil ( 9 ) itu adalah;


1. Merumuskan maksud dan tujuan didirikan Indonesia merdeka.
2. Membahas usul dan saran dari anggota BPUPKI baik lisan maupun tulisan.

Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak
"Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945
"Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia
yang kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", sesuai dengan nama yang
diberikan Mr. Muh Yamin. yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement
Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia
kecil yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu. Menurut dokumen tersebut, dasar
negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada
tanggal 22 Juni 1945 . Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan
BPUPKI yang kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945.

Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak resmi yang
dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang
membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar
1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang kedua (10
Juli-14 Juli 1945).

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 4
Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua

2.Sidang resmi kedua

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945

Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 14 Juli
1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu
antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 5
Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus
merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :

1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)


2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang
isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-
Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut
membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah
pokok yaitu :

1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka


2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-Undang
Dasar 1945", yang isinya meliputi :
 Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia-Belanda dahulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak
di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis
(sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
 Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
 Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
 Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun dengan mengambil
tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara
peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru.
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksional yang
sedikit berbeda.

AKTIVITAS GOLONGAN MUDA

Angkatan Moeda Indonesia dan Gerakan Angkatan Baroe Indonesia

Sebelum BPUPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda
Seluruh Jawa yang diprakarsai Angkatan Moeda Indonesia. Organisasi itu sebenarnya dibentuk atas
inisitaif Jepang pada pertengahan 1944, akan tetapi kemudian berkembang menjadi suatu pergerakan
pemuda yang anti-Jepang. Kongres pemuda itu dihadiri oleh lebih 100 utusan pemuda, pelajar dan
mahasiswa seluruh Jawa diantaranya Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Tjokroaminoto, Harsono
Tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa Ika Daigaku Jakarta. Kongres menghimbau para pemuda di
Jawa hendaknya bersatu dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan yang
bukan hadiah Jepang. Setelah tiga hari berlangsung kongres akhirnya memutuskan dua buah resolusi,
yaitu:

a. Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda dipersatukan dan dibulatkan


dibawah satu pimpinan nasional.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 6
b. Dipercepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Walaupun demikian
kongres pun akhirnya menyatakan dukungan sepenuhnya dan kerjasama erat dengan
Jepang dalam usaha mencapai kemerdekaan.

Pernyataan tersebut tidak memuaskan beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti utusan dari Jakarta
yang dipimpin oleh Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad untuk
menyiapkan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal. Untuk itulah pada tanggal 3 Juni 1945 diadakan
suatu pertemuan rahasia di Jakarta untuk membentuk suatu panitia khusus yang diketuai oleh B.M.
Diah, dengan anggotanya Sukarni, Sudiro, Sjarif Thajeb, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul
Saleh, P. Gultom, Supeno dan Asmara Hadi.

Pertemuan semacam itu diadakan lagi pada tanggal 15 Juni 1945, yang menghasilkan pembentukan
Gerakan Angkatan Baroe Indonesia. Dalam prakteknya kegiatan organisasi itu banyak dikendalikan
oleh para pemuda dari Asrama Menteng 31. Tujuan dari gerakan itu, seperti yang tercantum di dalam
surat kabar Asia Raja pada pertengahan bulan Juni 1945, menunjukkan sifat gerakan yang lebih radikal
sebagai berikut :

1. mencapai persatuan kompak di antara seluruh golongan masyarakat Indonesia;


2. menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang
berdaulat;
3. membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. mempersatukan Indonesia bahu-membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu
bermaksud untuk mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri.

Gerakan Rakyat Baroe

Gerakan Rakyat Baroe dibentuk berdasarkan hasil sidang ke-8 Cuo Sangi In yang mengusulkan
berdirinya suatu gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta kepada tanah air dan semangat
perang. Pembentukan badan ini diperkenankan oleh Saiko Shikikan yang baru, Letnan Jenderal Y.
Nagano pada tanggal 2 juli 1945. Susunan pengurus pusat organisasi ini terdiri dari 80 orang.
Anggotanya terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa Jepang, golongan Cina, golongan Arab
dan golongan peranakan Eropa. Tokoh-tokoh pemuda radikal seperti Chairul Saleh, Sukarni, B.M.
Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Sudiro, Supeno, Adam Malik, S.K. Trimurti,
Sutomo dan Pandu Kartawiguna diikutsertakan dalam organisasi tersebut.

Tujuan pemerintah Jepang mengangkat wakil-wakil golongan muda di dalam organisasi itu adalah
agar pemerintah Jepang dapat mengawasi kegiatan-kegiatan mereka. Sumobuco Mayor Jenderal
Nishimura menegaskan bahwa setiap pemuda yang tergabung di dalamnya harus tunduk sepenuhnya
kepada Gunseikanbu (pemerintah militer Jepang) dan mereka harus bekerja dibawah pengawasan
pejabat-pejabat pemerintah. Dengan demikian berarti kebebasan bergerak para pemuda dibatasi,
sehingga timbullah rasa tidak puas. Oleh karena itulah, tatkala Gerakan Rakyat Baroe ini diresmikan
pada tanggal 28 Juli 1945, tidak seorang pun pemuda radikal yang bersedia memduduki kursi yang
telah disediakan. Sehingga nampak semakin tajam perselisihan paham antara golongan tua dan
golongan muda tentang cara melaksanakan pembentukan negara Indonesia Merdeka.

3.Persiapan kemerdekaan dilanjutkan oleh PPKI

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 7
Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II berpengaruh terhadap proses persiapan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Kekalahan Jepang diawali dengan jatuhnya pulau Solomon, Marshal dan Saipan ke tangan
Amerika Serikat pada bulan Juni 1945.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia
Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI")
atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (bahasa Belanda: preambule) serta
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja
BPUPKI, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang
kepada bangsa Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.

Anggota "PPKI" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, sebagai
upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia-Belanda, terdiri dari: 12
orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa. "PPKI" ini diketuai
oleh Ir. Soekarno, dan sebagai wakilnya adalah Drs. Mohammad Hatta, sedangkan sebagai
penasihatnya ditunjuk Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Kemudian, anggota "PPKI"
ditambah lagi sebanyak enam orang, Anggota PPKI adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (Ketua)


2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. R. P. Soeroso (Anggota)
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdoel Kadir (Anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Poerbojo (Anggota)
13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)
14. Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
15. Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)[4]
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. A.H. Hamidan (Anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu[5] :
1. Achmad Soebardjo (Penasehat)
2. Sajoeti Melik (Anggota)
3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4. R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 8
5. Kasman Singodimedjo (Anggota)
6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Secara simbolik "PPKI" dilantik oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945, dengan
mendatangkan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat ke "Kota Ho Chi Minh" atau dalam bahasa Vietnam: Thành phố Hồ Chí
Minh (dahulu bernama: Saigon), adalah kota terbesar di negara Vietnam dan terletak dekat delta
Sungai Mekong.

Pada saat "PPKI" terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka semakin memuncak.
Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad yang bulat dari semua golongan untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki agar
kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak pemerintah pendudukan militer Jepang
sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam sidang "PPKI". Pada saat itu ada anggapan dari
golongan muda bahwa "PPKI" ini adalah hanya merupakan sebuah badan bentukan pihak pemerintah
pendudukan militer Jepang. Di lain pihak "PPKI" adalah sebuah badan yang ada waktu itu guna
mempersiapkan hal-hal yang perlu bagi terbentuknya suatu negara Indonesia baru.

Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh pemerintah pendudukan
militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana semua hasil kerja dari "PPKI". Jendral Terauchi
kemudian akhirnya menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan pelaksanaan
kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada "PPKI". Dalam suasana mendapat tekanan atau
beban berat seperti demikian itulah "PPKI" harus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujud-
nyatakan keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan rindu akan
sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Dalam rangka pengangkatan itulah, Jenderal Besar Terauci memanggil tiga tokoh Pergerakan
Nasional, yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9
Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauci di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam
pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada
ketiga tokoh itu bahwa Pemerintah Kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapannya selesai oleh PPKI.
Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.

Ketika ketiga tokoh itu berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang telah
dibom atom oleh Sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Bahkan Uni Soviet mengingkari janjinya dan
menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan penyerbuan ke Manchuria. Dengan demikian
dapat diramalkan bahwa kekalahan Jepang akan segera terjadi. Keesokan harinya, pada tanggal 15
Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir. Sukarno berkata :
“Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung kepada saya dan kemauan rakyat
memperbarui tekadnya meneruskan perang suci Dai Tao ini. Kalau dahulu saya berkata ‘Sebelum
jagung berbuah, Indonesia akan merdeka : sekarang saya dapat memastikan Indonesia akan merdeka,
sebelum jagung berbuah.” Perkataan itu menunjukkan bahwa Ir. Sukarno pada saat itu belum
mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA GOLONGAN TUA DAN GOLONGAN MUDA

Berita tentang kekalahan Jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar
negeri. Pada malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta
berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.

Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 waktu
Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan “ kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara
lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 9
sebaliknya diharapkan diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan
dalam pernyataan proklamasi.”

Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir.
Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera menyampaikan
keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa
menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika Ir. Sukarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah
menimbulkan ketegangan. Ir. Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu
dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak bisa
melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok”. Ketegangan itu juga disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr.
Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.

Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta berkata, “Dan kami pun tak dapat ditarik-tarik
atau didesak supaya mesti juga mengumumkan proklamasi itu. Kecuali jika Saudara-saudara memang
sudah siap dan sanggup memproklamasikan. Cobalah! Saya pun ingin melihat kesanggupan Saudara-
saudara !” Utusan itu pun menjawab “Kalau begitu pendirian Saudara-saudara berdua, baiklah ! Dan
kami pemuda-pemuda tidak dapat menanggung sesuatu, jika besok siang proklamasi belum juga
diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan menunjukkan kesanggupan yang saudara
kehendaki itu!”

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir. Sukarno dengan diliputi perasaan
kesal memikirkan sikap dan perkataan sukarno-Hatta. Sesampainya mereka di tempat rapat, mereka
melaporkan semuanya. Menanggapi hal itu kembali golongan muda mengadakan rapat dini hari
tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Baperpi, Jalan Cikini 71, Jakarta. Selain dihadiri oleh para pemuda
yang mengikuti rapat sebelumnya, rapat ini juga dihadiri juga oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr.
Muwardi dari Barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA Jakarta Syu. Rapat ini
membuat keputusan “menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan
untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang”. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak
Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.

Rencana ini berjalan lancar karena mendapatkan dukungan


perlengkapan Tentara PETA dari Cudanco Latief Hendraningrat
yang pada saat itu sedang menggantikan Daidanco Kasman
Singodimedjo yang sedang bertugas ke Bandung. Maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 waktu Jawa sekelompok
pemuda membawa Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota
menuju Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di pantai utara
Kabupaten Karawang. Alasan yang mereka kemukakan ialah
bahwa keadaan di kota sangat genting, sehingga keamanan
Sukarno-Hatta di dalam kota sangat dikhawatirkan. Tempat yang
dituju merupakan kedudukan sebuah cudan (kompi) tentara PETA Rengasdengklok dengan
komandannya Cudanco Subeno

Yang dimaksud dengan peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa diasingkannya Sukarno dan
Muhammad Hatta ke Rengasdengklok oleh golongan muda.
Peristiwa Rengasdengklok ini dilatarbelakangi oleh;
1. Menyerahnya Jepang kepada sekutu tanggal 14/15 Agustus 1945 yang didahului dengan
dibomnya kota Hirosima tanggal 6 Agustus dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945 yang
menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia.
2. Perbedaan pendapat antara golongan tua ( Sukarno dan Hatta ) dan golongan muda tentang
pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Golongan muda menginginkan tanggal tangal 16
Agustus 1945 dan golongan tua menginginkan dibicarakan dulu dalam rapat PPKI yang
rencananya akan dilaksanakan tanggal 18 agustus 1945.
Akibat perbedaan pendapat tersebut maka golongan muda mengadakan rapat pada tangal 16
Agustus di jalan Cikini 71 Jakarta malam hari yang dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Mawardi,
Singgih dan Khaerul Saleh. Rapat itu memutuskan bahwa bung Karno dan bung Hatta harus dibawa

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 10
pergi dari Jakarta agar tidak terpengaruh dan tekanan Jepang . Tugas itu segera dilaksanakan oleh
Sudanco Singgih , Sampun, Surahmat dan Sutrisno. Pada tanggal 16 Agustus jam 04.30 bung Karno
dan bung Hatta beserta Ny. Fatmawati dan Guntur .S dibawa ke Rengasdengklok Karawang.
Adapun alasan dibawa ke Rengasdengklok ,Karawang karena wilayah tersebut;
1. Sebelah Utara dilatarbelakangi Laut Jawa
2. Sebelah Timur terdapat markas Peta Purwakarta
3. Sebelah Selatan terdapat markas Peta Kedung Gedeh
4. Sebelah Barat terdapat Peta Bekasi

Gb. Rumah tempat Ir Soekarno di Rengasdengklok

Sehari penuh Sukarno dan Hatta berada di Rengasdengklok.


Kewibawaan yang besar dari kedua tokoh ini membuat para
pemuda segan untuk melakukan penekanan lebih jauh. Namun
dalam suatu pembicaraan berdua dengan Ir. Sukarno, Shudanco
Singgih beranggapan Sukarno bersedia untuk menyatakan
proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Oleh karena itulah
Singgih pada tengah hari itu kembali ke Jakarta untuk
menyampaikan rencana proklamasi kepada kawan-kawannya.

Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada tanggal 16 agustus memenuhi
undangannya dan berkumpul di gedung Pejambon 2. Akan tetapi rapat itu tidak dapat dihadiri oleh
pengundangnya Sukarno-Hatta yang sedang berada di Rengasdengklok. Oleh karena itu mereka
merasa heran. Satu-satu jalan untuk mengetahui mereka adalah melalui Wikana salah satu utusan yang
bersitegang dengan Sukarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itulah Mr. Ahmad Subardjo
mendekati Wikana. Selanjutnya antara kedua tokoh golongan tua dan tokoh golongan muda itu
tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Karena adanya
kesepakatan itu, maka Jusuf Kunto dari golongan muda bersedia mengantarkan Mr. Ahmad Subardjo
bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke Rengasdengklok. Rombongan ini tiba pada pukul 18.00
waktu Jawa. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945 selambat-
lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan itu, maka komandan kompi PETA Rengasdengklok,
Cudanco Subeno bersedia melepaskan Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta kembali ke Jakarta.

G. PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI

Rombongan tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa. Setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang Perpustakaan Nasional). Hal itu juga disebabkan Laksamana Tadashi
Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo (sebagai salah satu pekerja di kantor
Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.

Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Sukarno dan Hatta
menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi
sikapnya mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada
Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah. Pertemuan itu tidak mencapai
kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis kebijakan Panglima Tentara Keenambelas di Jawa
adalah “dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak
diperbolehkan lagi merubah status quo (status politik Indonesia). Sejak tengah hari sebelumnya tentara
Jepang semata-mata sudah merupakan alat Sekutu dan diharuskan tunduk kepada sekutu”. Berdasarkan
garis kebijakan itu Nishimura melarang Sukarno-Hatta untuk
mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan.

Gb. Ruang Makan Rumah Maeda

Sampailah Sukarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada


gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak
Jepang. Akhirnya mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 11
menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia sendiri.
Maka mereka kembali ke rumah Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah Maeda mengundurkan diri ke
lantai dua. Sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh golongan tua,
yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo. Peristiwa ini disaksikan oleh
Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura, bersama dengan tiga orang tokoh pemuda lainnya,
yaitu : Sukarni, Mbah Diro dan B.M. Diah. Sementara itu tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan
muda maupun golongan tua menunggu di serambi muka.

Sukarno memegang pena dan kertas klad, Moh Hatta dan Achamad Subarjo yang mengemukakan ide-
idenya secara lisan. Achmad Subarjo menyampaikan kalimat pertama yang berbunyi “ kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia “ kemudian Moh. Hatta menyempurnakan
dengan kalimat ke dua yang berbunyi “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain ,
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Sehingga
naskah proklamasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.


Hal-2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja
Djakarta, 17 – 8 –‘05
Wakil-2 bangsa Indonesia,

Teks Proklamasi yang Klad Gb. Sayuti Melik

Pada pukul 04.30 waktu Jawa konsep naskah proklamasi selesai disusun.
Selanjutnya mereka menuju ke serambi muka menemui para hadirin yang
menunggu. Ir. Sukarno memulai membuka pertemuan dengan membacakan
naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir. Sukarno
meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi
selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Moh.
Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declaration of Independence” dari
Amerika Serikat. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda.
Karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir
adalah “budak-budak” Burhanudin M Diah Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh
golongan muda, mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Sukarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia.

Setelah usulan Sukarni itu disetujui, maka Ir. Sukarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetik
naskah tulisan tangan Sukarno tersebut, dengan disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati.

PROKLAMASI

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 12
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Teks Proklamasi yang otentik

(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi
Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang merupakan
kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman
pemerintah pendudukan militer Jepang saat itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang
berlaku di Jepang, yang kala itu adalah "tahun 2605".)
Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :
 Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
 Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
 Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
 Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
 Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai
pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil
ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan
Proklamasi),
 Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah
Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI
Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya adalah di
Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana
diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 waktu Nippon (sebutan
untuk negara Jepang pada saat itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona waktu yang
dipakai pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu diketahui pula
bahwa pada saat teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, waktu itu tidak ada yang
merekam suara ataupun video, yang ada hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.
Jadi suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan
saat ini adalah bukan merupakan suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945
tetapi adalah suara asli beliau yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia
(RRI), yang sekarang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi
berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat
terwujudkan adalah berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Selanjutnya timbul persoalan dimanakah proklamasi akan diselenggarakan. Sukarni mengusulkan


bahwa Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) telah dipersiapkan
bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Namun Ir.
Sukarno menganggap lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang dapat menimbulkan
bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Oleh karena itu Bung Karno mengusulkan agar
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 13
upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dan disetujui oleh
para hadirin.

PELAKSANAAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua
dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing
setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung
Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, utamanya B.M. Diah untuk
memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.

Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib.
Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir.
Sukarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-
jaga di sekitar rumah Ir. Sukarno. Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo memerintahkan kepada Mr.
Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke
rumah Gunawan pemilik toko radio Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan
pengeras suara. Sudiro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Sukarno
memerintahkan kepada S. Suhud (Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno) untuk menyiapkan tiang
bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Bendera yang akan dikibarkan
sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.

Menjelang pukul 10.00 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan
Timur. Diantara mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas
Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo dan sebagainya. Adapun susunan acara yang
telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:

 Pertama, Pembacaan Proklamasi;

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan pidatonya,
yang berbunyi:

Saudara-saudara sekalian!
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam
sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan
telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan
ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju ke arah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang , usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti.
Di dalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada meraka. Tetapi pada
hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan
kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri
dengan kuatnja.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 14
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari
seluruh rakjat Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang
saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu.
Dengarlah proklamasi kami.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.


Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05

Atas nama bangsa Indonesia,

Soekarno/ Hatta
Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, merdeka,
kekal abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!

Demikianlah teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan oleh Soekarno.

 Kedua, Pengibaran Bendera Merah Putih;

 Ketiga, Sambutan Walikota Suwirjo dan Muwardi.

Lima menit sebelum acara dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah
semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latif mempersilahkan kepada
Ir. Sukarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato
pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi.

Acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas
baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin spontan
menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari Walikota Suwirjo dan dr.
Muwardi.

Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari itu
juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei, Waidan
B. Palenewen. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua
kali F. Wuz menyiarkan berita itu, masuklah orang Jepang ke ruangan radio. Dengan marah-marah
orang Jepang itu memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Tetapi Waidan memerintahkan
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 15
kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Bahkan berita itu kemudian diulang setiap setengah jam
sampai pukul 16.00 saat siaran radio itu berhenti. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita itu. Dan pada hari Senin tanggal 20 Agustus 1945 pemancar itu
disegel dan pegawainya dilarang masuk.

Walaupun demikian para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru
dengan bantuan beberapa orang tehnisi radio, seperti : Sukarman, Sutamto, Susilahardja dan
Suhandar. Sedangkan alat-alat pemancar mereka ambil bagian-demi bagian dari kantor betita Domei,
kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31. Maka terciptalah pemancar baru di Jalan Menteng 31. Dari
sinilah seterusnya berita proklamasi disiarkan.

Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat
selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal
20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Lewat surat kabar seperti harian Suara
Asia di Surabaya adalah koran pertama yang memuat berita
proklamasi, kemudian disusul oleh harian Tjahaya Bandung yang
memuat Pembukaan UUD

DUKUNGAN TERHADAP PROKLAMASI

Kemerdekaan yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar
biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Dukungan terhadap pembentukan Negara
Republik Indonesia dapat disebutkan, diantaranya:

1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan
pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya
terhadap Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan
Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk
pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik .
3. Empat raja di Jawa Tengah ( Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, Kasultanan dan
Pakualaman Jogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik pada awal September
1945.

Dukungan sangat penting yang ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Kasultanan
Jogyakarta nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut Sri
Sultan Hamengkubuwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat
kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan
suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesungguhnya
sesuai dengan konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara,
kalau hal tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.

Dukungan terhadap Negara dan Pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda.
Beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia antara lain :

1. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada


Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada
(Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19 September 1945.
Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut.
Pada peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-
tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum
tanggal 19 September 1945.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 16
Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan
sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno
menyampaikan pidato:

Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya
kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun
dada kami akan dirobek-robek, kami akan tetap mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu
kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”

Makna penting yang dapat diambil dari rapat raksasa di lapangan Ikada tanggal 19 September 1945:
 Mempertemukan Pemerintah Republik Indonesia yang baru berusia sebulan dengan rakyat dan
memberikan kepada rakyat kepercayaan kepada potensinya sendiri
 Perwujudan pertama kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia kepada rakyatnya

2. Terjadinya Insiden Bendera di Hotel Yamato, Surabaya.


Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan
Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang
Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing
kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman
untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan.
Beberapa orang pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang
berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai merah putih.
Disebut insiden bendera karena kasusnya penyobekan bendera, disebut insiden Yamato karena terjadi
di hotel Yamato, disebut insiden Tunjungan karena hotel itu terletak di jalan Tunjungan

4.Di Yogyakarta

Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul
10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi
mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang
Indonesia.
Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Jogyakarta mengumumkan bahwa
kekuasaan di Daerah tersebut telah di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di
Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat
4.Bandung

Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik
senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung
sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945

5.Sumatera Selatan

Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatera Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika
residen Sumatera Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke kantornya masing-
masing.
Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan
yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden,
sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.

6. Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di
Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujung Pandang, Gubernur segera membentuk pemerintahan
daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para
pemuda dianggap terlalu berhati-hati, para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut
gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari
kelompok Barisan Berani Mati ( Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP.
Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut pasukan
Australia yang telah ada, bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda
dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 17
7. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawei Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai
di wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Pebruari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung
dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di
Teling, Menado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain
Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan.
Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Menado dan semua pasukan Belanda di Teling
dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di
Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang
saat itu di Jogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu.
Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Pebruari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.

8. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang
mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah
mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua
aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah
Putih, memakai lencana merah putih dan mengadakan rapat. Namun
kaum nasionalis tetap melaksanakannya. Di Balikpapan tanggal 14
Nopember 1945, sejumlah tidak kurang 8.000 orang berkumpul di
depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.

9. Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas
Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.

10.Di Bali

Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik
Indonesia (PRI), pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia
melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945
mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan
ini gagal

MAKNA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

1.Hakekat Proklamasi
Dalam kamus bahasa indonesia Proklamasi artinya pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat;
permakluman; pengumuman. Sedangkan kemerdekaan berasal dari kata dasar “Merdeka” artinya
bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya) berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari
tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa. Kemerdekaan
artinya keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) kebebasan.

Proklamasi kemerdekaan artinya pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat yang menjalankan
bahwa bangsa dan negara dalam keadaan bebas dan tidak terjajah lagi, tidak terikat, dan tidak
bergantung kepada orang atau pihak tertentu. .(Tim Abdi Guru, 2006)

Proklamasi adalah dari kata “proclamation”(Bahasa Yunani) yang artinya pengumuman kepada
seluruh rakyat. Sedangkan Proklamasi Kemerdekaan adalah pengumuman kepada seluruh rakyat
akan adanya kemerdekaan (A. T Sugeng Priyanto dkk. 2008)

Pada umumnya kemerdekaan bagi suatu bangsa dimaksudkan untuk :


1. Melepas diri dari belenggu penjajahan bengsa lain
2. Dapat hidup sederajad dengan bangsa-bangsa lain yang telah merdeka dalam pergaulan antar
bangsa di dunia internasional
3. Mencapai tujuan nasional bangsa.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 18
2.Makna Proklamasi Kemerdekaan
Setelah berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh semangat
kebangsaan, serta telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak terhitung junlahnya, maka
peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan
tersebut. Proklamasi Kemerdekaan merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna
yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia. Makna dan arti pentingnya Proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia antara lain:
 Dari sudut Hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia
untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum
kolonial
 Dari sudut politik-idiologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas
dari penjajahan dan membentuk Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka
dan berdaulat penuh
 Sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan
 Sebagai alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia,
bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan
 Merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi dan motivasi
dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan

Makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah merdeka diberbagai bidang diantaranya:
1) Bidang Politik
a. Mempunyai kedaulatan, yaitu kedaulatan rakyat
b. Puncak perjuangan politik yang panjang dalam membangun dan menyatakan bangsa
dan negara yang mandiri. Sekaligus menjadi titik awal perjuangan baru dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan.
c. Menandai lahirnya negara kesatua republik indonesia.berarti berlakunya tata hukum
nasional negara indonesia.
d. Merupakan titik berangkat pelaksanaan amanat penderitaan rakyat
2) Bidang Ekonomi :
Bangsa indonesia harus mandiri dan berdikari
3) Bidang kebudayaan
: Mempunyai keperibadian nasional sendiri

Demikianlah beberapa makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan
proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.

TUGAS KELOMPOK
MASING –MASING KELOMPOK DISKUSIKAN BUATKAN LAPORAN DAN
PRESENTASIKAN
1.Kelompok 6. Pembentukan BPUPKI
1. Kelompok 5.masa persidangan BPUPKI
2. Kelompok 4. Pembentukan PPKI
3. Kelompok 3. Peristiwa Rengasdengklok
4. Kelompok 2. Pelaksanaan Proklamasi
5. Kelompok 1.Dukungan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia

2.PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN PERTAMA REPUBLIK INDONESIA

D. Materi Pembelajaran

Pembentukan Pemerintahan Indonesia dalam Sidang PPKI ( 18 – 22 Agustus 1945 )

1.Sidang 18 Agustus 1945


Untuk membentuk dan mendirikan suatu negara, persyaratan yang diperlukan antara lain:
1. Syarat Konstitutif, meliputi:
a. wilayah
b. rakyat
c. pemerintahan yang sah
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 19
2. Syarat Deklaratif:
- ada pengakuan dari negara lain

Bangsa Indonesia setelah mengumumkan Proklamasi


Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 yang diwakili
oleh Soekarno-Hatta, pada kenyataannya belum
sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu
langkah yang diambil oleh para pemimpin melalui
PPKI mengadakan rapat pada tanggal 18 Agustus
1945. di bekas Gedung Road van Indie di Jalan
Pejambon – Jakarta. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari
luar Jawa, diantaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor
dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan) dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan
keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan
rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud
adalah “ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, serta
syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs.
Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo, dan
Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakan secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan
kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan,
rumusan kalimat yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi
berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat Seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli.

Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945, merupakan rapat pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan,
dibuka oleh Ketua PPKI Ir. Soekarno. Dalam pidato pembukaannya, secara singkat Soekarno
mengemukakan:

“ Sidang yang terhormat. Pada hari ini kita berada pada satu saat yang mengandung sejarah. Pada hari
ini kita menyusun Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang kemerdekaannya kemarin menurut
kehendak rakyat telah dipermaklumkan dengan proklamasi yang diumumkan pula kepada rakyat kira-
kira jam setengah 12 Nippon.

Tuan-tuan sekalian tentu mengetahui dan mengakui bahwa kita duduk dalam suatu jaman yang
beralih sebagai kilat cepatnya. Maka berhubung dengan itu saya minta kepada tuan-tuan
sekalian supaya kitapun bertindak di dalam sidang sekarang ini dengan kecepatan kilat.
Janganlah kita tertarik oleh kehendak yang kecil-kecil, tetapi marilah kita menurut garis- besar
saja yang mengandung sejarah”

Sidang tanggal 18 Agustus 1945, menetapkan :


1. .Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar sebagai konstitusi Negara yang
kemudian dikenal Undang-Undang dasar 1945
2. Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, Ir Soekarno sebagai presiden dan Drs.
Moh hatta sebagai wakil presiden( secara aklamasi usulan Otto Iskandardinata)
3. Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum dibentuknya MPR dan DPR

Sementara itu dalam sidang "PPKI" pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam hitungan kurang dari 15
menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang
beragama non-Muslim serta pihak kaum keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian
diikuti oleh pihak kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh
kaum keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya "tujuh kata" dalam "Piagam Jakarta"
atau "Jakarta Charter".

Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI" dan membacakan empat
perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang
kemudian disepakati sebagai "pembukaan (bahasa Belanda: "preambule") dan batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945", yang saat ini biasa disebut dengan hanya UUD '45 adalah :

 Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti dengan kata
“Pembukaan”.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 20
 Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
 Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”,
seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama Islam”.
 Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi:
“Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”.

Sistematika UUD 45 (konstitusi pertama)


UUD 1945 atau yang disebut konstitusi pertama bagi bangsa Indonesia memiliki sistematika sbagai
berikut :
a. Pembukaan terdiri 4 alinea, berasal dari rancangan panitia kecil 22 Juni 1945-Piagam Jakarta
b. Batang Tubuh, terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat aturan
Tambahan
c. Penjelasan, terdiri dari Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi Pasal
2.Sidang PPKI 19 Agustus 1945

Sidang tanggal 19 Agustus 1945, menetapkan mengenai :


1.Pembagian wilayah Indonesia
Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 propinsi dengan 2 daerah istimewa beserta gubernurnya,
yaitu :
1. Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo
2. Jawa Tengah : R. Panji Soeroso
3. Jawa Timur : R.A Soerjo
4. Kalimantan : Ir. Mohammad Noor
5. Sulawesi : Dr. Sam Ratulangi
6. Maluku : Mr. J. Latuharhary
7. Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja
8. Sumatera : Mr. Teuku Moh. Hasan
Dua daerah istimewa yaitu Yogyakarta dan Surakarta

Inilah 8 Gubernur hasil sidang PPKI 19 Agustus `1945


Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan

Sutardjo K Panji S R.A Soerjo Ir. Mohammad Noor

Sulawesi Maluku Sunda Kecil Sumatera

Dr. Sam Ratulangi Mr. J. Latuharhary Mr. I GKetut Pudja . Teuku Moh. Hasan

2.Pembentukan Departemen dan Kementrian

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 21
Pembentukan 12 Departemen dan 4 kementrian negara untuk membantu presiden.
1. Departemen Dalam Negeri : Wiranata Kusumah
2. Departemen Luar Negeri : Ahmad Subardjo
3. Departemen Kehakiman : Dr. Soepomo
4. Departemen Keuangan : A.A Maramis
5. Departemen Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokrodisuryo
6. Departemen Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
7. Departemen Penerangan : Amir Syarifudin
8. Departemen Sosial : Iwa Kusumasumantri
9. Departemen Pertahanan : Supriyadi
10. Departemen Kesehatan : Boentaran Martoatmodjo
11. Departemen Perhubungan : Abikusno Tjokrosujos
12. Departemen Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
1. Menteri Negara : Wachid Hasyim
2. Menteri Negara : R.M Sartono
3. Menteri Negara : M. Amir
4. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi negara yaitu :

1. Ketua Mahkamah Agung , ; Dr. Mr. Kusumaatmaja


2. Jaksa Agung, ;.Mr. Gatot Tarunamiharja
3. Sekretaris negara, ;.Mr. A.G. Pringgodigdo
4. Juru bicara negara, :.Soekarjo Wirjopranoto

3. Sidang tanggal 22 Agustus 1945, PPKI membentuk tiga badan yaitu :

a.Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI)

Dibentuk komite nasional sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan yang didasarkan kedaulaan rakyat. Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) berkedudukan di Jakarta, sedangkan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)
berkedudukan di ibukota propinsi. Tanggal 29 Agustus 1945, Presiden Sukarno melantik 137 anggota
KNIP di Gedung Kesenian Jakarta dengan ketua Kasman Singodimejo.Wakil Ketua 1 M. Sutarjo
Kartohadikusumo, Wakil2 Johanes Latuharhary dan wakil3 Adam Malik
Dalam perkembangan selanjutnya KNIP memiliki wewenang legislative, yang ditetapkan dalam rapat
pertama KNIP tanggal 16 Oktober 1945.Oleh karena itu KNIP diakui sebagai cikal bakal badan
legislative di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai
hari jadi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia ( DPR RI )

b.Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI)

Awalnya PNI dibentuk sebagai partai tunggal di Indonesia tetapi keputusan tersebut ditunda hingga
tanggal 31 Agustus 1945. Tujuan PNI adalah mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat,
adil dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat.susunan pengurusnya sebagai berikut: Pimpinan
utama adalah Ir Soekarno, pimpinan ke dua, Drs. Moh Hatta dan dewan pimpinan lainnya terdiri atas
Mr Gatot Tarunamiharja, Mr Iwa Kusumasumantri, Mr AA Maramis, Sayuti Melik dan Mr Sujono.

C.Pembentukan Tentara Kebangsaan

Sehubungan dengan pembentukan Tentara Kebangsaan maka dibentuk Badan Keamanan Rakyat/ BKR
(23 Agustus 1945) yang kemudian ditetapkan sebagai bagian dari badan penolong keluarga korban
perang. Badan ini ditujukan untuk memelihara keselamatan rakyat. BKR dibentuk sebagai pengganti
Badan Penolong Korban Perang (BPKP). BKR terdiri dari BKR pusat dan BKR daerah.
Akhirnya karena desakan para pemuda anggota BKR maka dibentuk tentara kebangsaan yang
diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Selanjutnya
melalui Maklumat tanggal 16 Oktober 1945, Supriadi, pemimpin perlawanan PETA di Blitar diangkat
sebagai menteri keamanan rakyat. Pada 25 Januari 1946 TKR berganti nama menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI) dalam upaya untuk mendirikan tentara yang percaya pada kekuatan sendiri. Pada 3
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 22
Juni 1947, TRI berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan tujuan untuk
membentuk tentara kebangsaan yang benar-benar profesional siap untuk mengamankan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia).

Kalian masih ingat keputusan sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945? Seperti telah dibahas
sebelumnya, bahwa dalam sidang tersebut PPKI memutuskan pembentukan Komite Nasional
Indonesia (KNI), Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Partai Nasional Indonesia. BKR tugasnya
sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda
bekas anggota Peta, KNIL dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah
perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengkoordinasi dan mengendalikan
BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa
Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata.

Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik. Mengingat
pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap bermusuhan dari Sekutu dan
Jepang. Menurut perhitungan kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan sekutu dan
Jepang.

Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR, dan menghendaki pembentukan
tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan
tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan
Pemuda Indonesia (BPI) dan lainnya.

Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat ( TKR ). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Dengan dasar maklumat
pemerintah tersebut segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo dengan
kedudukan di Yogyakarta. Di pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatera 6 Devisi.
Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan
yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Soepriyadi
yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan November
1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru.
Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Devisi V/ Banyumas. Sebulan kemudian pada
tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat
Letnan Jenderal ( Letjen )

Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan


keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia ( TRI ). Pada
bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia ( TNI ). Sampai dengan
pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengkonsolidasikan dan sekaligus
mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau
pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa Indonesia.

Setelah membahas perkembangan BKR,


bagimana dengan perkembangan Komite Nasional?
Komite Nasional yang sudah dibentuk bukanlah
merupakan Badan Perwakilan Rakyat, melainkan sebagai
badan pembantu presiden, sehingga merupakan bagian
badan eksekutif. Komite Nasional dibentuk diseluruh
Indonesia dan berpusat di Jakarta. Pembentukan Komite
ini dimaksudkan untuk memenuhi gagasan tentang
kedaulatan rakyat. Sebagai ketua Komite Nasional
Indonensia Pusat pertama kali adalah Mr. Kasman
Singadimejo. Pada sidang KNIP tanggal 16 Oktober 1945, dikeluarkan maklumat wakil presiden
Nomor x yang isinya Komite Nasional Indonesia Pusat ( KNIP ) sebelum MPR dan DPR terbentuk
diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN. Dalam pelaksanaannya tugas KNIP
dilaksnakan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP ) yang diketuai oleh Sutan
Syahrir.
Langkah selanjutnya di daerah dibentuk Komite Nasional Daerah. KNI Daerah bersama dengan
pemuda dan BKR memegang peran yang penting dalam mengambilalih kekuasaan Jepang.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 23
TUGAS KELOMPOK
MASING –MASING KELOMPOK DISKUSIKAN BUATKAN LAPORAN DAN
PRESENTASIKAN
1. Kelompok 1. Membahas tentang pengesahan UUD 1945
2. Kelompok 2. Membahas tentang pemilihan presiden dan Komite nasional
3. Kelompok 3. Membahas tentang pembagian Wilayah Indonesia
4. Kelompok 4 membahas tentang pembagian Departemen
5. Kelompok 5 membahas tentang pembentukan PNI
6. Kelompok 6 membahas tentang pembentukan badan keamanan

UJI KOPETENSI PEMBELAJARAN 7


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Mengapa Jepang membentuk BPUPKI bagi Bangsa Indonesia?


2. Bagaimana keanggotaan BPUPKI itu
3. Bagaimana masa persidangan BPUPKI itu?
4. bagaimana hasil siadang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945?
5. Mengapa PPKI dibentuk oleh Jepang?
6. bagaimana keanggotaan PPKI itu?
7. mengapa terjadi peristiwa Rengasdengklok?
8. Siapa yang terlibat dalam perumusan teks proklamasi
9. bagaimana teks proklamasi yang klad dan yang otentik
10. Bagaimana pelaksanaan proklamsi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu?
11. Bagaimana sidang PPKI tentang penetapan UUD 1945 pada tanggal 18 agustus 1945 itu ?
12. Bagaimana tentang pemilihan presiden dan wakilnya ?
13. Bagaimana penetapan suatu badan komite nasional ?
14. Bagaimana hasil sidang PPKI tanggal 19 agustus 1945 tentang pembagian wilayah Indonesia
15. Bagaimana hasil sidang PPKI tanggal 19 agustus 1945 tentang pembentukan departemen
Indonesia?
16. Bagaiman hasil sidangb PPKI tanggal 22 Agustus 1945 tentang pembentukan Partai nasional ?
17. Bagaiman hasil sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 tentang pembentukan badan keamanan

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

A.Capaian Kompetensi :
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global.
Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis
proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa
sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai
peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi

B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini peserta didik mampu:
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 24
1. Menganalisis kedatangan tentara NICA ke Indonesia
2. Menganalisis reaksi bangsa Indonesia dengan datangnya tentara sekutu membenceng Nica
3. Menganalisis hasil pertemuan Soekarno dengan Van Mook dalam rangka diplomasi 17
November 1945
4. Menganalis perundingan Hooge Valuwe 14-15 Aprik 1946
5. Menganganalisis perundingan Linggar Jaji 10 Nov 1946
6. Menganalisis perjanjian Renvill 8 N0vember 1948
7. Menganalisis resolusi Dewan Keamanan PBB 28 Januari 1948
8. Menganalisis perundingan Roem Royen 17 april- 7 Mei 1949
9. Menganalisis perundingan Inter Indonesia 19-22 Juli 1949
10. Menganalisis perundingan Meja Bundar 23 Agustus-2 November 1949

C. Uraian Materi

PERJUANGAN DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN

1. Kedatangan Tentara Sekutu Diboncengi oleh NICA

Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 secara hukum tidak lagi
berkuasa di Indonesia. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di
Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak
Indonesia. Pada tanggal 14 September 1945 Mayor Greenhalgh datang di Jakarta. la merupakan
perwira Sekutu yang pertama kali datang ke Indonesia. Tugas Greenhalgh adalah mempelajari dan
melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu. Pada
tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara lain
bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan
Sekutu di Asia Tenggara yang bernama South East Asia Command (SEAC) di
bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk
melaksanakan tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang
diberi nama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI)di bawah Letnan
Jenderal Sir Philip Christison.

Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah :


1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
3. melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;
4. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah
sipil;
5. menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang

Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945 yang terdiri dari tiga
divisi yaitu :
1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang bertugas untuk
daerah Jawa Barat;
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk daerah
Jawa Timur;
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang bertugas untuk
daerah Sumatra.

Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah Indonesia
lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia. Pada mulanya kedatangan Sekutu
disambut dengan senang hati oleh bangsa Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 25
perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orang-orang
Netherland Indies Civil Administration (NICA), yakni pegawai-pegawai sipil Belanda maka bangsa
Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.

2. Kedatangan Belanda (NICA) Berupaya untuk Menegakkan Kembali


Kekuasaannya di Indonesia

NICA berusaha mempersenjatai kembali KNIL (Koninklijk Nerderlands


Indisch Leger, yaitu Tentara Kerajaan Belanda yang ditempatkan di
Indonesia). Orang-orang NICA dan KNIL di Jakarta, Surabaya dan Bandung
mengadakan provokasi sehingga memancing kerusuhan. Sebagai pimpinan
AFNEI, Christison menyadari bahwa untuk kelancaran tugasnya diperlukan
bantuan dari Pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu diadakanlah
perundingan dengan pemerintah RI. Christison mengakui pemerintahan de
facto Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. la tidak akan
mencampuri persoalan yang menyangkut status kenegaraaan Indonesia.
Dalam kenyataannya pasukan Sekutu sering membuat hura-hara dan tidak
menghormati kedaulatan bangsa Indonesia. Gerombolan NICA sering
melakukan teror terhadap pemimpin-pemimpin kita. Dengan demikian bangsa
Indonesia mengetahui bahwa kedatangan Belanda yang membonceng AFNEI
adalah untuk menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Oleh karena itu bangsa kita berjuang
dengan cara-cara diplomasi maupun kekuatan senjata untuk melawan Belanda yang akan menjajah
kembali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia intemasional
untuk menyelesaikannya

Pada tanggal 8 September 1945 tentara sekutu tiba di Indonesia. Kedatangan tentara Sekutu di
Indonesia disambut baik oleh rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti senjata tentara Jepang,
membebaskan tawanan Jepang, dan mencari penjahat perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu
diboncengi orang-orang Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk membuat pemerintahan
sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil Administration). Tindakan tersebut mendapat
perlawanan dari para pejuang Indonesia.

1. Pertempuran 10 November

Tentara Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada


25 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Brigadir Jenderal
A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu
penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota
Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan
itu, pasukan Sekutu terjepit. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para
pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai
Sekutu.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di
Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada
tanggal 9 November 1945, pimpinan sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum
itu adalah: “Semua pemimpin dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan
meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang telah ditentukan, kemudian menyerahkan diri
dengan mengangkat tangan. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10
November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan
diserang dari darat, laut, dan udara”.
Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu, pecahlah pertempuran
Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya, antara adalah
Bung Tomo. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan
tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.

2. Bandung Lautan Api

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 26
Tentara Sekutu memasuki Kota Bandung pada Oktober 1945. Tentara Sekutu mengeluarkan
ultimatum 1 21 Nopember dan berakhir 29 Nopember yang isinya agar Bandung Utara segera
dikosongkan danpara pemuda menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang.
Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pemuda. Pada 23 Maret 1946, pasukan Sekutu
mengeluarkan ultimatum kedua. Isinya agar Kota Bandung segera dikosongkan. Para pejuang
yang dipimpin Kolonel A.H. Nasution sepakat untuk mematuhi ultimatum demi keselamatan
rakyat dan kepentingan politik pemerintah RI. Sebelum meninggalkan Kota Bandung, para
pejuang membumi hanguskan Kota Bandung. Pada malam hari 23 Maret 1946, gedung-gedung
penting dibakar. Peristiwa tersebut dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Dalam peristiwa
tersebut, gugur 2 pejuang Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan

3. Pertempuran Medan Area


Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat di Medan
(Sumatera Utara) pada tanggal 9 Oktober 1945. Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir,
seorang mantan perwira Tentara Sukarela (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang
anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang pemuda. Pada
tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan pengumuman bertuliskan “Fixed
Boundaries Medan Area.” Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas
kekuasaan mereka. Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan Area.

4. Pertempuran Ambarawa
“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara
Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di
Semarang. Pada tanggal 21 November 1945 terjadi pertempuran,
dalam pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Pimpinan pasukan kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman,
Panglima Divisi Banyumas.
Pada 12 sampai 15 Desember 1945 terjadi pertempuran hebat
yang dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Sekutu dapat diusir ari Ambarawa. Peristiwa ini
diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya Untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah
Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari Infanteri.

5. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pada tanggal 15 — 20 Oktober 1945 di Semarang terjadi pertempuran hebat antara pejuang
Indonesia dengan tentara Jepang. Peristiwa ini diawali dengan adanya desas-desus bahwa
cadangan air minum di Candi, Semarang diracun oleh Jepang. Untuk membuktikan
kebenarannya, Dr. Karyadi, kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat melakukan
pemeriksaan. Pada saat melakukan pemeriksaan, ia ditembak oleh Jepang sehingga gugur. Dengan
gugurnya Dr. Karyadi kemarahan rakyat khususnya pemuda tidak dapat dihindarkan dan terjadilah
pertempuran yang menimbulkan banyak korban jiwa. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang
didirikan Tugu Muda. Untuk mengenang jasa Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah
Rumah Sakit Umum di Semarang.

6. Perang Puputan di Bali

Perang Puputan di Bali dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. I


Gusti Ngurah Rai dan pasukannya, Ciung Wanara. Pertempuran
ini dimulai April 1946 di Denpasar. Mereka bertahan di Desa
Marga. Di daerah ini pasukan I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perang habis-habisan (Puputan). Akhirnya I Gusti Ngurah Rai
dan sebagian besar pasukannya meninggal. Perang ini juga
disebut pertempuran Margarana (18 November 1946).

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 27
B. PERJUANGAN DIPLOMASI DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN

Salah satu bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam


mempertahankan kemerdekaan adalah perjuangan diplomasi,
yakni perjuangan melalui meja perundingan. Ketika Belanda
ingin menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia teryata
selalu mendapat perlawanan dari bangsa Indonesia. Oleh karena
itu pemimpin Sekutu berusaha mempertemukan antara
pemimpin Indonesia dengan Belanda melalui perundingan-
perundingan sebagai berikut :

1. Pertemuan Soekarno-Van Mook

Pertemuan antara wakil-wakil Belanda dengan para pemimpin


Indonesia diprakarsai oleh Panglima AFNEI Letnan Jenderal
Sir Philip Christison pada tanggal 25 Oktober 1945. Dalam
pertemuan tersebut pihak Indonesia diwakili oleh Soekarno,
Mohammad Hatta, Ahmad Sobardjo, dan H. Agus Salim,
sedangkan pihak Belanda diwakili Van Mook dan Van Der
Plas. Pertemuan ini merupakan pertemuan untuk menjajagi
kesepakatan kedua belah pihak yang berselisih. Presiden
Soekamo mengemukakan kesediaan Pemerintah Republik
Indonesia untuk berunding atas dasar pengakuan hak rakyat
Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan Van
Mook mengemukakan pandangannya mengenai masalah
Indonesia di masa depan bahwa Belanda ingin menjalankan untuk Indonesia menjadi negara
persemakmuran berbentuk federal yang memiliki pemerintah sendiri di lingkungan kerajaan Belanda.
Yang terpenting menurut Van Mook bahwa pemerintah Belanda akan memasukkan Indonesia menjadi
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tindakan Van Mook tersebut disalahkan oleh Pemerintah
Belanda terutama oleh Parlemen, bahkan Van Mook akan dipecat dari jabatan wakil Gubernur Jenderal
Hindia Belanda (Indonesia).

2.Pertemuan Sjahrir-Van Mook

Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 1945 bertempat di Markas Besar Tentara
Inggris di Jakarta ( Jalan Imam Bonjol No.1). Dalam pertemuan ini pihak Sekutu diwakili oleh Letnan
Jenderal Christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan delegasi Republik Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sebagai pemrakarsa pertemuan ini, Christison
bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda di samping menjelaskan maksud kedatangan
tentara Sekutu, akan tetapi pertemuan ini tidak membawa hasil.

3.Perundingan Sjahrir – Van Mook

Pertemuan-pertemuan yang diprakarsai oleh Letnan Jenderal


Christison selalu mengalami kegagalan. Akan tetapi pemerintah
Inggris terus berupaya mempertemukan Indonesia dengan Belanda
bahkan ditingkatkan menjadi perundingan. Untuk mempertemukan
kembali pihak Indonesia dengan pihak Belanda, pemerintah Inggris
mengirimkan seorang diplomat ke Indonesia yakni Sir Archibald
Clark Kerr sebagai penengah. Pada tanggal 10 Februari 1946

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 28
perundingan Indonesia-Belanda dimulai. Pada waktu itu Van Mook menyampaikan
pernyataan politik pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut.

(1) Indonesia akan dijadikan negara Commonwealth berbentuk federasi yang memiliki
pemerintahan sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
(2) Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh pemerintah
Belanda.

Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi antara
lain sebagai berikut.
(1) Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
(2) Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar negeri
dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia
dan Belanda.

Usul dari pihak Indonesia di atas tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook secara
pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja
sama dalam rangka pembentukan negara federal dalam lingkungan Kerajaan Belanda.

Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook antara lain sebagai
berikut.
(1) Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto Rl atas Jawa dan Sumatera.
(2. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
(3) RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam ikatan negara
Belanda.

4. Perundingan di Hooge Veluwe

Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 – 25 April 1946 di Hooge Veluwe (Negeri Belanda),
yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang telah disepakati Sjahrir dan Van
Mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:
(1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo yang mewakili pihak pemerintah RI;
(2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid
II, dan Surio Santosa yang mewakili Belanda, dan
(3) Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.

Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa hasil sebab Belanda menolak
konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia
memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura
serta dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara
waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul
bagi pemerintahannya kepada pihak RI.

5. Perundingan gencatan senjata (20–30 September 1946)

Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda
mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata. Perundingan diikuti wakil dari
Indonesia,Sekutu, dan Belanda. Perundingan dilaksanakan dari tanggal 20 – 30 September 1946.
Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.

6. Perundingan RI dan Belanda (7 Oktober 1946)

Lord Killearn berhasil membawa wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja
perundingan. Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7
Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Sutan Syahrir. Delegasi Belanda
diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal
perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam tingkat panitia yang
diketuai Lord Killearn.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 29
Perundingan tingkat panitia menghasilkan persetujuan gencatan senjata sebagai berikut.

 Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan
militer Sekutu serta Indonesia.
 Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis
pelaksanaan gencatan senjata.

Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda sepakat untuk
menyelenggarakan perundingan politik “secepat mungkin”.

7. Perundingan Linggarjati (10 November 1946)

Sebagai kelanjutan perundingan-perundingan


sebelumnya, sejak tanggal 10 November 1946 di
Linggarjati di Cirebon, dilangsungkan perundingan
antara Pemerintah RI dan komisi umum Belanda.
Perundingan di Linggarjati dihadiri oleh beberapa
tokoh juru runding, antara lain sebagai berikut:

1.Inggris, sebagai pihak penengah diwakili


oleh Lord Killearn.

2.Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir


(Ketua), Mohammad Roem (anggota), Mr.
Susanto Tirtoprojo, S.H. (anggota), Dr. A.K Gani (anggota).

 Belanda, diwakili Prof. Schermerhorn (Ketua), De Boer (anggota), dan Van Pool (anggota).

Perundingan di Linggarjati tersebut menghasilkan keputusan yang disebut perjanjian Linggarjati.


Berikut ini adalah isi Perjanjian Linggarjati.

 Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harusmeninggalkan daerah de facto paling
lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
 Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Serikat dengan
nama RIS. Negara Indonesia Serikat akan terdiri dari RI, Kalimantan dan Timur Besar.
Pembentukan RIS akan diadakan sebelum tanggal 1 Januari 1949.
 RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda sebagai
ketua. Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia pada tanggal 25
Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta.

Perjanjian Linggarjati bagi Indonesia ada segi positif dan negatifnya.

 Segi positifnya ialah adanya pengakuan de facto atas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatera.
 Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari Sabang sampai Merauke, yang seluas Hindia
Belanda dulu tidak tercapai.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 30
Agresi Militer Belanda I

Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer
Belanda I. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya. TNI
berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi yang dikenal
dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah menghentikan sengketa RI-Belanda.
Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai
penengah. Adapun delegasinya adalah sebagai berikut!
a. Australia, diwaktli oleh Richard Kirby
b. Belgia, diwakili oleh Paul Van Zeland
c. Amerik.a Serikat, diwakili oleh Dr. Frank Graham.

8. Perjanjian Renville

Pada tanggal 8 Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville" yang sedang
berlabuh di Teluk Jakarta diadakan perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia,
Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh
sebuah delegasi.

Perundingan Renville 8 Desember 1948

1) Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.


2) Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5) Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.

Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 1Juni 1948
maka diperoleh persetujuan Renville.
Pokok-pokok isi persetujuan Renviile sebagai berikut:
a. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan
kepada RIS yang segera dibentuk.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 31
b. RIS mempunyai pendudukan yang sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-
Belanda.
c. RI akan merupakan Negara bagian dari RIS
d. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada
pemerintahan federal sementara.
e. Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI

Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari perjanjian Renville adalah :

a. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat melalui masa peralihan.
b. Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa harus diakui
sebagai daerah kekuasaan Belanda
c. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah kekuasaan Belanda
dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.

Akibat buruk bagi pemerintah RI dengan penandatanganan perjanjian ini adalah :

a. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
b. Timbulnya reaksi keras dikalangan pemimpin-pemimpin RI mengakibatkan jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin yang dianggap telah menjual Negara kepada Belanda.
c. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda.
d. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer dari daerah-daerah
gerilya, kemudian hijrah ke wilayah RI yang berdekatan.

Kabinet Amir syarifuddin jatuh dan digantikan kabinet Hatta. Amir syarifuddin yang kecewa
akhirnya menjadi oposisi kabinet Hatta dan bersama Muso mengobarkan pemberontakan PKI di
Madiun pada bulan September 1948, saat bangsa Indonesia sibuk menghadapi ancaman agresi
militer Belanda II.

Perjanjian ini semakin mempersulit posisi Indonesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan
itu bertambah setelah Belanda melakukan blockade ekonomi terhadap Indonesia.

Itulah sebabnya hasil Perjanjian Renville mengundang reaksi keras, baik dari kalangan partai
politik maupun TNI.

1. Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan
diplomasi.
2. Bagi TNI, hasil perundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah
pertahanan yang telah susah payah dibangun.

Agresi Militer Belanda II

Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda
tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi
Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka.
Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan ini
dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal
juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik Indonesia
dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.

Resolusi DK PBB (28 Januari 1949)

Berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II, pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu ialah sebagai berikut.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 32
1. Belanda harus menghentikan semua operasi militer dan pihak Republik Indonesia diminta
untuk menghentikan aktivitas gerilya. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan
perdamaian kembali.
2. Pembebasan dengan segera dan tidak bersyarat semua tahanan politik dalam daerah RI oleh
Belanda sejak 19 Desember 1948.
3. Belanda harus memberikan kesempatan kepada pemimpin RI untuk kembali ke Yogyakarta
dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut batas-batas Persetujuan Renville
dikembalikan kepada RI.
4. Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar
Persetujuan Linggarjati, Persetujuan Renville, dan berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah
Interim Federal paling lambat tanggal 15 Maret 1949. Pemilihan Dewan Pembuat Undang
Undang Dasar Negara Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli 1949.
5. Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk Indonesia (United Nation for Indonesia atau UNCI). UNCI bertugas untuk: membantu
melancarkan perundinganperundingan untuk mengurus pengembalian kekuasaan pemerintah
RI, mengamati pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai hal yang dapat membantu
tercapainya penyelesaian.

9. Perjanjian Roem-Royen (17 April – 7 Mei 1949)

Roem-Royen AgreementSejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan Sumatra yang semakin
meluas, usaha-usaha di bidang diplomasi berjalan terus. UNCI mengadakan perundingan dengan
pemimpin-pemimpin RI di Bangka. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret
1949 memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi DK PBB pada tanggal 28 Januari
1949. UNCI berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan. Pada tanggal 17 April
1949 dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad
Roem. Delegasi Belanda dipimpin Dr. van Royen. Pertemuan dipimpin Merle Cohran dari UNCI
yang berasal dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan.
Persetujuan itu dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”. Dalam perundingan ini, setiap
delegasi mengeluarkan pernyataan sendiri-sendiri. Pernyataan delegasi Indonesia antara lain sebagai
berikut.

 Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta.


 Kesediaan mengadakan penghentian tembak menembak.
 Kesediaan mengikuti Konferensi Meja Bundar setelah pengembalian Pemerintah RI ke
Yogyakarta.
 Bersedia bekerja sama dalam memulihkan perdamaian dan tertib hukum.

Sedangkan pernyataan dari pihak Belanda adalah sebagai berikut.

 Menghentikan gerakan militer dan membebaskan tahanan politik.


 Menyetujui kembalinya Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.
 Menyetujui Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat.
 Berusaha menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 33
Pada tanggal 6 Juli 1949, Soekarno dan Hatta dikembalikan ke Yogyakarta. Pengembalian Yogyakarta
ke tangan Republik Indonesia diikuti dengan penarikan mundur tentara Belanda dari Yogyakarta.
Tentara Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sejak tanggal 19 Desember 1948 – 6 Juli 1949.

10. Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949)

Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung, dilakukan pendekatan dan koordinasi dengan negara-
negara bagian (BFO) terutama berkaitan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat. Konferensi
Inter-Indonesia ini penting untuk menciptakan kesamaan pandangan menghadapi Belanda dalam
KMB. Konferensi diadakan setelah para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta. Konferensi Inter-
Indonesia I diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19 – 22 Juli 1949. Konferensi Inter-Indonesia I
dipimpin Mohammad Hatta. Konferensi Inter-Indonesia II diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli –
2 Agustus 1949. Konferensi Inter-Indonesia II dipimpin oleh Sultan Hamid (Ketua BFO).
Pembicaraan dalam Konferensi Inter-Indonesia hampir semuanya difokuskan pada masalah
pembentukan RIS, antara lain:

1. masalah tata susunan dan hak Pemerintah RIS,


2. kerja sama antara RIS dan Belanda dalam Perserikatan Uni.

Hasil positif Konferensi Inter-Indonesia adalah disepakatinya beberapa hal berikut ini.

1. Negara Indonesia Serikat yang nantinya akan dibentuk di Indonesia bernama Republik
Indonesia Serikat (RIS).
2. Bendera kebangsaan adalah Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
4. Hari 17 Agustus adalah Hari Nasional.

Dalam bidang militer, Konferensi Inter-Indonesia memutuskan hal-hal berikut.

1. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
2. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL dan
kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih lanjut.
3. Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.

Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting sebab perpecahan yang telah dilakukan oleh Belanda
sebelumnya, melalui bentuk-bentuk negara bagian telah dihapuskan. Kesepakatan ini juga merupakan
bekal yang sangat berharga dalam menghadapi Belanda dalam perundingan-perundingan yang akan
diadakan kemudian. Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik Indonesia dan Belanda mencapai
persetujuan penghentian tembak-menembak yang akan mulai berlaku di Jawa pada tanggal 11 Agustus
dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus. Tercapainya kesepakatan tersebut memungkinkan
terselenggaranya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

11. Konferensi Meja Bundar (23 Agustus 1949 – 2 November 1949)


Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 34
Suasana Konfrensi Meja Bundar di Den Haag-Belanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di Ridderzaal, Den Haag, Belanda. Konferensi dibuka pada
tanggal 23 Agustus 1949 dan dihadiri oleh:

 Delegasi Republik Indonesia dipimpin Mohammad Hatta,


 Delegasi BFO dipimpin Sultan Hamid,
 Delegasi Kerajaan Belanda dipimpin J. H. van Maarseveen, dan
 UNCI diketuai oleh Chritchley.

Konferensi Meja Bundar dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung
dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949. Dalam konferensi dibentuk tiga komisi,
yaitu: Komisi Ketatanegaraan, Komisi Keuangan, dan Komisi Militer. Kesulitan-kesulitan yang
muncul dalam perundingan adalah:

 dari Komisi Ketatanegaraan menyangkut pembahasan mengenai Irian Jaya,


 dari Komisi Keuangan menyangkut pembicaraan mengenai masalah utang.

Belanda menuntut agar Indonesia mengakui utang terhadap Belanda yang dilakukan sampai tahun
1949. Dalam bidang militer, tanpa ada kesulitan siding menyepakati inti angkatan perang dalam
bentuk Indonesia Serikat adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah penyerahan kedaulatan
kepada Republik Indonesia Serikat, KNIL (tentara Belanda di Indonesia) akan dilebur ke dalam TNI.
KMB dapat menghasilkan beberapa persetujuan. Berikut ini adalah beberapa hasil dari KMB di Den
Haag:

 Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya dan tanpa syarat kepada RIS.
 Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Republik Indonesia dan 15 negara federal. Corak
pemerintahan RIS diatus menurut konstitusi yang dibuat oleh delegasi RI dan BFO selama
Konferensi Meja Bundar berlangsung.
 Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambat- lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
 Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan.
 Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni Indonesia-Belanda. Uni ini merupakan badan
konstitusi bersama untuk menyelesaikan kepentingan umum.
 Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia dan membubarkan KNIL. Anggota KNIL
boleh masuk ke dalam APRIS.
 RIS harus membayar segala utang Belanda yang diperbuatnya semenjak tahun 1942.

C. Pengakuan Kedaulatan

Upacara penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilakukan pada waktu yang bersamaan di
Indonesia dan di negeri Belanda, yaitu pada tanggal 27 Desember 1949. Di negeri Belanda,
penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilaksanakan di ruang takhta Istana Kerajaan Belanda.
Ratu Juliana, P.M. Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen, dan
Mohammad Hatta membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan. Sementara itu, di
Jakarta, Sultan Hamengkubuwono IX dan A.H.J. Lovink (Wakil Tinggi Mahkota) membubuhkan

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 35
tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan. Pada tanggal yang sama, di Yogyakarta dilakukan
penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.

TUGAS KELOMPOK

MASING –MASING KELOMPOK DISKUSIKAN BUATKAN LAPORAN DAN


PRESENTASIKAN

a. Kelompok 6. Membahas Kedatangan tentara sekutu membonceng NICA ke Indonesia


b. Kelompok 5. Membahas reaksi bangsa Indonesia kedatangan tentara sekutu
c. Kelompok 4. Membahas diplomasi Soekarno- Van Mook,Syahrir Van Mook dan Hooge Valuwe
d. Kelompok 3 Membahas Perundingan7 Oktober 1946 dan Perundingan Linggarjati
e. Kelompok 2 Membahas Perundingan Renville dan akibatnya
f. Kelompok 1 Membahas Perundingan Roem Ruyen dan KMB

Uji Kompetensi 1

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat !

1. Bagaimana kedatangan tentara Sekutu dan Nica ke Indonesia ?


2. Bagaimana reaksi bangsa Indonesia dengan datangnya tentara sekutu membonceng
Nica ?
3. Bagaimana hasil pertemuan Sukarno Van Mook dalam rangka diplomasi 17 Nov 1945?
4. Bagaimana Perundingan Hooge Valuwe 14-15 April 1946?
5. Bagaimana hasil Perundingan Linggar jati 10 Nov 1946?
6. Bagaimana hasil Perjanjian Renville 8 November 1948?
7. Bagaimana resolusi Dewan Keamanan PBB 28 Januari 1948?
8. Bagaimana hasil perundingan Roem Royen 17 April-7 Mei 1949?
9. Bagaimana hasil peundingan Inter Indonesia 19-22 Juli 1949?
10. Bagaimana hsil perundingan Meja Bundar 23 Agustus-2 November 1949?

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

PEMERINTAHAN DEMOKRASI LIBERAL

A.CAPAIAN PEMBELAARAN

Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar
sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 36
literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek
kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah
yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa lain
yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi

B. Tujuan Pembelajaran

1. Menyimpulkan perkembangan politik pada awal kemerdekaan Indonesia


2. Menyimpulkan terjadinya kekacauan dalam bidang ekonomi awal kemerdekaan
3. Menyimpulkan upaya bangsa Indonesia menghadapi blockade ekonomi Nica
4. Menyimpulkan kebijakan pemerintah dalam perbaikan ekonomi awal kemerdekaan
5. Menyimpulkan dinamika perkembangan Kabinet yang berlangsung selama masa Demokrasi
Parlementer 1950- 1959.
6. Mennyimpulkan pelaksanaan pemilu 1955.
7. Menjelaskan pemikiran pemikiran mengenai ekonomi nasional pada masa Demokrasi
Parlementer.

C. Uraian Materi

A.Sistem Pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan

Sistem Pemerintahan Indonesia di awal masa Kemerdekaannya adalah Sistem PRESIDENSIIL.


Sistem Pemerintahan ini sesuai dengan rumusan Undang-undang Dasar 1945, dimana Presiden sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dan kedudukan mentri adalah sebagai pembantu presiden. “Menteri
merupakan pembantu presiden (pemerintah) yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden, sehingga
menteri bertanggungjawab kepada presiden”. Oleh karena itu, untuk melengkapi pemerintahan
Indonesia dibentuklah departemen dan kementrian. Seharusnya pembentukan kementrian diserahkan
pada presiden tetapi untuk negara Indonesia yang baru merdeka ini pembentukan Departemen dan
Susunan Kementrian Negara diserahkan pada Panitia Kecil (Ahmad Subardjo, Sutardjo
Kartohadikusumo,Kasman Singodimejo). Akhirnya berdasarkan sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945
pada tanggal 12 September 1946 dibentuklah Kabinet Presidensiil (Kabinet RI I) dengan 12
departemen dengan 4 menteri negara. Sementara itu untuk melengkapi pemerintahan maka wilayah
Indonesia dibagi dalam 8 propinsi dengan 2 daerah istimewa dimana masing-masing wilayah
mempunyai gubernur yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengambilan keputusan di daerah.
Tetapi perkembangannya karena pengaruh dari golongan sosialis yang ada dalam KNIP maka usia
kabinet Presidensiil tidak lama yaitu sejak 12 September 1945 sampai 14 November 1945. Sejak
tanggal 14 November 1945 Indonesia menggunakan sistem Kabinet PARLEMENTER dengan
Perdana Menteri pertamanya yaitu Sutan Syahrir. Sistem Kabinet Parlementer inilah yang katanya
sesuai dengan harapan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mengharapkan sistem pemerintahan
Demokrasi dimana cirinya adalah adanya DPR (parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih langsung
oleh rakyat. Pola pemerintahan ini merupakan bentuk penerapan demokrasi yang ada di negara
Belanda yang berdasarkan multipartai yaitu sistem pemerintahan parlementer. Jika menggunakan
kabinet presidentil maka presiden berperan sebagai pemimpin kabinet dan kabinet bertanggungjawab
kepada presiden. Tetapi jika menggunakan kabinet Parlementer maka presiden bertanggungjawab
kepada parlemen (KNIP).

Kabinet Parlementer ini terbentuk karena memang sebenarnya direncanakan oleh KNIP. Dimana
“kabinet (menteri) bertanggungjawab langsung kepada KNIP (parlemen) dengan kekuasaan
legislatifnya. Selain itu tujuan dibentuk kabinet Parlementer adalah untuk mengurangi peranan
presiden yang dianggap terlalu besar .Untuk mewujudkan ambisi KNIP tersebut maka mulai
dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) pada 16 Oktober 1945 (Sidang
KNIP I). Langkah selanjutnya adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekedar badan penasehat
menjadi badan legislatif yang sebenarnya dipegang MPR/DPR, disetujui dengan dikeluarkannya
Maklumat Pemerintah No. X yang ditandatangani wakil presiden. Dengan dikeluarkan maklumat
tersebut maka kekuasaan presiden berkurang yaitu hanya dalam bidang eksekutif saja.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 37
Sementara itu KNIP sebagai badan Legislatif menggantikan MPR dan DPR sebelum terbentuk. Selain
kedua hal tersebut KNIP juga mengusulkan pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya sebagai
sarana untuk penyaluran aspirasi dan paham yang berkembang di masyarakat. Usulan tersebut
disetujui dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintah No. 3 tanggal 3 November 1945 tentang anjuran
pembentukan partai –partai politik. Adapun partai-partai yang berhasil dibentuk adalah Partai Nasional
Indonesia (PNI), Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Komunis Indonesia (PKI),
Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Rakyat Jelata (PRJ), Partai Sosialis Indonesia (Parsi/PSI),
Persatuan Rakyat Marhaen(Permai), Partai Rakyat Sosialis (Paras), Partai Kristen Indonesia
(Parkindo), Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI).

Terbentuknya kabinet Syahrir (parlementer I) merupakan suatu bentuk penyimpangan pertama


pemerintah RI terhadap ketentuan UUD 1945. Sebab dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa
“pemerintahan harus dijalankan menurut sistem kabinet Prsesidensiil, dimana menteri sebagai
pembantu presiden” sementara itu pelaksanaannya” mentri (kabinet) bertanggungjawab langsung pada
parlemen (KNIP)”. Karena menggunakan sistem parlementer maka kabinet dan parlemen (KNIP)
selalu bersaing untuk memperebutkan pengaruh dan kedudukan. Akibatnya sering terjadi pergantian
kabinet karena dijatuhkan oleh parlemen (KNIP).

B. KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN

Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada pejabat
khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia. Sebagai negara baru Indonesia
belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi keuangan yang mantap. Tingalan
pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk untuk
bangkit dari keterpurukan. Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi. Politik keuangan yang
berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan
untuk menghancurkan ekonomi nasional. Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan
Indonesia dan masih terus melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.

Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut .

1. Terjadi Inflasi yang sangat tinggi

Inflasi tersebut dapat terjadi disebabkan karena :

a. Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan
Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang
beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
b. Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang
berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
c. Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat
menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.

Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah
Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini
terjadi akibat 33 adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi
sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah. Karena inflasi ini
kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan Jepang petani
merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak
dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.

Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran
mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu:
1.Mata uang De Javasche Bank
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 38
2.Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3.Mata uang pendudukan Jepang

Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu
padatanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford).
Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat
itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama
belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru. Karena
tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesiapun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang
Republik Indonesia (ORI )sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda

Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan RI
terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan
November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
1. Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2. Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:

1. Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.


2. Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang
ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
3. Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
4. Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.

Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah

1. Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan


2. Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia,
sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya.
3. Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.

3. Kekosongan kas Negara

Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara
pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi
pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan,
sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA).

1. Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India

Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya
kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan
hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat
dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946
akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya
pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia
pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari
negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun
keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah
Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di
forum internasional.

2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 39
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak
swasta. Usaha tersebut antara lain : Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika
(Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana
usaha tersebut dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan
Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah,
dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die.Hasil transaksi pertama dari kerjasama
tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan
lain-lain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat
barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda. Karena
blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi
Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946
sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka
pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil
menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke
Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata , obat-obatan dan barang-barang lain yang
dibutuhkan. Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama
Indonesian Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan
kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia berusaha menembus blokade ekonomi
Belanda dengan melakukan perdagangan barter.Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang
Singapura dan mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan. Dibentuk perwakilan kemetrian
pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin
oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan angkatan
perang.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI


INDONESIA

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak
Februari 1946, adalah sebagai berikut.

1) Konferensi Ekonomi Februari 1946

Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab
langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan
Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :

a.Masalah produksi dan distribusi makanan

Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang
Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan dan diganti dengan sistem desentralisasi.

b.Masalah sandang

Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan
Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan
ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap
sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog
(Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan

c.Status dan Administrasi perkebunan

Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah
kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan
dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu. Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946
membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian
harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi
pabrik gula, dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 40
merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN).

2) Pinjaman Nasional

Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk
mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran
pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan.
Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat
dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana
masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI. Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan
rumah-rumah pegadaian.

Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang ditawarkan
pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang
sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan
kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.

3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.

Badan ini dibentuk atas usul dari menetri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap
yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang
akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut
adalah sebagai berikut.

1. Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi
milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
2. Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
3. Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
4. Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan perjanjian
Republik Indonesia dengan Belanda.

Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan
mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat
menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional.
Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal
asing. Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri. Untuk membiayai rencana pembangunan
ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana
masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan
swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir
dihapuskan.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 41
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang
bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak
Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan militer
yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan
Belanda dan yang tersisa sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat
(Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter
Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.

4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948

Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan
efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat
ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di
bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit
pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi
yang diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul,
dan peningkatan peternakan.

5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)

Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana
Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :

1. Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA


2. Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
3. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
4. Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
5. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu
10-15
tahun.

6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)

Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :

1. Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta memperkuat


persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
2. Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat
memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.

Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun
perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta
dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi
Militer Belanda. Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan). Mengaktifkan kembali
Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan
Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.

7) Oeang Republik Indonesia (ORI

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 42
Pemerintah melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh menggunakan
Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU
No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah
Jepang diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktober
selanjutnya dijadikan sebagai hari keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai
berikut.

1. Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu ruapiah (Rp.
100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
2. Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu
rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
3. Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.

Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar
valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk
prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas
tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang
dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang
tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.

Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional
tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga
di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang
Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB
(Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang.
Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari Indonesia.

TUGAS KELOMPOK

MASING –MASING KELOMPOK DISKUSIKAN BUATKAN LAPORAN DAN


PRESENTASIKAN

a. Kelompok 1. Membahas Kehidupan politik awal kemerdekaan


b. Kelompok 2. Membahas Penyebab buruknya ekonomi Indonesia awal kemerdekaan
c. Kelompok 3. Membahas Upaya mengatasi ekonomi awal kemerdekaan Indonesia

Uji Kompetensi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan singkat


1. Bagaimana perkembangan politik pada awal kemerdekaan Indonesia ?
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 43
2. bagaimana terjadinya kekacauan dalam bidang ekonomi awal kemerdekaan?
3. bagaimana upaya bangsa Indonesia menghadapi blockade ekonomi Nica?
4. bagaimana kebijakan pemerintah dalam perbaikan ekonomi awal kemerdekaan?

B.Perkembangan Politik Masa Demokrasi Liberal di Indonesia (1950-1959)

1.Sistem Kepartaian

Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai politik adalah untuk memperoleh,
merebut dan mempertahankan kekuasaan secara konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat
kaitannya dengan kekuasaan.

Paska proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen yang


berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945. Keberadaan parlemen, dalam
hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan adanya perangkat organisasi politik, yaitu partai
politik. Berkaitan dengan hal tersebut, pada 23 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengumumkan
pembentukan Partai Nasional Indonesia sebagai partai tunggal, namun keinginan Presiden Soekarno
tidak dapat diwujudkan. Gagasan pembentukan partai baru muncul lagi ketika pemerintah
mengeluarkan maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945. Melalui maklumat inilah
gagasan pembentukan partai-partai politik dimunculkan kembali dan berhasil membentuk partai-partai
politik baru. Diantara partai-partai tersebut adalah : Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) Dr.
Sukirman Wiryosanjoyo 7 November 1945, Partai Nasional Indonesia (PNI) Sidik Joyosukarto 29
Januari 1945, Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifuddin 20 November 1945 ,Partai Komunis
Indonesia (PKI) Mr. Moh. Yusuf 7 November 1945 ,Partai Buruh Indonesia (PBI) Nyono 8 November
1945 ,Partai Rakyat Jelata (PRJ) Sutan Dewanis 8 November 1945 ,Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) Ds. Probowinoto 10 November 1945 ,Partai Rakyat Sosialis (PRS) Sutan Syahrir 20

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 44
November 1945 ,Persatuan Marhaen Indonesia (Permai) JB Assa 17 Desember 1945 ,Partai Katholik
Republik Indonesia (PKRI) IJ Kassimo 8 Desember 1945

Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi partai. Pembentukan partai
politik ini menurut Mohammad Hatta agar memudahkan dalam mengontrol perjuangan lebih lanjut.
Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur
kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-
pemimpin barisan perjuangan. Walaupun pada kenyataannya partai-partai politik tersebut cenderung
untuk memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-partai politik
yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling menjatuhkan.

Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan tidak memegang peranan penting
dalam parlemen sering melakukan oposisi yang kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik
yang memerintah. Hal inilah yang menyebabkan pada era ini sering terjadi pergantian kabinet, kabinet
tidak berumur panjang sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang
menyebabkan terjadinya instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial ekonomi dan keamanan.

Kondisi inilah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk membangun kehidupan
politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem demokrasi liberal menuju demokrasi
terpimpin.

Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni Undang Undang
Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya maklumat pemerintah
tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, Sistem pemerintahan
negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer. Artinya Kabinet disusun menurut
perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-
wakil partai dalam parlemen. Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja. Hal ini dinamakan
pula Demokrasi Liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal. Sistem kabinet
masa ini berbeda dengan sistem kabinet RIS yang dikenal sebagai Zaken Kabinet.

Salah satu ciri yang nampak dalam masa ini adalah kerap kali terjadi penggantian kabinet. Mengapa
sering kali terjadi pergantian kabinet? Hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan kepentingan
diantara partai partai yang ada. Perbedaan diantara partai-partai tersebut tidak pernah dapat
terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950 sampai tahun 1959 terjadi silih berganti kabinet
mulai Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951; Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952; Kabinet
Wilopo (PNI) 1952-1953; Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955; Kabinet Burhanuddin
Harahap (Masyumi) 1955-1956; Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957 dan Kabinet Djuanda
(Zaken Kabinet) 1957-1959.
Kalau kita perhatikan garis besar perjalanan kabinet di atas, nampak bahwa mula-mula Masyumi diberi
kesempatan untuk memerintah, kemudian PNI memegang peranan terutama setelah Pemilihan Umum
1955. Namun PNI pun tidak bisa bertahan lama karena tidak mampu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi yang akhirnya dibentuk zaken kabinet di bawah pimpinan Ir. Djuanda
.
Kabinet-kabinet tersebut pada umumnya memiliki program yang tujuannya sama, yaitu masalah
keamanan, kemakmuran dan masalah Irian Barat (saat ini Papua Barat). Namun setiap kabinet
memiliki penekanan masing-masing, kabinet yang dipimpin Masyumi menekankan pentingnya
penyempurnaan pimpinan TNI, sedangkan kabinet yang dipimpin oleh PNI sering menekankan pada
masalah hubungan luar negeri yang menguntungkan perjuangan pembebasan Irian Barat dan
pemerintahan dalam negeri.

Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat


2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3. Presiden bisa dan berhak berhak membubarkan DPR
4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden

A. KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL

a. KABINET NATSIR (6 September 1950 – 21 Maret 1951)


Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 45
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.Dipimpin Oleh :
Muhammad Natsir

Program :

1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.

4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.


Hasil :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian
Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
1.Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).
2. Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah
Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.

b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)

Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin Oleh: Sukiman
Wiryosanjoyo Program :

1. Menjamin keamanan dan ketentraman


2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.

Hasil :

Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala
prioritas dalam pelaksanaan programnya,

Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta
Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana
dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 46
memperhatiakan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai
telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.

 Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
 Masalah Irian barat belum juga teratasi.
 Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

c. KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya.

Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo

Program :

1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan


DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.

Hasil : –

Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
 Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah
terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
 Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang
tidak seimbang.

 Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang
akan membahayakan kedudukannya.
 Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera
Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk
kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang
telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera
Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan
untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin
tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan
senjata dan beberapa petani terbunuh.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 47
a. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin Oleh : Mr. Ali
Sastroamijoyo

Program :

1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan


Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil :

 Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada
29 September 1955.
 Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII
di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
 Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952.
Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh
kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi
panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak
menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi
upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun
mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD
baru.

 Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan
gejala membahayakan.
 Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
 Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

e.KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap

Program :

1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu


mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang
sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3. 3 Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

Hasil :
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 48
 Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
 Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
 Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
 Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
 Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution
sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :

Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk
kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.

f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.

Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo

Program :

Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang, sebagai berikut.

1. Perjuangan pengembalian Irian Barat


2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan
rakyat.

Selain itu program pokoknya adalah,

 Pembatalan KMB,
 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif,
 Melaksanakan keputusan KAA.

Hasil :

Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :

 Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 49
 Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah,
Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung
Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.

 Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan


pembangunan di daerahnya.
 Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang
dapat melindungi pengusaha nasional.

 Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat
bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.

a. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun
Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan
antara partai politik.

Dipimpin Oleh : Ir. Juanda

Program :

Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya
yaitu :

 Membentuk Dewan Nasional


 Normalisasi keadaan Republik Indonesia
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
 Perjuangan pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian
Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.

Hasil :

 Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah
terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan
yang utuh dan bulat.
 Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai
titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.

 Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai


daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.

 Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 50
Kendala/ Masalah yang dihadapi :

1. Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat.


Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3. Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di
depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah
pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin
memburuk karena mengancam kesatuan negara.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :

Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.

Kabinet Djuanda mendeklarasikan hukum teritorial kelautan nusantara yang berbunyi:


Segala perairan di sekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagan pulau-pulau
yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya
adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan
demikian merupakan bagian dari pada perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak
dari pada Negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-
kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/ menganggu kedaulatan dan
keselamatan negara Indonesia. (Sumber: Hasjim Djalal, 2006)
Dari deklarasi tersebut dapat kita lihat bahwa faktor keamanan dan pertahanan merupakan aspek
penting, bahkan dapat dikatakan merupakan salah satu sendi pokok kebijaksanaan pemerintah
mengenai perairan Indonesia. Dikeluarkannya deklarasi ini membawa manfaat bagi Indonesia yaitu
mampu menyatukan wilayah-wilayah Indonesia dan sumber daya alam dari laut bisa dimanfaatkan
dengan maksimal. Deklarasi tersebut kemudian dikenal sebagai Deklarasi Djuanda.

Deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut kita diubah dari 3 mil batas air terendah menjadi 12
mil dari batas pulau terluar. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia semakin menjadi luas dari
sebelumnya hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2 tanpa memasukan wilayah Irian Barat,
karena wilayah itu belum diakui secara internasional. Hal ini berdampak pula terhadap titik-titik pulau
terluar yang menjadi garis batas yang mengelilingi RI menjadi sepanjang 8.069,8 mil laut.

Sumber : Atlas Nasional Indonesia (Bakosurtanal, 2011) Gambar 2.4 Wilayah Indonesia berdasarkan Deklarasi Juanda

Meskipun Deklarasi Djuanda belum memperoleh pengakuan internasional, pemerintah RI kemudian


menetapkan deklarasi tersebut menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang perairan Indonesia.
Dikeluarkannya Deklarasi Djuanda membuat banyak negara yang keberatan terhadap konsepsi
landasan hukum laut Indonesia yang baru. Untuk merundingkan penyelesaian masalah hukum laut ini,
pemerintah Indonesia melakukan harmonisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga.
Selain itu Indonesia juga melalui konferensi Jeneva pada tahun 1958, berusaha mempertahankan
konsepsinya yang tertuang dalam deklarasi Djuanda dan memantapkan Indonesia sebagai Archipelagic
State Principle atau negara kepulauan.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 51
Deklarasi Djuanda ini baru bisa diterima di dunia internasional setelah ditetapkan dalam Konvensi
Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982 (United Nations Convention
On The Law of The Sea/ UNCLOS 1982). Pemerintah Indonesia kemudian meratifikasinya dalam UU
No.17/ 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan. Setelah
diperjuangkan selama lebih dari dua puluh lima tahun, akhirnya pada 16 November 1994, setelah
diratifikasi oleh 60 negara, hukum laut Indonesia diakui oleh dunia internasional. Upaya ini tidak lepas
dari perjuangan pahlawan diplomasi kita, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Dr. Hasjim
Djalal, yang setia mengikuti berbagai konferensi tentang hukum laut yang dilaksanakan PBB dari
tahun 1970an hingga tahun 1990an.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tanggal 13 Desember dicanangkan sebagai
hari Nusantara dan ketika masa Presiden Megawati dikeluarkan keputusan Presiden No. 126/2001
tentang hari Nusantara dan tanggal 13 resmi menjadi hari perayaan nasional.

2. Pemilihan Umum 1955


Pelaksanaan pemilihan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk
dalam parlemen dan dewan Konstituante. Pemilihan umum ini diikuti oleh partai-partai politik yang
ada serta oleh kelompok perorangan. Pemilihan umum ini sebenarnya sudah dirancang sejak kabinet
Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955) dengan membentuk Panitia Pemilihan Umum
Pusat dan Daerah pada 31 Mei 1954. Namun pemilihan umum tidak dilaksanakan pada masa kabinet
Ali I karena terlanjur jatuh. Kabinet pengganti Ali I yang berhasil menjalankan pemilihan umum, yaitu
kabinet Burhanuddin Harahap.

Pelaksanaan Pemilihan Umum pertama dibagi dalam 16 daerah pemilihan yang meliputi 208
kabupaten, 2139 kecamatan dan 43.429 desa. Pemilihan umum 1955 dilaksanakan dalam 2 tahap.
Tahap pertama untuk memilih anggota parlemen yang dilaksanakan pada 29 September 1955 dan
tahap kedua untuk memilih anggota Dewan Konstituante (badan pembuat Undangundang Dasar)
dilaksanakan pada 15 Desember 1955. Pada pemilu pertama ini 39 juta rakyat Indonesia memberikan
suaranya di kotak-kotak suara. Pemilihan umum 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di
Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum ini menandakan telah berjalannya
demokrasi di kalangan rakyat.

Dalam proses pemilihan umum 1955 terdapat 100 partai besar dan kecil yang mengajukan calon-
calonnya untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan 82 partai besar dan kecil untuk Dewan
Konstituante. Selain itu masih ada 86 organisasi dan perseorangan akan ikut dalam pemilihan umum.
Dalam pendaftaran pemilihan tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia yang mendaftarkan namanya
(kurang lebih 78 juta), angka yang cukup tinggi yang ikut dalam pesta demokrasi yang pertama. (Feith,
1999) Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955.
Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Urutan perolehan suara terbanyak adalah PNI,
Masyumi, Nahdatul Ulama dan PKI. Empat perolehan suara terbanyak memperoleh kursi sebagai
berikut : PNI 57 kursi ,Masyumi 57 kursi ,Nahdatul Ulama 45 kursi ,PKI 39 kursi

Pemilihan Umum 1955 menghasilkan susunan anggota DPR dengan jumlah anggota sebanyak 250
orang dan dilantik pada tanggal 24 Maret 1956 oleh Presiden Soekarno. Acara pelantikan ini dihadiri
oleh anggota DPR yang lama dan menteri-menteri Kabinet Burhanudin Harahap. Dengan terbentuknya
DPR yang baru maka berakhirlah masa tugas DPR yang lama dan penunjukkan tim formatur dilakukan
berdasarkan jumlah suara terbanyak di DPR.

Pemilihan Umum 1955 selain memilih anggota DPR juga memilih anggota Dewan Konstituate.
Pemilihan Umum anggota Dewan Konstituante dilaksanakan pada 15 Desember 1955. Dewan
Konstituante bertugas untuk membuat Undang-undang Dasar yang tetap, untuk menggantikan
UUD Sementara 1950. Hal ini sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam pasal 134 UUD
Sementara 1950 yang berbunyi, “Konstituante (Sidang Pembuat Undang-undang Dasar) bersama-sama
pemerintah selekaslekasnya menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang akan
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara ini”.

Berdasarkan hasil pemilihan tanggal 15 Desember 1955 dan diumumkan pada 16 Juli 1956,
perolehan suara partai-partai yang mengikuti pemilihan anggota Dewan Konstituante urutannya
tidak jauh berbeda legislatif, empat besar partainya adalah PNI, Masyumi, NU dan PKI. PNI 119
kursi Masyumi 112 kursi Nahdatul Ulama 91 kursi PKI 80 kursi
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 52
Dalam sidang-sidang Dewan Konstituante yang berlangsung sejak tahun 1956 hingga Dekrit Presiden
5 Juli 1959 tidak menghasilkan apa yang diamanatkan oleh UUD S 1950. Dewan memang berhasil
menyelesaikan bagian-bagian dari rancangan UUD, namun terkait dengan masalah dasar negara,
Dewan Konstituante tidak berhasil menyelesaikan perbedaan yang mendasar diantara usulan dasar
negara yang ada.
. Semua upaya untuk mencapai kesepakatan diantara dua kelompok menjadi kandas dan hubungan
kedua kelompok ini semakin tegang. Kondisi ini membuat Dewan Konstituante tidak berhasil
menyelesaikan pekerjaannya hingga pertengahan 1958. Kondisi ini mendorong Presiden Soekarno
dalam amanatnya di depan sidang Dewan Konstituante mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945.
Konstituante harus menerima UUD 1945 apa adanya, baik pembukaan maupun batang tubuhnya tanpa
perubahan.

Presiden Soekarno mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan
mengadakan pembicaraan dengan tokoh-tokoh pemerintahan, anggota Dewan Nasional, Mahkamah
Agung dan pimpinan Angkatan Perang di Istana Bogor pada 4 Juli 1959. Hasil dari pembicaraan itu
esok harinya, Minggu 5 Juli 1959, Presiden Soekarno menetapkan Dekrit Presiden 1959 di Istana
Merdeka. Isi pokok dari Dekrit Presiden tersebut adalah membubarkan Dewan Konstituante,
menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan menyatakan tidak berlakunya UUD Sementara 1950.
Dekrit juga menyebutkan akan dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dalam waktu sesingkat-singkatnya.

B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL

Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya
untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia berjalan tersendat-sendat.

Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.

1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban
tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah
2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan
perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh
Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli
dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk
operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :


1. Mengurangi jumlah uang yang beredar
2. Mengatasi Kenaikan biaya hidup.

Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :

1. Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 53
C. KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA
LIBERAL

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang
menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai
berikut.

1. Gunting Syafruddin

Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan
RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU
tanggal 19 Maret 1950
Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-
orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman
sebesar Rp. 200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah
struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh
Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
Programnya :
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.Para pengusaha Indonesia yang
bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.Para
pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai
pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik
meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :

1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka
sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja
pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7
miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada
pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para
pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor.

3. Nasionalisasi De Javasche Bank

Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun


1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa
mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah
Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan
kebijakan ekonomi dan moneter.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 54
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan
biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara drastis.

Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral
dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
tahun 1951

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah

 Untuk memajukan pengusaha pribumi.


 Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
 Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.

Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi khususnya Cina.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,

1. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
2. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
3. Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:

Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas. Pengusaha
pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah
finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang
berisi :
a. Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
b. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
c. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian
lain antara kedua belah pihak.

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah
secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda secara sepihak.

Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei
1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.

Dampaknya :

Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 55
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet
Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda
diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada
tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah
Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :

a. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal
tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
b. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
c. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.

TUGAS 3 KELOMPOK

1.KELOMPOK 4. Menyajikan khidupan politik masa demokrasi leberal


2.KELOMPOK5.MenyajikanKeberhasilan yang dicapai masa kabinet
Alisostroamijoyo2,Burhanudin Harahap dan Kabiet Juanda
3.KELOMPOK 6. Menyajikan keadaan ekonomi masa demokrasi liberal

UJI KOMPETENSI PELAJARAN 3

Jawablah pertanyaan di Bawah ini dengan Singkat dan Jelas !

1. Bagaimana dinamika perkembangan Kabinet yang berlangsung selama masa Demokrasi


Parlementer 1950- 1959.?
2. Bagaimana Program terpenting dalam pembangunan yang dilakukan kabinet masa demokrasi
parlementer ?
3. jelaskan perkembangan system kepartaian yang berlangsung selama masa Demokrasi
Parlementer 1950- 1959.
4. bedakan sistem kepartaian pada masa Demokrasi Parlementer 1950-1959 dengan sistem
pemerintahan pada masa sekarang.
5. jelaskan hasil pengamatan terhadap gambar dan bacaan mengenai pelaksanaan pemilu 1955
yang terdapat dalam buku siswa halaman 80-85.

6. Jelaskan pemikiran pemikiran mengenai ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer.
7. Jelaskan keterkaitan antara kebijakan ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer
dengan sistem pemerintahan pada masa itu.
8. Menganalisis kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menerapkan pemikiran pemikiran
mengenai ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer.
9. Menjelaskan latar belakang sistem ekonomi liberal yang berlaku pada masa Demokrasi
Parlementer 1950- 1959.

Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut


[Date] 56
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 57

Anda mungkin juga menyukai