A.Capaian Pembelajaran
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global.
Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis
proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa
sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai
peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi
B.Tujuan Pembelajaran
Setelah siswa selesai mempelajari materi kegiatan pembelajaran 1 ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menganalisis pembentukan badan BPUPKI oleh Jepang bagi bangsa Indonesia
2. Menganalisis pembentukan badan PPKI oleh Jepang bagi bangsa Indonesia
3. Menganalisis peristiwa Rengasdengklok
4. Menganalisis perumusan teks proklamasi
5. Menganalisis pelaksanaan proklamsi kemerdekaan Indonesia
6. Mednganalisis dukungan di berbagai daerah terhadap proklamasi
7. Menganalisis dampak Proklamasi dalam berbagai Ekonomi, politik dan pendidikan bagi bangsa
Indonesia
8. Menganalisis pengesahan Undang-Undang Dasar /UUD 1945
9. Menganalisis pemilihan presiden-wakil presiden
10. Menganalisis Pembagian wilayah Indonesia
11. Menganalisis pembentukan departemen dan kabinet RI.
12. Menganalisis pembentukan KNIP.
13. Menganalisis Pembentukan Partai nasional
14. Menganalisis pembentukan Tentara keamanan di Indonesia
C.Uraian Materi
Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki
Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak,
sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap
tentara Sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada
tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi
Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia" (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai.
Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting
lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia
merdeka.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang,
Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat, dari golongan
nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil
ketua), yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang). Selain menjadi ketua muda,
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 1
Raden Pandji Soeroso juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo. BPUPKI sendiri beranggotakan 67
orang, yang terdiri dari: 60 orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari
semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan
militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka
adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).
Anggota BPUPKI
Abdul Kaffar, A.A. Sanoesi, Abdoel Kahar Moezakir ,Abdurrahman Baswedan ,Agus Muhsin Dasaad
, BKPH Suryohamijoyo ,BPH Bintoro ,BPH Purubojo ,Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman
Wedyodiningrat ,Dr. Raden Boentaran Martoatmodjo , Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumah
Atmaja , Dr. Samsi Sastrawidagda , Dr. Soekiman Wirjosandjojo ,Drs. KRMH Sosrodiningrat , Drs.
Mohammad Hatta , Haji Agus Salim ,chibangase Yosio ,Ide Teitiroo ,Ir. Pangeran Muhammad Noor
, Ir. R. Ashar Sutejo Munandar ,Ir. R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo ,Ir. Roosseno
Soerjohadikoesoemo , Ir. Soekarno , Itagaki Masumitu , K.H Abdul Halim (Muhammad Syatari) ,
Ki Bagoes Hadikoesoemo , Ki Hadjar Dewantara , Kiai Haji Abdul Fatah Hasan . Kiai Haji Abdul
Wahid Hasjim , Kiai Haji Mas Mansoer ,Kiai Haji Masjkur Liem Koen Hian , Mas Aris , Mas
Sutardjo Kertohadikusumo , Masuda Toyohiko Matuura Mitukiyo , Miyano Syoozoo , Mr.
Alexander Andries Maramis , Mr. Johannes Latuharhary , Mr. KRMT Wongsonegoro , Mr. Mas
Besar Mertokusumo , Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo , Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. ,Mr. RA
Maria Ulfah Santoso ,Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo , Mr. Raden Hindromartono ,
Mr. Raden Mas Sartono ,Mr. Raden Panji Singgih , Mr. Raden Samsudin , Mr. Raden
Sastromulyono ,Mr. Raden Soewandi ,Oey Tiang Tjoei ,Oey Tjong Hauw ,P.F. Dahler ,Parada
Harahap, Prof. Dr. Pangeran Ario Hussein Jayadiningrat, Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya
Kusuma, Prof. Mr. Dr. Soepomo, R. Abdulrahim Pratalykrama, RAA Poerbonegoro Soemitro
Kolopaking, RAA Wiranatakoesoema V, Raden Abdul Kadir, Raden Abikusno Tjokrosoejoso,
Raden Asikin Natanegara, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, Raden Oto Iskandar di Nata,
Raden Pandji Soeroso, Raden Ruslan Wongsokusumo, Raden Sudirman, Raden Sukarjo
Wiryopranoto, RMTA Soerjo, RMTA Wuryaningrat, RN Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito,
Tan Eng Hoa, , Tokonami Tokuzi
Tugas BPUPKI adalah mempelajari hal-hal yang penting mengenai tata pemerintaha Indonesia
merdeka. Dan tugas pokoknya melakukan penyelidikan terhadap usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia. Untuk itu BPUPKI membentuk beberapa panitia kerja sebagai berikut;
1. Panitia perumus terdiri dari 9 orang diketuai Ir. Sukarno dengan tugas merumuskan naskah
rancangan pembukaan Undang-Undang Dasar.
2. Panitia perancang UUD, diketuai oleh Ir. Sukarno dan dibentuk lagi panitia kecil diketuai oleh
Prof. Dr. Mr. Supomo.
3. Panitia ekonomi dan keuangan diketuai oleh Moh . Hatta.
4. Panitia Pembela tanah air diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso
Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri
oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara
Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal
Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang
berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia,
yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda
sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal
ini, BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai
isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-
Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda
acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang
tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :
Sambil menunggu masa sidang berikutnya yaitu sidang II, maka 9 orang anggota BPUPKI
membentuk panitia kecil dengan ketua Ir. Sukarno, Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia
Sembilan" ini adalah sebagai berikut :
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak
"Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945
"Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia
yang kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", sesuai dengan nama yang
diberikan Mr. Muh Yamin. yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement
Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia
kecil yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu. Menurut dokumen tersebut, dasar
negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada
tanggal 22 Juni 1945 . Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan
BPUPKI yang kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak resmi yang
dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang
membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar
1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang kedua (10
Juli-14 Juli 1945).
Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 14 Juli
1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini,
anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu
antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus
merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang
isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-
Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut
membahas mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah
pokok yaitu :
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun dengan mengambil
tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara
peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru.
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksional yang
sedikit berbeda.
Sebelum BPUPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda
Seluruh Jawa yang diprakarsai Angkatan Moeda Indonesia. Organisasi itu sebenarnya dibentuk atas
inisitaif Jepang pada pertengahan 1944, akan tetapi kemudian berkembang menjadi suatu pergerakan
pemuda yang anti-Jepang. Kongres pemuda itu dihadiri oleh lebih 100 utusan pemuda, pelajar dan
mahasiswa seluruh Jawa diantaranya Djamal Ali, Chairul Saleh, Anwar Tjokroaminoto, Harsono
Tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa Ika Daigaku Jakarta. Kongres menghimbau para pemuda di
Jawa hendaknya bersatu dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan yang
bukan hadiah Jepang. Setelah tiga hari berlangsung kongres akhirnya memutuskan dua buah resolusi,
yaitu:
Pernyataan tersebut tidak memuaskan beberapa tokoh pemuda yang hadir, seperti utusan dari Jakarta
yang dipimpin oleh Sukarni, Harsono Tjokroaminoto dan Chairul Saleh. Mereka bertekad untuk
menyiapkan suatu gerakan pemuda yang lebih radikal. Untuk itulah pada tanggal 3 Juni 1945 diadakan
suatu pertemuan rahasia di Jakarta untuk membentuk suatu panitia khusus yang diketuai oleh B.M.
Diah, dengan anggotanya Sukarni, Sudiro, Sjarif Thajeb, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Chairul
Saleh, P. Gultom, Supeno dan Asmara Hadi.
Pertemuan semacam itu diadakan lagi pada tanggal 15 Juni 1945, yang menghasilkan pembentukan
Gerakan Angkatan Baroe Indonesia. Dalam prakteknya kegiatan organisasi itu banyak dikendalikan
oleh para pemuda dari Asrama Menteng 31. Tujuan dari gerakan itu, seperti yang tercantum di dalam
surat kabar Asia Raja pada pertengahan bulan Juni 1945, menunjukkan sifat gerakan yang lebih radikal
sebagai berikut :
Gerakan Rakyat Baroe dibentuk berdasarkan hasil sidang ke-8 Cuo Sangi In yang mengusulkan
berdirinya suatu gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta kepada tanah air dan semangat
perang. Pembentukan badan ini diperkenankan oleh Saiko Shikikan yang baru, Letnan Jenderal Y.
Nagano pada tanggal 2 juli 1945. Susunan pengurus pusat organisasi ini terdiri dari 80 orang.
Anggotanya terdiri atas penduduk asli Indonesia dan bangsa Jepang, golongan Cina, golongan Arab
dan golongan peranakan Eropa. Tokoh-tokoh pemuda radikal seperti Chairul Saleh, Sukarni, B.M.
Diah, Asmara Hadi, Harsono Tjokroaminoto, Wikana, Sudiro, Supeno, Adam Malik, S.K. Trimurti,
Sutomo dan Pandu Kartawiguna diikutsertakan dalam organisasi tersebut.
Tujuan pemerintah Jepang mengangkat wakil-wakil golongan muda di dalam organisasi itu adalah
agar pemerintah Jepang dapat mengawasi kegiatan-kegiatan mereka. Sumobuco Mayor Jenderal
Nishimura menegaskan bahwa setiap pemuda yang tergabung di dalamnya harus tunduk sepenuhnya
kepada Gunseikanbu (pemerintah militer Jepang) dan mereka harus bekerja dibawah pengawasan
pejabat-pejabat pemerintah. Dengan demikian berarti kebebasan bergerak para pemuda dibatasi,
sehingga timbullah rasa tidak puas. Oleh karena itulah, tatkala Gerakan Rakyat Baroe ini diresmikan
pada tanggal 28 Juli 1945, tidak seorang pun pemuda radikal yang bersedia memduduki kursi yang
telah disediakan. Sehingga nampak semakin tajam perselisihan paham antara golongan tua dan
golongan muda tentang cara melaksanakan pembentukan negara Indonesia Merdeka.
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II berpengaruh terhadap proses persiapan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Kekalahan Jepang diawali dengan jatuhnya pulau Solomon, Marshal dan Saipan ke tangan
Amerika Serikat pada bulan Juni 1945.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia
Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya "Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI")
atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan (bahasa Belanda: preambule) serta
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja
BPUPKI, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang
kepada bangsa Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah
ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru.
Anggota "PPKI" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, sebagai
upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia-Belanda, terdiri dari: 12
orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa. "PPKI" ini diketuai
oleh Ir. Soekarno, dan sebagai wakilnya adalah Drs. Mohammad Hatta, sedangkan sebagai
penasihatnya ditunjuk Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Kemudian, anggota "PPKI"
ditambah lagi sebanyak enam orang, Anggota PPKI adalah sebagai berikut:
Secara simbolik "PPKI" dilantik oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945, dengan
mendatangkan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat ke "Kota Ho Chi Minh" atau dalam bahasa Vietnam: Thành phố Hồ Chí
Minh (dahulu bernama: Saigon), adalah kota terbesar di negara Vietnam dan terletak dekat delta
Sungai Mekong.
Pada saat "PPKI" terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka semakin memuncak.
Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad yang bulat dari semua golongan untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki agar
kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak pemerintah pendudukan militer Jepang
sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam sidang "PPKI". Pada saat itu ada anggapan dari
golongan muda bahwa "PPKI" ini adalah hanya merupakan sebuah badan bentukan pihak pemerintah
pendudukan militer Jepang. Di lain pihak "PPKI" adalah sebuah badan yang ada waktu itu guna
mempersiapkan hal-hal yang perlu bagi terbentuknya suatu negara Indonesia baru.
Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa diberikan oleh pemerintah pendudukan
militer Jepang adalah tergantung kepada sejauh mana semua hasil kerja dari "PPKI". Jendral Terauchi
kemudian akhirnya menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa
kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh persiapan pelaksanaan
kemerdekaan Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada "PPKI". Dalam suasana mendapat tekanan atau
beban berat seperti demikian itulah "PPKI" harus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujud-
nyatakan keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan rindu akan
sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam rangka pengangkatan itulah, Jenderal Besar Terauci memanggil tiga tokoh Pergerakan
Nasional, yaitu Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Pada tanggal 9
Agustus 1945 mereka berangkat menuju markas besar Terauci di Dalat, Vietnam Selatan. Dalam
pertemuan di Dalat pada tanggal 12 Agustus 1945 Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada
ketiga tokoh itu bahwa Pemerintah Kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Pelaksanaannya dapat dilakukan segera setelah persiapannya selesai oleh PPKI.
Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Ketika ketiga tokoh itu berangkat kembali menuju Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang telah
dibom atom oleh Sekutu di kota Hirosima dan Nagasaki. Bahkan Uni Soviet mengingkari janjinya dan
menyatakan perang terhadap Jepang seraya melakukan penyerbuan ke Manchuria. Dengan demikian
dapat diramalkan bahwa kekalahan Jepang akan segera terjadi. Keesokan harinya, pada tanggal 15
Agustus 1945 Sukarno-Hatta tiba kembali di tanah air. Dengan bangganya Ir. Sukarno berkata :
“Sewaktu-waktu kita dapat merdeka; soalnya hanya tergantung kepada saya dan kemauan rakyat
memperbarui tekadnya meneruskan perang suci Dai Tao ini. Kalau dahulu saya berkata ‘Sebelum
jagung berbuah, Indonesia akan merdeka : sekarang saya dapat memastikan Indonesia akan merdeka,
sebelum jagung berbuah.” Perkataan itu menunjukkan bahwa Ir. Sukarno pada saat itu belum
mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Berita tentang kekalahan Jepang, diketahui oleh sebagian golongan muda melalui radio siaran luar
negeri. Pada malam harinya Sutan syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga
menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta
berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan
Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 waktu
Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan “ kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara
lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir.
Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera menyampaikan
keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa
menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi
pertumpahan darah jika Ir. Sukarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah
menimbulkan ketegangan. Ir. Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke pojok itu
dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai besok. Saya tidak bisa
melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok”. Ketegangan itu juga disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr.
Buntaran, dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.
Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta berkata, “Dan kami pun tak dapat ditarik-tarik
atau didesak supaya mesti juga mengumumkan proklamasi itu. Kecuali jika Saudara-saudara memang
sudah siap dan sanggup memproklamasikan. Cobalah! Saya pun ingin melihat kesanggupan Saudara-
saudara !” Utusan itu pun menjawab “Kalau begitu pendirian Saudara-saudara berdua, baiklah ! Dan
kami pemuda-pemuda tidak dapat menanggung sesuatu, jika besok siang proklamasi belum juga
diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan menunjukkan kesanggupan yang saudara
kehendaki itu!”
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sekitar pukul 12.00 kedua utusan meninggalkan halaman rumah Ir. Sukarno dengan diliputi perasaan
kesal memikirkan sikap dan perkataan sukarno-Hatta. Sesampainya mereka di tempat rapat, mereka
melaporkan semuanya. Menanggapi hal itu kembali golongan muda mengadakan rapat dini hari
tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Baperpi, Jalan Cikini 71, Jakarta. Selain dihadiri oleh para pemuda
yang mengikuti rapat sebelumnya, rapat ini juga dihadiri juga oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr.
Muwardi dari Barisan Pelopor dan Shudanco Singgih dari Daidan PETA Jakarta Syu. Rapat ini
membuat keputusan “menyingkirkan Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta ke luar kota dengan tujuan
untuk menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang”. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak
Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.
Yang dimaksud dengan peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa diasingkannya Sukarno dan
Muhammad Hatta ke Rengasdengklok oleh golongan muda.
Peristiwa Rengasdengklok ini dilatarbelakangi oleh;
1. Menyerahnya Jepang kepada sekutu tanggal 14/15 Agustus 1945 yang didahului dengan
dibomnya kota Hirosima tanggal 6 Agustus dan Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945 yang
menyebabkan terjadinya kekosongan kekuasaan di Indonesia.
2. Perbedaan pendapat antara golongan tua ( Sukarno dan Hatta ) dan golongan muda tentang
pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Golongan muda menginginkan tanggal tangal 16
Agustus 1945 dan golongan tua menginginkan dibicarakan dulu dalam rapat PPKI yang
rencananya akan dilaksanakan tanggal 18 agustus 1945.
Akibat perbedaan pendapat tersebut maka golongan muda mengadakan rapat pada tangal 16
Agustus di jalan Cikini 71 Jakarta malam hari yang dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Mawardi,
Singgih dan Khaerul Saleh. Rapat itu memutuskan bahwa bung Karno dan bung Hatta harus dibawa
Sementara itu di Jakarta para anggota PPKI yang diundang rapat pada tanggal 16 agustus memenuhi
undangannya dan berkumpul di gedung Pejambon 2. Akan tetapi rapat itu tidak dapat dihadiri oleh
pengundangnya Sukarno-Hatta yang sedang berada di Rengasdengklok. Oleh karena itu mereka
merasa heran. Satu-satu jalan untuk mengetahui mereka adalah melalui Wikana salah satu utusan yang
bersitegang dengan Sukarno-Hatta malam harinya. Oleh karena itulah Mr. Ahmad Subardjo
mendekati Wikana. Selanjutnya antara kedua tokoh golongan tua dan tokoh golongan muda itu
tercapai kesepakatan bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Karena adanya
kesepakatan itu, maka Jusuf Kunto dari golongan muda bersedia mengantarkan Mr. Ahmad Subardjo
bersama sekretarisnya, Sudiro (Mbah) ke Rengasdengklok. Rombongan ini tiba pada pukul 18.00
waktu Jawa. Selanjutnya Ahmad Subardjo memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945 selambat-
lambatnya pukul 12.00. Dengan adanya jaminan itu, maka komandan kompi PETA Rengasdengklok,
Cudanco Subeno bersedia melepaskan Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta kembali ke Jakarta.
Rombongan tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa. Setelah Sukarno dan Hatta singgah
di rumah masing-masing rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1, Jakarta (sekarang Perpustakaan Nasional). Hal itu juga disebabkan Laksamana Tadashi
Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo (sebagai salah satu pekerja di kantor
Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya.
Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Sukarno dan Hatta
menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi
sikapnya mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada
Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah. Pertemuan itu tidak mencapai
kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis kebijakan Panglima Tentara Keenambelas di Jawa
adalah “dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak
diperbolehkan lagi merubah status quo (status politik Indonesia). Sejak tengah hari sebelumnya tentara
Jepang semata-mata sudah merupakan alat Sekutu dan diharuskan tunduk kepada sekutu”. Berdasarkan
garis kebijakan itu Nishimura melarang Sukarno-Hatta untuk
mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan.
Sukarno memegang pena dan kertas klad, Moh Hatta dan Achamad Subarjo yang mengemukakan ide-
idenya secara lisan. Achmad Subarjo menyampaikan kalimat pertama yang berbunyi “ kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia “ kemudian Moh. Hatta menyempurnakan
dengan kalimat ke dua yang berbunyi “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain ,
diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Sehingga
naskah proklamasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Proklamasi
Pada pukul 04.30 waktu Jawa konsep naskah proklamasi selesai disusun.
Selanjutnya mereka menuju ke serambi muka menemui para hadirin yang
menunggu. Ir. Sukarno memulai membuka pertemuan dengan membacakan
naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir. Sukarno
meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi
selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Moh.
Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declaration of Independence” dari
Amerika Serikat. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda.
Karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir
adalah “budak-budak” Burhanudin M Diah Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh
golongan muda, mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Sukarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia.
Setelah usulan Sukarni itu disetujui, maka Ir. Sukarno meminta kepada Sajuti Melik untuk mengetik
naskah tulisan tangan Sukarno tersebut, dengan disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati.
PROKLAMASI
(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi
Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang merupakan
kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada zaman
pemerintah pendudukan militer Jepang saat itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang
berlaku di Jepang, yang kala itu adalah "tahun 2605".)
Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik
Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :
Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai
pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil
ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan
Proklamasi),
Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah
Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI
Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya adalah di
Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana
diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 waktu Nippon (sebutan
untuk negara Jepang pada saat itu). Waktu Nippon adalah merupakan patokan zona waktu yang
dipakai pada zaman pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu diketahui pula
bahwa pada saat teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, waktu itu tidak ada yang
merekam suara ataupun video, yang ada hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.
Jadi suara asli dari Ir. Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan
saat ini adalah bukan merupakan suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945
tetapi adalah suara asli beliau yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia
(RRI), yang sekarang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi
berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat
terwujudkan adalah berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.
Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua
dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing
setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung
Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor berita dan pers, utamanya B.M. Diah untuk
memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia.
Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib.
Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir.
Sukarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-
jaga di sekitar rumah Ir. Sukarno. Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo memerintahkan kepada Mr.
Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke
rumah Gunawan pemilik toko radio Satria di Jl. Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan
pengeras suara. Sudiro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Sukarno
memerintahkan kepada S. Suhud (Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno) untuk menyiapkan tiang
bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Bendera yang akan dikibarkan
sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.
Menjelang pukul 10.00 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan
Timur. Diantara mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas
Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo dan sebagainya. Adapun susunan acara yang
telah dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan pidatonya,
yang berbunyi:
Saudara-saudara sekalian!
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam
sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan
telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan
ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju ke arah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang , usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti.
Di dalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada meraka. Tetapi pada
hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan
kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri
dengan kuatnja.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 14
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari
seluruh rakjat Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang
saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu.
Dengarlah proklamasi kami.
PROKLAMASI
Soekarno/ Hatta
Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, merdeka,
kekal abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
Lima menit sebelum acara dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah
semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan
mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latif mempersilahkan kepada
Ir. Sukarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato
pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi.
Acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas
baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latif
Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin spontan
menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari Walikota Suwirjo dan dr.
Muwardi.
Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari itu
juga, teks proklamsi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei, Waidan
B. Palenewen. Segera ia memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua
kali F. Wuz menyiarkan berita itu, masuklah orang Jepang ke ruangan radio. Dengan marah-marah
orang Jepang itu memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Tetapi Waidan memerintahkan
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 15
kepada F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Bahkan berita itu kemudian diulang setiap setengah jam
sampai pukul 16.00 saat siaran radio itu berhenti. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita itu. Dan pada hari Senin tanggal 20 Agustus 1945 pemancar itu
disegel dan pegawainya dilarang masuk.
Walaupun demikian para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru
dengan bantuan beberapa orang tehnisi radio, seperti : Sukarman, Sutamto, Susilahardja dan
Suhandar. Sedangkan alat-alat pemancar mereka ambil bagian-demi bagian dari kantor betita Domei,
kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31. Maka terciptalah pemancar baru di Jalan Menteng 31. Dari
sinilah seterusnya berita proklamasi disiarkan.
Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat
selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal
20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Lewat surat kabar seperti harian Suara
Asia di Surabaya adalah koran pertama yang memuat berita
proklamasi, kemudian disusul oleh harian Tjahaya Bandung yang
memuat Pembukaan UUD
Kemerdekaan yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar
biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Dukungan terhadap pembentukan Negara
Republik Indonesia dapat disebutkan, diantaranya:
1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan
pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya
terhadap Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan
Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk
pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik .
3. Empat raja di Jawa Tengah ( Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, Kasultanan dan
Pakualaman Jogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik pada awal September
1945.
Dukungan sangat penting yang ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Kasultanan
Jogyakarta nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut Sri
Sultan Hamengkubuwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat
kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan
suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesungguhnya
sesuai dengan konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara,
kalau hal tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.
Dukungan terhadap Negara dan Pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda.
Beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia antara lain :
Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya
kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun
dada kami akan dirobek-robek, kami akan tetap mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu
kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”
Makna penting yang dapat diambil dari rapat raksasa di lapangan Ikada tanggal 19 September 1945:
Mempertemukan Pemerintah Republik Indonesia yang baru berusia sebulan dengan rakyat dan
memberikan kepada rakyat kepercayaan kepada potensinya sendiri
Perwujudan pertama kewibawaan Pemerintah Republik Indonesia kepada rakyatnya
4.Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul
10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi
mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang
Indonesia.
Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Jogyakarta mengumumkan bahwa
kekuasaan di Daerah tersebut telah di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di
Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat
4.Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik
senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung
sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945
5.Sumatera Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatera Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika
residen Sumatera Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke kantornya masing-
masing.
Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan
yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden,
sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
6. Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di
Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujung Pandang, Gubernur segera membentuk pemerintahan
daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para
pemuda dianggap terlalu berhati-hati, para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut
gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari
kelompok Barisan Berani Mati ( Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP.
Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut pasukan
Australia yang telah ada, bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda
dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 17
7. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawei Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai
di wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Pebruari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung
dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di
Teling, Menado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain
Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan.
Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Menado dan semua pasukan Belanda di Teling
dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di
Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang
saat itu di Jogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu.
Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Pebruari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.
8. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang
mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah
mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua
aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah
Putih, memakai lencana merah putih dan mengadakan rapat. Namun
kaum nasionalis tetap melaksanakannya. Di Balikpapan tanggal 14
Nopember 1945, sejumlah tidak kurang 8.000 orang berkumpul di
depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
9. Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas
Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
10.Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik
Indonesia (PRI), pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia
melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945
mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan
ini gagal
1.Hakekat Proklamasi
Dalam kamus bahasa indonesia Proklamasi artinya pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat;
permakluman; pengumuman. Sedangkan kemerdekaan berasal dari kata dasar “Merdeka” artinya
bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya) berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari
tuntutan, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa. Kemerdekaan
artinya keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) kebebasan.
Proklamasi kemerdekaan artinya pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat yang menjalankan
bahwa bangsa dan negara dalam keadaan bebas dan tidak terjajah lagi, tidak terikat, dan tidak
bergantung kepada orang atau pihak tertentu. .(Tim Abdi Guru, 2006)
Proklamasi adalah dari kata “proclamation”(Bahasa Yunani) yang artinya pengumuman kepada
seluruh rakyat. Sedangkan Proklamasi Kemerdekaan adalah pengumuman kepada seluruh rakyat
akan adanya kemerdekaan (A. T Sugeng Priyanto dkk. 2008)
Makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah merdeka diberbagai bidang diantaranya:
1) Bidang Politik
a. Mempunyai kedaulatan, yaitu kedaulatan rakyat
b. Puncak perjuangan politik yang panjang dalam membangun dan menyatakan bangsa
dan negara yang mandiri. Sekaligus menjadi titik awal perjuangan baru dalam
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan.
c. Menandai lahirnya negara kesatua republik indonesia.berarti berlakunya tata hukum
nasional negara indonesia.
d. Merupakan titik berangkat pelaksanaan amanat penderitaan rakyat
2) Bidang Ekonomi :
Bangsa indonesia harus mandiri dan berdikari
3) Bidang kebudayaan
: Mempunyai keperibadian nasional sendiri
Demikianlah beberapa makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dengan
proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.
TUGAS KELOMPOK
MASING –MASING KELOMPOK DISKUSIKAN BUATKAN LAPORAN DAN
PRESENTASIKAN
1.Kelompok 6. Pembentukan BPUPKI
1. Kelompok 5.masa persidangan BPUPKI
2. Kelompok 4. Pembentukan PPKI
3. Kelompok 3. Peristiwa Rengasdengklok
4. Kelompok 2. Pelaksanaan Proklamasi
5. Kelompok 1.Dukungan rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia
D. Materi Pembelajaran
Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945, merupakan rapat pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan,
dibuka oleh Ketua PPKI Ir. Soekarno. Dalam pidato pembukaannya, secara singkat Soekarno
mengemukakan:
“ Sidang yang terhormat. Pada hari ini kita berada pada satu saat yang mengandung sejarah. Pada hari
ini kita menyusun Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang kemerdekaannya kemarin menurut
kehendak rakyat telah dipermaklumkan dengan proklamasi yang diumumkan pula kepada rakyat kira-
kira jam setengah 12 Nippon.
Tuan-tuan sekalian tentu mengetahui dan mengakui bahwa kita duduk dalam suatu jaman yang
beralih sebagai kilat cepatnya. Maka berhubung dengan itu saya minta kepada tuan-tuan
sekalian supaya kitapun bertindak di dalam sidang sekarang ini dengan kecepatan kilat.
Janganlah kita tertarik oleh kehendak yang kecil-kecil, tetapi marilah kita menurut garis- besar
saja yang mengandung sejarah”
Sementara itu dalam sidang "PPKI" pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam hitungan kurang dari 15
menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang
beragama non-Muslim serta pihak kaum keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian
diikuti oleh pihak kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh
kaum keagamaan yang beragama Islam guna dihapuskannya "tujuh kata" dalam "Piagam Jakarta"
atau "Jakarta Charter".
Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI" dan membacakan empat
perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang
kemudian disepakati sebagai "pembukaan (bahasa Belanda: "preambule") dan batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945", yang saat ini biasa disebut dengan hanya UUD '45 adalah :
Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti dengan kata
“Pembukaan”.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 20
Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
diganti dengan, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”,
seperti tertulis dalam pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama Islam”.
Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi:
“Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
Dr. Sam Ratulangi Mr. J. Latuharhary Mr. I GKetut Pudja . Teuku Moh. Hasan
Dibentuk komite nasional sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan yang didasarkan kedaulaan rakyat. Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) berkedudukan di Jakarta, sedangkan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID)
berkedudukan di ibukota propinsi. Tanggal 29 Agustus 1945, Presiden Sukarno melantik 137 anggota
KNIP di Gedung Kesenian Jakarta dengan ketua Kasman Singodimejo.Wakil Ketua 1 M. Sutarjo
Kartohadikusumo, Wakil2 Johanes Latuharhary dan wakil3 Adam Malik
Dalam perkembangan selanjutnya KNIP memiliki wewenang legislative, yang ditetapkan dalam rapat
pertama KNIP tanggal 16 Oktober 1945.Oleh karena itu KNIP diakui sebagai cikal bakal badan
legislative di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai
hari jadi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia ( DPR RI )
Awalnya PNI dibentuk sebagai partai tunggal di Indonesia tetapi keputusan tersebut ditunda hingga
tanggal 31 Agustus 1945. Tujuan PNI adalah mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat,
adil dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat.susunan pengurusnya sebagai berikut: Pimpinan
utama adalah Ir Soekarno, pimpinan ke dua, Drs. Moh Hatta dan dewan pimpinan lainnya terdiri atas
Mr Gatot Tarunamiharja, Mr Iwa Kusumasumantri, Mr AA Maramis, Sayuti Melik dan Mr Sujono.
Sehubungan dengan pembentukan Tentara Kebangsaan maka dibentuk Badan Keamanan Rakyat/ BKR
(23 Agustus 1945) yang kemudian ditetapkan sebagai bagian dari badan penolong keluarga korban
perang. Badan ini ditujukan untuk memelihara keselamatan rakyat. BKR dibentuk sebagai pengganti
Badan Penolong Korban Perang (BPKP). BKR terdiri dari BKR pusat dan BKR daerah.
Akhirnya karena desakan para pemuda anggota BKR maka dibentuk tentara kebangsaan yang
diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Selanjutnya
melalui Maklumat tanggal 16 Oktober 1945, Supriadi, pemimpin perlawanan PETA di Blitar diangkat
sebagai menteri keamanan rakyat. Pada 25 Januari 1946 TKR berganti nama menjadi Tentara Republik
Indonesia (TRI) dalam upaya untuk mendirikan tentara yang percaya pada kekuatan sendiri. Pada 3
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 22
Juni 1947, TRI berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan tujuan untuk
membentuk tentara kebangsaan yang benar-benar profesional siap untuk mengamankan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia).
Kalian masih ingat keputusan sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945? Seperti telah dibahas
sebelumnya, bahwa dalam sidang tersebut PPKI memutuskan pembentukan Komite Nasional
Indonesia (KNI), Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Partai Nasional Indonesia. BKR tugasnya
sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda
bekas anggota Peta, KNIL dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah
perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengkoordinasi dan mengendalikan
BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa
Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata.
Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik. Mengingat
pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap bermusuhan dari Sekutu dan
Jepang. Menurut perhitungan kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan sekutu dan
Jepang.
Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR, dan menghendaki pembentukan
tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan
tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan
Pemuda Indonesia (BPI) dan lainnya.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat ( TKR ). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Dengan dasar maklumat
pemerintah tersebut segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo dengan
kedudukan di Yogyakarta. Di pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatera 6 Devisi.
Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan
yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Soepriyadi
yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan November
1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru.
Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Devisi V/ Banyumas. Sebulan kemudian pada
tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat
Letnan Jenderal ( Letjen )
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
A.Capaian Kompetensi :
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global.
Melalui literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis
proyek kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa
sejarah yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai
peristiwa lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan
Demokrasi Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi
C. Uraian Materi
Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 secara hukum tidak lagi
berkuasa di Indonesia. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di
Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak
Indonesia. Pada tanggal 14 September 1945 Mayor Greenhalgh datang di Jakarta. la merupakan
perwira Sekutu yang pertama kali datang ke Indonesia. Tugas Greenhalgh adalah mempelajari dan
melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu. Pada
tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara lain
bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan
Sekutu di Asia Tenggara yang bernama South East Asia Command (SEAC) di
bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk
melaksanakan tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang
diberi nama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI)di bawah Letnan
Jenderal Sir Philip Christison.
Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945 yang terdiri dari tiga
divisi yaitu :
1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang bertugas untuk
daerah Jawa Barat;
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk daerah
Jawa Timur;
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang bertugas untuk
daerah Sumatra.
Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah Indonesia
lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia. Pada mulanya kedatangan Sekutu
disambut dengan senang hati oleh bangsa Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 25
perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orang-orang
Netherland Indies Civil Administration (NICA), yakni pegawai-pegawai sipil Belanda maka bangsa
Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.
Pada tanggal 8 September 1945 tentara sekutu tiba di Indonesia. Kedatangan tentara Sekutu di
Indonesia disambut baik oleh rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti senjata tentara Jepang,
membebaskan tawanan Jepang, dan mencari penjahat perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu
diboncengi orang-orang Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk membuat pemerintahan
sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil Administration). Tindakan tersebut mendapat
perlawanan dari para pejuang Indonesia.
1. Pertempuran 10 November
4. Pertempuran Ambarawa
“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara
Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di
Semarang. Pada tanggal 21 November 1945 terjadi pertempuran,
dalam pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman gugur.
Pimpinan pasukan kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman,
Panglima Divisi Banyumas.
Pada 12 sampai 15 Desember 1945 terjadi pertempuran hebat
yang dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Sekutu dapat diusir ari Ambarawa. Peristiwa ini
diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya Untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah
Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari Infanteri.
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November 1945 bertempat di Markas Besar Tentara
Inggris di Jakarta ( Jalan Imam Bonjol No.1). Dalam pertemuan ini pihak Sekutu diwakili oleh Letnan
Jenderal Christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan delegasi Republik Indonesia
dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Sebagai pemrakarsa pertemuan ini, Christison
bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda di samping menjelaskan maksud kedatangan
tentara Sekutu, akan tetapi pertemuan ini tidak membawa hasil.
(1) Indonesia akan dijadikan negara Commonwealth berbentuk federasi yang memiliki
pemerintahan sendiri di dalam lingkungan kerajaan Belanda.
(2) Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar negeri oleh pemerintah
Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir menyampaikan usul balasan yang berisi antara
lain sebagai berikut.
(1) Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas
Hindia Belanda.
(2) Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar negeri
dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia
dan Belanda.
Usul dari pihak Indonesia di atas tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van Mook secara
pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja
sama dalam rangka pembentukan negara federal dalam lingkungan Kerajaan Belanda.
Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan usul baru kepada Van Mook antara lain sebagai
berikut.
(1) Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto Rl atas Jawa dan Sumatera.
(2. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
(3) RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam ikatan negara
Belanda.
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14 – 25 April 1946 di Hooge Veluwe (Negeri Belanda),
yang merupakan kelanjutan dari pembicaraan-pembicaraan yang telah disepakati Sjahrir dan Van
Mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:
(1) Mr. Suwandi, dr. Sudarsono, dan Mr. A.K. Pringgodigdo yang mewakili pihak pemerintah RI;
(2) Dr. Van Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, Dr. Van Royen, Prof. Van Asbeck, Sultan Hamid
II, dan Surio Santosa yang mewakili Belanda, dan
(3) Sir Archibald Clark Kerr mewakili Sekutu sebagai penengah.
Perundingan yang berlangsung di Hooge Veluwe ini tidak membawa hasil sebab Belanda menolak
konsep hasil pertemuan Sjahrir-Van Mook-Clark Kerr di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia
memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Sumatra tetapi hanya Jawa dan Madura
serta dikurangi daerah-daerah yang diduduki oleh Pasukan Sekutu. Dengan demikian untuk sementara
waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi Van Mook masih berupaya mengajukan usul
bagi pemerintahannya kepada pihak RI.
Banyaknya insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu dan Belanda
mendorong diadakannya perundingan gencatan senjata. Perundingan diikuti wakil dari
Indonesia,Sekutu, dan Belanda. Perundingan dilaksanakan dari tanggal 20 – 30 September 1946.
Perundingan tidak mencapai hasil yang diinginkan.
Lord Killearn berhasil membawa wakil-wakil Pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja
perundingan. Perundingan berlangsung di rumah Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada tanggal 7
Oktober 1946. Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Sutan Syahrir. Delegasi Belanda
diketuai oleh Prof. Schermerhorn. Dalam perundingan tersebut, masalah gencatan senjata yang gagal
perundingan tanggal 30 September 1946 disetujui untuk dibicarakan lagi dalam tingkat panitia yang
diketuai Lord Killearn.
Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu dan atas dasar kekuatan
militer Sekutu serta Indonesia.
Dibentuk sebuah Komisi Bersama Gencatan Senjata untuk masalah-masalah teknis
pelaksanaan gencatan senjata.
Di bidang politik, delegasi Pemerintah Indonesia dan komisi umum Belanda sepakat untuk
menyelenggarakan perundingan politik “secepat mungkin”.
Belanda, diwakili Prof. Schermerhorn (Ketua), De Boer (anggota), dan Van Pool (anggota).
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda sudah harusmeninggalkan daerah de facto paling
lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Serikat dengan
nama RIS. Negara Indonesia Serikat akan terdiri dari RI, Kalimantan dan Timur Besar.
Pembentukan RIS akan diadakan sebelum tanggal 1 Januari 1949.
RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda sebagai
ketua. Perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Belanda dan Indonesia pada tanggal 25
Maret 1947 dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarta.
Segi positifnya ialah adanya pengakuan de facto atas RI yang meliputi Jawa, Madura, dan
Sumatera.
Segi negatifnya ialah bahwa wilayah RI dari Sabang sampai Merauke, yang seluas Hindia
Belanda dulu tidak tercapai.
Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer
Belanda I. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya. TNI
berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi yang dikenal
dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah menghentikan sengketa RI-Belanda.
Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai
penengah. Adapun delegasinya adalah sebagai berikut!
a. Australia, diwaktli oleh Richard Kirby
b. Belgia, diwakili oleh Paul Van Zeland
c. Amerik.a Serikat, diwakili oleh Dr. Frank Graham.
8. Perjanjian Renville
Pada tanggal 8 Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville" yang sedang
berlabuh di Teluk Jakarta diadakan perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia,
Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh
sebuah delegasi.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 1Juni 1948
maka diperoleh persetujuan Renville.
Pokok-pokok isi persetujuan Renviile sebagai berikut:
a. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan
kepada RIS yang segera dibentuk.
a. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat melalui masa peralihan.
b. Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa harus diakui
sebagai daerah kekuasaan Belanda
c. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah kekuasaan Belanda
dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.
a. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
b. Timbulnya reaksi keras dikalangan pemimpin-pemimpin RI mengakibatkan jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin yang dianggap telah menjual Negara kepada Belanda.
c. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda.
d. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer dari daerah-daerah
gerilya, kemudian hijrah ke wilayah RI yang berdekatan.
Kabinet Amir syarifuddin jatuh dan digantikan kabinet Hatta. Amir syarifuddin yang kecewa
akhirnya menjadi oposisi kabinet Hatta dan bersama Muso mengobarkan pemberontakan PKI di
Madiun pada bulan September 1948, saat bangsa Indonesia sibuk menghadapi ancaman agresi
militer Belanda II.
Perjanjian ini semakin mempersulit posisi Indonesia karena wilayah RI semakin sempit. Kesulitan
itu bertambah setelah Belanda melakukan blockade ekonomi terhadap Indonesia.
Itulah sebabnya hasil Perjanjian Renville mengundang reaksi keras, baik dari kalangan partai
politik maupun TNI.
1. Bagi kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan
diplomasi.
2. Bagi TNI, hasil perundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumlah wilayah
pertahanan yang telah susah payah dibangun.
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa Belanda
tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi
Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka.
Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta. Penyerangan ini
dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal
juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik Indonesia
dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.
Berkaitan dengan Agresi Militer Belanda II, pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu ialah sebagai berikut.
Roem-Royen AgreementSejalan dengan perlawanan gerilya di Jawa dan Sumatra yang semakin
meluas, usaha-usaha di bidang diplomasi berjalan terus. UNCI mengadakan perundingan dengan
pemimpin-pemimpin RI di Bangka. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret
1949 memerintahkan UNCI untuk membantu pelaksanaan resolusi DK PBB pada tanggal 28 Januari
1949. UNCI berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan. Pada tanggal 17 April
1949 dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta. Delegasi Indonesia dipimpin Mr. Mohammad
Roem. Delegasi Belanda dipimpin Dr. van Royen. Pertemuan dipimpin Merle Cohran dari UNCI
yang berasal dari Amerika Serikat. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan.
Persetujuan itu dikenal dengan nama “Roem-Royen Statement”. Dalam perundingan ini, setiap
delegasi mengeluarkan pernyataan sendiri-sendiri. Pernyataan delegasi Indonesia antara lain sebagai
berikut.
10. Konferensi Inter-Indonesia (19 -22 Juli 1949 dan 31 Juli – 2 Agustus 1949)
Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung, dilakukan pendekatan dan koordinasi dengan negara-
negara bagian (BFO) terutama berkaitan dengan pembentukan Republik Indonesia Serikat. Konferensi
Inter-Indonesia ini penting untuk menciptakan kesamaan pandangan menghadapi Belanda dalam
KMB. Konferensi diadakan setelah para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta. Konferensi Inter-
Indonesia I diadakan di Yogyakarta pada tanggal 19 – 22 Juli 1949. Konferensi Inter-Indonesia I
dipimpin Mohammad Hatta. Konferensi Inter-Indonesia II diadakan di Jakarta pada tanggal 30 Juli –
2 Agustus 1949. Konferensi Inter-Indonesia II dipimpin oleh Sultan Hamid (Ketua BFO).
Pembicaraan dalam Konferensi Inter-Indonesia hampir semuanya difokuskan pada masalah
pembentukan RIS, antara lain:
Hasil positif Konferensi Inter-Indonesia adalah disepakatinya beberapa hal berikut ini.
1. Negara Indonesia Serikat yang nantinya akan dibentuk di Indonesia bernama Republik
Indonesia Serikat (RIS).
2. Bendera kebangsaan adalah Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
4. Hari 17 Agustus adalah Hari Nasional.
1. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.
2. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL dan
kesatuan-kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih lanjut.
3. Pertahanan negara adalah semata-mata hak Pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak
mempunyai angkatan perang sendiri.
Kesepakatan tersebut mempunyai arti penting sebab perpecahan yang telah dilakukan oleh Belanda
sebelumnya, melalui bentuk-bentuk negara bagian telah dihapuskan. Kesepakatan ini juga merupakan
bekal yang sangat berharga dalam menghadapi Belanda dalam perundingan-perundingan yang akan
diadakan kemudian. Pada tanggal 1 Agustus 1949, pihak Republik Indonesia dan Belanda mencapai
persetujuan penghentian tembak-menembak yang akan mulai berlaku di Jawa pada tanggal 11 Agustus
dan di Sumatera pada tanggal 15 Agustus. Tercapainya kesepakatan tersebut memungkinkan
terselenggaranya Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Konferensi Meja Bundar (KMB) diadakan di Ridderzaal, Den Haag, Belanda. Konferensi dibuka pada
tanggal 23 Agustus 1949 dan dihadiri oleh:
Konferensi Meja Bundar dipimpin oleh Perdana Menteri Belanda, W. Drees. Konferensi berlangsung
dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949. Dalam konferensi dibentuk tiga komisi,
yaitu: Komisi Ketatanegaraan, Komisi Keuangan, dan Komisi Militer. Kesulitan-kesulitan yang
muncul dalam perundingan adalah:
Belanda menuntut agar Indonesia mengakui utang terhadap Belanda yang dilakukan sampai tahun
1949. Dalam bidang militer, tanpa ada kesulitan siding menyepakati inti angkatan perang dalam
bentuk Indonesia Serikat adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah penyerahan kedaulatan
kepada Republik Indonesia Serikat, KNIL (tentara Belanda di Indonesia) akan dilebur ke dalam TNI.
KMB dapat menghasilkan beberapa persetujuan. Berikut ini adalah beberapa hasil dari KMB di Den
Haag:
Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia sepenuhnya dan tanpa syarat kepada RIS.
Republik Indonesia Serikat (RIS) terdiri atas Republik Indonesia dan 15 negara federal. Corak
pemerintahan RIS diatus menurut konstitusi yang dibuat oleh delegasi RI dan BFO selama
Konferensi Meja Bundar berlangsung.
Melaksanakan penyerahan kedaulatan selambat- lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
Masalah Irian Jaya akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan.
Kerajaan Belanda dan RIS akan membentuk Uni Indonesia-Belanda. Uni ini merupakan badan
konstitusi bersama untuk menyelesaikan kepentingan umum.
Menarik mundur pasukan Belanda dari Indonesia dan membubarkan KNIL. Anggota KNIL
boleh masuk ke dalam APRIS.
RIS harus membayar segala utang Belanda yang diperbuatnya semenjak tahun 1942.
C. Pengakuan Kedaulatan
Upacara penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilakukan pada waktu yang bersamaan di
Indonesia dan di negeri Belanda, yaitu pada tanggal 27 Desember 1949. Di negeri Belanda,
penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan dilaksanakan di ruang takhta Istana Kerajaan Belanda.
Ratu Juliana, P.M. Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen, dan
Mohammad Hatta membubuhkan tanda tangan pada naskah pengakuan kedaulatan. Sementara itu, di
Jakarta, Sultan Hamengkubuwono IX dan A.H.J. Lovink (Wakil Tinggi Mahkota) membubuhkan
TUGAS KELOMPOK
Uji Kompetensi 1
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
A.CAPAIAN PEMBELAARAN
Pada Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII mampu mengembangkan konsep-konsep dasar
sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan lokal, nasional, dan global. Melalui
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 36
literasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat bersejarah, dan penelitian berbasis proyek
kolaboratif peserta didik mampu menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah
yang terjadi di Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa lain
yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin, Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi
B. Tujuan Pembelajaran
C. Uraian Materi
Kabinet Parlementer ini terbentuk karena memang sebenarnya direncanakan oleh KNIP. Dimana
“kabinet (menteri) bertanggungjawab langsung kepada KNIP (parlemen) dengan kekuasaan
legislatifnya. Selain itu tujuan dibentuk kabinet Parlementer adalah untuk mengurangi peranan
presiden yang dianggap terlalu besar .Untuk mewujudkan ambisi KNIP tersebut maka mulai
dibentuknya Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia (BP-KNIP) pada 16 Oktober 1945 (Sidang
KNIP I). Langkah selanjutnya adalah mengubah fungsi KNIP dari hanya sekedar badan penasehat
menjadi badan legislatif yang sebenarnya dipegang MPR/DPR, disetujui dengan dikeluarkannya
Maklumat Pemerintah No. X yang ditandatangani wakil presiden. Dengan dikeluarkan maklumat
tersebut maka kekuasaan presiden berkurang yaitu hanya dalam bidang eksekutif saja.
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada pejabat
khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia. Sebagai negara baru Indonesia
belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi keuangan yang mantap. Tingalan
pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang sudah buruk untuk
bangkit dari keterpurukan. Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi. Politik keuangan yang
berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan
untuk menghancurkan ekonomi nasional. Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan
Indonesia dan masih terus melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut .
a. Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan
Agustus 1945 mencapai 1,6 Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang
beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
b. Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari bank-bank yang
berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
c. Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat
menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah
Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini
terjadi akibat 33 adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi
sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah. Karena inflasi ini
kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan Jepang petani
merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil pertanian mereka tidak
dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan peredaran
mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai penggantinya.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu:
1.Mata uang De Javasche Bank
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 38
2.Mata uang pemerintah Hindia Belanda
3.Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu
padatanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford).
Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat
itu. Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama
belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru. Karena
tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesiapun mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang
Republik Indonesia (ORI )sebagai pengganti uang Jepang.
2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan RI
terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan
November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
1. Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2. Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara
pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi
pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan,
sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya
kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan
hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat
dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946
akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya
pemerintah India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia
pada saat itu. Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari
negara lain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun
keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah
Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di
forum internasional.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak
Februari 1946, adalah sebagai berikut.
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab
langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan
Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi
masalah-masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem ekonomi perang
Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan dan diganti dengan sistem desentralisasi.
b.Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan Persediaan dan
Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan
ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap
sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog
(Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah
kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan
dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan tebu. Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946
membahas mengenai masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian
harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi
pabrik gula, dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 40
merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN).
2) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk
mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran
pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan.
Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat
dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana
masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI. Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan
rumah-rumah pegadaian.
Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang ditawarkan
pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang
sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan
kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
Badan ini dibentuk atas usul dari menetri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap
yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang
akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi
milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
2. Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
3. Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
4. Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan perjanjian
Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan
mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat
menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional.
Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal
asing. Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri. Untuk membiayai rencana pembangunan
ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana
masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan
swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir
dihapuskan.
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan
efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat
ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di
bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit
pada bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi
yang diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul,
dan peningkatan peternakan.
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana
Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana Kasimo ini adalah :
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun
perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta
dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi
Militer Belanda. Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan). Mengaktifkan kembali
Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan
Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.
1. Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu ruapiah (Rp.
100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
2. Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama dengan satu
rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
3. Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar
valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk
prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas
tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang
dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang
tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional
tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga
di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang
Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB
(Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang.
Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari Indonesia.
TUGAS KELOMPOK
Uji Kompetensi
1.Sistem Kepartaian
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai politik adalah untuk memperoleh,
merebut dan mempertahankan kekuasaan secara konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat
kaitannya dengan kekuasaan.
Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi partai. Pembentukan partai
politik ini menurut Mohammad Hatta agar memudahkan dalam mengontrol perjuangan lebih lanjut.
Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan partai politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur
kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab kepada pemimpin-
pemimpin barisan perjuangan. Walaupun pada kenyataannya partai-partai politik tersebut cenderung
untuk memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-partai politik
yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling menjatuhkan.
Partai-partai politik yang tidak memegang jabatan dalam kabinet dan tidak memegang peranan penting
dalam parlemen sering melakukan oposisi yang kurang sehat dan berusaha menjatuhkan partai politik
yang memerintah. Hal inilah yang menyebabkan pada era ini sering terjadi pergantian kabinet, kabinet
tidak berumur panjang sehingga program-programnya tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya yang
menyebabkan terjadinya instabilitas nasional baik di bidang politik, sosial ekonomi dan keamanan.
Kondisi inilah yang mendorong Presiden Soekarno mencari solusi untuk membangun kehidupan
politik Indonesia yang akhirnya membawa Indonesia dari sistem demokrasi liberal menuju demokrasi
terpimpin.
Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni Undang Undang
Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya maklumat pemerintah
tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, Sistem pemerintahan
negara menurut UUD Sementara 1950 adalah sistem parlementer. Artinya Kabinet disusun menurut
perimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen dan sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh wakil-
wakil partai dalam parlemen. Presiden hanya merupakan lambang kesatuan saja. Hal ini dinamakan
pula Demokrasi Liberal, sehingga era ini dikenal sebagai zaman Demokrasi Liberal. Sistem kabinet
masa ini berbeda dengan sistem kabinet RIS yang dikenal sebagai Zaken Kabinet.
Salah satu ciri yang nampak dalam masa ini adalah kerap kali terjadi penggantian kabinet. Mengapa
sering kali terjadi pergantian kabinet? Hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan kepentingan
diantara partai partai yang ada. Perbedaan diantara partai-partai tersebut tidak pernah dapat
terselesaikan dengan baik sehingga dari tahun 1950 sampai tahun 1959 terjadi silih berganti kabinet
mulai Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951; Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952; Kabinet
Wilopo (PNI) 1952-1953; Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955; Kabinet Burhanuddin
Harahap (Masyumi) 1955-1956; Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957 dan Kabinet Djuanda
(Zaken Kabinet) 1957-1959.
Kalau kita perhatikan garis besar perjalanan kabinet di atas, nampak bahwa mula-mula Masyumi diberi
kesempatan untuk memerintah, kemudian PNI memegang peranan terutama setelah Pemilihan Umum
1955. Namun PNI pun tidak bisa bertahan lama karena tidak mampu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi yang akhirnya dibentuk zaken kabinet di bawah pimpinan Ir. Djuanda
.
Kabinet-kabinet tersebut pada umumnya memiliki program yang tujuannya sama, yaitu masalah
keamanan, kemakmuran dan masalah Irian Barat (saat ini Papua Barat). Namun setiap kabinet
memiliki penekanan masing-masing, kabinet yang dipimpin Masyumi menekankan pentingnya
penyempurnaan pimpinan TNI, sedangkan kabinet yang dipimpin oleh PNI sering menekankan pada
masalah hubungan luar negeri yang menguntungkan perjuangan pembebasan Irian Barat dan
pemerintahan dalam negeri.
Program :
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan
mandatnya kepada Presiden.
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin Oleh: Sukiman
Wiryosanjoyo Program :
Hasil :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala
prioritas dalam pelaksanaan programnya,
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta
Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana
dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
Masalah Irian barat belum juga teratasi.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya.
Program :
Hasil : –
Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport
Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah
terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang
tidak seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang
akan membahayakan kedudukannya.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera
Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk
kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang
telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera
Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan
untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin
tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan
senjata dan beberapa petani terbunuh.
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin Oleh : Mr. Ali
Sastroamijoyo
Program :
Hasil :
Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada
29 September 1955.
Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII
di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952.
Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh
kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi
panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak
menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi
upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun
mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD
baru.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan
gejala membahayakan.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
Program :
Hasil :
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 48
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution
sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk
kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang, sebagai berikut.
Pembatalan KMB,
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri
bebas aktif,
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat
bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang
ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun
Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan
antara partai politik.
Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya
yaitu :
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian
Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil :
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah
terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan
yang utuh dan bulat.
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai
titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 50
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Deklarasi Djuanda membuat batas kontinen laut kita diubah dari 3 mil batas air terendah menjadi 12
mil dari batas pulau terluar. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia semakin menjadi luas dari
sebelumnya hanya 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2 tanpa memasukan wilayah Irian Barat,
karena wilayah itu belum diakui secara internasional. Hal ini berdampak pula terhadap titik-titik pulau
terluar yang menjadi garis batas yang mengelilingi RI menjadi sepanjang 8.069,8 mil laut.
Sumber : Atlas Nasional Indonesia (Bakosurtanal, 2011) Gambar 2.4 Wilayah Indonesia berdasarkan Deklarasi Juanda
Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, tanggal 13 Desember dicanangkan sebagai
hari Nusantara dan ketika masa Presiden Megawati dikeluarkan keputusan Presiden No. 126/2001
tentang hari Nusantara dan tanggal 13 resmi menjadi hari perayaan nasional.
Pelaksanaan Pemilihan Umum pertama dibagi dalam 16 daerah pemilihan yang meliputi 208
kabupaten, 2139 kecamatan dan 43.429 desa. Pemilihan umum 1955 dilaksanakan dalam 2 tahap.
Tahap pertama untuk memilih anggota parlemen yang dilaksanakan pada 29 September 1955 dan
tahap kedua untuk memilih anggota Dewan Konstituante (badan pembuat Undangundang Dasar)
dilaksanakan pada 15 Desember 1955. Pada pemilu pertama ini 39 juta rakyat Indonesia memberikan
suaranya di kotak-kotak suara. Pemilihan umum 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di
Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum ini menandakan telah berjalannya
demokrasi di kalangan rakyat.
Dalam proses pemilihan umum 1955 terdapat 100 partai besar dan kecil yang mengajukan calon-
calonnya untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan 82 partai besar dan kecil untuk Dewan
Konstituante. Selain itu masih ada 86 organisasi dan perseorangan akan ikut dalam pemilihan umum.
Dalam pendaftaran pemilihan tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia yang mendaftarkan namanya
(kurang lebih 78 juta), angka yang cukup tinggi yang ikut dalam pesta demokrasi yang pertama. (Feith,
1999) Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955.
Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Urutan perolehan suara terbanyak adalah PNI,
Masyumi, Nahdatul Ulama dan PKI. Empat perolehan suara terbanyak memperoleh kursi sebagai
berikut : PNI 57 kursi ,Masyumi 57 kursi ,Nahdatul Ulama 45 kursi ,PKI 39 kursi
Pemilihan Umum 1955 menghasilkan susunan anggota DPR dengan jumlah anggota sebanyak 250
orang dan dilantik pada tanggal 24 Maret 1956 oleh Presiden Soekarno. Acara pelantikan ini dihadiri
oleh anggota DPR yang lama dan menteri-menteri Kabinet Burhanudin Harahap. Dengan terbentuknya
DPR yang baru maka berakhirlah masa tugas DPR yang lama dan penunjukkan tim formatur dilakukan
berdasarkan jumlah suara terbanyak di DPR.
Pemilihan Umum 1955 selain memilih anggota DPR juga memilih anggota Dewan Konstituate.
Pemilihan Umum anggota Dewan Konstituante dilaksanakan pada 15 Desember 1955. Dewan
Konstituante bertugas untuk membuat Undang-undang Dasar yang tetap, untuk menggantikan
UUD Sementara 1950. Hal ini sesuai dengan ketetapan yang tercantum dalam pasal 134 UUD
Sementara 1950 yang berbunyi, “Konstituante (Sidang Pembuat Undang-undang Dasar) bersama-sama
pemerintah selekaslekasnya menetapkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang akan
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara ini”.
Berdasarkan hasil pemilihan tanggal 15 Desember 1955 dan diumumkan pada 16 Juli 1956,
perolehan suara partai-partai yang mengikuti pemilihan anggota Dewan Konstituante urutannya
tidak jauh berbeda legislatif, empat besar partainya adalah PNI, Masyumi, NU dan PKI. PNI 119
kursi Masyumi 112 kursi Nahdatul Ulama 91 kursi PKI 80 kursi
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 52
Dalam sidang-sidang Dewan Konstituante yang berlangsung sejak tahun 1956 hingga Dekrit Presiden
5 Juli 1959 tidak menghasilkan apa yang diamanatkan oleh UUD S 1950. Dewan memang berhasil
menyelesaikan bagian-bagian dari rancangan UUD, namun terkait dengan masalah dasar negara,
Dewan Konstituante tidak berhasil menyelesaikan perbedaan yang mendasar diantara usulan dasar
negara yang ada.
. Semua upaya untuk mencapai kesepakatan diantara dua kelompok menjadi kandas dan hubungan
kedua kelompok ini semakin tegang. Kondisi ini membuat Dewan Konstituante tidak berhasil
menyelesaikan pekerjaannya hingga pertengahan 1958. Kondisi ini mendorong Presiden Soekarno
dalam amanatnya di depan sidang Dewan Konstituante mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945.
Konstituante harus menerima UUD 1945 apa adanya, baik pembukaan maupun batang tubuhnya tanpa
perubahan.
Presiden Soekarno mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan
mengadakan pembicaraan dengan tokoh-tokoh pemerintahan, anggota Dewan Nasional, Mahkamah
Agung dan pimpinan Angkatan Perang di Istana Bogor pada 4 Juli 1959. Hasil dari pembicaraan itu
esok harinya, Minggu 5 Juli 1959, Presiden Soekarno menetapkan Dekrit Presiden 1959 di Istana
Merdeka. Isi pokok dari Dekrit Presiden tersebut adalah membubarkan Dewan Konstituante,
menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan menyatakan tidak berlakunya UUD Sementara 1950.
Dekrit juga menyebutkan akan dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya
untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia berjalan tersendat-sendat.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban
tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah
2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan
perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul
perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh
Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi
kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli
dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk
operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang
menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai
berikut.
1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan
RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU
tanggal 19 Maret 1950
Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-
orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang
beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman
sebesar Rp. 200 juta.
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah
struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh
Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
Programnya :
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.Para pengusaha Indonesia yang
bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.Para
pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai
pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik
meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
1. Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka
sistem ekonomi liberal.
2. Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
3. Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
4. Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
5. Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
6. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja
pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7
miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada
pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para
pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor.
Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral
dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
tahun 1951
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi khususnya Cina.
1. Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
2. Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
3. Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
asing yang ada.
Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan
kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas. Pengusaha
pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah
finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung
Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang
berisi :
a. Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
b. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
c. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian
lain antara kedua belah pihak.
Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah
secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda secara sepihak.
Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei
1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.
Dampaknya :
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.
Materi Sejarah kelas XI semester 3,smkn2 Garut
[Date] 55
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet
Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda
diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada
tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah
Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
a. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal
tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
b. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
c. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
TUGAS 3 KELOMPOK
6. Jelaskan pemikiran pemikiran mengenai ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer.
7. Jelaskan keterkaitan antara kebijakan ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer
dengan sistem pemerintahan pada masa itu.
8. Menganalisis kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menerapkan pemikiran pemikiran
mengenai ekonomi nasional pada masa Demokrasi Parlementer.
9. Menjelaskan latar belakang sistem ekonomi liberal yang berlaku pada masa Demokrasi
Parlementer 1950- 1959.