Anda di halaman 1dari 11

Sejarah BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, Sidang,

Dan Tujuan Lengkap

BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, Sidang, Dan Tujuan Beserta Sejarahnya


Lengkap – Tahukah anda apa yang dimaksud dengan BPUPKI ?? Jika anda belum
mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada
kesempatan kali ini akan membahas tentang BPUPKI secara lengkap. Oleh karena itu
marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.

Lihat Daftar Inti Pelajaran :


Pengertian BPUPKI
BPUPKI atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pihak jepang pada tanggal 29 april 1945. Badan ini
dibentuk dengan alasan mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia supaya mau
membantu bangsa jepang dengan menjanjikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.

Badan ini diketuai oleh Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat
serta wakilnya yaitu Ichibangase Yoshio (orang jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
Badan ini beranggotakan 67 orang. BPUPKI mempunyai tugas yakni mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang bersifat dengan aspek-aspek politik ekonomi, tata pemerintahan
serta hal lain yang dibutuhkan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Tak lama kemudian BPUPKI pun dibubarkan dibentuk sebuah badan baru untuk
menggantikan BPUPKI. Badan tersebut yakni PPKI atau Panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) dengan jumlah anggota 21 orang dengan ketuanya yaitu Ir.
Soekarno , wakilnya Drs. M. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo sebagai penasehat PPKI.

Anggota dari PPKI tersebut dipilih dengan mewakili berbagai etnis yang mewakili Indonesia
diantaranya yakni : 12 orang asal jawa, 3 orang asal sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1
orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku dan
terakhir 1 orang etnis Tionghoa.

Sejarah Pembentukan BPUPKI


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi
Cosakaiatau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk
oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepangpada tanggal 29 April 1945bertepatan
dengan hari ulang tahun KaisarHirohito.

Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepangakan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningratdengan wakil ketua
Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
Adapun Sejarah Pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam Maklumat Gunseikan
nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar belakang dikeluarnya Maklumat No. 23 itu
adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang yang sudah sangat terancam.

Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk BPUPKI bukan


merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin mementingkan dirinya
sendiri, yaitu pertama; Jepang ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan cara
memikat hati rakyat Indonesia,dan yang kedua; untuk melaksanakan politik kolonialnya.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang
beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan wakil
Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai) dengan anggota
berjumlah 21 orang sebagai upaya pencerminan perwakilan etnis [1]terdiri berasal dari 12
orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1
orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari maluku, 1 orang dari Tionghoa.

Pada tahun 1944 saipan jatuh ke tangan sekutu.dengan pasukan jepang di Papua Nugini
Kepulauan Solomon,dan Kepulauan Marshall yang berhasil di pukul mundur oleh
pasukan sekutu.Dalam situasi kritis tersebut,pada tanggal 1 maret 1945 Letnan Jendral
Kumakici Harada, pimpinan pemerintah pendudukan jepang di jawa, mengumumkan
pembentukan badan penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekan INDONESIA (Dokuritsu
Junbi Cosakai) . pengangkatan pengurus ini di umumkan pada tanggal 29 april 1945 .

Dr.Radjiman Wediodiningrat diangkat sebagai (Kaico), sedangkan yang duduk sebagai ketua
muda (fuku kico) pertama di jabat oleh seorang jepang , Shucokai cirebon yang bernama
Icibangase . R .P .Suroso diangkat sebagai kepala sekertariat dengan di bantu oleh Toyohiti
Masuda dan Mr. A. G .

Pringodigdo pada tanggal 28 mei 1945 dilangsungkan upacara peresmian badan penyelidik
Usaha-Usaha persiapan kemerdekaan bertempat di gedung Cuo sangi in, jalan pejambon
(Sekarang GedungDepartemen Luar negri) ,jakarta.

Upacara peresmian itu dihadiri pula oleh dua pejabat jepang yaitu jendral Itagaki (panglima
tentara ke tujuh yang bermarkas di singapura) dan letnan jendral nagano (panglima tentara
Keenam belas yang baru ). Pada kesempatan itu di kibarkan bendera jepang ,Hinomaru oleh
Mr.A.G. pringgodigdo yang disusul dengan pengibaran bendera merah putih oleh toyohiko
Masuda.

Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi
atas janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakaiyang tugasnya
menyelidiki segala sesuatu hal untuk persiapan kemerdekaan Indonesia.

Pada hari itu juga di umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta sebagian para anggota

Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat


Ketua Muda (Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin) : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
Ketua Muda ( Fuku kaico): R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala atau Zimokyoku Kucoo)
Anggota 60 orang :
Disamping itu, pada tanggal 29 april 1945 jepang memperbolehkan berkibarnya bendera
merah putih berdampingan dengan bendera Jepang.

Sidang BPUPKI Pertama


Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini
dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut
merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.

Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei
1945 dengan tema Dasar Negara. Sidang ini membahas dan merancang calon dasar Negara
R.I. yang akan merdeka. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan
pendapatnya tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu :

 1. Peri Kebangsaan
 2. Peri Kemanusiaan
 3. Peri Ketuhanan
 4. Peri Kerakyatan
 5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya mengusulkan
lima asas :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila,
yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi
Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosiodemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali disebutnya
sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya Soekarno dalam
menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan.

Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilahPancasila, namun konsep bersikaf
kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan serta redaksi yang sedikit berbeda.
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai
penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua


Setelah berakhir masa sidang BPUPKI yang pertama, belum nampak hasil kesepakatan
Dasar Negara Indonesia. Maka dibentuk panitia delapan (panitia kecil) yang tugasnya untuk
memeriksa usul-usul yang masuk untuk ditampung dan dilaporkan pada sidang BPUPKI yang
kedua. Beranggotakan 8 orang :

1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)


2. Ki Bagoes Hadikoesoemo
3. Kyai haji wachid hasyim
4. Mr. Muhammad yamin
5. M. soetardjo kartohadikoesoemo
6. Mr. A.A. maramis
7. R. Oto iskandar dinata
8. Drs. Mohammad hatta

Hasil rapat panitia kecil (panitia Delapan) :

1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia Merdeka.


2. Supaya hukum dasar yang akan dirancangkan itu diberi semacam preambule
(Mukaddimah).
3. Menerima anjuran Ir. Soekarno supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya
suatu hukum dasar.
4. Membentuk satu panitia kecil penyelidik usu-usul/perumusan dasar negara yang
dituangkan dalam mukaddimah hukum dasar.

Segera selesai sidang Panitia Kecil, dibentuk Panitia Sembilan sebagai penyidik
usul-usul/perumus Dasar Negara yang dituangkan dalam Mukaddimah Hukum Dasar yang
beranggotakan 9 orang yang besidang di kediaman Ir. Soekarno,di Pegangsaan Timur no. 56
Jakarta.

Panitia Sembilan

1. Ir. Soekarno (ketua merangkap anggota)


2. Drs. Mohammad hatta
3. Mr. A.A. maramis
4. Kyai haji wachid hasyim
5. Abdul kahar muzakir
6. Abikusno tjokrosujoso
7. H. Agus salim
8. Mr. Achmad soebardjo
9. Mr. Muhammad yamin

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang
dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan
rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang
berisikan:

a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kendati sudah diumumkan sebelumnya, pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai alias BPUPKI
baru diresmikan pada 29 April 1945, sedangkan pelantikan para anggotanya dilakukan
hampir sebulan kemudian, 28 Mei 1945.

Secara garis besar, BPUPKI dibentuk untuk “menyelidiki hal-hal yang penting sekaligus
menyusun rencana mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia,” demikian seperti yang
termaktub dalam Maklumat Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer merangkap Kepala Staf)
Nomor 23.

Maklumat yang sama memaparkan tugas BPUPKI: mempelajari semua hal penting terkait
politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan, kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan
bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan negara Indonesia (Asia
Raya, 29 April 1945).

Pengaruh Jepang dalam mengiringi kinerja BPUKI masih cukup kuat, termasuk pada
komposisi keanggotaannya yang terdiri dari seorang kaico (ketua), 2 orang fuku kaico (ketua
muda), dan 59 orang iin atau anggota (R.M. A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar
1945, 2004:10).

Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai kaico. Ia adalah tokoh yang dituakan, priyayi Jawa
berpengaruh sekaligus sosok penting yang turut menggagas Boedi Oetomo pada 1908.
Sedangkan sebagai ketua muda adalah Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yoshio
(wakil Jepang).

Ke-59 anggota BPUPKI didominasi orang Indonesia, termasuk 4 orang dari golongan Cina, 1
orang golongan Arab, dan 1 peranakan Belanda. Selain itu, ada pula tokubetu iin (anggota
kehormatan), terdiri 8 orang Jepang. Mereka berhak menghadiri sidang tapi tidak punya hak
suara (Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia
VI, 1984:67).

Anggota BPUPKI
Dalam suatu perkumpulan, organisasi, badan atau LSM membutuhkan anggota supaya suatu
badan tersebut bisa berjalan dengan baik. BPUPKI mempunyai jumlah anggota sebanyak 67
orang. Beberapa diantarnya yaitu sebagai berikut :

 K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (ketua)


 R.P. Soeroso (Wakil Ketua)
 Ichibangse Yoshio (Wakil Ketua), orang jepang
 Ir. Soekarno
 Drs. Moh. Hatta
 Mr. Muhammad Yamin
 Prof. Dr. Mr. Soepomo
 KH. Wachid Hasyim
 Abdoel Kahar Muzakir
 Mr. A.A. Maramis
 Abikoesno Tjokrosoejo
 H. Agoes Salim
 Mr. Achmad Soebardjo
 Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
 Ki Bagoes Hadikusumo
 A.R. Baswedan
 Soekiman
 Abdoel Kaffar
 R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
 K.H. Ahmad Sanusi
 K.H. Abdul Salim
 Liem Koen Hian
 Tang Eng Hoa
 Oey Tiang Tjoe
 Oey Tjong Hauw
 Yap Tjwan Bing.

Tugas BPUPKI
Tugas Utama BPUPKI

Tugas utama BPUPKI yaitu untuk mempelajari serta menyelidiki hal hal penting yang
berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara Indonesia.

Tugas BPUPKI Berdasarkan Sidang

 Bertugas membahas mengenai Dasar Negara


 Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses selama satu bulan
 Bertugas membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) Yang bertugas menampung
saran-saran dan konsepsi dari para anggota
 Bertugas untuk membantu panita sembilan bersama panita kecil
 Panita sembilan menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta

Tujuan BPUPKI

 Bertujuan untuk menarik simpati rakyat indonesia supaya membantu jepang dalam
perang melawan sekutu dengan cara memberikan janji kemerdekaan kepada
indonesia, melaksanakan politik kolonialnya didirikan pada tanggal 1 maret 1945.

 Bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal penting berhubungan dengan


pembentukan negara Indonesia merdeka atau mempersiapkan hal-hal penting
mengenai tata pemerintahan Indonesia merdeka.

Sidang BPUPKI
Sidang Pertama
Sidang pertama BPUPKI diadakan di sebuah gedung yakni gedung Chuo Sang In di Jalan
Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan gedung Pancasila. Rapat pertama dibuka
pada tanggal 28 Mei 1945 dan dimulai pada keesokan harinya yakni pada tanggal 29 Mei
1945 yang bertemakan Dasar Negara. Lalu pada sidang pertama ini ada 3 orang yang
memberikan pendapat mengenai Dasar Negara, Mereka yaitu Mr. Muhammad Yamin, Prof.
Dr. Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengemukakan lima asas dari dasar
Negara, yaitu sebagai berikut :

 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan Rakyat

Dua hari kemudian, Prof. Dr.Mr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945 mengajukan Dasar
Negara Indonesia yaitu sebagai berikut:

 Persatuan
 Mufakat dan Demokrasi
 Keadilan Sosial
 Kekeluargaan
 Musyawarah

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno pun mengajukan lima asas Negara yang sekarang
kita kenal dengan nama Pancasila.

 Kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial
 Ketuhanan Yang Maha Esa

Menurut Ir. Soekarno, kelima asas tersebut masih bisa diperas menjadi Ekasila atau Trisila.
Selanjutnya Lima Asas tersebut disebut dengan Pancasila dengan urutan yang berbeda.
Lalu, pada pembentukan sila tersebut menjadi perdebatan diantara peserta yang menghadiri
siding BPUPKI. Perdebatan ini membahas penetapan aturan Islam dalam Indonesia yang
baru.

Sidang pertama BPUPKI berakhir pada tanggal 1 Juni 1945 dan belum menghasilkan suatu
keputusan apapun akhir dari Dasar Negara Indonesia Merdeka hingga diadakan masa reses
selama 1 bulan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 9 orang
dan disebut dengan panitia Sembilan. Anggota dari panitia Sembilan yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moch. Hatta
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. Muhammad Yamin
5. KH. Wachid Hasyim
6. Abdul Kahar Muzakir
7. Abikoesno Tjokrosoejoso
8. H. Agus Salim
9. Mr. A.A. Maramis

Seudah dilakukannya musyawarah dengan Panitia Sembilan, menghasilkan suatu rumusan


yang mendeskripsikan maksud dan tujuan dari pembentukan Negara Indonesia Merdeka.
Oleh Mr. Muhammad Yamin, rumusan tersebut dinamakan Jakarta Charter atau Piagam
Jakarta. Rumusan tersebut yaitu sebagai berikut :

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan
perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang Kedua BPUPKI

Pada rapat kedua dari BPUPKI berlangsung pada tanggal 10-17 Juli 1945 dengan topic
bahasan yakni bentuk Negara, wilayah Negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-
Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan Negara, pendidikan serta pengajaran.

Pada rapat kedua ini dibentuk panitia yang berjumlah 19 orang yang membahas rancangan
undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno sendiri sobat. Tak lupa pula dibentuk
Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia
Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Moch. Hatta.

Berdasarkan hasil pemungutan suara, wilayah Indonesia Merdeka sudah ditentukan. Wilayah
tersbut mencakup wilayah Hindia Belanda dulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara,
Papua, Timor-Portugis serta pulau-pulau disekitarnya.

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil yang
beranggota 7 orang, yaitu:

1. Prf. Dr. Mr. Soepomo


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman

Persidangan Kedua BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945, dalam rangka menerima laporan
Panitia Perancang UUD , Ir. Soekarno melaporkan tiga hasil, yaitu sebagai berikut :

 Pernyataan Indonesia Merdeka


 Pembukaan UUD
 Batang Tubuh dari UUD

Itulah ulasan tentang BPUPKI : Pengertian, Anggota, Tugas, Sidang, Dan Tujuan Beserta
Sejarahnya Lengkap. Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat bagi pembaca
setia GuruPendidikan. Sekian dan Terima kasih.
Sejarah Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia)

PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau atau dalam bahasa Jepang
disebut Dookuritsu Junbi Iinkai adalah panitia yang bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI
setelah BPUPKI dibubarkan Jepang pada 7 Agustus 1945. Selain itu, PPKI juga bertugas
meresmikan pembukaan atau preambule dan batang tubuh UUD 1945. PPKI diresmikan oleh
Jendral Terauchi pada 9 Agustus 1945 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Peresmian ini dihadiri
oleh Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat.
Artikel Terkait:

Keanggotaan PPKI
PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno, dengan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Anggotanya
sendiri berjumlah 21 orang yang merupakan tokoh utama pergerakan nasional Indonesia.
Anggota PPKI terdiri dari berbagai etnis Nusantara, meliputi 12 orang etnis Jawa, 3 orang
etnis Sumatera, 2 orang etnis Sulawesi, 1 orang etnis Kalimantan, 1 orang etnis Nusa
Tenggara, 1 orang etnis Maluku, dan 1 orang etnis Tionghoa.

Yang termasuk anggota PPKI antara lain: Mr. Soepomo, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, R. P.
Soeroso, Soetardjo Kartohadikoesoemo, Kiai Abdoel Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo,
Otto Iskandardinata, Abdoel Kadir, Pangeran Soerjohamidjojo, Pangeran Poerbojo, Dr.
Mohammad Amir, Mr. Abdul Maghfar, Mr. Teuku Mohammad Hasan, Dr. GSSJ Ratulangi,
Andi Pangerang, A.H. Hamidan, I Goesti Ketoet Poedja, Mr. Johannes Latuharhary, Drs. Yap
Tjwan Bing. Kemudian, tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, anggota PPKI bertambah
lagi 6 orang, yaitu: Achmad Soebardjo, Sajoeti Melik, Ki Hadjar Dewantara, R.A. A.
Wiranatakoesoema, Kasman Singodimedjo, Iwa Koesoemasoemantri.

Golongan muda memberikan sikap tidak suka pada PPKI. Mereka menganggap PPKI
sebagai suatu badan bentukan pemerintah pendudukan militer Jepang yang sudah tentu
memihak Jepang. Akan tetapi, di lain pihak, PPKI adalah sebuah badan yang sangat berguna
dalam mempersiapkan kemerdekaan. Untuk mewujudkan Indonesia merdeka, perlu
dipersiapkan segala macam keperluan bagi berdirinya suatu negara. Meski demikian, baik
cepat atau lambat, kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan oleh pemerintah Jepang
tergantung kepada kerja PPKI.

Pada akhirnya, Jendral Terauchi memberikan keputusan bahwa pemerintah Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh
persiapan kemerdekaan Indonesia tersebut diserahkan sepenuhnya kepada PPKI.

Peristiwa Rengasdengklok
PPKI semula berencana mengadakan sidang pada 16 Agustus 1945, tetapi tidak dapat
terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok ini
berhubungan dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu (15 Agustus 1945) sehinggga
golongan muda mendesak agar segera mempersiapkan kemerdekaan. Golongan pemuda
yang termasuk di dalamnya Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, Sutan Sjahrir, Soedarsono,
Soepomo, dan kawan-kawan mendesak Ir. Soekarno agar segera mengumandangkan
proklamasi. Namun sebaliknya, golongan tua menolak dengan alasan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia harus dipersiapkan secara matang.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan golongan muda,


dalam hal ini dilakukan oleh Adam Malik dan Chaerul Saleh terhadap Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta. Pada pukul 04.30 WIB, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dibawa
ke Rengasdengklok, Karawang, untuk didesak menyegerakan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Mereka mendesak sampai tercapai kesepakatan antara golongan tua
yang diwakili Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda
mengenai waktu pelaksanaan proklamasi.

Pembacaan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
semula direncanakan akan dilakukan pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok,
di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks proklamasi sudah dibuat dan bendera merah putih
juga sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada hari sebelumnya, Rabu
tanggal 15 Agustus, karena mereka telah berpikir keesokan harinya Indonesia akan merdeka.

Kunto dan Achmad Soebardjo yang tidak mendapat kabar dari Jakarta, memutuskan ke
Rangasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta berangkat ke Jakarta untuk
membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam
rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, 17 Agustus 1945 dilakukan upacara pembacaan proklamasi dengan teks
proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik
yang diambil dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr.
Hermann Kandeler. Proklamasi diperdengarkan kepada ribuan bangsa Indonesia secara
rahasia melalui siaran oleh pegawai radio menggunakan pemancar yang dikontrol Jepang.

Sidang PPKI
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan persidangan di bekas Gedung Road van
Indie di Jalan Pejambon. Dalam sidang tersebut, dalam hitungan belasan menit terjadi
permusyawarahan antara kelompok yang berbeda pendapat mengenai sila pertama
Pancasila yang tertuang dalam pembukaan Piagam Jakarta. Kelompok keagamaan non-
Muslim dari Timur dan kelompok kaum keagamaan penganut ajaran kebatinan serta
golongan nasionalis keberatan terhadap tujuh kata itu, sehingga mereka meminta kelapangan
hati para tokoh dari kelompok Islam agar bersedia dilakukan bengubahan. Pada akhirnya
permusyawarahan itu berhasil membujuk pihak tokoh-tokoh golongan Islam agar bersedia
menghapuskan tujuh kata sila pertama Pancasila yang tertuang dalam Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter dan menggantinya.

Setelah itu, Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI melakukan
pembacaan tentang empat perubahan hasil kesepakatan dan kompromi atas perbedaan
pendapat para golongan tersebut. Hasil sidang tersebut adalah:

1. Kata “Muqaddimah” yang merupakan kata bahasa Arab pada preambule Undang-Undang
Dasar diganti dengan kata “Pembukaan”.
2. Pada Pembukaan alenia keempat, berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini
sekaligus mengganti sila pertama Pancasila.
3. Pada Pembukaan alenia keempat, kalimat “Menurut Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab” diganti menjadi “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Ini sekaligus mengganti sila
kedua Pancasila.
4. Pasal 6 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam” diganti menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”.

Sidang pertama PPKI menyepakati hasil antara lain:


1. Melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Setelah sebelumnya
terjadi sedikit perubahan di dalamnya.
2. Memilih, menetapkan, dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia.
Keputusan akhirnya ditetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.
3. Untuk sementara waktu, presiden dibantu oleh komite bernama KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat) sebelum DPR dan MPR dibentuk.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan sidang kedua PPKI. Hasil sidang kedua tersebut
menghasilkan:

1. Membentuk kabinet yang terdiri atas 12 Kementrian dan 4 Mentri Negara.


2. Membentuk Pemerintah Daerah, yang tiap-tiap daerah dipimpin oleh seorang Gubernur.
Artikel Terkait:

Selanjutnya, sidang ketiga PPKI dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1945. Hasil sidang
ketiga PPKI antara lain:

1. Pembentukan Komite Nasional di samping telah adanya Komite Nasional Indonesia Pusat.
2. Pembentukan Partai Nasional sebagai partai politik.
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Anda mungkin juga menyukai