Anda di halaman 1dari 4

5.

Dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dukungan berbagai lapisan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mulai dari golongan
pemuda hingga penguasa kerajaan di berbagai daerah. Euforia berita proklamasi Kemerdekaan
Indonesia cepat bergema dan disambut hangat oleh seluruh bangsa Indonesia. Berikut beberapa
bentuk sambutan dan dukungan yang muncul. A. Penyebaran Berita Proklamasi

Sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan dibacakan, berita proklamasi disebarluaskan secara cepat
oleh segala lapisan masyarakat di sekitar Jakarta, terutama oleh para pemuda. Para pemuda
menyebarkan berita proklamasi melalui berbagai cara, antara lain dengan menyebar pamflet,
mengadakan pertemuan, dan menulis pada tembok-tembok.

Syahruddin selaku wartawan Kantor Berita Domei berhasil menyelundupkan teks proklamasi ke
kantor pusat pemberitaan Jepang, Domei (sekarang Kantor Berita Antara) dan diterima oleh Kepala
Bagian Radio, Waidan B. Palenewan, F. Wuz merupakan seorang markonis berita, menerima teks
proklamasi kemerdekaan Indonesia dan segera membacakan berita tersebut. Pucuk pimpinan tentara
Jepang di Jawa segera memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai
kekeliruan agar tidak berdampak luas. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh
Jepang. Para pemuda tidak kehilangan akal, mereka membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi
radio, seperti Sukarman, Sutamto Susiloharjo, dan Suhandar. Alat pemancar radio yang diambil dari
Kantor Berita Domei sebagian dibawa ke rumah Waidan B. Palenewen dan sebagian ke Menteng 31.
Di Menteng 31 itulah para pemuda merakit pemancar radio baru dengan kode panggilan WK 1. Dari
pemancar radio inilah, berita proklamasi terus disiarkan. Maladi kemüdian memprakarsal pendirian
Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945.

Benta Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui beberapa surat kaber. Harian
Soeara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan berita proklamasi, Pihak pemerintah
Republik Indonesia juga menugaskan kepada para gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2
September 1945 untuk segera kembali ke tempat tugasnya guna menyebarluaskan berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di wilayahnya.

b. Pernyataan Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Mendengar berita proklamasi Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam Vill
mengirimkan telegram ke Jakarta yang isinya ucapan selamat atas terpilihnya Ir. Soekamo dan Drs.
Moh. Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Sekaligus menyatakan dukungannya. Ini berarti
pernyataan sikap bahwa kasultanan Yogyakarta dan Surakarta sanggup berdiri di belakang pimpinan
Soekarno-Hatta Untuk mempertegas kembali sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Srni
Paku Alam Vill pada tanggal 5 September 1945 mengeluarkan amanatnya kembali yang isinya

Sebagai berikut. 1) Negen Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah
istimewa dari Negara Indonesia.
2) Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat.

3) Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat
langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada Presiden.

c. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada (19 September 1945)

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945, pada 19


September 1945, Komite van Aksi memelopori dan menggerakkan massa dalam suatu rapat raksasa di
Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dengan tujuan agar Presiden Soekarno berbicara langsung di
hadapan rakyat. Lapangan Ikada terletak di bagian selatan Lapangan Monas (Monumen Nasional)
sekarang.

Penjagaan tentara Jepang sangat ketat, tetapi tidak menggoyahkan rakyat untuk menghadirinya.
Presiden Soekarno tidak jadi berpidato dan hanya menyampaikan beberapa pesan singkat, yaitu
meminta rakyat supaya percaya pada pemimpin dan pulang dengan tenang. Makna dari rapat raksasa
di Lapangan Ikada adalah keberhasilan mempertemukan pemerintah RI dengan rakyatnya,
perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat, menggugah kepercayaan rakyat akan
kekuatan bangsa Indonesia sendin.

d. Insiden Bendera di Hotel Yamato (Hotel Orange)

Pada hari yang sama tanggal 19 September 1945 di Surabaya terjadi suatu peristiwa yang kemudian
terkenal dengan sebutan “Insiden Bendera”. Insiden terjadi karena tindakan beberapa orang Belanda
yang mengibarkan bendera Belanda (Merah Putih Biru) pada tiang di atas Hotel Yamato, Tunjungan,
Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya yang kemudian menyerbu Hotel Yamato
untuk menurunkan bendera Belanda tersebut dan merobek yang berwarna biru. Kemudian
menaikkannya kembali sebagai bendera Merah Putih,

Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato

6. Makna Proklamasi bagi Bangsa Indonesia

Kemerdekaan merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Hal ini membuat
rakyat Indonesia merasa terbebas dari jeratan bangsa penjajah yang mengeruk kekayaan Nusantara.
Adanya kemerdekaan ini, membuat harapan menjadi bangsa yang lebih
Baik menjadi terbuka, seperti kebebasan untuk mengolah sumber daya alam sehingga dapat

Mencukupi kebutuhan hidup. Dengan demikian makna yang terkandung dari Proklamasi

Kemerdekaan secara keseluruhan sebagai berikut.

a. Secara hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia
menghapus tata hukum kolonial dan menggantikannya dengan tata hukum nasional.

b. Secara politis-ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia untuk lepas dari
penjajahan dan membangun Negara Republik Indonesia yang bebas dan berdaulat penuh c.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan penyataan kemerdekaan yang memberi

Tahu baik kepada bangsa Indonesia sendiri maupun dunia luar bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah
merdeka dan lepas dari penjajahan.

c. Proklamasi juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam
mencapai kemerdekaannya.

B. Pembentukan Perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasca-pembacaan naskah proklamasi, bangsa Indonesia bergegas untuk menyiapkan hal- hal untuk
mendukung berdirinya Negara Indonesia, seperti membentuk badan kelengkapan negara, badan
perjuangan, dan Tentara Nasional Indonesia.

1. Sidang PPKI Tanggal 18 Agustus 1945

Sidang pertama PPKI ini berkaitan dengan terbentuknya pemerintahan NKRI, yang menghasilkan
keputusan sebagai berikut. A. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) Republik
Indonesia yang

Kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945. UUD merupakan hukum dasar tertulis. UUD
di Indonesia dirancang oleh BPUPK pada tanggal 10-16 Juli 1945 dalam sebuah Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Rancangan UUD tersebut kemudian dibawa
ke sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 untuk dibahas. Sebelum PPKI mengesahkan rancangan
UUD. Soekarno dan Hatta menugaskan Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Kasman
Singodimejo, dan Mr. Teuku Muhammad Hassan untuk membahas rancangan Pembentukan Undang-
Undang Dasar. Rancangan tersebut kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta. Namun, rancangan
tersebut telah menimbulkan keberatan dari sejumlah pihak karena adanya kalimat yang dianggap
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Akhirnya, persidangan PPKI berhasil mengesahkan
UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia dengan beberapa perubahan.

b. Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama. Pukul 15.00 WIB sidang PPKI
tanggal 18 Agustus 1945 dimulai kembali. Agenda utamanya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
Sebagai dasar hukum pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tersebut. Harus disahkan dahulu, yakni
Pasal 3 dari Aturan Peralihan. Ini menandai untuk pertama kalinya Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh PPKI.

Berdasarkan usul dari Otto Iskandardinata, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia dilakukan secara aklamasi. Pada saat itu, Otto Iskandardinata secara spontan mengajukan Ir.
Soekarno sebagai Presiden Indonesia, sedangkan Mohammad Hatta sebagai Wakli Presiden. Anggota
PPKI yang mengikuti sidang secara serentak menyetujui usulan tersebut.

C Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat, pekerjaan Presiden untuk sementara


waktu dibantu oleh Komite Nasional Sidang pertama tanggal 18 Agustus 1945 juga menyepakati
tentang dibentuknya semacam lembaga yang bertugas untuk membantu tugas Presiden sebelum
terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui pemilihan umum (pemilu). Lembaga tersebut
kemudian dinamakan dengan Komite Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai