Anda di halaman 1dari 7

DUKUNGAN DAERAH TERHADAP NEGARA

DAN PEMERINTAH RI SESUDAH PROKLAMASI


Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan
oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan
pemerintahan yang sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.
Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan
Sumatra.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri,
Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen
Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial,
Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
Pembentukan Komite Nasional.
Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari
daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada
tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto
Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia.
Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Republik Indonesia
Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa
penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama
Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru)
milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan
IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk
menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata;
Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara
percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu,
walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah
kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada
disiplin.

Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak
pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh
Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan
kantor mereka kepada orang Indonesia.
Setelah mendengar berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk mempertahankannya. Hal
ini nampak dari dukungan spontan terhadap proklamasi.
Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya tegaknya negara
Republik Indonesia.
1. Komite Van Aksi
Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI), dan lain-
lain. Pada 2 September 1945 memberikan dukungan terhadap negara kesatuan RI dengan
mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut Suara Rakyat Nomor 1.
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat
yang bersifat kerajaan, sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Pernyataan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5 September 1945.

Berikut kutipan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :


a. Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari
negara Republik Indonesia.
b. Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di wilayah kesultanan
Yogyakarta.
c. Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat RI dan Sultan
Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta langsung kepada presiden RI.

Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan Hamengkubuwono IX


dalam mendukung berdirinya Negara Republik Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim utusan ke Yogyakarta
untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah Republik Indonesia yang menyatakan :
Kami Presiden Republik Indonesia menyatakan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan
Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdurachman Sayidin Panotogomo Khalifatullah
Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan kepercayaan
bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga
untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.

Djakarta, 19 September 1945


Presiden Republik Indonesia.

Soekarno
Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang menjadi
dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.

3. Rapat Raksasa di Lapangan IKADA


Comit van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam merencanakan
rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk hadir
dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945.

Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur
awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa
Indonesia telah merdeka.
b. Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja
yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.

Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat percaya
pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin negara Indonesia.

Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki makna
besar, yaitu :
a. Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b. Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

B. Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia


Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar dimana-mana.
Di samping itu, pekik Merdeka menjadi salam nasional. Keadaan itu mengambarkan dukungan
luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan.

a. Tindakan Heroik Terhadap Jepang


Tindakan terhadap Jepang terutama untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan
melucuti senjata Jepang :
a. Mendapatkan senjata untuk modal perang.
b. Mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
c. Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.

1. Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya


Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don
Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan
pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang dianggap
lambing kekejaman Jepang.
2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai
Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua
kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah
Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7
Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.

3. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah
Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara
Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke
wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian
Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan
rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah
Candi. Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air
minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur.
Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di
Semarang. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan
100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat
di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan
melucuti senjata Jepang.

4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,
pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan
beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-
Putih.

5. Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-
gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-
markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945, rakyat
berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para pemuda
melakukan penyerangan terhadap Jepang.

6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan
Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut.
Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-
kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara
pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.
Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.

8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka
melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

B. Tindakan Heroik Terhadap Sekutu

1. Peristiwa bendera di Surabaya


Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu peristiwa
penyobekan bendera Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu
disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh
para pemuda Indonesia yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum agar pemuda
Indonesia yang merasa membunuh menyerahkan diri sampai batas waktu tanggal 10 November
1945. Karena ultimatum tidak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan Arek-
arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk
mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya. Akhirnya, tanggal
10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

2. Peristiwa Bandung Lautan Api


Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan oleh
adanya tuntutan sekutu agar para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota Bandung
paling lambat 29 November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu serta membumi
hanguskan kota Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H.
Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.

3. Peristiwa Medan Area


Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata diboncengi
oleh tentara NICA yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda
menyerahkan senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 13
Oktober 1945.

4. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah
Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara
Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke
wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi kemudian
Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin meresahkan
rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air minum di daerah
Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air
minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur.
Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di
Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang
Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat
di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan
melucuti senjata Jepang.

5. Peristiwa Palagan Ambarawa


Pertempuran ini terjadi tanggal 21 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran
terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika tentara Sekutu
secara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di Magelang dan Ambarawa.
Setelah mendapat bantuan dari Devisi V pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat
dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum Palagan
Ambarawa.

6. Pertempuran Margadana di Bali


Pertempuran ini terjadi di desa Margadana pada tanggal 18 November 1946 yang dipimpin
oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi karena
menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.

7. Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak
member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14
Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini diawali
dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para
pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak.
Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum
seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai