Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak
pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh
Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan
kantor mereka kepada orang Indonesia.
Setelah mendengar berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945, rakyat menyambut dengan gembira dan penuh semangat untuk mempertahankannya. Hal
ini nampak dari dukungan spontan terhadap proklamasi.
Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya tegaknya negara
Republik Indonesia.
1. Komite Van Aksi
Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI), dan lain-
lain. Pada 2 September 1945 memberikan dukungan terhadap negara kesatuan RI dengan
mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut Suara Rakyat Nomor 1.
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat
yang bersifat kerajaan, sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Pernyataan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5 September 1945.
Soekarno
Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang menjadi
dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur
awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa
Indonesia telah merdeka.
b. Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja
yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat percaya
pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin negara Indonesia.
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki makna
besar, yaitu :
a. Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b. Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,
pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan
beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-
Putih.
5. Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-
gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-
markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945, rakyat
berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para pemuda
melakukan penyerangan terhadap Jepang.
6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan
Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut.
Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-
kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara
pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.
Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.
8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka
melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
7. Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak
member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14
Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini diawali
dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat. Para
pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak.
Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum
seumur hidup.