Akibat dari perselisihan antara golongan muda dan golongan tua, Ir. Soekarno yang tidak segera mengumumkan kemerdekaan dari
desakan golongan muda, maka pada 16 Agustus 1945 Dini hari, Ir. Soekarno dan Moh Hatta diculik oleh golongan muda ke
Rengasdengklok dan dipaksa segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia melalui radio. Dengan negosiasi maka 16 Agustus
1945 Malam, Ir. Soekarno dan Moh Hatta kembali ke Jakarta. Di rumah Laksamana Maeda Tadashi para tokoh nasional berkumpul
untuk berunding tentang persiapan proklamasi kemerdekaan RI.
17 Agustus 1945 Telah dilakukan persiapan di rumah Ir. Soekarno, untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Banyak
tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda.
PROKLAMASI
Sukarno-Hatta.
Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945
Apa saja hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945? Pada sidang pertama ini, menghasilkan 3 keputusan penting, antara lain :
Keputusan kedua : Memilih presiden dan wakil presiden. Jabatan presiden dipilih Ir Soekarno, sementara wakilnya yakni Drs.
Mohammad Hatta. Pemilihan kedua tokoh ini merupakan usulan dari Otto Iskandardinata.
Keputusan ketiga : Pembentukan Komite Nasional. Tugas komite ini yaitu untuk membantu Presiden sebelum DPR dan MPR
terbentuk.
Dari hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dapat disimpulkan bahwa, sidang tersebut hanya menghasilkan keputusan-
keputusan antara lain mengesahkan UUD 45, memilih Presiden dan Wakil Presiden dan pembentukan Komite Nasional untuk membantu
Presiden.
Keputusan pertama : Pembagian wilayah di Indonesia. Wilayah Indonesia terdiri dari delapan provinsi, yaitu : Sumatera, Jawatim,
Jateng, Jabar Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Keputusan kedua : Pembentukan Komite Nasional di tingkat daerah-daerah.
Keputusan ketiga : Membentuk dan menetapkan 12 departemen dan menetapkan menterinya. Departemen Kesehatan, Departemen
Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kemakmuran, Departemen Keuangan, Departemen Kehakiman,
Departemen Pengajaran, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Perhubungan, Departemen Sosial, Departemen Keamanan
Rakyat, Departemen Penerangan.
Dari hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 atau sidang kedua, dapat disimpulkan bahwa menghasilkan 3 keputusan meliputi
pembagian wilayah Indonesia yang baru merdeka, pembentukan komite di tingkat daerah, dan membentuk departemen-departemen
berjumlah 16.
Sidang PPKI ke-3 22 Agustus 1945
Apa saja hasil sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945? Berikut ini keputusan atau hasil sidang ke 3 PPKI, meliputi :
Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi gencatan senjata antara Belanda
dan Indonesia. Gubernur Jendral Van Mook dari Belanda memerintahkan gencatan senjata pada tanggal 5 Agustus. Pada 25 Agustus,
Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi yang diusulkan Amerika Serikat bahwa Dewan Keamanan akan menyelesaikan konflik
Indonesia-Belanda secara damai dengan membentuk Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Belgia yang dipilih oleh Belanda, Australia
yang dipilih oleh Indonesia, dan Amerika Serikat yang disetujui kedua belah pihak.
Pada 29 Agustus 1947, Belanda memproklamirkan garis Van Mook yang membatasi wilayah Indonesia dan Belanda. Republik
Indonesia menjadi tinggal sepertiga Pulau Jawa dan kebanyakan pulau di Sumatra, tetapi Indonesia tidak mendapatwilayah utama
penghasil makanan. Blokade oleh Belanda juga mencegah masuknya persenjataan, makanan dan pakaian menuju ke wilayah Indonesia.
Isi perjanjian
Latar belakang Perjanjian Linggarjati terjadi karena Jepang menetapkan status quo di Indonesia, menyebabkan terjadinya konflik
antara Indonesia dengan Belanda yang salah satunya ditandai Peristiwa 10 November di Surabaya. Pemerintah Inggris selaku
penanggung jawab mengundang Indonesia dan Belanda untuk melakukan perundingan di Hooge Veluwe. Namun perundingan tersebut
gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Sedangkan Belanda hanya mau
mengakui Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura saja. Perundingan Linggarjati yang terjadi pada 11 November 1946. Tidak diketahui
secara pasti alasan Sutan Syahrir memilih Linggarjati, sebagai tempat pertemuan bersejarah itu. Perjanjian Linggarjati selesai pada 15
November 1946 dan baru ditandatangani keduanya pada 25 Maret 1947. Dalam rentang waktu tersebut, para delegasi melakukan
perbaikan isi perjanjian agar kedua belah pihak menemui titik temu. Tokoh perjanjian Linggarjati Dalam perjanjian tersebut terdapat
beberapa tokoh yang datang sekaligus mewakili masing-masing pihak. Berikut tokoh yang terdapat dalam perjanjian bersejarah tersebut:
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir sebagai ketua. Ditemani oleh A K Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Belanda
diwakili oleh Wim Schermerhorn sebagai ketua dan ditemani oleh Max Von Poll, H J van Mook serta F de Baer. Inggris selaku
penanggung jawab atau mediator diwakili oleh Lord Killearn.
Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura Belanda harus meninggalkan
wilayah Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1949
Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS harus bergabung dengan negara-begara
persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda
1. Mengeluarkan perintah kepada “pengikut Republik yang bersenjata” untuk menghentikan perang gerilya.
2. Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertibandan keamanan.
3. Turut serta dalam KMB di Den Haag, dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan
lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat
Sedangkan pihak delegasi Pemerintah Belanda saat itu menyatakan kesediaannya untuk:[3]
1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan
tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang
merdeka dan berdaulat.
2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan
konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.
3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949