b. Sidang BPUPKI
BPUPKI melaksanakan siding pertama pada 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang
tersebut bertujuan untuk Menyusun dasar negara Indonesia Merdeka.
Ada Tiga tokoh yang mengusulkan rancangan dasar negara sebagai berikut:
1) Muhammad Yamin
2) Soepomo
3) Soekarno
Pada 10-16 Juni 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Sidang ini
menghasilkan rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia Merdeka.
c. Panitia Sembilan
Panitia Sembilan beranggotakan 9 orang yang diketuai oleh Soekarno. Pada
tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan dasar negara yang
disebut sebagai Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Atas usulan Mohammad Hatta, kalimat pertama Piagam Jakarta diubah menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan
kesatuan Indonesia yang rakyatnya terdiri atas berbagai agama.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Syahrir dan golongan muda lainnya mengadakan rapat yang hasilnya
mendesak bahwa proklamasi harus segera dilaksanakan. Mereka pun kemudian
menjemput dan membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok.
Tujuannya untuk menjauhkan kedua tokoh tersebut dari pengaruh Jepang,
sehingga mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepat mungkin.
1.
3. Penyusunan Naskah Proklamasi
Setelah berdiskusi dengan golongan muda di Rengasdengklok, Soekarno dan
Mohammad Hatta setuju untuk segera melaksanakan proklamasi. Soekarno
kemudian memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jakarta
untuk menyusun naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2.
d. Pertempuran Ambarawa
Pada 20 Oktober 1945, Pasukan Sekutu yang di susupi NICA datang ke
Semarang dengan tujuan mengurus tawanan perang yang berada di penjara
Ambarawa. Mereka membebaskan serta memberikan senjata kepada tentara
Belanda yang di tawan Jepang.
Pada 12-15 Desember 1945, terjadi pertempuran sengit antara pasukan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang di pimpin oleh Kolonel Soedirman
melawan sekutu, sekutu berhasil dikalahkan. Pertempuran ini disebut dengan
Palagan Ambarawa.
a. Perjanjian Linggarjati
Perundingan antara Indonesia dan Belanda pada 10 November 1946 disebut
Perjanjian Linggarjati.
b. Perjanjian Renville
Perundingan antara Indonesia dan Belanda pada 8 Desember 1947 dilakukan
diatas kapal USS Renville milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di teluk
Jakarta. Perundingan ini disebut Perjanjian Renville.
c. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen ditandatangani di Jakarta pada 7 Mei 1949. Pihak
Indonesia dipimpin oleh Moh.Roem dengan anggota Mohammad Hatta dan
Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Belanda diwakili oleh Van Royen.
Oleh karena itu, perjanjian ini disebut Perjanjian Roem-Royen.
d. Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada 23 Agustus – 2 November
1949 di Den Haag, Belanda, sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Roem-Royen.
3.
C. Agresi Militer Belanda
Usaha Belanda untuk Kembali menguasai Indonesia setelah kemerdekaan dilakukan
melalui serangan militer. Serangan militer Belanda ke wilayah Indonesia dilakukan
secara mendadak dan besar-besaran yang disebut sebagai Agresi Militer.
1. Agresi Militer Belanda I
Belanda menginkari hasil Perjanjian Linggarjati karena ingin menjadikan Indonesia
sebagai negara persemakmuran (commonwealth) yang berbentuk federasi.
Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I ke wilayah Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra.
2. Agresi Militer Belanda II
Pada 18 Desember 1948, Belanda mengumumkan bahwa mereka tidak terikat lagi
dengan Perjanjian Renville.
Pada 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota
Republik Indonesia saat itu, yaitu Yogyakarta.
D. Pengakuan Kedaulatan
Upacara pengakuan kedaulatan negara Indonesia dilakukan pada 27 Desember 1949.
Pada 17 Agustus 1050, Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan kembali
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tokoh yang Berjuang demi Pengakuan Kedaulatan Indonesia:
1. Soekarno
2. Mohammad Hatta
3. Sri Sultan Hamengkubuwono IX
4. Jenderal Soedirman
5. Sutomo ( Bung Tomo)
6. Sutan Syahrir
4.
7. Pembangunan di Bidang Kesehatan
5.