Anda di halaman 1dari 5

Pertumbuhan dan perkembar.

gan serangga mencakup pertumbuhan menjadi besar

dan perubahan bentuk disertai dengan beberapa pengelupasan kutikula yangdisebut

proses m o l t i n g . Perkembangan dari setiap serangga terdiri atas tiga tahap utama yaitu

tahap embrional, masa pra-dewasa dan dewasa.

Perkembangan embrio,terjadi di dalam telur yang cukup mendapat


persendian kuning telur dan dikelilingi oleh kulit luar yang halus yang disebut korion
(chorion) Perkembangan embrio dimulai segera setelah fertilisasi sehingga terbentuk
zigot. Zigot mengalami beberapa kali pembelahan inti dan perubahan-perubahan
lainnya sampai menetas dari telur (eclosion).
Molting atau sebut saja pergantian kulit adalah suatu proses yang kompleks dan

dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu dalam tubuh serangga molting meliputi lapisan

kutikula dinding tubuh, lapisan kutikula trakea, foregut, hindgut, dan struktur endoskeleton

(McGavin 2001; Triplehorn & Johnson, 2005). Molting dapat terjadi sampai tiga atau empat

kali, bahkan pada beberapa serangga tertentu, molting dapat terjadi sampai lima puluh kali

atau lebih selama hidupnya (McGavin, 2001).

Serangga termasuk arthropda lainnya (kalajengking, udang, lobster, dan lain-lain),

memiliki kerangka luar yang disebut dengan eksoskeleton. Dalam

pertumbuhannya, serangga akan tiba pada titik dimana otot-otot tubuhnya tidak cukup kuat

untuk mengangkat massa eksoskeletonnya. Exoskeleton ini menutupi sekeliling tubuhnya,

tetapi tidak dapat tumbuh. Jadi, tubuh serangga mengalami pertumbuhan (penambahan

volume dan massa) tetapi eksoskeletonnya tetap pada konstruksinya atau tidak mengalami

pertumbuhan. Akibatnya, serangga harus melakukan molting beberapa kali selama

hidupnya agar tetap eksis dan survive atau bertahan hidup untuk meneruskan

generasinya, suatu bentuk adapatasi yang tidak hanya rumit tetapi juga sungguh luar biasa

dan mengagumkan.

Proses molting pada serangga setidaknya, melewati tiga tahap, yaitu apolysis,

ecdysis, dan sklerotinisasi.Kehidupan serangga pasca embrio dibagi-bagi ke dalam

instar. instar merupakan suatu bentuk serangga di antara 2 kali mengelupas


kutikula. yaitu bentuk serangga mulai menetas sampai pengelupasan kutikula pertama.
Telur menetas pengelupasan 1 pengelupasan 2 dewasa
Instar 1 Instar 2
Selama hidupnya jumlah pengelupasan tergantung dari jenis serangga, rata-
rata terjadi 4 - 8 kali selama pertumbuhannya. Pada Odonata mengelupas 8 12
kali. Terdapat beberapa jenis Ephemeroptera mengelupas 20 kali. Serangga dewasa.
pada umumnya tidak mengalami pengelupasan lagi, tapi ada jenis serangga yang
mengelupas terus menerus. Waktu atau perioda pengelupasan disebut stadium.
Pada perkembangan serangga, perubahan ukuran tubuh yang paling dramatis
terjadi pada waktu serangga tersebut berganti kulit. Dimana kutikula yang
tua mengelupas dan digantikan dengan yang baru. Pengelupasan ini tidak hanya terjadi
pada bagian luar tubuhnya saja, tetapi kutikula yang melapisi trakhea dan usus
ikutmengeiupas juga.
Kulit bekas (cangkang) yang terjadi hasil pegelupasan
disebutexuviae. Lapisan kutikula yang baru merupakan hasil sekresi dari lapisan
hipodermis sebelum terjadi pengelupasan. Kemudian setelah itu kutikula lama
memisahkan diri dan mengelupas.
Prose& pengelupasan kutikula atau molting ini merupakan proses yang
kornpleks. Selama dalam proses molting, sel epidermis
memperlihatkan kemampuannya yang mengagumkan dalam melakukan sintesis.
Tahapan utama selama berlangsungnya proses molting meliputi, (1) apolisis, (2)
pembentukan epikutikula, (3)pengendapan prokutikula bani, (4) ekdisis, (5)
pengembangan prokutikuia, (6) pengerasan dan penggelapan warna, (7)
pembentukan endokutikula selama masa antar molting.

1. Apolisis merupakan proses penarikan sel epidermis dari permukaan dalam


kutikula lama. Antara sel epidermis dan kutikula terbentuk suatu rongga yang disebut
rongga subkutikula. Suatu cairan molting gel kemudian disekresikan ke dalam
rongga subkutikula dan di permukaan bawah molting gel tersebut terbentuklah
kutikulabaru. Pembentukan kutikula tersebut berlangsung untuk beberapa saat.
2. Pembentukan epikutikula dimulai ketika noktah rapat kelihatan pada ujung mikrovili
yang halus yang menonjol keluar dari sel epidermis. Lapisan pertama yang diletakkan
adalah kutikulin,sangat banyak lipatannya dan mengerut. Kutikulin akanmenentukan
luas permukaan dan pola permukaan dari kutikula baru. Berikutnya adalah
epikutikula-protein-dalam diletakkan tepat di sebelah bawah kutikulin. Oleh suatu
mekanisme yang mungkin mengikutsertakan suatu enzim peroksidase, kutikulin dan
epikutikula-dalam distabilkan secara kimiawi dan menjadi tak larut.
3. Pembentukan prokutikula terjadi dengan pembentukan mikrofibril kitin di dalam rongga
subkutikula di bawah inner epikutikula.Dengan berbahan baku molekul gula kecil,
diikatkan bersama membentuk rantai lurus dari kitin dan 18-20 molekul kitin yang
disusun sejajar dalam rangkaian parakristalin membentuk mikrofibril. Pada saat yang
bersamaan dengan pembentukan kutikula baru, lapisan
endokutikula dalam dari kutikula lama dicernakan oleh aktivitas molting gel. Molting
gel mengandung enzim pencernaan yang pada saat disekresikan tidak aktif namun
bila diaktifkan, keberadaan enzim tersebut terbatas pada rongga di atas kutikulin
baru dan di bawah ejcsokutikula lama. Dengan demikian prokutikula yang baru
saja dibentuk dilindungidari hirolisis enzim pencernaan. Ekdisa berlzngsar.g ketika kutikula
lama pecah di sepanjang garis tengah punggung (mid-dorsan dari ecdysial
sutureltengah-tengah toraks. Celah tersebut membesar kemudian serangganya bergerak-
gerak dan keluar dari kutikula.
4. Kulit yang terlepas mengandung epikutikula, dan eksokutikula dan termasuk l:pid yang
tak tercerna, protein dan kitin. Kitin dan protein pada endokutikula diserap kembali dan
digunakan dalam pembentukan prokurtikula baru.
5. Pemuaian (ekspansi) dari kutikula baru yang masih lunak dan berwarna ke putihputihan
terjadi ketika serangga menelan udara untuk memuaikan dan meratakan kutikulin. Pada
tahap ini banyak dari prokutikula direntang untuk memungkinkan peningkatan luas
permukaan. Nampaknya protein meluncur satu di atas lainnya yang memungkinkan
kutikula memuai dan tidak terdapat perlawanan daya pegas sebab protein belum terikat
silang.
6. Pengerasan dan perubahan warna menjadi gelap menstabilkan prokutikula ban! yang
sudah dimuaikan. Quinon yang terbentuk sebagai hasil oksidasi diphenol, terikat
silang dengan protein kutikula. Quinon terutama banyak bereaksi dengan protein yang
terdapat pada permukaan luar prokutikula dan dengan demikian terbentuklah
eksokutikula.
7. Pembentukan endokutikula termasuk peletakan lapisan kitin dan protein berlanjut sampai
beberapa waktu setelah pergantian kulit. Pada banyak serangga lamina endokutikula
terbentuk setiap 24 jam sehingga umur kutikula dapat diketahui dengan cara menghitung
garis pertumbuhan.

Proses pergantian eksoskeleton lama dengan eksoskeleton yang baru

pada setiap pergantian,' kulit diatur secara hormonal oleh suatu jenis hormon yang
disebut ekdison (ecdyson). Pada serangga, ekdison disekresi dari sepasang
kelenjar endokrin, yang disebut kelenjar protoraks, terletak persis di belakang
kepala. Selain merangsangpergantian
kulit, ekdison juga mendorong perkembangankarakteristikdewasa, seperti perubahan
dari ulat menjadi kupu-kupu.
Sebagian besar serangga mengalami serangkaian tahapan larva, dimana
setelah setiap molting (pergantian eksoskeleton lama) akan dihasilkan larva yang
lebih besar. Pergantian kulit pada tahapan larva yang terakhir akan menghasilkan
pupa, pada serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, tempat metamorfosis
berlangsungdan menghasilkan serangga dewasa. Sel-sel neurosekresi di otak
menghasilkan hormon otak (brain hormone, BH), namun hormon tersebut disimpan
dan dikeluarkan dqri organ yang disebut korpuskardiakum. BH memberikan sinyal
pada organ target utamanya, yaitu kelenjar protoraks, untuk menghasilkan hormon
ekdison.
Sekresi hormon ekdison terjadi secara bertahap, dan setiap pembebasan
hormon tersebut akan merangsang pergantian kulit.Hormon juvenil (JH), yang
disekresikan oleh korvus allatum, akan menentukan hasil pergantian kulit tersebut.
Pada konsentrasi JH yang relatif tinggi, pergantian kulit yang dirangsang oleh ekdison
akan menghasilkan tahapan larva sekali lagi.Dengan demikian, JH menghambat
metamorfosis. Akan tetapi, ketika kadar JH turun di bawah konsentrasi ambang batas
tertentu, maka pupa akan terbentuk pada pergantian kulit (yang dirangsang oleh
ekdison) berikutnya. Serangga yang sudah dewasa kemudian akan keluar dari pupa.

Metamorfosis

Kebanyakan serangga berubah bentuknya pada/selama masa


perkembangannya dan instar yang berbeda semuanya tidak sama, perubahan ini
disebut metamorfosis. Ada beberapa serangga selama perkembangannya ada yang
mengalami perubahan bentuk yang sangat sedikit apabila mereka berganti kulit. Dimana
serangga muda dengan serangga dewasa mirip, hanya berbeda dalam ukuran dan alat
reproduksi dan kelamin luar belum terbentuk sempurna. Serangga dari kelompok ini
digolongkan kedalam kelompok ametabola. Kelompok serangga primitif (Apterygota)
merupakan contoh serangga yang mengalami perkembangan ametabola.
Serangga-serangga yang memiliki tahapan perkembangan dimana serangga
muda dan serangga dewasa sangat berbeda baik bentuk maupun habitatnya dapat
digolongkan menjadi kelompokhemimetabola (metamorfcsis sederhana) atau
kelompokholomatabola (metamorfosis sempurna).
Hemimetabola (Metamorfosis Sederhana)
Gradual metamorphosis atau disebut juga simple metamorphosis. Serangga
muda disebut nymph (nimfa) dan serangga muda ini mirip serangga dewasa. Mata
majemuk jika pada serangga dewasa ada maka pada nimfa terdapat juga. Sayap
berupa tunas pada insfar-instar permulaan dan baru bertambah besar jika telah
mengalami pengelupasan akhir. Dan setelah itu sayap terus tumbuh sampai mencapai
ukuran
Pada kelompok exopterygota, misalnya Odonata, Plecoptera, Ephemeroptera, yang
mengalami hemimetabola, nimfa hidup di air. Nimfa yang demikian disebut naiad dan
bernapas dengan insang trakea. Sedangkan serangga dewasa hidup di udara (aerial).
Pada kebanyakan serangga baik nimfa maupun serangga dewasa hidup pada tempat
yang sama. Perkembangan pada serangga hemimetabola adalah sebagai berikut telur -
4 larva (nimfa) -4 dewasa
Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase
remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada
fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah
selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna

Species Telur Larva/nimfa Pupa Dewasa


Lalat rumah 1 hari 2 minggu 1 minggu 2 minggu
kepik 4 hari 2 minggu 2 minggu 3-9 bulan
Kupu monark 4 hari 2 minggu 10 hari 2-6 minggu
Periodical cacida 1 bulan 13-17 tahun Tidak lewati 2 bulan
Mayfly 1 bulan 3 tahun Tidak lewati 1 hari
Kecoa 1 bulan 3 bulan Tidak lewati 9 bulan
Holometabola (Metamorfosis Sempurna = complete metamorphose)

Kelompok serangga yang tergolong endopterygota, misalnya ordo


Diptera, Coleoptera, Lepidoptera, dan Hymenoptera, tahapan hidupnya adalah telu,
larva, pula dan dewasa. Serangga ini dinamakanholometabola atau mengalami
perkembangan metamorfosis sempurna.
Serangga muda sangat berbeda dengan serangga dewasa terutama bentuk dan
kadang-kadang cara hidup dan habitatnya sangat berbeda. Serangga muda
(larva) permulaan kadang seperti cacing. Instar yang berbeda pada larva
mernpunyai bentuk yang sama, kecuali dalam ukuran. Sayap yang terdapat pada
serangga dewasaberkembang dalam tubuh larva dan tidak terlihat dari luar sampai
berakhirnya instar terakhir.
Larva tidak mempunyai mata facet, punya atau tidak punya kaki dan kadang-
kadang mempunyai kaki semu (proleg) pada bagian
perutnya (abdomen). Larva biasanya
mempunyai tipe mulut mengunyah,meskipun serangga dewasanya mempunyai alat
menusuk. Pada masa pupa serangga dalarn keadaan istirahat. Pupa sering terdapat
pada suatu `cocoon' atau bahan lain untuk perlindungan. Pada daerah yang beriklim
dingin masa pupa terjadi pada musim dingin. Pada waktu serangga keluar dari pupa
warnanya pucat, sangat lemah, sayap pendek, baru setelah beberapa
lama kemudian sayap berkembang, warna timbul dan serangga menjadi kuat.
Pada kebanyakan serangga holometabola, terdapat masa diam (tidak aktif)
pada larva instar terakhir sesaat sebelum pembentukan pupa. Inilah yang dinamakan
tahap prapupa. Serangga yang sudah berganti kulit namun masih di dalam
eksoskeletonnya yang lama dinamakan berada dalam tahap pharate.

Metamorfosis tak semourna


http://pelangibiologiasdariah.blogspot.co.id/2011/11/metamorfosis-serangga.html

Anda mungkin juga menyukai