Anda di halaman 1dari 16

Kronologi Singkat berbagai peristiwa

Sejarah Indonesia Awal Kemerdekaan


Peristiwa Rengasdengklok

Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945. Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun
demikian para pemimpin pergeraakan dan pemuda Indonesia lewat siaran luar negeri
telah mengetahui pada tanggal 15 Agustus 1945. Untuk itu para pemuda segera
menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta dan
meminta agar mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia lepas dari pengaruh
Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta tidak menyetujui dengan alasan bahwa
proklamasi perlu dibicarakan dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia). Sehingga pada malam hari tanggal 15 Agustus 1945 mengadakan rapat di
ruang Laboratorium Mikrobiologi di Pegangsaan Timur yang dihadiri oleh Soekarni,
Yusuf Kunto, Syodanco Singgih, dan Chaerul Saleh sebagai pemimpinnya. Hasil
rapat disampaikan oleh Darwis dan Wikana yaitu mendesak agar Soekarno-Hatta
memutuskan ikatan dengan Jepang. Muncul suasana tegang sebab Soekarno-Hatta
tidak menyetujuinya. Namun golongan muda tetap mendesak agar tanggal 16
Agustus 1945 diproklamasikan kemerdekaan. Prinsip golongan tua menekankan
masih perlunya diadakan rapat PPKI.
Kemudian dini hari tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda mengadakan rapat di
Asrama Baperpi, Jalan Cikini 71 Jakarta dengan keputusan untuk membawa Bung
Karno dan Bung Hatta keluar kota agar tidak terkena pengaruh Jepang. Pada dini hari
tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta diculik oleh Soekarni, Yusuf Kunto, dan
Syodanco Singgih ke Rangasdengklok. Pada sore harinya, Ahmad Soebarjo memberi
jaminan bahwa selambat-lambantnya esok hari tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-
Hatta akan memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, maka Cudanco Subeno
(komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok) memperbolehkan Soekarno-
Hatta kembali ke Jakarta.
Perumusan Teks Proklamasi
Atas jasa Ahmad Soebarjo pertemuan diadakan di rumah Laksamana Muda Maeda di
Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi.
Menjelang pagi tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi dirumuskan oleh Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dam Ahmad Soebarjo yang disaksikan oleh Sayuti
Melik, Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Naskah proklamasi yang ditulis tanggan oleh
Soekarno dibacakan di hadapan peserta rapat. Setelah mendapat persetujuan ini dan
siapa yang menandatangani teks tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik dengan
beberapa perubahan yang kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Disetujui pula bahwa proklamasi diadakan di rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.

Teks Proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno


Pembacaan Teks Proklamasi

Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir.
Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera
merah putih oleh S. Suhud dan Cudanco Latief Hendradiningrat dan diiringi dengan
nyanyian lagu Indonesia Raya dan diteruskan oleh sambutan Walikota Suwiryo dan
Dr. Mawardi. Setelah upacara selesai masing-masing meninggalkan tempat.
Proklamasi berlangsung secara sederhana, namun penuh khidmat dan dihadiri oleh
sekitar 1.000 orang terdiri dari para pemimpin bangsa, kelompok pemuda para
pejuang dan rakyat yang mengetahui peristiwa tersebut.
Pernyataan proklamasi memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Proklamasi merupakan titik puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, lepas dari
belenggu penjajahan asing dan lainnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan proklamasi, bangsa Indonesia dapat menentukan hidupnya sendiri sesuai
dengan harkat dan martabat, serta sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Dengan
demikian proklamasi membawa perubahan yang besar dalam kehidupan bangsa
Indonesia.

Reaksi Rakyat Indonesia Atas Kemerdekaan Indonesia


1. Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para
pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk
memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat
komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi
kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera
disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah
sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang
markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai
pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan
pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita
proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945,
pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun
pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan
beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31
para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari
sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan
surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia.
Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam
menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.
2. Di Tingkat Daerah
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi,
dibuktikan dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan,
semangat membara untuk terus berjuang merebut dan mempertahankan
kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga
dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan
peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta,
yaitu :

Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur Sumatera)


Sam Ratulangi (diangkat menjadi Gubernur Sulawesi)
Ketut Pujo (diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara)
P. Mohammad Noor (diangkat menjadi Gubernur Kalimantan)

Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh


kegembiraan dan diikuti berbagai upacara yang meriah.

3. Kontribusi Daerah Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs
Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan
Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda.
Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil,
pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando
Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda.
Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September
1945. bersama tentara Inggris ikut pula serdadu Belanda dan pegawai sipil Belanda
(NICA ) yang dipimpin oleh Van der Pals. Tugas tentara sekutu adalah melucuti
senjata tentara Jepang dan memulangkan kemabali para tawanan itu ke negerinya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk komando khusus yang
disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak tanggal 29 September
1945, rombongan besar AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia. Belanda dan sekutu
yang mendarat di Surabaya menginginkan hotel Yamato dijadikan markas Angkatan
Laut Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato diturunkan oleh Belanda dan
diganti dengan Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja menimbulkan
kemarahan rakayat Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk
menurunkan bendera Belanda. Bendera Belanda itu setelah samapi bawagh, warana
biru dirobek lalu dikibarkan kembali sebagai Bendera Merah Putih. Peristiwa itu
dikenal sebagai insiden Bendera yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. untuk
mengenang peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun monument
perjuangan.

Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu


menjalankan tugas tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu,
pada tanggal 1 Oktober 1945, Jenderal Christison mengakui secara de facto negara
republic Indonesia dan bersedia berunding. Dengan munculnya kekuatan asing
serentak bangsa Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan. Adapun peran
setiap daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia terlihat seperti berikut
ini :
Kronologi Singkat berbagai peristiwa Sejarah untuk
mepertahankan kemerdekaan indonesia

1. Pertempuran di Bandung ( 23 Maret 1946)

Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945


memasuki Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan
pasukan Sekutu masuk Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II
(Jepang). Pada tanggal 23 November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung
mengultimatum agar Bandung Utara segera dikosongkan dari pemuda
bersenjata. Namun, para pemuda menolak menyerahkan senjata sehingga
terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran pertama terjadi
pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para
pemuda Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus
mengosongkan kota Bandung. Dengan berat hati, para pemuda Bandung
meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann peting di kota Bandung tidak
dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka membakarnya. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota Bandung diamuk
oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung Lautan
Api. Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain
Muhammad Toha dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan
Kolonel Hidayat. Sebagai penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu
Halo-halo Bandung ciptaan Ismail Marzuki. Lagu perjuangan ini
melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk merebut kembali
kota Bandung.

2. Pertempuran di Sumatera ( Medan Area, 10 Desember 1945)

Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi


yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera.
Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir
membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan
terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly.
Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA
yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara
sekutu dan NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13
Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam
upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan
Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar
menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan.
Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang papan
yang tertulis.kan Fixed Boundaries Medan Area ( batas resmi wilayah
Medan) diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan
tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan
NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan
ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada bulan April
1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat
Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar. Untuk melanjutkan
perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan
serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah
Sumatera terjadi perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda.
Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.

3. Pertempuran di Surabaya

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya


dan Sekutu. Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal
Mallabay (Komandan Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat
insiden tersenut pada tanggal 31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan
ultimatum yang memerintahkan kaum pejuang untuk menyerah. Apabila
ultimatum tidak diindahkan Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatannya
baik dari darat, laut maupun udara. Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal
Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali kepada para pemuda Surabaya
untuk menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak menggapai
ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo,
Sungkono dan Gubernur Suryo menolak ultimatum tersebut serta mulai
bmenghadapi gempuran sekutu. Akibatnya, pada tanggal 10 November 1945,
Inggris menyerang Surabaya secara besar-besaran. Para pemuda menyambut
dengan kekuatan senjata. Pengalaman peralatan sejata Sekutu yang sangat
unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung tomo yang diangkat sebagai
pemimpin pemuda Surabaya meneriakkan pekik Allah Akbar diradio
pemerintah untuk membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan
sekutu (inggris) yang membabi buta selama lima belas hari, Surabaya
menjadi hancur. Para pemuda Surabaya akhirnya mundur ke beberapa daerah,
seperti Mojokerto, Gresik, dan Pasuruhan. Pertempuran Surabaya
menyebabkan ribuan rakyat gugur. Untuk mengenang dan memperingati
semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10 November ditetapkan
sebagai hari Pahlawan.

4. Pertempuran Ambarawa

Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang
menuju Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus
kareana Sekutu secara sepihak membebaskan para interniran Belanda di
Magelang dan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Letkol Isdiman gugur.
Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima
divisi Banyiumas. Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu dan NICA
terdesak dan terpaksa mundur ke Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan
mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15
Desember ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota Ambarawa didirikan
monument Palagan Ambarawa.
5. Pertempuran Merah Putih di Manado

Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado.


Rakayat Manado khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di
sisi lain, pasukan NICA untuk mengamankan kepentiangan segera
mempersenjatai bekas pasukan KNIL yang menjadi tawananan Jepang.
Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih. Pada bulan Desember 1945,
pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado kepada NICA. Stelah
mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan penagkapan terhadap
sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas
pasukan KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam.
Para pejuang itu membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering
melakukan pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan kegiatan melawan
NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa
pemimpin PPI ditangkap. Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti.
Namun, tindakan NICA tersebut tidak menyrutkan tekad para pejuang
Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA dimarkas
Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan
para tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan
para pejuang merobek warna riru pada Bendera Belanda di markas itu dan
mengibarkan bendera Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai
markas NICA di Tomohon dan Tondano. Para pendukung RI segera
membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih sebagai residennya. Berita
penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke Yogyakarta.

6. Peristiwa Merah Putih di Biak

Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlamabt samapi juga di


Papua. Rakyat Papua yang ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong,
serui dan Biak memberikan sambutan yang hangat dan mendukung Proklamsi
Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda di berbagai kota mengadakan rapat
umum mendunkung kemerdekaan. Sekutu bersama NICA berusaha melarang
kegaiatn politik dan pengibaran bendera Merah Putih, namun para pemuda
Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di Biak.
Peristiwa ini diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di
Soroako dan Biak. Selanjutnya, para pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph
berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Usaha ini
mendapat perlawanandari Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa
pemimpin perlawanann berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

Konflik Indonesia Belanda


Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda
dengan perantara Inggris antara lain :
a. Perundingan Linggarjati
Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang
menetapkan status quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara
Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya Peristiwa 10 November, selain itu
pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik
dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris,
mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun
perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui
kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau
mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke
Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada
tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka
perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan
ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke
arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.
Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon.
Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam
perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van.
Mook. Penengah dan pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam.
Hasil perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun
sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai
berikut:

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah


kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus
meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk
Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang
salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia
3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Hasil perundingan Linggarjati menimbulkan berbagai pendapat pro dan kontra di


kalngan partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak
Reopublik Indonesia krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa,
Madura dan Sumatera. Hal ini menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali
Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang
puputan/ perang habis-habisan (puputan Margarana ) dan pertempuran Manado
dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara KNIL
(Belanda).
b. Agresi Militer Belanda I

Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan


pasukan yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang
Republik Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:

1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di


seluruh Indonesia samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini
berarti Republik Indonesia ditiadakan.
2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk
ke daerah Republik Indonesia.

Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah
Republik Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran
kota-kota besar di Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang
bersenjata lengkap dan modern menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia
terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat melakukan serangan
balasan dan taktik perang gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia
Internasional. Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai
berikut:

1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-


obatan yang diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika
akan mendarat di Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara
Belanda.
2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB
agar segera membahas masalah Indonesia.

Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda


mengumumkan mulai berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan
sebnjata tersebutlah, secara resmi berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi,
kenyataannya Belanda masih terus memperluas wilayahnya samapi dengan dibentuk
garis demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ). Indonesia menolak, dengan
demikian gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlakuk secara efektif.
Berkat perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak negara yang mendukung
perjuangan bangsa Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara
damai. Dalam upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara
damai dan mengawasi gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan
Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam
KTN adalah hasil tunjukan Republik Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang
bersifat netral negara tersebuat adalah:

1. Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.


2. Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland
3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graha
c. Perjanjian Renville

Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara
Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta.
Delegasi Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo,
Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi
Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil,
Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua
berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda
tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah
selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948
maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-
poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut :

1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan


Indonesia diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera
terbentuk.
2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan
negara Belanda dalam uni Indonesia-Belanda.
3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS
4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya
kepada pemerintahan federal sementara.
5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke
daerah Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di
belakang Garis Van Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah
terdepan yang diduduki Belanda.

Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948.
adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian
Renville adalah sebagai berikut :

1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui


masa peralihan.
2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook
terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di
derah kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah
republic Indonesia.

Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi


pemerinthan republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:

1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh


daerah-daerah kekuasaan belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia
yang mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap
menjual negara kepada Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari
daerah-daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia
yang berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda
membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara
Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka
tersebut tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).

d. Agresi Militer Belanda II

Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan


PKI di Madiun maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak
membatalkan persetujuan gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini
hari) tentara Belanda langsung menyerbu Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta.
Serangan Belanda yang tiba-tiba berhasil dengan gemilang sehingga pada jam 16.00
WIB seluruh Yogyajarta sudah jatuh di tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden
memutuskan untuk tetap tinggal di Ibu kota, meskipun mereka akan ditawan oleh
musuh. Alasanya, supatya mereka mudah ditemui oleh KTN dari kegiatan diplomasi
dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil memasuki istana keprisidenanan dan
para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada 150 orang. Pagi harinya tanggal 22
Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke
Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di tepi danau Toba, Sumatera Utara.
Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komandor S.
suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada bulan Januari akhir,
Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok sehingga berkumpul
dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan.
Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan
TNI, Panglima Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan
berpindah-pindah tempat. TNI melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta
pada tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto, Komado
Brigade 10 Daerah Wehrkereise III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan
umum pada tanggal 1 Maret dilakukan serentak dari berbagai jurusan kota sehingga
tentara Belanda sangat terkejut dan tidak mampu menguasi keadaan. Mulai pukul
6.00 WIB hingga 12.00 WIB, TNI berhasil menguasai Yogyakarta. TNI walaupun
hanya enam jam menduduki kota Yogyakarta, seranganya mempunyai arti yang
sangat penting yaitu:

1. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang


2. Mematahkan moral pasukan Belanda
3. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan
untuk menyerang dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis.

Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia.


Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan
Belanda juga mengecam berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa
Burma ( Myanmar) dan India maka terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi,
India pada tanggal 20-23 Januari 1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara
Asia, Afrika dan Ausralia menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang
kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II
juga mengundang reaksi dari PBB karena Belanda secara terang-terangan melanggar
Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan
resulusi agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan. Kegagalan
Belanda dalam berbagai pertempuran dan tekanan dari dunia Internasional, terutama
Amerika Serikat memaksa Belanda kembali ke meja perundingan.

e. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa
pejabat tinggi dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi
Militer Belanda II para pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan
menghasilkan tiga keputusan penting antara lain sebagai berikut:

1. Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk


Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar
membentuk pemerintahan RI di pengasingan.
3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal
di kota dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.

Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin
Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden
sukarno dan wakil Presiden Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk
pemerintahan RI di pengasingan oleh tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu
Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi
ke Bukittingi karena seluruh hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh
Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB
atas inisiatif Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera.
Alasannya, mereka ikut meras bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic
Indonesia dan untuk keselamatan perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI,
perjuangan masih tetap dilaksanakan dan dikoordinir melalaui peamncar yang
dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia.
f. Perundingan Roem-Royen

Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika


Serikat sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia
dan Belanda diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations
Commision fotr Indonesia (UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag,
Belanda yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB)
Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan
pada tanggal 17 April samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh
Marle Cochran wakil Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang
diketuai oleh Moh. Roem dengan anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir.
Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan
syahrir, Ir.Laok, dan Moh Natsir. Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van royen
dengan anggota Bloom, Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan
Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen Statement.
Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang
berisi, antara lain sebagai berikut :

1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian


perang gerilya
2. Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan
mempercepat penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat
kepada Negara Republik Indonesia serikat.

Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H
Van Royen yang berisi antara lain sebagai berikut:

1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa


melakukan kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan
Yogyakarta
2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin
Republik Indonesia dan Tahananpolitik lain yang ditawan sejak tanggal 19
Desember 1948.
3. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat
4. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah
Republik Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.

Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan Roem-Royen,


pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera memerintahkan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih memerintah Yogyakrta dari pihak
Belanda. Pihak TNI masih menaruh kecurigaan terhadap hasil persetujuan Roem-
Royen, tetapi Panglima Besar Jenderal Sodierman memperingatkan seluruh komando
kesatuan agar tidak memikirkan maslah politik.
Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar Republik
Indonesia, BFO, dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh
Chritchley menghasilkan tiga keputusan yaitu:

1. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang


dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 1949.
2. Pemerintah menghentikan perang gerilya.
3. KMB akan diselenggarakn di Den Haag.

Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke
Yogyakrta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari
medan gerilya. Panglima Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10
Juli 1949. Setelah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada
tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang cabinet Republik Indonesia yang
pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara mengembalikan
mandatnya kepada wakil presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga diputuskan
untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan
merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen
adalah:

1. Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta


2. Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal 29
Juni 1949 TNI mulai memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan
masuknya TNI diawasi oleh UNCI. Panglima Besatr Jenderal Sudirman
beserta para pejuang lainnya baru tiba di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli
1949 dengan tandu.
3. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan
wakil Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949
kembali ke Yogyakarta dari Bangka.
4. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin
oleh Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada
pemerintah pusat di Yogyakarta . penyerahan terjadi pada tanggal 13 Juli
1949, saat berlangsungnya sidang kabinet.

g. Konferensi Inter-Indonesia
Untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB), pemerintah Republik Indonesia
perlu menyamakan langkah BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag) Konferensi
Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli 1949 yang
dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta dengan keputusan:
1. Negara Indonesia serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang berdasrkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dipimpin oleh seorang presiden yang dibantu oleh menteri-menteri
3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari
Kerajaan Belanda.
4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS adalah
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS
5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negar-negra
bagian tidak akan mempunyai angkatan perang sendiri.

Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30


Juli dengan keputusan:

1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih


2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian anggota MPRS diserahkan
kepada kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara.
Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional yang
bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan
Konferensi Meja Bundar.

h. Konferensi Meja Bundar ( KMB )

Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam konferensi


Inter-Indonesia, kini bangsa Indonesia secara keseluruhan telah siap menghadapi
Konferensi Meja Bundar (KMB). Sementara itu pada bulan Agustus 1949, Presiden
Soekarno sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil Tinggi Mahkota
Belanda dipihak lain, mengumumkan pemberhentian tembak-menembak. Perintah itu
berlaku efektif mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk wilayah Jawa dan 15 Agustus
1949 untuk wilayah Sumatera.pada tanggal 4 Agustus 1949 pemerintah Republik
Indonesia menyusun delegasi untuk menghadiri KMB yang terdiri dari Drs
Moh.Hatta (Ketua), Mr. Moh.Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr.J.Leimena, Mr. Ali
Sastroamidjoyo, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul
Karim Pringgodigdo.
Konferensi Meja Bundar diselenggrakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23
Agustus sampai dengan tanggal 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin Drs.
Moh Hatta, BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak KMB dan delegasi
dari Belanda dipimpin oleh Mr. Van Marseveen. Dari PBB dipimpin oleh Crittchlay.
Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan sebagai
berikut :

1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka


dan berdaulat
2. Penyelesaian soal Irian Bart ditangguhkan samapi tahun berikutnya
3. RIS sebagai negara erdaulat penuh kerjasama dengan Belanda dalam suatu
perserikatan yang kepalai oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan
kedudukan dan hak yang sama.
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin
baru bagi perusahaan-perusahaan.
5. Semua utang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.

Anda mungkin juga menyukai