Anda di halaman 1dari 24

Kehidupan Ekonomi Masyarakat Indonesia Pasca Pengakuan

Kedaulatan

Pasca pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, permasalahan


yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di bidang ekonomi sangatlah kompleks.
Berikut ini masalah-masalah tersebut.

1. Belum terwujudnya kemerdekaan ekonomi

Kondisi perekonomian Indonesia pasca pengakuan kedaulatan masih dikuasai


oleh asing. Untuk itu para ekonom menggagas untuk mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Salah satu tokoh ekonom itu
adalah Sumitro Djoyohadikusumo. Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia
harus selekasnya ditumbuhkan kelas pengusaha. Pengusaha yang bermodal
lemah harus diberi bantuan modal. Program ini dikenal dengan gerakan
ekonomi Program Benteng. Tujuannya untuk melindungi usaha-usaha pribumi.
Ternyata program benteng mengalami kegagalan. Banyak pengusaha yang
menyalahgunakan bantuan kredit untuk mencari keuntungan secara cepat.

2. Perkebunan dan instalasi-instalasi industri rusak

Akibat penjajahan dan perjuangan fisik, banyak sarana prasarana dan instalasi
industri mengalami kerusakan. Hal ini mengakibatkan kemacetan dalam bidang
industri, kondisi ini mempengaruhi perekonomian nasional.

3. Jumlah penduduk meningkat cukup tajam

Pada pasca pengakuan kedaulatan, laju pertumbuhan penduduk meningkat.


Pada tahun 1950 diperkirakan penduduk Indonesia sekitar 77,2 juta jiwa.
Tahun 1955 meningkat menjadi 85,4 juta. Laju pertumbuhan penduduk yang
cepat berakibat pada peningkatan impor makanan. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk kebutuhan akan lapangan kerja meningkat. Kondisi
tersebut mendorong terjadinya urbanisasi.

4. Utang negara meningkat dan inflasi cukup tinggi

Setelah pengakuan kedaulatan, ekonomi Indonesia tidak stabil. Hal itu ditandai
dengan meningkatnya utang negara dan meningginya tingkat inflasi. Utang
Indonesia meningkat karena Ir. Surachman (selaku Menteri Keuangan saat itu)
mencari pinjaman ke luar negeri untuk mengatasi masalah keuangan negara.
Sementara itu, tingkat inflasi Indonesia meninggi karena saat itu barang-
barang yang tersedia di pasar tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
Akibatnya, harga barang-barang kebutuhan naik. Untuk mengurangi inflasi,
pemerintah melakukan sanering pada tanggal 19 Maret 1950. Sanering adalah
kebijakan pemotongan uang. Uang yang bernilai Rp,5,- ke atas berlaku
setengahnya.

5. Defisit dalam perdagangan internasional

Perdagangan internasional Indonesia menurun. Hal ini disebabkan Indonesia


belum memiliki barang-barang ekspor selain hasil perkebunan. Padahal
sarana dan produktivitas perkebunan telah merosot akibat berbagai
kerusakan.

6. Kekurangan tenaga ahli untuk menuju ekonomi nasional

Pada awal pengakuan kedaulatan, perusahaan-perusahaan yang ada masih


merupakan milik Belanda. Demikian juga tenaga ahlinya. Tenaga ahli masih
dari Belanda, sedang tenaga Indonesia hanya tenaga kasar. Oleh karena itu
Mr. Iskaq Tjokroadikusuryo melakukan kebijakan Indonesianisasi. Kebijakan
ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha swasta nasional.
Langkahnya dengan mewajibkan perusahaan asing memberikan latihan kepada
tenaga bangsa Indonesia.

7. Rendahnya Penanaman Modal Asing (PMA) akibat konflik Irian Barat

Akibat konflik Irian Barat kondisi politik tidak stabil. Bangsa Indonesia banyak
melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda. Sebagai
dampak nasionalisasi, investasi asing mulai berkurang. Investor asing tidak
berminat menanamkan modalnya di Indonesia.

8. Terjadinya disinvestasi yang tajam dalam tahun 1960-an

Pada tahun 1960-an terjadi disinvestasi yang cukup tajam akibat konflik Irian
Barat. Akibatnya kapasitas produksi menurun karena terjadi salah urus dalam
perusahaan.

Narasumber

Crayonpedia. Org

Perekonomian Indonesia Setelah Pengakuan KedaulatanPresentation


Transcript
1. Perekonomian Setelah Pengakuan Kedaulatan Kelompok 4: Anggita Intania
R D Deviana Perdana Dhia Akhsya R Eunike Novana T Fahma Waluya R
Indri Lestari Mochammad Iqbal B Mochammad Irham S Uswah Larasati
Widni Agusya

2. Latar Belakang Pada awal kemerdekaanIndonesia, ekonomi Indonesia masih


sangatterpuruk. Diantara lain faktor – faktor yangmenyebabkan keburukan
ekonomi :• Adanya blokade ekonomi oleh pihak Belanda• Inflasi yang tinggi•
Kas negara kosong• Eksploitasi besar – besaran di masa penjajahan• Tanah
pertanian rusak.

3. Usaha-UsahaMengatasi Keterpurukkan Program Pinjaman Nasional


dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-
KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946. Upaya menembus blokade dengan
diplomasi beras ke India seberat 500000 ton, mangadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia. Konferensi ekonomi Februari
1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam
menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan. Rekonstruksi dan Rasionalisasi
Angkatan Perang (Rera) 1948 yaitu mengalihkan tenaga bekas angkatan
perang ke bidang-bidang produktif.

4.  Pada tanggal 19 Januari 1947 dibentuk Planing Board (badan perancang


ekonomi yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan ekonomi jangka
waktu 2 sampai tiga tahun). Kemudian IJ Kasimo sebagai menteri Persediaan
Makanan Rakyat menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal
dengan nama Kasimo Plan, yang isinya: 1. Memperbanyak kebun bibit dan
padi unggul 2. Pencegahan penyembelihan hewan pertanian 3. Penanaman
kembali tanah kosong 4. Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa
dari Jawa ke Sumatera dalam jangka waktu 1-15 tahun.

5. Peristiwa – Peristiwa Pasca Pengakuan Kedaulatan

6. 1.Pada Masa Demokrasi TerpimpinA. Gunting Syarifudin Program ini adalah


program yang di adakan oleh Syarifuddin Prawiranegara yang bertujuan untuk
memulihkan defisit anggaran sebesar Rp 5, 1 miliar. Setiap pecahan nila Rp
2,50 di potong hingga setengahnya sehingga peredaran uang di luar yang
menyebabkan Belanda percaya terhadap indonesia dan memberikan pinjaman
uang.B. Sistem Ekonomin Benteng Sistem ini dicetuskan oleh Sumitro
Djojohadikusumo. Sistem ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Antara lain program dalam sistem
ini adalah :  Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia 
Pengusaha yang bermodal lemah diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi. Dan dibangun dan diberikan bantuan kredit. 
Pengusaha pribumi secara bertahap akan berkembang menjadi maju

7. C. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia Ini terjadi pada


5 Desember tahun 1951 berdasarkan UU No.24 tahun 1951 dengan tujuan
untuk menaikkan pendapatan, menurunkan ekspor, dan melakukan
penghematan. Sedangkan perubahan nama de javasche bank menjadi bank
Indonesia yang berfungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi terjadi
setelah dikeluarkannya UU No.11 tahun 1953 dan Lembaran Negara No.40
tentang UU Pokok BI.D. Sistem Ekonomi Ali Baba Sistem ekonomi Ali-Baba
diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (menteri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah: 1. Untuk memajukan pengusaha pribumi. 2.
Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional. 3.
Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. 4. Memajukan
ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.

8. Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan baba digambarkan


sebagai pengusaha non pribumi. Tetapi sistem ekonomi ali-baba ini tidak
berjalan baik, karena: 1. Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga
hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit. 2. Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih
mengutamakan persaingan bebas. 3. Pengusaha pribumi belum sanggup
bersaing dalam pasar bebas.E. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek) Pada
masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk
merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda. Tanggal 13 Februari 1956 . Karena Belanda tidak menyetujui
hasilnya, kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda secara sepihak. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya
Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.

9. F. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) Pada masa kabinet Ali


Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Biro ini berhasil menyusun
Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan
dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11
November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan
12,5 miliar rupiah. RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
1. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir
tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan
negara merosot.2. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan
gejolak ekonomi.3. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga
banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
10. 2. Pada Masa Orde Baru Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde
Baru Presiden Soehartomelalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat,
inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiahstabil dan dapat diterka, dan pemerintah
menerapkan sistemanggaran berimbang. Banyak dari anggaran pembangunan
dibiayaimelalui bantuan asing. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari
1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi
Indonesia. Krisisfinansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir
1997 dengan cepatberubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon
pertama Indonesiaterhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga
domestik untukmengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar
rupiah, danmemperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997,
Indonesiadan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan
tentang programreformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi
makro danpenghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak,
antara lainProgram Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan
anggota keluargaPresiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka
waktu yang cukuplama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa
mengundurkan diri padaMei 1998.

11. 3. Pasca Soeharto Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui
program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur
yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang
program tersebut. Pada 2010 Ekonomi Indonesia sangat stabil dan tumbuh
pesat. PDB bisa dipastikan melebihin Rp 6300 Trilyun meningkat lebih dari
100 kali lipat dibanding PDB tahun 1980. Setelah India dan China, Indonesia
adalah negara dengan ekonomi yang tumbuh paling cepat di antara 20 negara
anggota Industri ekonomi terbesar didunia G20. Ini adalah tabel PDB (Produk
Domestik Bruto) Indonesia dari tahun ke tahun oleh IMF dalam juta rupiah.

12. Kajian Pengeluaran Publik Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah
keluar dari krisis dan berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini
mempunyai sumber daya keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan. Perubahan ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang
berhati- hati, dan yang paling penting defisit anggaran yang sangat rendah.
Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Republik Indonesia
Rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar
hukum yang sangat kuat bagi politik luar negeri RI. Namun dari rumusan tersebut, kita belum
mendapatkan gambaran mengenai makna politik luar negeri yang bebas aktif. Karena itu
dalam uraian ini akan dikutip beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif. A.W
Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik
negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super
power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan
persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.
Sementara itu Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut :  Politik luar
negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara dalam hubungannya
dengan negara-negara lain. Dalam arti luas, politik luar negeri adalah pola perilaku yang
digunakan oleh suatu Negara dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Politik luar
negeri berhubungan dengan proses pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan jalan
tertentu. Menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia
(1984-1988), politik luar negeri diartikan sebagai “suatu kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional dalam usaha untuk
mencapai tujuan nasional”. Melalui politik luar negeri, pemerintah memproyeksikan
kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa”. Dari uraian di muka
sesungguhnya dapat diketahui bahwa tujuan politik luar negeri adalah untuk mewujudkan
kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat gambaran mengenai keadaan negara dimasa
mendatang serta kondisi masa depan yang diinginkan. Pelaksanaan politik luar negeri diawali
oleh penetapan kebijaksanaan dan keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal yang
didasarkan pada faktor-faktor nasional sebagai faktor internal serta faktor-faktor internasional
sebagai faktor eksternal.

Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tergambarkan secara jelas di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I menyatakan
bahwa .… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa …. dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ….. Dari dua kutipan di
atas, jelaslah bahwa politik luar negeri RI mempunyai landasan atau dasar hukum yang
sangat kuat, karena diatur di dalam Pembukaan UUD 1945. Selain dalam pembukaan terdapat
juga dalam beberapa pasal contohnya pasal 11 ayat 1, 2,3; pasal 13 ayat 1,2,3 dan lain-lain.

Pasal 11

(1)  Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

(2)  Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

(3)  Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.
***)

Pasal 13

(1)  Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2)  Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan


Rakyat.*)

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.*)

Dasar hukum pelaksanaan politik luar negeri Republik Indonesia tergambarkan secara jelas di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea I dan alinea IV. Alinea I menyatakan
bahwa “… kemerdekaan ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan …”
Selanjutnya pada alinea IV dinyatakan bahwa “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”  Jelaslah bahwa politik
luar negeri RI mempunyai landasan atau dasar hukum yang sangat kuat, karena diatur di
dalam Pembukaan UUD 1945.

Dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN, Bab IV Arah Kebijakan, huruf C
angka 2 tentang Hubungan Luar Negeri, dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

Menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada
kepentingan nasional, menitik beratkan pada solidaritas antar negara berkembang,
mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa, menolak penjajahan dalam segala
bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama internasional bagi
kesejahteraan rakyat.

Dalam melakukan perjanjian dan kerjasama internasional yang menyangkut kepentingan dan
hajat hidup rakyat banyak harus dengan persetujuan lembaga perwakilan rakyat.

Meningkatkan kualitas dan kinerja aparatur luar negeri agar mampu melakukan diplomasi
pro-aktif dalam segala bidang untuk membangun citra positif Indonesia di dunia
internasional, memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap warga negara dan
kepentingan Indonesia, serta memanfaatkan setiap peluang positif bagi kepentingan nasional.

Meningkatkan kualitas diplomasi guna mempercepat pemulihan ekonomi dan pembangunan


nasional, melalui kerjasama ekonomi regional maupun internasional dalam rangka stabilitas,
kerjasama dan pembangunan kawasan.

Meningkatkan kesiapan Indonesia dalam segala bidang untuk menghadapi perdagangan


bebas, terutama dalam menyongsong pemberlakuan AFTA, APEC dan WTO.

Memperluas perjanjian ekstradisi dengan negaranegara sahabat serta memperlancar prosedur


diplomatik dalam upaya melaksanakan ekstradisi bagi penyelesaian perkara pidana.

Meningkatkan kerjasama dalam segala bidang dengan negara tetangga yang berbatasan
langsung dan kerjasama kawasan ASEAN untuk memelihara stabilitas, pembangunan dan
kesejahteraan.

Pengertian Politik Luar Negeri Bebas Aktif Republik Indonesia

Rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar
hukum yang sangat kuat bagi politik luar negeri RI. Namun dari rumusan tersebut, kita belum
mendapatkan gambaran mengenai makna politik luar negeri yang bebas aktif.

Berikut ini kutipan beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif.

B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan bebas dalam politik
bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai berikut : supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini,
dapat diberi definisi sebagai “berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan
pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-
masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok”.
Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai  berikut : Bebas, dalam pengertian
bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif, berarti bahwa
di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas
kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif.

A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu
politik negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super
power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan
persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.
Kebijakan pemerintah RI di bidang Ekonomi-Keuangan dan Bolitik sesudah tahun 1950

     Masalah-masalah ekonomi yang di hadapi bangsa indonesia  pasca pengakuan kedaulatan 27
Desember 1949 cukup besar.Dalam kondisi ekonomi yang makin parah ini masyarakat
mendambakan pembangunan ekonomi nasional yang bebas dari gejolak ekonomi dunia.Masa
demokrasi liberal pamarintah mengambil langkah-langkah perbaikan ekonomi dengan
berbagaikebijakan sebagai berikut.

A.KEBIJAKAN EKONOMI-KEUANGAN

1.Gunting Syafruddin

    Pada tanggal 20 Maret 1950 Menku Syafruddin mengambil tindakan memotong uang.Maksutnya
memberlakukan nilai untuk mata uang yang bernilai Rp.2,50 ke atas yang kemudian di kenal dengan
istilah “Gunting Syafruddin”.Dengan tindakan tersebut pemerintah berhasil mengurangi drfinisi
anggaran sebesar Rp.1,6 Milyar.

2.Sistim Ekonomi Gerakan Benteng

    Memasuki tahun 1951,keadaan ekonomi indonesia tidak bertambah baik, justru tanbah
merosot.Untuk itu Soemitro Joyohadikusumo,mentri perdagangan kabinet ber pendapat bahwa
indonesia harus menumbuhkan kelas pengusaha.Selanjutnya langkah yang di lakukan Sumitro dalam
membangun ekonomi nasional yaitu memberi kredit kepada pengusaha indoneaia yang umumnya
bermodal lemah.Di harapkan secara bartahap pengusaha yang lemah akan berkam bang lebih maju,
sehinga upaya mengubah strukturekonomi kolonial menuju struktur ekonomi nasionalakan
terwujut.Pada kenyataannya program ini gagal mencapai cita-citanya, sebab pengusaha-
pengusahannya pribumi terlalu tergantung pada pemerintah.

3.Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia

   Pada tanggal 15 Desembe 1951 pemerintah mengeluarkan UU No. 14 Tahun 1951 tentang
nasionalisasi De Javasche Bank menjadi bank Indonesia.

4.Sistim Ekonomi Ali Baba

    Padamasa masa Kabinet Ali Sastroamijoyo,Mentri perekonomian Mr.iskhaq Cokrohadisuryo


memprakarsari sistim perekonomian yang di kenal dengan sistim Ali Baba.Ali di gambarkan sebagai
pengusaha pribumi sedangkan Baba adalah pengusaha non-pribumi(China).
5.Persetujuan Finansialdan Ekonomi(FINEK)

    Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap(12 Agustus 1955-3 Maret 1956)Indonesia mengirimkan
delegasi ke negeri belanda.Tujuan perundingan finensial Hasilnya pada tanggal 17 Januari 1956
tercapai rencana persetujuan finek antara lain:

A             Persetujuan Finek dan hasil KMB di bubarkan.

B             Hubungan Finek Indonesia-Belanda berdasarkan hubungan bilateral.

C             Hubungan Finek berdasarkan UU Nasional tidak diikat dengan perjanjian lain.

                Persetujuan ini tidak di terima oleh pemerintah Belanda,sehinga pemerintah indonesia
mengambil langkah sepihak dengan membubarkan Uni Indonesia-Belanda pada tanggal 13 Februari
1956.

6.RPTL dan Munap

                Mentri Perancang Nasionalyang di jabat Ir.H Juanda berhasil membuat Rencana
Pembangunan Lima Tahun(RPLT),yang akan berjalan mulai tahun1956-1961.Pada saat kabinet
Djuanda terbentuk(9 April 1957-5 juli 1959),keadaan ejonomi Indonesia sangat buruk.Pemerintah
mencari jalan keluar dangan menyelenggarakan Musyawarah Nasional Lembangunan(Munap).Akan
tetapi pada kenyataannya langkah ini tidak bisa mengubah keadaan ekonomi
indonesia.Penyebabnya antara lain, daerah-daerah menempuh kebijakan diri sendiri,harga barang
ekspor menurun dll.

B.Kebijakan Politik

1.Kehidupan Politik dan Pemerintah

  Kabinet Natsir(6 September 1950-21 Maret 1951)

Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang di pimpin oleh Muhamat Natsir.

1)Program

     a) mengingatkan usaha keamanan dan ketentraman.

     b)Mencapai konsolidasi yang menyempurnakan susunan pemerintah.

     c)Menyempurnakan organisasi angkatan perang.

     d)Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

     e)Memperjuangkan masalah Irian Barat.

2)Hasil
    Berlangsungnya perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah
Irian Barat.

3)Kendala/masalah yang di hadapi

a)Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan


buntu(kegagalan).  b)Timbul masalah keamanan dalam negeri,yaitu terjadi pemberontakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia,seperti gerakan DI/TII,Andi Azis,APRA,dan RMS.

4)Berahirnya kekuasaan kabinet.

  Kabinet ini berahir karena adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.PNI mengangap Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 1950
mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi.

  Kabinet Soekiman

1)Program

  a)Menjamin kemanan dan ketentraman.

  b)Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum  agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.

  c)Mempercepat persiapan pemilih umum.

  d)Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat kedalam wilayah
Ri secepatnya.

2)Hasil

Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan programnya Natsir hanya saja terjadi
perubahan skala prioritas.

3)Kendala/masalah yang di hadapi

   a)Adanya pertukaran nota keuangan antara Mentri Luar Negri Indonesia Soebardjo dengan Duta 
Besar  Amerika  Serikat Merle Cochran.

  b)Adanya krisis moral yang di tandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada tiap lembaga
pemerintah dan kegemaran akan barang-barang newah.

  c)Masalah Irian Barat belum juga teratasi.

  d)Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik,terlihat dari kurang tegasnya  tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat,Jawa Tengah,dan Sulawesi Selatan.

4)Berakhirnya Kekuasaan Kabinet


    Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut.DPR ahirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

  Kabinet Wilopo(3 April 1952-3 Juni 1953)

Kabinet wilopo merupakan zaken kabinet,yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya.kabinet ini di pimpin oleh Mr. Wilopo.
1)Program

a)Program dalam negri

Menyelengarakan pemilihan umum (konstituante,DPR,dan DPRD),meningkatkan


kemakmuran rakyat,meningkatkan pendidikan rakyat,dan pemulihan keamanan.

b)Program luar negeri

penyelesaian masalah hubungan Indonesia-belanda,pengembalian Iriah Barat ke pangkuan


Indonesia.serta menjalankan politik Indonesia yang bebas-aktif.

2)Kendala/masalah yang di hadapi;

                a)Terjadi krisis ekonomi yang di sebabkan karena jatuhnya harga barang-barang ekspor
Indonesia sedangkan kebutuhan impor terus meningkat.

                b)Terjadi devisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak setelah
terjadi penurunanhasil panen.

                c)Munculnya garakan paratise dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa,semua ini di sebabkan karena rasa ketidak puasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah
yang tidak seimbang.

                d)Terjadi peristiwa  17 Oktober 1952,yaitu upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab di pandang akan
membahayakan kedudukan partai politik.Peristiwa ini di perkuat dangan masalah intern dalam TNI
yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H. Nasution.Kebijakan tersebut di tentang oleh Kolonel
Belanda Supeno sehinga ia mengirim petisi mengenai pengantian KSAD kepada mentri pertahanan
yang di kirim ke seksi pertahanan parlemen sehinga menimbulkan perdebatan dalam parlemen.

3)Berahirnya kekuasaan kabinet:

                Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak oercaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo.sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.

  Kabinet Ali Sastroamijoyo I(31 Juli 1953-12 Agustus 1955)

   Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.Kabinet di pimpin oleh Mr.Ali Sastroamijoyo.

1)      Program

a)Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelengarakan  Pemilu.

b)Pembebasan Irian Barat secepatnya.

c)Pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan kembali persetujuan KBM.


d)Penyelesaian pertikaian politik.

2)      Hasil

a)Persiapan pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen yang akan di selengarakan pada 29
September 1955.

b)Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

3)      Kendala/masalah yang di hadapi

a)Masalah keamanan di daerah yang belum di selesaikan,seperti DI/TII di Jawa Barat,Sulawesi


Selatan,dan Aceh.

b)Terjadi peristiwa 27 Juni 1955,yaitu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI
AD.Masalah TNI AD merupakan kelanjutan dari peristiwa 17 Oktober 1952.Bambang Sugeng sebagai
Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan  di setujui oleh kabinet.Sebagai gantinya
mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru
tersebut karena proses pengagkatanya di anggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di
lingkunggan TNI AD.

c)Keadaan ekonomi yang makin buruk,maraknya korupsi,dan inflasi yang menunjukkan gejala
membahayakan.

d)Memudahnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

e)Munculnya konflik antara PNI dan Nuyang menyebabkan NU memutuskan untuk menarik kembali
mentri-mentrinnya pada tanggal 20 Juli 1955 yang di ikuti oleh partai lainnya.

4)      Berahirnya kekuasaan kabinet

NU menarik dukungan yang materinya dari kabinet sehingga keretaan dalam kabinet inilah yang
memeksa Ali harus mengembalikamn mandatnya pada presiden.

  Kabinet Burhanudin Harahap(12 Agustus 1955-3 maret 1956)

1.Program

a)      Mengembalikan kewibawaanya dari pemerintah,yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat


dan masyarakat terhadap pemerintah.
b)      Melaksanakan pemilihan umum  menurut rencana yang sudah di tetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru.

c)       Masalah desentralisasi,inflasi,dan pemberantasan korups.

d)      Politik kerjasama Asia Afrika berdasarkan luar negeri bebas aktif.

2)Hasil

a)      Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR)dan 15 Desember 1955(memilih konstituante).terhadap 70 partai terdaftar tetapi 27partai yang
lolos dan 4 partai yang mendapat suara terbanyak yaitu;PNI,NU,Masyumi,dan PKI.

b)      Perjuangan diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-
belanda.

c)       Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang di lakukan oleh polisi militer.

d)      Terhubungnya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.

e)      Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel A.H.Nasution sebagai
staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

3)Kendala/masalah yang di hadapi

                Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintah dianggap ketidak tenanggan.

4)Berahirnya kekuasaan kabinet

                Dengan berahirnya pemilu,tugas Kabinet Burhanudin di anggap sudah selesai.pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinet pun jatuh.Akan di bentuk
kabinet baru yang harus bertanggung jawab pada parlemen yang baru pula.

F.Kabinet Ali Sastroamijoyo II( 20 Maret 1956-4 Maret 1957)

Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu,PNI,Masyumi,dan NU.kabinet ini di pimpin oleh Ali
Sastroamijoyo.

1.Yang neliputi program;

a)Perjuangan pengembalian Irian Barat.


b)Membentuk daerah-daerah otonomi dan mempercepat tarbentuknya anggota-anggota
DPRD.

)Mengusahakan perbaikan nasip kaum birih dan pegawai.

d)Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

e)Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

d)Mewujutkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi sosial berdasarkan


kepentingan rakyat.

Selain itu program pokok adalah pembatalan KBM,pemulihan keamanan,dan ketertiban.

3)kendala/masalah yang di hadapi;

a)Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.

b)Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang makin menguat dan mengarah pada


gerakan sparatisme dan pembentukan dewan militer seperti dewan banteng di Sumatera tengah.

c)Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintahan pusat diangap mengabaikan


pembangunan di daerahnya.

d)Pembatalan KMB presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia.

e)Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI.

2)Pemilihan Umum pertama tahun 1955

                Pemilihan ini di laksanakan pada tahun 1955,yaitu pada masa Kabinet Burhanudin Harahap.

Pelaksanaan ini di mulai dengan dua tahap yaitu;

   Tahap I tanggal 29 September untuk memilih anggota DPR.


  Tahap II tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih konstituante.
Dalam pemilu pertama di menanggkan oleh empat partai besar yaitu;Masyumi(60 kursi),PNI(58
kursi),NU(47 kursi),dan PKI(32 kursi)
7 Januari 1965: Indonesia keluar dari PBB
Pada 48 Tahun yang lalu Indonesia Pernah keluar dari PBB alasan indonesia keluar dari PBB
Karena Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Pada tanggal 7 januari 1965 dalam rapat raksasa dihadapan puluhan ribu rakyat, Presiden
Bung Karno menyatakan bahwa Republik Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB). Hal ini dikarenakan sikap PBB yang menerima Malaysia yang dianggap oleh
pemerintah Republik Indonesia merupakan negara boneka bentukan Inggris sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ancaman Republik Indonesia ini sebenarnya sudah
dikeluarkan pada tanggal 31 desember 1965ketika Bung Karno mengancam PBB jika tetap
menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Keluarnya Republik Indonesia dari keanggotaan PBB ini sebenarnya adalah puncak
akumulasi dari ketidaksukaan  Bung Karno atas turut campur dan pengaruh negara-negara
kapitalis barat dalam kelembagaan ini. Hal ini dapat dirunut dari sikap Republik Indonesia
dalam memperjuangkan harkat dan martabat bangsanya sendiri, namun juga bangsa Asia dan
Afrika serta lebih menyeluruh negara-negara dunia ketiga dengan membentuk gerakan
negara-negara di dunia ketiga.

Indonesia bergabung kembali ke PBB pada 28 September 1966 dan Indonesia tetap
dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya
Indonesia pada tanggal 28 September 1950.
Gunting Syafruddin

Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh
Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19
Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.

Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya
orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir
yang direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini
bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:

 Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.


 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan
kredit.
 Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.

Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan
Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700
perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan
program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin
besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :

 Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
 Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
 Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
 Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
 Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
 Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit
anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono
memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan
ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang
dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

Nasionalisasi De Javasche Bank

Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat
peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda.
Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15
Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.

Sistem Ekonomi Ali-Baba

Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (menteri perekonomian


kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah:

 Untuk memajukan pengusaha pribumi.


 Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
 Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka
merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non
pribumi.

Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai


pengusaha non pribumi khususnya Cina. Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha
pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-
tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah menyediakan
kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan perlindungan
agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat
berjalan dengan baik sebab:

 Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman
dalam memperoleh bantuan kredit.
 Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
 Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan
masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin
oleh Anak Agung Gde Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana
persetujuan Finek, yang berisi:

 Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.


 Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
 Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh
perjanjian lain antara kedua belah pihak.

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil


langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tujuannya untuk melepaskan diri dari
keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden
Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB. Dampaknya adalah banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.

Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya
kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa
kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan
jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan
antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957
sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap).
Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :

 Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal
tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
 Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
 Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
 Home
 Bikers Health
 Bikers Pintar
 Uncategorized

Search ...

ARTI DEFINISI PENGERTIAN

Home » Bikers Pintar » PENGERTIAN DWIKORA

PENGERTIAN DWIKORA
Atau Dwi Komando rakyat, merupakan komando Presiden Republik Indonesia untuk melancarkan konfrontasi
bersenjata terhadap Malaysia untuk menghalangi berdirinya negara Malaysia. Komando ini dikeluarkan dalam
pidato Presiden di muka apel besar sukarelawan di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1964, yang berisikan dua hal: (1)
perhebat ketahanan revolusi Indonesia, dan (2) bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah,
Serawak, dan Brunei.

PD kembangan politik Dwikora ini tampaknya tidak lepas dari peranan PKI dalam
pemerintahan demokrasi terpimpin Indonesia, yang pengaruhnya mampu membelokkan
politik luar negeri Indonesia dari politik bebas aktif masuk ke dalam rel politik negeri RRC.
Akibatnya, Indonesia banyak melibatkan diri dalam masalah-masalah Malaysia, dan
memunculkan apa yang kemudian disebut Poros Jakarta- Beijing.

Advertisement

Pada tahun 1961, lahir suatu rencana pembentukan negara federasi Malaysia yang meliputi
Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Presiden Sukarno
menentang pembentukan negara federasi itu, dan menganggapnya sebagai proyek neo-
kolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia. Berdirinya Malaysia harus
dicegah, dan apabila dipaksa berdiri harus dihancurkan. Kecuali Indonesia, Filipina juga
menentang pembentukan negara Federasi Malaysia itu, karena mereka berpendapat bahwa
daerah Sabah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia secara historis dan yuridis
adalah milik Sultan Sulu yang disewakan kepada Inggris. Akibatnya, timbul sengketa antara
Indonesia dan Filipina di satu pihak dan Persekutuan Tanah Melayu di pihak lain.

Untuk meredakan ketegangan antara Indonesia, Filipina, dan Persekutuan Tanah Melayu,
Filipina memprakarsai konferensi tingkat wakil menteri ketiga negara. Pada tanggal 9—17
April 1963, diselenggarakan konferensi wakil menteri-menteri luar negeri yang
membicarakan rencana pembentukan Federasi Malaysia dan suatu konferensi antara
ketiganya dalam rangka kerja sama. Selain itu, pertemuan ini merupakan persiapan
konferensi tingkat menteri luar ne-geri yang akan diadakan pada bulan Juni 1963. Pertemuan
Tokyo antara Presiden Sukarno dan Tengku Abdul Rahman tanggal 1 Juni 1963 mengurangi
ketegangan dan meratakan jalan bagi diadakannya konferensi puncak tiga negara di Manila.

Pada tanggal 7—11 Juni 1963, menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, dan Filipina
mengadakan pertemuan di Manila, yang menghasilkan suatu pengertian tentang masalah
yang timbul sebagai akibat rencana pembentukan Federasi Malaysia. Selain itu, pertemuan
ini merupakan persiapan konferensi puncak ketiga negara. Akan tetapi, selagi persiapan ke
arah pertemuan puncak diadakan, Tengku Abdul Rahman pada tanggal 9 Juli 1963
menandatangani dokumen persetujuan dengan pemerintah Inggris mengenai pembentukan
negara Federasi Malaysia yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus
1963. Tindakan ini menimbulkan ketegangan baru dan dianggap telah menyimpang dari
permufakatan semula.

Meskipun demikian, pertemuan puncak antara ketiga negara diselenggarakan juga di Manila
pada tanggal 31 Juli—5 Agustus 1963. Pertemuan puncak ini menghasilkan tiga dokumen,
yaitu Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan komunike bersama. Indonesia dan Filipina
akan menyambut baik pembentukan Federasi Malaysia apabila rakyat menghendaki hal ini.
Karena itu Indonesia, Malaysia, dan Filipina sepakat untuk mengadakan penyelidikan terlebih
dahulu tentang keinginan rakyat di daerah-daerah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi
Malaysia.

Sesuai dengan hasil KTT Manila, Sekjen PBB, U Thant, segera membentuk sebuah tim yang
dipimpin Michelmore, seorang diplomat Amerika, untuk mengadakan penyelidikan di
Serawak dan Sabah guna memastikan kehendak rakyat di kedua daerah itu. Misi ini mulai
bekerja pada bulan Agustus 1963. Akan tetapi sebelum misi PBB ini secara resmi
mengumumkan hasil penyelidikannya, pembentukan Federasi Malaysia dilaksanakan, dan
Federasi dinyatakan berdiri pada tanggal 16 September 1963 dengan naskah penggabungan
empat negara bagian, yakni Persatuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, dan Serawak.
Sementara Brunei tidak jadi menggabungkan diri. Indonesia menganggap hal ini suatu
pelanggaran terhadap pernyataan bersama, dan pada hari berikutnya, tanggal 17 September
1963, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur.

Situasi menjadi tegang dan gelombang demonstrasi terjadi. Di Jakarta, pada tanggal 18
September Kedutaan Inggris dan Malaysia dilanda demonstrasi. Di Kuala Lumpur
demonstrasi dilancarkan terhadap Kedutaan Indonesia. Situasi tegang ini akhirnya pecah
menjadi konfrontasi bersenjata antara Indonesia dan Malaysia sejak dikeluarkannya Dwi
Komando Rakyat oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964. Kekuatan tempur segera
dimobilisasikan. Pasukan sukarelawan, baik dari ABRI maupun dari rakyat, dikerahkan.

Pada tanggal 16 Mei 1964, komando gabungan untuk wilayah Indonesia bagian barat
(Komando Siaga) dibentuk. Laksamana Madia Omar Dhani ditunjuk sebagai panglima
komando siaga. Sebagai wakil I dan II panglima ditunjuk Laksamana Muda Laut Muliadi dan
Brigjen Achmad Wiranatakusumah. Para sukarelawan Indonesia merembes masuk ke
wilayah Singapura dan Kalimantan Utara dan melancarkan operasi militer terhadap angkatan
perang persemakmuran Inggris. Dengan makin meningkatnya operasi militer, komando siaga
disempurnakan menjadi Komando Mandala Siaga, yang membawahkan dua Komando
Mandala, yakni Komando Mandala I dan Komando Mandala II. Akan tetapi konfrontasi yang
dilancarkan oleh Indonesia terhadap Malaysia ini tampaknya mengalami kegagalan, tidak
seperti konfrontasi yang dilancarkan sebelumnya dalam usaha membebaskan Irian Jaya.

Pada tanggal 3 September 1964, Malaysia meminta Dewan Keamanan membicarakan agresi
Indonesia. Dewan Keamanan menanggapi permintaan ini, sehingga masalah Indonesia-
Malaysia diajukan dalam sidang keamanan. Pada Sidang Umum PBB tahun 1960, Presiden
Sukarno berpidato dengan maksud menghalangi masuknya Malaysia sebagai anggota PBB.
Usaha ini kurang mendapat tanggapan dari PBB, dan ini terbukti dengan diterimanya
Malaysia sebagai anggota PBB pada tanggal 1 Januari 1965. Indonesia mengalami kegagalan
dan ini merupakan pukulan terhadap politik konfrontasi Indonesia. Dengan diterimanya
Malaysia sebagai anggota PBB, tidak ada jalan lain bagi Indonesia selain menarik diri dari
keanggotaannya di PBB. Pada tangga! 7 Januari 1965 menteri luar negeri Indonesia, Dr.
Subandrio, secara resmi menyatakan keluarnya Indonesia dari PBB.

Hubungan Indonesia-Malaysia membaik setelah terjadinya pergantian kekuasaan di


Indonesia. Pemerintahan Orde Baru segera membangun hubungan baik dengan Malaysia, dan
sejalan dengan itu dihidupkan kembali hubungan diplomatik antara Indonesia-Malaysia
setelah sebelumnya diadakan persetujuan pada tanggal 11 Agustus 1966. Pada tanggal 28
September 1966, Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

Incoming search terms:

 dwikora
 pengertian dwikora
 dwikora adalah
 Apa itu Dwikora
 arti dwikora
 dwi kora
 penjelasan dwikora
 pengertian dwi kora
 apa yang dimaksud dengan dwikora
 apa yang di maksud dwikora

Filed under : Bikers Pintar, tags: Arti - Pengertian - Definisi

Incoming search terms:

 dwikora
 pengertian dwikora
 dwikora adalah
 Apa itu Dwikora
 arti dwikora
 dwi kora
 penjelasan dwikora
 pengertian dwi kora
 apa yang dimaksud dengan dwikora
 apa yang di maksud dwikora

Contact Us Declaimer DMCA Privacy Policy


PENGERTIAN EFEKTIFITAS ORGANISASI BUDAYA ORGANISASI KOPERASI YANG EFEKTIF PENGERTIAN
SAHAM PERUSAHAAN KONSOLIDASI DALAM PENYEDIAAN TANAH DI PERKOTAAN PENYEDIAAN
TANAH DI PERKOTAAN MASALAH-MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN PENGERTIAN
MENCERDASKAN BANGSA PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN KETENTUAN TERTULIS
MENGENAI PENGANGKATAN ANAK KETENTUAN HUKUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK
ARTI DEFINISI PENGERTIAN
Copyright © 2014

Anda mungkin juga menyukai