Anda di halaman 1dari 15

A.

PERKEMBANGAN EKONOMI,POLITIK, KEUANGAN PADA AWAL KEMERDEKAAN


1.KONDISI EKONOMI INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit
Latar belakang keadaan yang kacau tersebut disebabkan karena :
1) Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum ada
pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
2) Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur ekonomi
keuangan yang mantap.
3) Tinggalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang memang
sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat pemerintah baru
Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
4) Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian
kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
5) Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
6) Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terus melakukan
pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai berikut :
1) Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena : – Beredarnya mata uang Jepang di
masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada bulan Agustus 1945 mencapai 1,6
Milyar yang beredar di Jawa sedangkan secara umum uang yang beredar di masyarakat
mencapai 4 milyar). – Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu
dari bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai yang
jumlahnya mencapai 2,3 milyar. – Repubik Indonesia sendiri belum memiliki mata uang
sendiri sehingga pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang
tidak berlaku.
Inflasi terjadi karena di satu sisi tidak terkendalinya peredaran uang yang dikeluarkan pemerintah
Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di beberapa daerah. Kelangkaan ini
terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh Belanda. Uang Jepang yang beredar sangat tinggi
sedangkan kemampuan ekonomi untuk menyerap uang tersebut masih sangat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani sebab pada masa pendudukan
Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang. Hasil
pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang mereka miliki sangat
rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan menghentikan
peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki mata uang baru sebagai
penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk sementara waktu menyatakan
ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu:
1) Mata uang De Javasche Bank
2) Mata uang pemerintah Hindia Belanda NICA
3) Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan diberlakukannya uang NICA di daerah yang diduduki sekutu
pada tanggal 6 Maret 1946 oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford).
Uang
NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu.
Upaya sekutu tersebut merupakan salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama
belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesia pun mengeluarkan uang kertas baru yaitu
1)Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
2) Adanya Blokade ekonomi dari Belanda
Blokade oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) pintu keluar-masuk perdagangan
RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade ini dilakukan mulai bulan
November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
1.Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
2.Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
3.Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa lain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabkan:
1.Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
2.Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak barang-barang
ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
3.Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
4.Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
1.Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
2. Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pemerintah Indonesia,
sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan eksistensinya
3.Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali oleh Belanda.
Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk lainnya belum ada sementara
pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi
pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah pemerintah Indonesia masih bertahan,
sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

2. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BELANDA (NICA)


Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
1) Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya
kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Pemerintah melakukan
hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen Indonesia yang melimpah tidak dapat
dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946
akan diperoleh suplai hasil panen sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pemerintah
India bersedia mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu.
Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari negara lain yang
sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum internasional. Adapun keuntungan politis
yang diperoleh Indonesia dengan adanya kerjasama dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan
dukungan aktif dari India secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
2) Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak
swasta. Usaha tersebut antara lain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen Inc.).
Tujuan dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai negara. Dimana usaha tersebut
dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu
badan perdagangan semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh
Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari kerjasama tersebut adalah
Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor Indonesia seperti gula, karet, teh, dan lain-lain.
Tetapi selanjutnya kapal Amerika
yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI dicegat dan seluruh
muatannya disita oleh kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk menembus blokade ekonomi
Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946
sampai akhir masa perang kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu oleh Angkatan laut RI serta
pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra sangatlah luas, maka
pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat. Hasilnya Indonesia berhasil
menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke
Singapura. Dan Indonesia berhasil memperoleh senjata, obat-obatan dan barang-barang lain yang
dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi nama Indonesian
Office (Indoff). Secara resmi badan ini merupakan badan yang memperjuangkan kepentingan politik di
luar negeri, namun secara rahasia berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan
perdagangan barter. Diharapkan dengan upaya ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura dan mengusahakan pengadaan
kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kementrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian Pertahanan Urusan Luar
Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli
senjata dan perlengkapan angkatan perang.

3. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI


INDONESIA
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya mulai dilakukan sejak
Februari 1946, adalah sebagai berikut.
1) Konferensi Ekonomi Februari 1946. Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur,
dan pejabat lainnya yang bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa,
yang dipimpin oleh Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo).
Tujuan Konferensi ini adalah untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-
masalah ekonomi yang mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai
kelanjutan dari sistem ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapuskan dan diganti
dengan sistem desentralisasi.
Masalah sandang Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan
Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi kesengsaraan rakyat
Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM
dapat dianggap sebagai awal dari terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan
dibentuk Bulog (Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan.
Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai
oleh negara dengan sistem sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan
pendapatan negara dapat bertambah secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan perkebunan
tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah :
1.program ekonomi pemerintah,
2.masalah keuangan negara,
3.pengendalian harga,
4.distribusi,
5.dan alokasi tenaga manusia.
Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula, dimana gula merupakan bahan
ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan keinginan tersebut maka
pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
2) Pinjaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan BP-KNIP. Untuk
mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank ini berguna untuk penyaluran
pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintahan.
Selain itu, pemerintah juga menunjuk rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat
dengan jangka waktu pengembalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana
masyarakat bagi kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah
pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti dengan besar pinjaman yang
ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp. 1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil
dikumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya
dukungan dan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.
3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
Badan ini dibentuk atas usul dari menteri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan badan tetap
yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang
akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun.
Rencana Pembangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut :
1. Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi
milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
2.Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi
3.Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.
4. Perusahaan modal asing lainnya dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan
perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada dengan
mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan agar Indonesia dapat
menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di mata hukum internasional.
Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal
asing. Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing dan
melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri. Untuk membiayai rencana pembangunan
ekonomi tersebut pemerintah membuka diri terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana
masyarakat melalui pinjaman nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan
swasta dalam pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu tanah partikelir
dihapuskan. Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat Ekonomi
yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran kepada pemerintah dalam
merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka melakukan perundingan dengan pihak
Belanda. Rencana tersebut belum berhasil dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan militer
yang tidak memungkinkan, yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang
menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan
Belanda dan yang tersisa sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat
(Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan Agresi mIliter
Belanda II yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.
4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain meningkatkan
efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara, angkatan perang, dan aparat
ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara drastis untuk mengurangi beban negara di bidang
ekonomi dan meningkatkan effisiensi angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada
bidang-bidang produktif dan diurus oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang
diusulkan oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul, dan
peningkatan peternakan.
5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)
Program ini disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini berupa Rencana
Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk
pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat dengan
meningkatkan produksi bahan pangan.
Rencana Kasimo ini adalah :
1.Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
2.Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
3. Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi pangan.
4.Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
5. Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam jangka waktu
10-15 tahun.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk :
1. Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta memperkuat
persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
2. Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang sehingga dapat
memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah daerah namun
perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya mampu didirikan Bank PTE di Yogyakarta
dengan modal awal Rp. 5.000.000,00. Kegiatan ini semakin mengalami kemunduran akibat Agresi
Militer Belanda. Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan). Mengaktifkan kembali
Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting, Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan
Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA) dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.
7) Oeang Republik Indonesia (ORI)
Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh menggunakan Oeang
Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan UU No. 17
tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang
diatur berdasarkan UU No. 19 tahun 1946 tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktober selanjutnya
dijadikan sebagai hari keuangan.
Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut:
Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu rupiah (Rp. 100,00) ORI
dengan perbandingan 1:5. Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepang sama
dengan satu rupiah (Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas murni seberat 5 gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang ORI di pasar
valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya telah dirintis bentuk
prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia (Shomin Ginko). Namun tugas
tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang
dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang
tujuan awal didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata uang nasional
tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah RI akibat perundingan Indonesia- Belanda. Sehingga
di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri, yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang
Republik Propinsi Sumatera) di Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB
(Uang Republik Indonesia Banten) di Banten dan Palembang. Upaya-upaya pemerintah Indonesia
tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda
masih belum pergi dari Indonesia.

B. SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI


PARLEMENTER (1950-1959)

1. Perkembangan politik
Setelah dibubarkannya RIS pada Tahun 1950, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950
adalah Parlementer,
Ciri demokrasi Liberal ini adalah sering berganti-ganti kabinet. Indonesia melaksanakan demokrasi
parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat. Demokrasi Parlementer adalah
Sistem Demokrasi dimana Parlemen (dewan perwakilan rakyat) memiliki peran penting dalam
pemerintahan. Sistem Demokrasi Palementer periode ini memperlihatkan semangat belajar
berdemokrasi. Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh
seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai politik,
karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai. Konsekuensi logis dari pelaksanaan
sistem politik demokrasi liberal parlementer gaya barat dengan sistem multi partai yang dianut, maka
partai –partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam parlemen
dalam tahun 1950 – 1959.
Periode 1950 -1959 merupakan masa berkiprahnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia.
Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. Dua
partai terkuat pada masa itu (PNI dan Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Hampir setiap tahun
terjadi pergantian kabinet. Masa pemerintahan kabinet tidak ada yang berumur panjang, sehingga
masing-masing kabinet yang berkuasa tidak dapat melaksanakan seluruh programnya.

2. Sistem Pemerintahan
Indonesia sampai tahun 1950 telah menggunakan dua sistem pemerintahan yaitu sistem presidensial
dan sistem parlementer. Belum genap satu tahun kemerdekaan sistem presidensial digantikan dengan
sistem parlementer yang didirikan pertama pada november 1945 dengan Syahrir sebagai menteri. Pada
masa demokrasi liberal, pelaksanaan sistem parlementer dilandasi oleh UUD Sementara 1950
(konstitusi liberal). Dan begitu pula indonesia ketika telah menjadi negara kesatuan.
Kabinet demokrasi liberal disusun menurut pertimbangan kekuatan kepartaian dalam parlemen yang
sewaktu waktu dapat dijatuhkan. Sementara presiden sebagai lambang kesatuan. Kabinet ini berbeda
dengan sistem RIS yang dikenal Zaken Kabinet. Adanya perbedaan kepentingan antar partai
menyebabkan banyak mengalami pergantian kabinet.
Berikut kabinet yang pernah berkuasa setelah penyerahan kedaulatan :
1) Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
2) Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
3) Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
5) Kabinet Burhanudin Harahap (1955-1956)
6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957)
7) Kabinet Karya (Djuanda/Zaken) (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Program kabinet Djuanda/ Panca karya :
a) Membentuk Dewan,
b) Normalisasi keadaan Republik,
c) Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB,
d) Perjuangan Irian,
e) Mempergiat pembangunan.
Kabinet Djuanda juga mendeklarasikan hukum teritorial kelautan Indonesia yang disebut juga
Deklarasi Djuanda. Dimaksudkan agar dapat menyatuakan wilayah-wilayah Indonesia dan sumber
daya alam dari laut dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Dalam deklarasi tersebut mengubah batas kontinen laut dari 3 mil batas air terendah menjadi 12 mil
dari batas pulau terluar. Deklarasi baru bisa diterima dunia internasional setelah ditetapkan dalam
konvensi hukum laut PBB ke-3. Kemudian Pemerintah meratifikasinya dalam UU. No. 17/1985
tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.
3 Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi terus-menerus dan bersifat stabil, yang selalu tampak di
setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung pada jenis sistem politik yang ada di
dalam suatu negara. Masa Demokrasi Parlementer merupakan masa yang diwarnai dengan berdirinya
banyak partai, dengan dasar ideologi yang beragam.
Partai-partai yang tokohnya pernah menjadi perdana menteri, pada masa Demokrasi parlementer adalah
1. Partai Masyumi : Mohammad Natsir.
2.Partai PNI dan Masyumi : Sidik Djojosukatro dan Soekiman Wijosandjojo
3.Partai PNI : Wilopo
4.Partai PNI dan NU : Ali Sastroamidjojo Partai PNI, Masyumi,
5.NU : Ali Sastroamidjojo Partai PNI : Djuanda Kartawidjaja
Perbedaan antara Sistem Kepartaian pada masa Demokrasi
Parlementer dengan Sistem Kepartaian pada masa Sekarang Sistem kepartaian di Indonesia
menggunakan sistem kepartaian multipartai. Pada Pemilu era reformasi tahun 1999 diikuti oleh
48Partai. Sedangkan pada pemilu selanjutnya yaitu tahun 24, jumlah partai politik menurun dari 48
Partai menjadi 24 Partai. Hal ini disebabkan diberlakukannya ambang batas sesuai dengan UU Pemilu
dimana partai Politik yang berhak mengikuti pemilihan adalah partai yang memiliki sekurang-
kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR, sedangkan pada masa demokrasi parlementer jumlah partai yang
dapat mengikuti pemilu jumlahnya tidak terikat ambang batas atau peraturan UU
4. Pemilihan Umum 1955
Pelaksanaan tujuan umum 1955 bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dakam
parlemen dan dewan konstituante. Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29
September 1955. Hasilnya diumumkan pada 1 Maret 1956. Urutan perolehan suara terbanyak adalah
PNI, Masyumi, Nahdatul Ulama dan PKI.
Adapula sistem Pemilu yang digunakan dalam Pemilu 1955 merupakan sistem perwakilan
proporsional. Dengan menggunakan sistem ini, wilayah negara Republik Indonesia dibagi ke dalam
sebanyak 16 daerah pemilihan (yang mana Irian Barat dimasukkan sebagai daerah pemilihan yang ke-
16, padahal, Irian Barat tersebut masih dikuasai oleh Belanda, sehingga Pemilu sama sekali tak bisa
dilangsungkan di wilayah tersebut). Dalam sistem perwakilan proporsional, untuk setiap daerah
pemilihan tersebut memperoleh sejumlah kursi, berdasar dari jumlah penduduk, dengan ketentuan
untuk setiap daerah memiliki hak untuk memperoleh jatah minimal sebanyak 6 kursi di Konstituante
dan sebanyak 3 kursi untuk Parlemen.
Kelebihan dan Kekurangan Pemilu 1955
Kelebihan : Tingkat partisipasi rakyat sangat besar, ada sekitar 90% dari semua warga yang punya hak
pilih ikut berpartisipasi. Lebih dari 39 juta orang memberikan hak suaranya dan mewakili 91,5% dari
para pemilih terdaftar Prosentase suara sah yang besar, ada 80% dari suara yang masuk. Padahal 70%+
penduduk Indonesia masih buta huruf Pemilu berjalan aman, tertib dan disiplin serta jauh dari unsur
kekerasan dan kecurangan.
Kekurangan nya :
Adanya krisis Ketatanegaraan. Hal tersebut memicu lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959,
kenapa? Karena akibat dari kegagalan Dewan Konstituante dalam menghasilkan konstitusi baru.
Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak. Tidak adanya pemenang mayoritas pada
saat itu mengakibatkan sistem pemerintahan tak stabil karena kekuasaan terbagi bagi ke dalam berbagai
aliran politik. Kekecewaan di Partai Politik. Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang,
dengan dua puluh delapan partai mendapat kursi, padahal sebelumnya hanya dua puluh partai yang
mendapat kursi. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan
nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk mengintensifkan Islam
ditingkat rakyat jelata.
Dekrit Presiden Pemilu 1955 tidak dilanjutkan sesuai jadwal pada lima tahun berikutnya, 1960.
Hal ini dikarenakan pada 5 Juli 1959, dikeluarkan Dekret Presiden yang membubarkan Konstituante
dan pernyataan kembali ke UUD 945. Kemudian pada 4 Juni 1960, Soekarno membubarkan DPR hasil
Pemilu 1955, setelah sebelumnya dewan legislatif itu menolak RAPBN yang diajukan pemerintah.
Presiden Soekarno secara sepihak melalui Dekrit 5 Juli 1959 membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-
GR) dan MPR Sementara (MPRS) yang semua anggotanya diangkat presiden.
Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal
Halo Greaters, pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi tentang perkembangan kehidupan
politik dan ekonomi pada masa demokrasi liberal. Apakah kamu pernah membayangkan bagaimana
kehidupan politik dan ekonomi Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan? Pastinya, nggak
semudah waktu sekarang, yah!
Sebagai “negara baru”, Indonesia masih harus banyak belajar dalam berbagai hal agar negaranya
semakin kuat. Salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Pada masa demokrasi liberal, sering terjadi
perubahan kabinet yang berdampak pada kehidupan ekonomi Indonesia saat itu. Untuk lebih
lengkapnya, simak penjelasan lengkap materinya berikut ini, ya!
Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Liberal
Politiknya menggunakan sistem multipartai yang memicu terjadinya persaingan antar fraksi politik di
parlemen untuk saling menjatuhkan.
1. Sistem pemerintahan
a.Presiden hanya bertugas menjadi kepala negara bukan menjadi kepala pemeritahan.
b.Kegiatan pemerintahan dilakukan oleh menteri.
c.Perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR).
d.Sistem pemerintahan yang berjalan yakni parlementer.
2. Kabinet
a. Kabinet Natsir
Gabungan antara Masyumi dengan Partai Indonesia Raya/ Parindra, Partai Katolik, Parkindo dan PSII.
Moh. Natsir, perdana Menteri pertama kali di Indonesia yang berasal dari Partai Masyumi.
Didukung oleh Moh. Roem, Assaat, Djuanda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Soemitro
Djojohadikusumo.
Perekonomian Indonesia mencapai masa paling jaya.
Kabinet Natsir mulai runtuh saat Hadikusumo dari PNI mengajukan mosi tuntutan supaya pemerintah
mencabut PP No. 39 Tahun 1950 mengenai pemilihan anggota lembaga perwakilan daerah.
b. Kabinet Sukiman
1.) Gabungan antara PNI dan Masyumi. Soekarno mendeklarasikan Sukiman dari Masyumi dan
Suwirjo dari PNI.
2.) Program Kabinet Sukiman, yaitu :
a.Menyempurnakan alat-alat kekuasaan negara.
b.Menciptakan dan melakukan rencana kemakmuran nasional dalam jangka waktu yang pendek dan
jangka yang panjang.
c.Menuntaskan persiapan pemilu dan mempercepat pelaksanaan otonomi daerah.
d.Menyiapkan UU mengenai pengakuan serikat buruh.
e.Melaksanakan politik luar negeri sistem bebas aktif.
f.Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia sesegera mungkin.
3.) Keputusan kontroversial yakni, Keputusan Menteri luar negeri Ahmad Soebardjo menyetujui
perjanjian Mutual Security Act (MSA) dengan Duta besar Amerika Serikat, Merle Cochran.
4.) Sunario dari PNI berasumsi bahwa Ahmad Soebardjo melanggar politik luar negeri bebas aktif.
Akibatnya, Ahmad Soebardjo mengundurkan dirinya.
c. Kabinet Wilopo
1.) Gabungan antara PNI dan Masyumi.
2.) Berlakunya sistem Zaken Kabinet terdiri dari menteri-menteri ahli dalam bidangnya.
3.) Berbagai permasalahan yang terjadi, seperti:
- Krisis ekonomi sebab anjloknya ekspor impor yang tidak terkendali.

- Timbul gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang membahayakan keutuhan bangsa.
- Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yakni peristiwa perselisihan internal dalam lingkungan TNI
karena tidak kompaknya TNI.
4.) Kedudukan Kabinet Wilopo semakin tidak seimbang/stabil ketika terjadi
peristiwatanjungMorawa.
d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I
1.) Gabungan antara PNI dan NU, Masyumi memilih menjadi bagian oposisi.
2.) Soekarno menyuruh Ali Sastroamidjojo PNI dan Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya menjadi

perdana menteri dan wakil perdana menteri.


3.) Prestasinya, ialah:
= Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika/KAA.
= Menyusun panitia pemilu yang diketuai oleh Hadikusumo.
4.) Dalam mengatasi masalah perekonomian, Kabinet Ali meninjau kembali utang pemerintah dan
cadangan devisa negara. Caranya, membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar/ KMB.
e. Kabinet Burhanuddin Harahap
Program : memberantas korupsi yang didukung oleh rakyat dan TNI.
Prestasinya : sukses menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955 yang dilaksanakan dalam 2 tahap
untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante.
f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II
1.) Gabungan antara PNI, Masyumi, dan NU.
2.) Program kerjanya, meliputi:
= Melakukan pembatalan hasil KMB.
= Berjuang mengembalikan Irian Barat ke naungan Indonesia.
= Memulihkan kembali keamanan dan ketertiban serta pembangunan ekonomi, keuangan, industri,
perhubungan, pendidikan, dan pertanian.
3) Menjalankan hasil keputusan KAA.
4) Merealisasikan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
3.) Bermacam permasalahan yang timbul, seperti:
a.Sentimen anti Tionghoa mulai berkembang biak di dalam masyarakat.
b.Timbul kekacauan di beberapa daerah yang merujuk pada gerakan separatisme.
c.Perselisihan antara pengusaha Tionghoa dan pengusaha nasional dampak dari pembatalan hasil
KMB.
4.) Akhir masa Kabinet Ali II dikarenakan oleh mundurnya sejumlah menteri.
g. Kabinet Djuanda
1.) Asal usul pembentukan :
a. Keadaan politik dan keamanan Indonesia yang semakin tidak menentu.
b.Pertentangan antar parpol semakin parah dan memanas.
2.) Dinamakan Kabinet Karya, sebab disusun berdasarkan zaken kabinet
3.) Programnya, antara lain :
a.) Menyusun Dewan Nasional, yakni badan yang bertujuan meneru dan menyalurkan aspirasi dari
berbagai kekuatan non partai yang ada dalam masyarakat.
b.) Normalisasi keadaan RI.
c.) Mengusahakan pengembalian Irian Barat.
d.) Menyegerakan proses pembangunan.
4.) Dalam memimpin sistem pemerintahan, Djuanda ditolong oleh Hardi, K.H. idham Chalid, dan J.
Leimena.
5.) Prestasinya, meliputi:
a. Memutuskan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melewati Deklarasi Djuanda.
b. Mengadakan Musyawarah Nasional/ Munas untuk meredam pergolakan di berbagai daerah.
Masih banyak yang hal yang harus kamu ketahui dalam materi perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi pada masa demokrasi liberal. Jadi, jangan cepat bosan ya! Yuk simak simak lanjutan
pembahasannya di bawah ini :
3. Sistem kepartaian
Dimulai dengan Presiden Soekarno membangu PNI pada tanggal 23 Agustus 1945.
Wapres Moh. Hatta menyatakan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dan terciptalah 10
parpol yaitu, Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai dan PKR.
Sistem kepartaian yang diterapkan adalah sistem multipartai.
4. Pemilu 1955
a. Diselenggarakan dalam 2 tahap, yakni :
Tahap pertama (29 September 1955) untuk pemilihan anggota DPR/parlemen.
Tahap kedua (15 Desember 1955) untuk pemilihan anggota Konstituante.
b. 5 partai terbesar dalam pemilu 1955 adalah PNI, Masyumi, PKI, PSII dan NU.
c. Segi positif yang dapat dipetik, yakni:
d.Tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi.
e.Sedikitnya jumlah orang yang tidak memilih/golput.
Ada kesadaran berdemokrasi.
5. Kegagalan konstituante menyusun UUD
a. 10 November 1956 Presiden Soekarno melantik sebanyak 514 anggota Konstituante.
b. Tugas badan Konstituante yakni, Merumuskan UUD yang baru.
c. Masalah utama yang harus dihadapi ialah, penetapan Dasar Negara.
d. Kegagalan Konstituante dikarenakan oleh:
- Perdebatan yang terjadi secara berlarut-larut.
- Adanya perselisihan yang berlangsung antar partai.
- Timbulnya desakan untuk kembali pada UUD 1945.
e. Pada tanggal 30 Mei 1959, Konstituante menyelenggarakan pemungutan suara dan hasilnya
mayoritas ingin kembali pada UUD 1945.
f. Posisi Konstituante terdesak saat A. H. Nasution menyatakan PEPERPU/040/1959 yang isinya,
larangan terjadinya kegiatan politik.
g. Konstituante dibubarkan pada tanggal 5 Juli 1959 melewati Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal
1. Permasalahan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal, yaitu :
- Permasalahan dalam jangka pendek, yakni pemerintah wajib mengurangi jumlah uang yang beredar
dan memperbaiki kenaikan biaya hidup.

Permasalahan dalam jangka panjang, yakni pertambahan penduduk yang tak terkendali dan tingkat
kesejahteraan penduduk yang relatif rendah.

2. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi pada masa Liberal


a. Gerakan Benteng
1.) Dikemukakan oleh Soemitro Djojohadikusumo.
2.) Kebijakan diawali pada April 1950, yaitu:
- Memberikan pertolongan kepada pengusaha Pribumi supaya mereka berpartisipasi dalam
pembangunan ekonomi nasional. Bantuan tersebut berwujud bimbingan konkret atau bantuan
kredit.
- Mendirikan kewirausahaan Pribumi supaya mampu membentengi perekonomian Indonesia yang
baru saja merdeka.
b. Gunting Syafruddin
Dikemukakan oleh Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan diawali pada 15 Maret 1950 dengan pemotongan nilai uang/sanering.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
Kebijakan yang berlaku adalah perubahan status De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral dan Bank Sirkulasi. Diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 menurut UU no. 24
Tahun 1951.
d. Pembentukan Biro Perancang Negara
Diciptakan pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I.
Bertugas merancang pembangunan jangka pendek sehingga hasilnya belum bisa dinikmati langsung
oleh masyarakat.
Dampak tidak adanya stabilitas/keseimbangan politik karena masa kabinet yang terlalu singkat
menyebabkan penurunan drastis ekonomi, inflasi dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
e. Sistem Ekonomi Ali Baba
1.) Diprakarsai langsung oleh Iskak Tjokroadisurjo, seorang Menteri Perekonomian pada masa Kabinet
Ali Sastroamidjojo I.
2.) Kebijakan yang dilaksanakan, yaitu mendorong berkembangnya pengusaha swasta nasional pribumi
dalam berusaha merombak ekonomi kolonial berubah menjadi ekonomi nasional.
3.) Langkah yang diambil, yaitu:
a. Mewajibkan pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia untuk memberikan pelatihan dan
tanggung jawab kepada TKI supaya bisa menduduki jabatan staf.
b. Membangun perusahaan negara.
c. Menyediakan fasilitas kredit.
d. Memberikan lisensi untuk perusahaan swasta nasional.
Liberalisme masuk ke Indonesia setelah sekularisme masuk ke Indonesia, karena sekularisme
merupakan akar liberalisme. Paham-paham ini masuk secara paksa ke Indonesia melalui proses
penjajahan, khususnya oleh pemerintah Hindia Belanda. Prinsip negara sekuler telah ada dalam
UndangUndang Dasar Belanda tahun 1855 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral
terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama.

Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin


pada kesempatan kali ini kita akan membahas materi tentang perkembangan kehidupan politik dan
ekonomi pada masa demokrasi terpimpin. Pernahkah kamu berpikir bagaimana gambaran masa-masa
politik serta ekonomi sebelum UUD 1945? Sebagai negara baru, Indonesia pernah beberapa kali
berganti sistem pemerintahan. Setelah sebelumnya menggunakan demokrasi liberal, Indonesia
mengubah haluan sistem pemerintahannya ke sistem demokrasi terpimpin. Hal ini dimaksudkan agar
seluruh keputusan serta pemikiran yang berkaitan dengan negara berpusat pada pemimpin negara saat
itu, yaitu Soekarno. Masa demokrasi terpimpin berawal dari lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Kehidupan Politik pada Masa Demokrasi Terpimpin
1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Merupakan jembatan politik dari era Demokrasi liberal menuju era Demokrasi terpimpin.
a. Latar belakangnya, yakni:
Pemberlakuan Sistem Demokrasi Terpimpin yang bertujuan untuk memperbaharui struktur politik
Indonesia. Pembentukan Kabinet bernama gotong Royong.
b. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yakni:
1. Dibubarkannya Konstituante.
2.Tidak berlakunya UUDS 1950
3.berlakunya UUD 1945 kembali.
4.Pembentukan MPR yang terdiri atas DPR dan DPAS.
2. Sistem pemerintahan dan konsep politik
a. Sistem pemerintahan yang diterapkan adalah Presidensial.
b. Presiden berposisi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta tidak bertanggung jawab
kepada parlemen/DPR.
c. Dalam melakukan pemerintahan, Presiden mendapat dukungan dari 3 kekuatan besar, yakni
Nasionalis, Agama, Komunis/ NASAKOM. Hal ini menciptakan peluang bagi berkembangnya
ideologi komunis.
d. Presiden Soekarno mengemukakan bahwa :
1.) Ajaran NASAKOM yakini, nasionalis, agama dan komunis.
Ajaran ini digunakan oleh PKI untuk menyebarkan ideologi komunis.
Ketua PKI D. N. Aidit berusaha menyebarluaskan beberapa cuplikan pidato Presiden Soekarno
sehingga seolah searah dengan gagasan dan cita-cita politik PKI.
2.) Ajaran RESOPIM yakni, resolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional.
Tujuannya adalah memperkuat kedudukan Soekarno.
Pokok poin ajarannya adalah semua unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus didapat
melewati resolusi, dijiwai oleh sosialisme dan diambil kendali oleh satu pimpinan nasional PBR
atau panglima besar resolusi yakni Presiden Soekarno.
Dampaknya adalah, kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi negara ditentukan di bawah Presiden.
3. Politik Luar Negeri
Jejak proklamasi kemerdekaan politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Namun, dalam
demokrasi terpimpin, politik luar negeri Indonesia terjadi penyimpangan. Pada Manipol USDEK
ditegaskan bahwa, politik luar negeri, Indonesia mempunyai tujuan untuk menghilangkan
imperialisme dan mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang utuh dan abadi.
1. Politik konfrontasi Nefo & OldefoPresiden Soekarno memperkenalkan doktrin politik baru yang
memberi bagian dunia menjadi 2 blok,
yakni New Emerging Forces/NEFO dan Old Established Forces/Oldefo. Nefo merupakan kumpulan
negara sosialis yang dianggap progresif dan negara yang sedang berkembang, termasuk juga negara
yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
2. Politik mercusuar
Merupakan politik untuk mendapatkan kemegahan, keindahan dalam pergaulan antarbangsa di
dunia. Politik mercusuar dilaksanakan oleh Presiden Soekarno karena berasumsi Indonesia sebagai
mercusuar yang mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini ditegaskan dengan:
Membangun beberapa bangunan fenomenal yang perlu biaya miliaran rupiah.
Mengadakan Games of the New Emerging Forces.
3. Konfrontasi dengan Malaysia
Pemerintah Indonesia berpendapat pembentukan Federasi Malaysia sebagai proyek neokolonialisme
Inggris yang dianggap membahayakan Indonesia dan negara-negara Nefo. Kebijakan Presiden
Soekarno, yaitu:
1.) Mempublikasikan Dwi Komando Rakyat/Dwikora pada 3 Mei 1964, yang berisi:
a. Perhebat lagi ketahanan Revolusi Indonesia
b. Menolong perjuangan rakyat Malaysia untuk terbebas dari Nekolim Inggris.
2.) Membangun Komando Operasi Tertinggi/Koti dan Komando Mandala
4. Indonesia Keluar dari PBB
Karena, telah menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan PBB tidak
mengganti struktur organisasi PBB.
5. Pembebasan Wilayah Irian Barat
Perjuangan pembebasan Irian Barat melalui, perjuangan diploma, Konfrontasi politik, Konfrontasi
ekonomi dan militer.
Setelah mengetahui kehidupan politik pada materi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi pada
masa demokrasi terpimpin, selanjutnya kita akan mengetahui kehidupan ekonomi pada masa demokrasi
terpimpin di bawah ini.
Kehidupan Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin
Kekacauan politik ditandai dengan adanya Inflasi. Kehidupan ekonomi semakin merosot. Maka dari
itu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi masalah perekonomian, yaitu:
1. Membangun dewan perancang nasional/depernas.
Dibentuk menurut UU no. 80 tahun 1958.
Dipimpin oleh Muh. Yamin.
Tugasnya untuk Mempersiapkan rancangan UU pembangunan nasional dan menilai penyelenggaraan
pembangunan.
Pada tahun 1963 berganti nama menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas
yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.
2. Menjalankan kebijakan devaluasi mata uang rupiah.
3. Menekan poin laju inflasi.

4. Menerapkan deklarasi ekonomi.


5. Sistem dana revolusi.

Anda mungkin juga menyukai