Anda di halaman 1dari 15

Sistem

Presidensial
Here starts the
lesson!
Nama Kelompok
Bumi Ayu Wulandari 2010411320034

Cecilia 20104113200011

Camila Najmah 2010411320030

Deswita Fitri 2010411320043

Dewi Roseyati 2010411320029

Dini Yulianti 2010411320040

Diandra Athalia Pramesti 2010411220021

Erika Aulia Wulandari 2010411120014

Fadhila Aghniya 2010411220016

Fildza Hanifati Awanis 2010411220041


01
INFLASI
Upaya Penanggulangan
Inflasi
Inflasi Belum selesai di situ, pada tanggal 6 Maret
1946, panglima AFNEI yang baru, Letnan
Pada masa pasca kemerdekaan antara tahun Jenderal Sir Montagu Stopford
1945 sampai 1950, kondisi ekonomi mengumumkan berlakunya mata uang
Indonesia sangat buruk. Terjadi hiperinflasi NICA di daerah yang ditempati Sekutu.
atau kenaikan harga-harga barang secara Munculnya uang NICA ini sebagai
ekstrem. Salah satu penyebab inflasi yakni pengganti uang Jepang yang nilainya sudah
beredarnya lebih dari satu mata uang secara sangat merosot. Begitu pemerintah RI
tidak terkendali. Saat itu, pemerintah RI mengetahui hal tersebut, melalui Perdana
menyatakan terdapat tiga mata uang yang Menteri Syahrir, mereka memproses
berlaku di wilayah Republik Indonesia. tindakan Jepang yang dianggap sudah
Mata uang De Javasche Bank (DJB), mata melanggar persetujuan.Persetujuan tersebut
uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata berisikan bahwa tidak akan muncul mata
uang pendudukan Jepang diakui dan uang baru apabila belum ada penyelesaian
digunakan bersamaan. politik mengenai status Indonesia.
Pinjaman Nasional

Kekosongan kas negara yang terjadi


menjadi salah satu pemicu besarnya inflasi
di Indonesia pada awal kemerdekaan. Demi
mengatasi hal tersebut, pemerintah RI pun
melakukan pinjaman nasional.Pinjaman
nasional ini merupakan salah satu kebijakan
yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Ir.
Surachman dan dilaksanakan atas
persetujuan BP-KNIP. Program tersebut
juga didukung dengan adanya Bank
Tabungan Pos yang dibentuk pemerintah
yang berguna untuk menyalurkan pinjaman.
Mata Uang ORI (orang republik Indonesia)

Pada waktu Indonesia telah merdeka, Indonesia belum memiliki mata uang sendiri
sampai akhirnya pada tanggal 30 Oktober 1946 pemerintah Indonesia
mengeluarkan uang kertas pertama.Uang kertas tersebut dinamakan Oeang
Republik Indonesia (ORI).Mata uang ORI ini digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah sekaligus sebagai mata uang pengganti mata uang Jepang dengan kurs
sejumlah satu per seribu. Seribu mata uang Jepang bernilai satu rupiah ORI.
Namun pengedaran mata uang ORI ini mulai mengalami permasalahan semenjak
Agresi Militer Belanda I dan II terjadi. Dalam agresi tersebut setiap daerah di
Indonesia harus mengeluarkan banyak biaya untuk perang. Sejak itu, hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah mulai mengalami kesulitan. Untuk
menanggulangi hal tersebut pemerintah pusat kemudian berinisiatif untuk
mengeluarkan Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA).
2
itle. P5
Boo k T
Membentuk Bank Negara Indonesia

Munculnya ORI ternyata memberikan masalah


baru dalam perekonomian Indonesia. Masalah Terbentuklah Bank Negara
tersebut terjadi lantaran peredaran ORI dalam Indonesia sebagai bank induk pada
masyarakat mulai tidak terkendali. Oleh karena tanggal 1 November 1946. Bank
itu, pemerintah merasa perlu mengatur Negara Indonesia dibentuk untuk
percetakan dan peredaran ORI dalam satu melaksanakan koordinasi dalam
sistem perbankan Republik Indonesia. bidang ekonomi keuangan dan juga
bertugas untuk mengatur nilai tukar
ORI terhadap valuta asing
Belanda Memblokade RI

Republik Indonesia yang baru berjalan selama beberapa bulan terkena hiperinflasi,
karena beredarnya mata uang rupiah Jepang secara tidak terkendali. Pemerintah RI pun
tidak bisa mengatasi mata uang asing yang sudah beredar, terutama mata uang Jepang dan
Belanda. Akibatnya keadaan kas negara dan bea cukai berada dalam keadaan nihil, begitu
pula dengan pajak, kas pemerintah kosong, pajak dan bea cukai lainnya juga mengalami
kemerosotan. Belum selesai dengan masalah inflasi, Belanda juga ikut menutup pintu
perdagangan RI sehingga barang-barang dagangan pemerintah RI tidak dapat diekspor.
Alasan Belanda melakukan blokade terhadap RI adalah:
1. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke
Indonesia.

2. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan


milik asing lainnya.

3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang


dilakukan oleh bukan bangsa Indonesia.

Blokade yang dilakukan Belanda terhadap Republik Indonesia ini


menimbulan keadaan sosial ekonomi yang semakin memburuk dan
kekurangan barang impor yang sangat dibutuhkan.
Upaya Penanggulangan Blokade Belanda
Melakukan diplomasi beras

Demi menembus blokade ekonomi dari Belanda, Pemerintah Indonesia melakukan diplomasi
beras ke India. Tindakan ini dilakukan atas inisiatif dari Perdana Menteri Sutan Syahrir, saat
tahun 1946 Pemerintah Indonesia mendengar bahwa rakyat India dilanda masalah kelaparan.
Pada waktu yang sama, pemerintah Indonesia juga mengalami surplus beras sekitar 200.000 -
400.000 ton. Sehingga pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengirim bantuan beras
sebanyak 500.000 ton untuk India. Dengan adanya bantuan yang diberikan Indonesia kepada
India, India menjadi salah satu negara Asia paling aktif dalam membantu perjuangan
diplomasi RI dalam forum internasional.
Membentuk Lembaga Banking and Trading Company (BTC)

Upaya selanjutnya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengatasi blokade ekonomi Belanda
adalah mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri. Upaya tersebut dilakukan dengan
BTC atau yang dikenal disebut Badan Pusat Jual Beli.Organisasi tersebut diketuai oleh Dr. Soemitro
Djojohadikusumo.Peran BTC di sini adalah untuk mengawasi seluruh kegiatan perdagangan ke luar
atau masuk daerah Republik Indonesia. Tugas BTC yang selanjutnya adalah melakukan kegiatan
ekspor impor. Melalui BTC ini, hubungan dagang Indonesia mulai meluas. Indonesia berhasil
melakukan hubungan dagang dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat yaitu Isbranten Inc.Di
mana perusahaan tersebut mengirim kapal Matin Behrmann untuk mengangkut barang dari pelabuhan
Cirebon.
Membentuk Indonesia Office (Indoff)

Indonesia Office (Indoff) dipimpin oleh Mr. Oetojo Ramelan yang dibantu dengan
Soerjono Darusman, Mr. Zairin Zain, Thaharudin Ahmad, dan Dr. Soeroso.
Dibentuknya Indoff ini bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan politik di luar
negeri Indonesia. Selain itu, Indoff juga memiliki fungsi rahasia yaitu sebagai
pengendali upaya menembus blokade Belanda serta melakukan perdagangan barter
dengan dibantu Angkatan Laut RI.Salah satu upaya yang Indoff lakukan adalah
mengirim karet secara diam-diam dari pelabuhan Belawan, Medan menuju ke
Singapura.
Membentuk Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN)
KPULN dipimpin oleh Aji Jayengprawiro. Tugas dari KPULN sendiri adalah
membeli senjata dan perlengkapan perang. Di mana senjata tersebut akan
digunakan oleh para tokoh yang tergabung dalam organisasi tersebut. Tokoh-
tokoh tersebut adalah:

● John Lie
● O.P. Koesno
● Ibrahim Saleh
● Chris Tampenawas

Keempat tokoh tersebut turut berperan besar dalam upaya menembus


blokade laut yang dilakukan Belanda.
Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Beban Ekonomi Negara
Baru
Pada Desember 1949 Belanda memberikan pengakuan melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Namun pengakuan
kedaulatan itu penuh dengan syarat yang merugikan Indonesia. Indonesia tak punya pilihan lain. Sebagian syarat
akhirnya diterima. Tahun 1949 menjadi awal dari harapan Indonesia mandiri sebagai negara.
Menurut Prof. Sumitro Djojohadikusumo dalam Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an
(2005) yang ditulis Thee Kian Wie, Belanda minta Indonesia menanggung 3 miliar gulden utang dalam negeri dan 3,3
miliar gulden utang luar negeri. Indonesia hanya mau mengambil alih utang dalam negeri sebelum perang. Alasannya,
utang pasca-perang sebesar 2 miliar gulden digunakan untuk membiayai agresi militer Belanda terhadap RI. “Belanda
menyetujui pembatalan tuntutan pembayaran utang sebesar 2 miliar gulden yang kontroversial,” jelas Sumitro dalam
buku yang ditulis Thee Kian Wie.
Pada saat yang sama, Indonesia harus menghadapi minimnya cadangan devisa. Anne Booth dalam The Indonesian
Economic in the Nineteenth and Twentieth Centuries (1998) menuliskan, pada tahun 1949, Indonesia diperkirakan
hanya memiliki cadangan devisa 142 juta dolar AS (tahun 1945 sebesar 458 juta dolar AS).Sementara rata-rata
kebutuhan impor mencapai 137 juta dolar per bulan. Ini artinya, cadangan devisa yang dimiliki Indonesia tidak cukup
untuk kebutuhan impor. Padahal impor dibutuhkan saat produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan.
Kesimpulan
Pada awal kemerdekaan, Indonesia masih belum memiliki apa-apa. Kas negara kosong dan
belum adanya mata uang sendiri menjadi kendala pemerintah saat itu. Dengan cepat,
pemerintah mengeluarkan kebijakan tertentu dengan menyatakan bahwa ada beberapa mata
uang yang tetap berlaku sebagai pembayaran yang sah. Mata uang itu adalah De Javasche
Bank, mata uang Hindia Belanda dan mata uang Jepang. Kendala lain mulai muncul dengan
adanya kebijakan tersebut, yaitu inflasi. Inflasi menjadi kesensaraan bagi rakyat Indonesia
khususnya petani yang mayoritas memiliki banyak mata uang Jepang. Selain itu, adanya
blokade dari Belanda membuat keadaan Indonesia semakin parah. Banyak usaha yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Mulai dari melakukan pinjaman
nasional hingga dikeluarkannya uang kertas baru dengan nama ORI. Usaha lain juga
dilakukan untuk memperjuangkan kehidupan Indonesia. Menembus blokade Belanda
menjadi jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Indonesia. Ada banyak cara yang
dilakukan pemerintah, seperti melalui politik, ekonomi dan pemikiran mengenai ketahanan
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai