Anda di halaman 1dari 27

LKPD

SEJARAH INDONESIA
KLS XI
MATERI
➢ KONDISI POLITIK EKONOMI DI AWAL KEMERDEKAAN
➢ PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAANNYA

NAMA : ARTIKA SARI SUPARDY


KELAS : XI ARCHIMEDES
MATERI
KONDISI POLITIK EKONOMI DI AWAL KEMERDEKAAN

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT INI!

1. Pada awal kemerdekaan kehiupan ekonomi atau kondisi ekonomi bangsa Indonesia
sangat sulit, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Deskripsikan faktor penyebab
sehingga pereknomian bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan sangat sulit!
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan perekonomian Indonesia di masa awal
kemerdekaan sangatlah buruk, yaitu:
1) Terjadinya Inflasi yang Tinggi
Pada awal kemerdekaan, terjadi inflasi yang tinggi di Indonesia, hal ini disebabkan oleh
beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali (pada
bulan Agustus 1945 mata uang Jepang yang beredar di Jawa mencapai 1,6 miliar,
sedangkan yang beredar di masyarakat mencapai 4 miliar). Selain itu, inflasi yang tinggi
juga disebabkan oleh beredarnya mata uang cadangan yang diperlukan oleh pasukan
sekutu dari bank-bank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gaji pegawai
yang jumlahnya mencapai 2,3 miliar. Sementara Republik Indonesia sendiri belum
memiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah tidak dapat menyatakan bahwa mata
uang pendudukan Jepang tidak berlaku. Sehingga, pemerintah Indonesia yang baru
merdeka memiliki tiga macam uang yang berlaku, yaitu; mata uang De Javasche Bank,
mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
2) Blokade Ekonomi dari Belanda
Blokade ekonomi adalah upaya penutupan aktivitas ekonomi seperti masuk-keluarnya
hasil produksi perkebunan, pertanian, dan barang lainnya antardaerah maupun
antarnegara dengan pengepungan oleh tentara hingga kapal untuk mengusir atau
menyulitkan pemerintah dalam hal perekonomian. Blokade laut dimulai pada bulan
November 1945 dengan menutup pintu keluar perdagangan Indonesia. Belanda
melakukan blockade untuk mencegah dimasukannya senjata dan peralatan militer ke
Indonesia, mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perekonomian milik Belanda dan
miling negara asing lainnya, serta melindungi Bangsa Indonesia dari Tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh bangsa lain. Blokade ekonomi menyebabkan:
a) Barang-barang ekspor milik Indonesia terlambat terkirim.
b) Barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat diekspor, bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang “dihancurkan”.
c) Indonesia kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan.
d) Inflai semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
3) Kekosongan Kas Negara
Di masa awal kemerdekaan, pajak dan bea masuk sangat sedikit, sehingga pendapatan
pemerintah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan pemerintah
hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan petani inilah
pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

2. Salah satu faktor penyebab perekonomian Indonesia mengalami kesulitan pada awal
kemerdekaan adalah Blokade Ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Jelaskan alasan
mengapa sehingga belanda melakukan blokade ekonomi terhadap bangsa Indonesia!
Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap bangsa Indonesia pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Alasan Belanda melakukan blokade ekonomi terhadap Indonesia
adalah karena Belanda ingin mempertahankan kekuasaannya atas Indonesia dan
menguasai sumber daya alam Indonesia, terutama minyak dan perkebunan di Sumatera
dan Jawa. Belanda juga ingin memaksa Indonesia untuk menerima konsep federal
Indonesia yang diusulkan oleh Van Mook, yang bertentangan dengan cita-cita
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Belanda juga ingin memaksa Indonesia untuk
membayar hutang Hindia Belanda yang jumlahnya sangat besar. Blokade ekonomi ini
menyebabkan perekonomian Indonesia terganggu dan menyulitkan perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Pasca diproklamirkan sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia
masih harus dihadapkan dengan sejumlah persoalan. Persoalan tersebut meliputi kekuatan
Jepang yang masih ada di Indonesia hingga upaya penguasaan kembali Indonesia oleh
Belanda. Salah satu upaya penguasaan kembali Indonesia oleh Belanda dilakukan dengan
melalui Agresi Militer I dan II serta blokade ekonomi. Alasan Belanda melakukan blokade
ekonomi terhadap Indonesia juga untuk mencegah masuknya senjata dan peralatan militer
ke Indonesia, mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan Belanda dan negara asing
lainnya, serta melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan
oleh bukan bangsa Indonesia. Namun, Blokade yang dilakukan Belanda terhadap Republik
Indonesia ini menimbulan keadaan sosial ekonomi yang semakin memburuk dan
kekurangan barang impor yang sangat dibutuhkan.

3. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam dengan blokade ekonomi yang dilakukan oleh
Belanda. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menembus blokade tersebut. Upaya apa
yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menembus blokade ekonomi Belanda yang
bersifat politis dan ekonomis!
Pada masa Revolusi Nasional Indonesia, rakyat Indonesia tidak tinggal diam terhadap
blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Mereka melakukan berbagai upaya untuk
menerobos blokade. Republik Indonesia sebagai perlawanan dan diplomasi internasional
yang aktif membuat opini dunia menentang upaya Belanda untuk membangun kembali
koloni mereka. Negara-negara tetangga seperti Australia dan India, serta Uni Soviet dan
Amerika Serikat, mendukung perjuangan Republik di PBB. Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusi yang mendesak Belanda dan Indonesia untuk menghentikan semua
kegiatan militer terhadap satu sama lain. Reaksi internasional terhadap tindakan Belanda
itu negatif, dan kapal-kapal Belanda terus diboikot untuk memuat. Rakyat Indonesia juga
membuat kelonggaran, seperti membayar utang Hindia Belanda, yang berupa
mempertahankan kendali atas perkebunan Sumatera yang menguntungkan, instalasi
minyak dan batu bara, dan pelabuhan laut dalam di Jawa.
Secara lebih rinci, upaya menembus blokade Belanda di awal kemerdekaan Indonesia,
yaitu:
a) Diplomasi Beras
Sutan Sjahrir sebagai perwakilan pemerintah RI merespons kelaparan di India dengan
menyatakan kesediaan Indonesia untuk membantu pemerintah India. Sjahrir
menyatakan, Indonesia akan mengirimkan 500.000 ton beras. Sebagai imbalannya,
India akan mengirimkan obat-obatan dan bahan tekstil yang sangat dibutuhkan rakyat
Indonesia. Sebelumnya, kabar kelaparan di India sampai di kancah internasional.
Perwakilan India pun meminta di forum Perserikatan Bangsa-bangsa agar negara yang
berpunya dapat memberikan sedikit bantuan makanan di tengah kelaparan India yang
menimbulkan korban jiwa. Panen beras di Indonesia tahun 1946 diperkirakan akan
mencapai surplus 200.000-400.000 ton beras, seperti dikutip dari Sejarah Nasional
Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik oleh Marwati Djoenoed Poesponegoro
dan Nugroho Notosusanto. Namun, transportasi dari pelosok Indonesia dan rusaknya
jalanan pascaperang menyulitkan proses pengangkutan ke India. Inggris sebagai
penjajah India saat itu juga tidak yakin Indonesia punya pasokan beras sebanyak itu,
sebagaimana Burma (Myanmar). Alhasil, kesepakatan dicapai dengan India di
antaranya menyediakan transportasi kapal pengangkut. Belanda juga memastikan
India tidak menyatakan pengakuan atas Indonesia menjadi negara republik merdeka.
Lewat diplomasi beras ini, Indonesia berupaya memperlihatkan bahwa terlepas dari
upaya Belanda menyebarkan pengaruh tidak mengakui kemerdekaan RI, Indonesia
merupakan negara merdeka yang ikut memperjuangkan masalah internasional,
memupuk persatuan, dan mengupayakan persaudaraan dengan negara tetangga.
Dengan demikian, India juga turut menjadi negara yang membantu Indonesia
menembus ekonomi Belanda.
b) Hubungan Dagang Langsung
Pemerintah Indonesia juga mengadakan hubungan perdagangan langsung antar
negara, dirintis lewat Banking and Trading Corporation (BTC), seperti dikutip dari Buku
Penunjang Mata Pelajaran IPS Kelas IX oleh Drs. Dg. Mapata, M.M. BTC adalah badan
perdagangan semi pemerintah yang dipimpin Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan
Dr. Ong Eng Die. BTC berhasil mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika
Serikat yang kelak bersedia memberi barang-barang ekspor dari Indonesia seperti gula,
karet, hingga the. Kapal Martin Behrnmern dari Isbrantsen Inc., contohnya,
mengangkut barang-barang pesan BTC dan akan memuat barang ekspor RI. Namun,
kapal tersebut dicegat Angkatan Laut Belanda dan diseret ke pelabuhan Tanjung Priok,
lalu muatannya disita.
c) Gunakan Perahu Layar dan Kanal Motor Cepat
Upaya menembus blokade Belanda untuk tujuan jarak relatif dekat seperti ke
Singapura dan Malaya (Malaysia sebelum merdeka) dilakukan dengan perahu layar dan
kapal motor cepat dari Sumatra. Upaya ini dilakukan secara sistematis oleh Angkatan
Laut RI dengan dibantu pemerintah daerah penghasil barang-barang ekspor hingga
akhir Perang Kemerdekaan (1949). Tokoh kemerdekaan pelaksana penembusan
blokade ini antara lain John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh, dan Chris Tampenawas.
Dalam tugasnya, mereka berkucing-kucingan dengan patroli laut Belanda.
d) Badan Perwakilan di Negara Tetangga sebagai Perantara
Pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura bernama Indonesia Office.
Badan perwakilan ini dipimpin Mr. Oetojo Ramela dengan staf Soerjono Daresman, Mr.
Zairin Zain, Thaharudin Ahmad, Dr. Soeroso dan Dr. Tamtomo. Badan hukum ini pada
dasarnya merupakan perpanjangan RI terkait kepentingan politik di luar negeri.
Namun, Indonesia Office juga diam-diam menjadi usaha pengendali blokade ekonomi
Belanda dengan usaha perdagangan barter. Indonesia Office bertindak sebagai
perantara dengan para pedagang Singapura. Badan ini juga memperlancar aktivitas
ekspor ke negara-negara Asia Tenggara lewat usaha penyediaan kapal.

4. Pada awal kemerekaan Indonesia juga mengalami kesulitan moneter. Jelaskan upaya
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi kesulitan moneter!
Salah satu sektor yang diperbaiki oleh pemerintah Republik Indonesia saat itu adalah sektor
perekonomian atau moneter. Perekonomian merupakan salah satu bagian penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika Republik Indonesia terbentuk, kondisi
perekonomian Indonesia masih kacau. Berbagai permasalahan seperti hiperinflasi, blokade
ekonomi, dan kekosongan kas negara.
1) Kebijakan untuk Mengatasi Hiperinflasi
Salah satu permasalahan yang menyebabkan kacaunya perekonomian Indonesia pada
awal kemerdekaan adalah hiperinflasi. Hiperinflasi adalah keadaan menurunnya nilai
mata uang secara berlebihan. Kondisi tersebut disebabkan peredaran mata uang
Jepang secara besar-besaran dalam masyarakat. Dengan kondisi tersebut dibutuhkan
uang dalam jumlah banyak untuk membeli barang. Sementara itu, pemerintah
Indonesia belum dapat menghentikan peredaran mata uang Jepang karena belum
memiliki mata uang pengganti. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melakukan
beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut.
a) Pinjaman Nasional
Kekosongan kas negara menjadi salah satu pemicu besarnya inflasi di Indonesia
pada awal kemerdekaan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya
mengatasinya dengan melakukan pinjaman nasional. Pinjaman nasional
merupakan kebijakan yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Ir. Surachman dan
dilaksanakan atas persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP). Untuk mendukung program tersebut, pemerintah membentuk Bank
Tabungan Pos yang berguna menyalurkan pinjaman. Banyak rakyat Indonesia yang
mendukung kebijakan ini. Rakyat dengan sukarela pergi ke Bank Tabungan Pos dan
rumah-rumah pegadaian untuk mengumpulkan uang dan dipinjamkan kepada
negara. Pada tahap pertama, pinjaman nasional berhasil mengumpulkan uang
sejumlah Rp. 500.000.000.00.
b) Mengeluarkan Oeang Republik Indonesia (ORI)
Ketika Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Akhirnya,
pada tanggal 30 Oktober 1946 pemerintah Indonesia mengeluarkan uang kertas
pertama yang dikenal dengan nama Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Mata uang
ORI digunakan sebagai alat pembayaran yang sah sekaligus sebagai mata uang
pengganti mata uang Jepang dengan kurs satu per seribu. Setiap seribu mata uang
Jepang bernilai satu Rupiah ORI. Pemerintah juga membatasi bahwa setiap
keluarga hanya boleh memilik Rp. 300.00 dan bagi yang tidak berkeluarga Rp.
100.00. Sejak saat itu, mata uang Belanda dan Jepang yang beredar dinyatakan
tidak berlaku lagi. Peredaran uang ORI mulai mengalami permasalahan sejak
Agresi Militer I dan Agresi Militer II Belanda. Dalam agresi militer tersebut setiap
daerah di Indonesia mengeluarkan banyak biaya untuk perang. Sementara itu,
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah mulai mengalami kesulitan sejak
intensifnya serangan Belanda. Oleh karena itu, muncul inisiatif dari setiap
pemimpin daerah untuk menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia Daerah (ORIDA).
Tindakan tersebut disetujui oleh pemerintah pusar dan dilakukan dengan tujuan
mengatasi masalah kekurangan pasokan uang tunai karena sulitnya hubungan
pemerintah pusat dengan daerah. Tindakan mencetak uang daerah tersebut salah
satunya dilakukan oleh Teuku Moh. Hassan, Gubernur Sumatra yang
mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia Provinsi Soematra (OERIPS) pada
tanggal 12 Desember 1947.
c) Membentuk Bank Negara Indonesia
Keluarnya ORI ternyata menimbulkan masalah baru dalam perekonomian
Indonesia. Masalah tersebut disebabkan peredaran ORI dalam masyarakat yang
tidak terkendali. Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu mengatur percetakan
dan peredaran ORI dalam satu sistem perbankan Republik Indonesia. Selanjutnya,
pemerintah Indonesia meresmikan pembentukan Bank Negara Indonesia 46 (BNI
46) sebagai bank induk pada tanggal 1 November 1946. Pendirian BNI berawal dari
Yayasan Pusat Bank yang didirikan oleh Margono Djojohadikusumo pada bulan Juli
1946. Bank Negara Indonesia (BNI 46) dikelola oleh pemerintah Indonesia dibawah
menteri keuangan Syafruddin Prawiranegara. Sebagai direktur diangkat Margono
Djojohadikusumo dan wakil direktur Sabaroedin. Bank Negara Indonesia dibentuk
untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan.
Selain itu, BNI juga bertugas mengatur nilai tukar ORI terhadap valuta asing.
2) Menembus Blokade Ekonomi Belanda
Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda berambisi ingin menguasai kembali wilayah
Indonesia. Keinginan untuk menguasai Indonesia terlihat jelas ketika Belanda
melakukan blokade ekonomi sejak bulan November 1945. Dalam pelaksanaannya,
Belanda memusatkan blokade di jalur perdagangan laut. Tujuan Belanda untuk
melakukan blokade ekonomi sebagai berikut.
a) Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia
b) Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik negara asing
lainnya.
c) Melindungi bangsa Indonesia dari tindoakan dan perbuatan yang dilakukan oleh
bangsa asing.
Dengan adanya blokade ekonomi ini, Belanda berharap keadaan sosial dan ekonomi
bangsa Indonesia memburuk sehingga rakyat tidak percaya terhadap pemerintah
Indonesia. Dalam keadaan demikian, Belanda akan mudah mengembalikan
kekuasaannya di Indonesia. Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade
ekonomi yang dilakukan oleh Belanda dengan berbagai usaha. Adapun usaha yang
dilakukan pemerintah Indonesia sebagai berikut.
a) Melaksanakan Diplomasi Beras
Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan
melaksanakan diplomasi beras ke India. Tindakan tersebut dilakukan atas inisiatif
Perdana Menteri Sultan Sjahrir. Pada tahun 1946 pemerintah Indonesia
mendengar bahwa rakyat India dilanda bencana kelaparan. Pada saat yang sama,
pemerintah Indonesia mengalami surplus beras sekitar 200.000-400.000 ton.
Akhirnya, pemerintah Indonesia memutuskan mengirim bantuan beras 500.000
ton kepada India. Bagi Indonesia, bantuan beras ke India tersebut mengandung
muatan politis. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia membutuhkan
rekan yang mengakui keberadaannya. Bantuan yang diberikan Indonesia kepada
India membuat India menjadi negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan
diplomasi Republik Indonesia dalam forum internasional.
b) Membentuk Lembaga Banking and Trading Company (BTC)
Usaha menembus blokade ekonomi juga dilakukan dengan mengadakan hubungan
dagang langsung dengan luar negeri. Usaha tersebut dilakukan dengan Banking
and Trading Company (BTC) yang dikenal dengan sebutan Badan Pusat Jual Beli.
Organisasi tersebut diketuai oleh Dr. Soemitro Djojohadikusumo yang merupakan
putra dari Margono Djojohadikusumo dan diwakili Dr. Ong Eng Die yang
merupakan ahli hukum asal Manado. BTC berperan sebagai agen perusahaan
pemerintah untuk mengawasi seluruh kegiatan perdagangan ke luar atau masuk
daerah Republik Indonesia. BTC juga berperan melakukan kegiatan ekspor impor.
Hasil-hasil bumi indonesia dibeli BTC dari rakyat. Selanjutnya, barang-barang
tersebut diperjualbelikan ke luar negeri dengan sistem barter. Dari sistem
tersebut, pemerintah Indonesia memperoleh alat-alat keperluan kantor, alat-alat
industri, obat-obat, dan perlengkapan militer. Hubungan dagang yang dilakukan
pemerintah Indonesia mulai meluas seiring dengan perkembangan BTC. Melalui
BTC, pemerintah Indonesia berhasil melakukan hubungan dagang dengan salah
satu perusahaan Amerika Serikat yaitu Isbrantsen Inc. Perusahaan Amerika Serikat
tersebut akhirnya mengirim kapal Martin Behrmann untuk mengangkut barang
dari pelabuhan Cirebon. Pada tanggal 7 Februari 1947, kapal Martin Behrmann
berangkat dengan muatan hasil bumi Indonesia menuju New York. Mengetahui hal
tersebut, Belanda mengerahkan angkatan lautnya dan menghentikan kapal Martin
Behrmann di pelabuhan Tanjung Priok.
c) Membentuk Indonesia Office (Indoff)
Pemerintah Indonesia membentuk Indonesia Office (Indoff) di Singapura pada
tahun 1947. Pembentukan Indoff ini dikarenakan Indonesia ingin menjadikan
Sumatra sebagai pintu gerbang perdagangan internasional. Sumatra dipilih karena
Sumatra merupakan daerah yang sejak dahulu menjadi daerah lalu lintas
perdagangan internasional. Hasil-hasil bumi Sumatra merupakan komoditas
perdagangan yang laku di pasar internasional. Wilayah perairan Sumatra yang luas
juga menyulitkan Belanda melakukan pengawasan secara ketat. Indonesia Office
(Indoff) dipimpin oleh Mr. Oetojo Ramelan dan dibantu Soerjono Darusman, Mr.
Zairin Zain, Thaharudin Ahmad, dan Dr. Soeroso. Indoff bertujuan untuk
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri Indonesia. Selain itu, Indoff
secara rahasia berfungsi sebagai pengendali upaya menembus blokadi Belanda
serta melakukan perdagangan barter dengan bantuan Angkatan Laut Republik
Indonesia dan pemerintah daerah penghasil barang ekspor. Salah satu upaya
Indoff adalah mengirim karet secara diam-diam dari pelabuhan Belawan, Medan
menuju Singapura.
d) Membentuk Kementrian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan membentuk
perwakilannya di luar negeri dengan nama Kementerian Pertahanan Usaha Luar
Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali Jayengprawiro. Kementerian Pertahanan
Usaha Luar Negeri bertugas membeli senjata dan perlengkapan perang. Tokoh-
tokoh yang tergabung dalam organisasi tersebut antara lain John Lie, O.P. Koesno,
Ibrahim Saleh, dan Chris Tampenawas. Tokoh-tokoh tersebut berperan besar
dalam upaya menembus blokade laut yang dilakukan Belanda.
3) Konferensi Ekonomi
Pada awal kemerdekaan, pemerintah masih berkonsentrasi pada pemulihan dampak
pendudukan Jepang dan mengatasi kedatangan Belanda beserta sekutu. Oleh karena
itu, pada bulan Februari 1946 pemerintah mengadakan Konferensi Ekonomi yang
dipimpin oleh Menteri Kemakmuran Darmawan Mangunkusumo. Konferensi Ekonomi
dilaksanakan dengan agenda menyamakan persepsi dan meraih kesepakatan dalam
menanggulangi masalah perekonomian. Konferensi Ekonomi tersebut dihadiri oleh
para cendekiawan, gubernur, dan pejabat. Dalam konferensi Ekonomi tersebut
dihasilkan keputusan mengenai perubahan sistem ekonomi perang Jepang yang
bersifat desentralisasi menjadi sentralisasi. Selanjutnya, perubahan organisasi
Pengawasan Makanan Rakyat menjadi Badan Persediaan dan Pembagian Makanan
(BPPM) yang dipimpin oleh dr. Sudarsono. Organisasi tersebut merupakan awal
berdirinya Badan Urusan Logistik (Bulog). Keberhasilan penyelenggaraan Konferensi
Ekonomi berlanjut hingga Konferensi Ekonomi kedua di Solo pada tanggal 6 Mei 1946.
Agenda Konferensi Ekonomi kedua membahas masalah program ekonomi pemerintah,
masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi tenaga manusia.
Dalam Konferensi Ekonomi kedua tersebut Wakil Presiden Moh. Hatta mengusulkan
adanya rehabilitasi pabrik gula karena gula merupakan komoditas ekspor penting yang
harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan gagasan tersebut pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1946 tanggal 21 Mei 1946 tentang
pembentukan Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) dengan status
perusahaan Negara di bawah pimpinan Notosudirjo. Selanjutnya, muncul Peraturan
Pemerintah No. 4 Tahun 1946 tanggal 6 Juni 1946 mengenai pembentukan Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN).
4) Planning Board
Pemerintah Indonesia membentuk Planning Board (Badan Perancang Ekonomi).
Planning Board dibentuk atas usul Menteri Kemakmuran A.K. Gani. Lembaga yang
terbentuk pada tanggal 19 Januari 1947 ini bertugas membuat rencana pembangunan
ekonomi untuk jangka waktu tertentu. Pada awalnya dihasilkan keputusan mengenai
rencana pembangunan jangka waktu 2-3 tahun. Dalam perkembangannya disepakati
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Sesudah badan perancang ini bersidang.
Menteri Kemakmuran A.K. Gani mengumumkan kebijakan pemerintah tentang
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Langkah awal untuk merealisasikan rencana
tersebut sebagai berikut.
a) Pemerintah Indonesia mengambil alih semua bangunan umum, perkebunan, dan
industri yang sebelum perang menjadi milik Belanda.
b) Bangunan vital milik asing akan dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi.
c) Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap pemerintah
Indonesia.
d) Perusahaan modal asing lainnya akan dikembalikan kepada yang berhak sesudah
diadakan perjanjian Indonesia-Belanda.
Pada bulan April 1947 Badan Perancang Ekonomi ini berubah menjadi Panitia Pemikir
Siasat Ekonomi (PPSE) yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan
memberikan saran kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi.
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun yang disepakati memiliki beberapa prioritas
seperti bangunan-bangunan umum l, perkebunan, dan industri yang telah ada
sebelum perang menjadi milik negara. Akan tetapi, pelaksanaan rencana tersebut
baru terealisasi pada tahun 1957.
5) Plan Kasimo
Indonesia merupakan negara agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani. Melihat kondisi tersebut, Menteri Persediaan Makanan
Rakyat I.J. Kasimo mencetuskan kebijakan yang disebut Plan Kasimo. Plan Kasimo
merupakan kebijakan yang bertujuan meningkatkan produksi pangan dan mencapai
swasembada pangan. Plan Kasimo akhirnya terlaksana melalui Rencana Produksi Tiga
Tahun (1948-1950). Adapun pokok-pokok Plan Kasimo meliputi beberapa aspek
sebagai berikut.
a) Perluasan kebun bibit dan padi unggul.
b) Pencegahan penyembelihan hewan pertanian.
c) Penanaman kembali tanah kosong.
d) Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa dari Jawa ke Sumatra dalam
jangka waktu 10-15 tahun.
6) Persatuan Tenaga Ekonomi
Beberapa bulan sebelum kekalahan Jepang hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
para pemimpin bangsa Indonesia mengadakan beberapa kali rapat membahas
perekonomian bangsa. Dalam pertemuan di Bandung pada tanggal 6-8 April 1945,
Moh. Hatta mencetuskan ide mengenai ekonomi kerakyatan sebagai dasar
pembangunan ekonomi Indonesia. Ekonomi kerakyatan dapat diartikan sebagai
ekonomi koperasi. Dari gagasan ekonomi kerakyatan pula muncul gagasan mengenai
pembentukan Persatuan Tenaga Ekonomi. Persatuan Tenaga Ekonomi terbentuk pada
bulan September 1945 di Jakarta dengan ketua Basyaruddin Rahman Motik. Tujuan
pembentukan Persatuan Tenaga Ekonomi yaitu menggiatkan kembali partisipasi
pengusaha swasta untuk memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian
nasional. Selain itu, Persatuan Tenaga Ekonomi berupaya melenyapkan individualisme
di kalangan organisasi pedagang untuk memperkukuh ketahanan ekonomi bangsa
Indonesia. Beberapa organisasi pedagang yang tergabung dalam Persatuan Tenaga
Ekonomi antara lain Gabungan Perusahaan Perindustrian, Pusat Perusahaan Tembakau
dan Gabungan Saudagar Indonesia daerah Aceh (Gasida).
MATERI
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM RANGKA
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAANYA

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT INI!

1. Jelaskan tujuan kedatangan AFNEI (sekutu) dan NICA di Indonesia!


1) Tujuan Kedatangan AFNEI di Indonesia

Seiring dengan kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II atas Jepang, pasukan
Sekutu datang dan mendarat di Indonesia yang sebelumnya diduduki oleh pasukan
Jepang. Pasukan Sekutu ini disebut dengan AFNEI (Allied Forces Netherlands East
Indies). Pasukan Sekutu ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang di
Indonesia dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya. AFNEI juga bertugas
menjaga perdamaian, membebaskan orang Belanda dan Eropa lainnya yang
sebelumnya ditahan Jepang, serta mengadili pasukan jepang yang diduga melakukan
kejahatan perang selama pendudukan Indonesia. Namun kemudian pasukan Sekutu
membebaskan dan mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk membentuk kembali
pemerintahan Hindia Belanda dan menjadikan kembali Indonesia sebagai wilayah
jajahan Belanda. Pasukan Sekutu juga berupaya melucuti dan membubarkan pasukan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Hal ini menyebabkan konflik dan berbagai
pertempuran antara pasukan Sekutu dan terntara Indonesia di berbagai daerah.
Contoh konflik antara Pasukan Sekutu dan pejuang Indonesia ini adalah pertempuran
Ambarawa (20 Oktober 1945 – 15 Desember 1945) dan pertempuran Surabaya (10
November 1945).
2) Tujuan Kedatangan NICA di Indonesia
Pada awalnya, kedatangan Sekutu disambut dengan sikap terbuka oleh rakyat
Indonesia. Namun setelah diketahui kedatangan Sekutu diboncengi oleh NICA, rakyat
Indonesia bersikap sebaliknya. Hal ini terjadi setelah Indonesia mengetahui bahwa
tujuan kedatangan NICA adalah untuk menegakkan kembali kekuasaan kolonial
Belanda. Situasi makin memburuk ketika NICA mempersenjatai bekas tentara KNIL
(Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) yang baru dibebaskan dari tahanan Jepang.
Alasan pasukan NICA yang membonceng pasukan Sekutu mempersenjatai para
tawanan perang Jepang adalah untuk menghadapi perlawanan dari Indonesia. Setelah
mempersenjatai tawanan Jepang, NICA dan KNIL yang didukung Inggris (sekutu)
melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional.
Akibatnya terjadi pertempuran di daerah-daerah, seperti di Surabaya, Sukabumi,
Medan, Ambarawa, Manado, dan Bandung.

2. Kedatangan NICA (Belanda) di Indonesia atau pada saat setelah Indonesia


memproklamirkan kemerdekaannya telah menimbulkan konflik diantara keduanya.
Jelaskan penyebab terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda (NICA)!
Kedatangan NICA (Belanda) di Indonesia atau setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaannya menimbulkan konflik antara kedua negara. Penyebab konflik antara
Indonesia dan Belanda (NICA) berakar pada akar sejarah kolonial dari konflik tersebut.
Pemerintah kolonial Belanda di Indonesia mengatur panggung untuk banyak konflik ini,
khususnya yang berkaitan dengan bagaimana Belanda berhubungan dengan etnis Tionghoa
dan bagaimana mereka membagi-bagikan negara ke berbagai kelompok misionaris.
Revolusi Nasional Indonesia, atau Perang Kemerdekaan Indonesia, adalah konflik
bersenjata dan perjuangan diplomatik antara Indonesia dan Belanda, yang saat itu
menduduki kekuasaan kolonial. Perjuangan empat tahun tersebut melibatkan konflik
bersenjata yang sporadis namun berdarah, pergolakan politik dan komunal internal
Indonesia, dan dua intervensi diplomatik internasional utama. Pasukan militer Belanda
mampu menguasai kota-kota besar, kota-kota besar, dan pelabuhan-pelabuhan, tetapi
mereka terlalu lemah untuk mengalahkan orang-orang Indonesia yang tidak
berpengalaman tetapi gigih. Situasi memburuk sedemikian rupa sehingga Pemerintah
Belanda terpaksa memutuskan bahwa tidak ada kemajuan yang dapat dicapai sebelum
hukum dan ketertiban dipulihkan secara memadai untuk memungkinkan hubungan antara
bagian-bagian Indonesia yang berbeda, dan untuk menjamin keselamatan orang-orang dari
kelompok etnis yang berbeda. Konflik tersebut mengakibatkan ribuan kematian dan
tuduhan pelanggaran perjanjian antara kedua negara.
3. Lengkapi tabel berikut ini tentang perjuangan bersenjata yang dilakukan oleh Bangsa
Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaannya!
NO NAMA PERISTIWA PEMIMPIN/TOKOH PENYEBAB
PERJUANGAN
1 Peristiwa 10 November di Sutomo/Bung Tomo, Mayjen Pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya Sungkono, SDM. Mohammad Surabaya terjadi karena reaksi
Mangoendiprodjo, Aubertin masyarakat Surabaya terhadap
Walter Sothern Mallaby, kedatangan pasukan sekutu pada
Gubernur Suryo, KH. Hasyim 25 Oktober 1945. Pasukan sekutu
Asy’ari, Moestopo, dan Abdul yang tergabung dalam Allied
Wahab Saleh. Forces Netherland East Indies
(AFNEI) di Tanjung Perak kemudian
membuat pos pertahanan. Pada
tanggal 10 November 1945,
pasukan Inggris memberikan
ultimatum agar rakyat Surabaya
menyerahkan senjata mereka,
tetapi ultimatum tersebut tidak
ditaati oleh rakyat Surabaya.
Pertempuran Surabaya terjadi
selama lebih kurang tiga minggu
dan mengakibatkan sekitar 20.000
rakyat Surabaya menjadi korban,
sebagian besar adalah warga sipil.
2 Peristiwa Bandung Lautan Kolonel Abdul Haris Peristiwa Bandung Lautan Api
Api Nasution, Mohammad Toha, terjadi pada tanggal 23 Maret 1946
Sultan Syahrir, Bastaman, dan disebabkan oleh beberapa
Mayor Rukana, dan Ismail faktor. Salah satunya adalah
Marzuki. karena rakyat Bandung tidak ingin
memberikan pangkalan udara
Andir dan pabrik senjata bekas
Artil-leri kepada sekutu yang
datang ke Indonesia. Selain itu,
kedatangan sekutu di bawah
pimpinan MacDonald juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya
peristiwa tersebut. Peristiwa ini
ditandai dengan pembakaran dan
penghancuran kota Bandung oleh
Tentara Republik Indonesia (TRI)
dan masyarakat.
3 Pertempuran Medan Area Ahmad Tahir, Brigjen T.E.D. Pertempuran Medan Area terjadi
Kelly, Abdul Karim M.S., R. pada 13 Oktober 1945 antara
Soehardjo, dan Teuku pemuda Indonesia dan Tentara
Muhaammad Hasan Keamanan Rakyat melawan Sekutu
dan NICA. Ada beberapa insiden
yang memicu kemarahan rakyat
Medan, seperti aksi seorang
penghuni hotel yang merampas
lencana merah putih yang dipakai
pemuda Indonesia dan kemudian
menginjak-injak lencana tersebut.
Selain itu, kedatangan Tentara
Inggris (sekutu) yang diboncengi
NICA juga menjadi salah satu
penyebab pertempuran.
4 Palagan Ambarawa Kolonel Soedirman, Letnan Peristiwa Palagan Ambarawa
Kolonel Isdiman, Letkol Gatot terjadi pada 20 Oktober 1945 dan
Soebroto, Kolonel G.P.H. merupakan bagian dari
Djatikusumo, Kapten Surono, Pertempuran Ambarawa yang
M. Sarbini, dan Brigadir terjadi setelah kekalahan Jepang
Bethel. dan dideklarasikannya
kemerdekaan Republik Indonesia.
Faktor-faktor penyebabnya antara
lain datangnya tentara Sekutu
untuk merehabilitasi tawanan
perang, pengeboman desa-desa di
sekitar Ambarawa oleh pasukan
Sekutu, serta persenjataan
tawanan perang di penjara
Ambarawa dan Magelang oleh
tentara Sekutu yang memboncengi
NICA. Rakyat yang tidak mau
menyerah juga melakukan
perlawanan hingga meletuslah
perang di berbagai daerah
termasuk Ambarawa.
5 Pertempuran Margarana Letnan Kolonel I Gusti Peristiwa Puputan Margarana di
di Bali Ngurah Rai dan pasukannya. Bali disebabkan oleh kedatangan
Belanda ke Indonesia untuk
mengambil alih kekuasaan yang
sebelumnya dimiliki oleh Jepang.
Pada 18 November 1946, markas
pertahanan atau militer Belanda di
Tabanan, Bali diserang secara
habis-habisan, yang membuat
Belanda murka dan mengerahkan
seluruh kekuatannya untuk
mengepung Bali, khususnya
Tabanan. Selain itu, perang
Puputan Margarana di Bali juga
disebabkan oleh hasil Perjanjian
Linggarjati antara Belanda dan
Indonesia, di mana pengakuan
Belanda secara de facto atas
eksistensi Negara Republik
Indonesia hanya meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura.
6 Peristiwa Korban 40.000 di Hasil pencarian tidak Hasil pencarian tak memberikan
Sulawesi selatan memberikan informasi jawaban pasti atas pertanyaan apa
tentang pemimpin atau penyebab peristiwa yang memakan
tokoh tertentu yang 40.000 korban di Sulsel itu. Namun
memperjuangkan keadilan salah satu hasil pencarian
bagi para korban menyebutkan sebuah monumen
pembantaian di Sulawesi bernama Monumen Korban 40.000
Selatan. Jiwa didirikan di kota Makassar
untuk mengenang para korban
kampanye yang terjadi pada tahun
1946-1947. Menurut sumber yang
sama, pemerintah Republik
mengklaim puluhan ribu orang
tewas selama kampanye, dan
monumen itu dibangun untuk
menghormati para korban. Tidak
jelas dari hasil pencarian apa yang
secara spesifik menyebabkan
kematian para korban.
7 Peristiwa Merah putih di Residen Manado Bernard Peristiwa Merah Putih di Manado
Manado Wilhelm Lapian, Letnan terjadi pada tanggal 14 Februari
Kolonel Charles Choes Taulu, 1946, ketika himpunan rakyat di
Sersan SD Wuisan, Letnan Sulawesi Utara, termasuk pasukan
Verwaayen, dan Kapten KNIL dari kalangan pribumi, barisan
Blom. pejuang, dan laskar rakyat,
menyerbu markas militer Belanda
yang berada di Teling, Manado.
Pertempuran ini terjadi setelah
kekalahan Jepang pada Juli 1944
dan merupakan upaya merebut
kembali kekuasaan atas Manado,
Tomohon, dan Minahasa. Pemuda-
pemuda Sulut berhasil merebut
tangsi militer Belanda di Teling dan
menyobek warna biru bendera
sehingga menjadi merah putih lalu
mengibarkannya.

4. Lengkapi tabel berikut ini tentang perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh Bangsa
Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaannya!
NO NAMA TEMPAT/TGL TOKOH YANG HASIL AKIBAT BAGI
PERUNDINGAN DILAKSANAKAN IKUT DALAM PERUNDINGAN BANGSA
PERUNDINGAN INDONESIA
1 LINGGARJATI 11-13 Sultan Syahrir, A. Belanda mengakui Dampak
November 1946 K. Gani, Susanto penguasaan de positif dari
di Linggarjati, Tirtoprojo, facto atas Jawa, perundingan
Cirebon Mohammad Sumatera, dan Linggarjati
Roem, Wim Madura ; Belanda adalah
Schermerhorn, dan Indonesia Indonesia
Max Von Poll, HJ sepakat untuk mendapat
van Mook, F. de membentuk pengakuan
Baer, dan Lord Negara Indonesia politik secara
Killearn. Serikat pada de facto dari
tanggal 1 Januari negara lain,
1949; dan Belanda dan citra
akan Indonesia di
mempertahankan mata dunia
kendali atas bagian semakin kuat.
lain Indonesia
sampai
kesepakatan di
masa depan
tercapai.
2 RENVILLE 8 Desember Amir Syarifuddin, Perjanjian Renville Perjanjian ini
1947-17 Januari Ali Satroamidjojo, adalah sebuah kontroversial
1948 di atas H. Agus Salim, Dr. perundingan dan berujung
kapal perang J. Leimeng, dan R. antara Indonesia pada agresi
Amerika Serikat Abdul Kadir dan Belanda yang militer
USS Rencille Widjojoatmodjo. terjadi pada Belanda II
yang berlabuh tanggal 17 Januari terhadap
di Pelabuhan 1948 atas kapal Indonesia.
Tanjung Priok, USS Renville, kapal Perjanjian
Jakarta Angkatan Laut Renville
Amerika Serikat dipandang
yang berlabuh di sebagai
Jakarta. perjanjian
Kesepakatan yang
tersebut bertujuan merugikan
untuk Indonesia,
menyelesaikan dan
sengketa antara menimbulkan
kedua negara atas reaksi keras
kedaulatan dari
Indonesia. masyarakat
Perjanjian tersebut Indonesia.
mengakibatkan
Belanda tetap
berdaulat hingga
terbentuknya
Negara Indonesia
Serikat.
3 ROEM-ROYEN 17 April 1949-7 Moh. Roem, Perjanjian ini Dampak
Mei 1949 di Mohammad merupakan perjanjian
Hotel Des Indes, Hatta, Ali kelanjutan dari tersebut
Jakarta Sastroamidjojo, perundingan terhadap
Ir. Juanda, sebelumnya, Indonesia
Johannes antara lain cukup
Leimena, dan Perjanjian signifikan,
Herman van Linggarjati tahun karena
Raijen. 1946 dan membuka
Perjanjian Renville jalan bagi
tahun 1948. Hasil penyerahan
utama dari kedaulatan
Perjanjian Roem- dari Belanda
Royen adalah ke Indonesia.
penarikan pasukan
Belanda dari
Yogyakarta yang
berlangsung pada
tanggal 24-29 Juni
1949.
4 INTER 19-22 Juli 1949 Soekarno, Moh. Konferensi Inter Secara
INDONESIA di Hotel Hatta, Indonesia pertama keseluruhan,
Toegoe, Mohammad pada tahun 1949 Konferensi
Yogyakarta Roem menghasilkan Antar-
beberapa Indonesia
keputusan, seperti memiliki
pertahanan negara dampak
menjadi hak positif dan
pemerintah RIS, negatif bagi
angkatan perang sejarah
RIS menjadi Indonesia dan
angkatan perang rakyatnya.
nasional, dan RIS
mendapatkan
kedaulatan dari
pemerintah
kerajaan Belanda
dan Republik
Indonesia.
Konferensi Inter
Indonesia kedua
pada tahun 1949
menghasilkan
beberapa
keputusan, seperti
bendera RIS
menjadi sang
Merah-Putih, lagu
kebangsaan
menjadi Indonesia
Raya, dan bahasa
resmi RIS menjadi
Bahasa Indonesia.
Perundingan
Linggarjati dan
Perundingan
Renville mengakui
asas federal
sebagai dasar
membentuk
negara federal di
Indonesia, namun
hanya mengakui
secara de facto
kekuasaan
Indonesia atas
Sumatera, Jawa,
dan Madura.
Perjanjian Roem
Royen pada tahun
1949 merupakan
salah satu upaya
diplomasi yang
dilaksanakan
setelah terjadi
Agresi Militer II.
Perjanjian ini
membawa
perwakilan kedua
negara ke dalam
perjanjian dan
menghasilkan
pengakuan
kedaulatan oleh
Belanda. Selain itu,
perjanjian ini juga
mengantarkan
Indonesia dan
Belanda ke
Konferensi Meja
Bundar (KMB).
5 KMB 23 Agustus-2 Mohammad Hasil perundingan Dampak dari
November 1949 Hatta, KMB (Konferensi perjanjian ini
di Den Haag, Mohammad Meja Bundar) bagi Indonesia
Belanda Roem, Soepomo, adalah Belanda antara lain
Johannes mengakui adalah
Leimena, Ali kedaulatan pengakuan
Sastroamidjojo, Indonesia sebagai kedaulatan
Suyono Hadinoto, Republik Indonesia kemerdekaan
Sumitro Serikat (RIS). dari Belanda,
Djojohadikusumo, Masalah Irian Barat mendapatkan
dan Abdul Karim akan kembali kapal-kapal
Pringgodigdo. tertahan 1 tahun perang kecil,
setelah pengakuan dan
kedaulatan. berkewajiban
Konferensi Meja membayar
Bundar diadakan di hutang
Den Haag, Belanda kepada
pada tanggal 23 Belanda.
Agustus hingga 2 Namun,
November 1949. terdapat juga
Delegasi Indonesia dampak
dipimpin oleh Drs. negatif dari
Mohammad Hatta perjanjian ini,
dan delegasi seperti
Belanda dipimpin tertundanya
oleh Dr JH Van penyelesaian
Royen. Konferensi demokrasi
ini berakhir dengan dan
hasil bahwa perekonomian
Belanda bersedia Indonesia
menyerahkan yang
kedaulatannya terbebani
kepada RIS. utang-utang
Belanda.

5. Tunjukkan bukti pelanggaran yang dilakukan oleh Belanda terhadap hasil perundingan
Linggarjati dan Renville!
Perjanjian resmi pertama yang dilakukan Belanda dan Indonesia setelah kemerdekaan
adalah Perundingan Linggarjati. Van Mook bertindak langsung sebagai wakil Belanda,
sedangkan Indonesia mengutus Soetan Sjahrir, Mohammad Roem, Susanto Tirtoprojo, dan
A.K. Gani. Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord Killearn. Perundingan ini
menghasilkan sejumlah kesepakatan:
a) Belanda mengakui Jawa dan Madura sebagai wilayah RI secara de facto.
b) Belanda meninggalkan wilayah RI paling lambat 1 Januari 1949.
c) Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara RIS (Republik Indonesia Serikat).
d) RIS menjadi negara persemakmuran di bawah naungan negeri Belanda (Ide Anak
Agung Gde Agung, Persetujuan Linggarjati, 1995:164).
Isi kesepakatan ini tentu saja merugikan Indonesia karena pada akhirnya nanti tetap saja
menjadi bawahan Belanda, dan sempat terjadi pro-kontra. Namun, para petinggi
pemerintahan RI kala itu terpaksa sepakat karena bagaimanapun juga, jalan damai adalah
pilihan utama, serta belum cukup kuatnya angkatan perang yang dimiliki Indonesia. Baca
juga: Gugurnya Walikota Padang di Medan Juang Namun, realisasi di lapangan tidak
sepenuhnya berjalan mulus. Beberapa kali pasukan Belanda berulah dan memicu
bentrokan di sejumlah daerah. Hingga akhirnya, tanggal 15 Juli 1947, van Mook
mengeluarkan ultimatum agar RI menarik mundur pasukan sejauh 10 kilometer dari garis
demarkasi yang telah disepakati (Abdul Haris Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan
Indonesia, 1991:439). Kehendak Belanda tersebut tentu saja ditolak oleh pemerintah RI.
Van Mook semakin murka dan pada 20 Juli 1947 ia menyatakan melalui siaran radio bahwa
Belanda tidak terikat lagi pada hasil Perundingan Linggarjati. Kurang dari 24 jam setelah itu,
Agresi Militer Belanda I pun dimulai.

6. Jelaskan tujuan Agresi Militer Belanda I dan II!


1) Tujuan Agresi Militer Belanda I

Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda yang dilakukan di Jawa dan
Sumatera terhadap Republik Indonesia. Agresi militer Belanda I dilakukan dari 21 Juli
1947 hingga 5 Agustus 1947. Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I di
Indonesia karena ingin menguasai sumber daya alam yang ada di Pulau Sumatera dan
Jawa. Agresi Militer Belanda I merupakan bukti pelanggaran Belanda terhadap isi
Perundingan Linggarjati. Agresi Militer Belanda I terjadi karena adanya perbedaan
penafsiran dalam Perundingan Linggarjati. Dampak positif Agresi Militer Belanda I bagi
Indonesia adalah bangsa Indonesia berhasil memperoleh simpati dari dunia
internasional. Baca juga: Mengapa Perjanjian Linggarjati Merugikan Indonesia? Alasan
Belanda Melakukan Agresi Militer I di Indonesia Pada 27 Mei 1947, Belanda
mengirimkan sebuah ultimatum kepada Indonesia yang harus segera dijawab dalam
rentang waktu 14 hari. Ultimatum itu membahas mengenai:
a) Pembentukan pemerintahan peralihan Bersama.
b) Megadakan garis demiliterisasi dan menghentikan pengacauan di daerah-daerah
Konferensi Malino (Negara Indonesia Timur, Kalimantan, Bali).
c) Mengadakan pembicaraan pertahanan negara, di mana Sebagian Angkatan darat,
laut, dan udara kerajaan Belanda harus tinggal di Indonesia.
d) Pembentukan kepolisian demi melindungi kepentingan dalam dan luar negeri.
e) Hasil-hasil perkebunan dan deisa diawasi Bersama.
Perundingan dengan Belanda. Pertemuan mereka berlangsung tanggal 14 hingga 15
Juli 1947. Namun, perundingan ini tidak menghasilkan jawaban apa-apa. Indonesia
masih bersikeras tetap mempertahankan kesatuan bersama. Pemerintah Indonesia
menolak dengan tegas untuk mematuhi ultimatum yang dikirimkan Belanda.
Penolakan dari Indonesia ini yang kemudian membuat Belanda melancarkan Agresi
Militer di Indonesia pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Kemudian, alasan lain
Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia adalah untuk menguasai sumber
daya alam di Pulau Sumatera dan Jawa. Setelah Agresi Militer Belanda I dilaksanakan,
Belanda berhasil merebut banyak wilayah Indonesia dan mengucilkan tentara
Indonesia. Belanda juga menguasai sebagian besar Indoensia, termasuk pantai utara
Jawa dan seluruh kota besar di Jawa, kecuali Yogyakarta. Hal ini membuat pasukan
Indonesia terdesak dan harus melakukan perlawanan gerilya dari hutan-hutan. Ibu
kota negara juga harus dipindahkan ke Yogyakarta dan di sana Belanda membentuk
negara boneka, seperti Negara Pasundan, Negara Madura, dan Negara Indonesia
Timur.
2) Tujuan Agresi Militer Belanda II

Mengutip dari skripsi “Agresi Militer Belanda I dan II (Periode 1947 – 1949) dalam
Sudut Pandang Hukum Internasional”, yang berjudul diterangkan bahwa setelah
Perjanjian Renville, Belanda kemudian mendirikan beberapa negara bagian di wilayah
bekas Hindia Belanda. Wilayah tersebut berhasil dikuasai Belanda melalui Agresi
Militer I. Perjanjian Renville sulit dilaksanakan kedua belah pihak. Keduanya bahkan
saling menuduh terjadi pelanggaran. Belanda menuduh Indonesia melakukan
penyusupan, penyerangan, dan penjarahan di wilayah dikuasai Belanda. Mereka
menuduh pihak Indonesia tidak bisa mengurasi tentara rakyat. Sementara itu,
Indonesia menganggap Belanda tidak menghormati isi perjanjian yang sudah
disepakati bersama. Indonesia menganggap Belanda tetap melakukan politik adu
domba seperti pembentukan Negara Federal dan konferensi Federal Bandung. Belanda
juga dituduh sering melanggar garis demarkasi militer yang sudah disetujui. Dari latar
belakang tersebut menyebabkan Belanda akhirnya melakukan operasi militer yang
dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer
Belanda II, yaitu:
a) Menghancurkan status Indonesia sebagai negara kesatuan.
b) Menguasai Yogyakarta yang pada saat itu ibu kota negara.
c) Menangkap pemimipin Indonesia.
Agerasi Militer Belanda terjadi pada tanggal 19 – 20 Desember 1948 yaitu saat
Belanda menyerang Yogyakarta. Operasi tersebut dirancang oleh Letnan Jenderal
Simon Spoor yang menerapkan strategi serangan seperti yang dilakukan Jepang saat
menyerang Amerika Serikat. Kekuatan militer Belanda yang cukup besar membuat
perlawanan Indonesia tidak berarti. Hanya dalam hitungan jam, Belanda berhasil
menduduki Yogyakarta. Bahkan Belanda berhasil menawan pimpinan sipil seperti
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa tolih lain.
Belanda mengasingkan tokoh tersebut ke Sumatra. Sementara itu, pimpinan militer
Indonesia memutuskan untuk melakukan Pering Gerilya. Jatuhnya Yogyakarta ke
tangan Belanda menyebabkan terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pasukan Belanda
segera melakukan operasi pembersihan pihak Indonesia dengan menangkap dan
menawan ratusan orang yang dicurigai. Belanda mencoba membenarkan aksi
militernya dengan beberapa alasan, antara lain:
a) Terdapat infiltrasi yang dilakukan pasukan Indonesia ke daerah yang diduduki
Belanda.
b) Pemerintah Indonesia tidak berdaya untuk mengendalikan TNI yang merusak
keamanan dan ketentraman Selain itu, pemerintah Indonesia dianggap tidal bisa
memenuhi janji karena tidak berkuasa atas beberapa golongan di daerahnya.
c) Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan bahaya komunis.
Beberapa saat setelah serangan militer Belanda ke Yogyakarta, Dr. Beel sekali Wakil
Mahkota Agoeng di Batavia melakukan siara pers. Siaran tersebut berisi pernyataan
bahwa Belanda tidak mau terikat lagi dengan perjanjian gencatan senjata dengan
Indonesia lewat Perjanjian Renville. Belanda menganggap bahwa pihak Indonesia tidak
bersedia menghormati gencatan senjata dan sering melakukan pelanggaran ke wilayah
yang diduduki Belanda. Di lain sisi pihak Indonesia tidak pernah menyerah. Walaupun
Soekarno dan Hatta sudah tertangkap, namun TNI masih gigih melakukan perlawan
terhadap Belanda. Tanggal 1 Maret 1949, TNI melakukan serangan besar ke
Yogyakarta. Serangan balik tersebut dicanangkan oleh petinggi militer berdasarkan
instruksi Panglima Besar Soedirman dengan mengikutsertakan beberapa pimpinan sipil
setempat. Kecerdasan Panglima Besar Soedirman menjadikannya sebagai salah satu
tokoh Agresi Militer Belanda II yang disegani hingga saat ini. Serangan balik Indonesia
dilakukan untuk membuktikan eksistensi TNI dan menunjukan bahwa Indonesia masih
ada. Serangan tersebut sukses membuat moral Belanda menurun dan membuat posisi
Indonesia semakin baik dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB. Peristiwa Agresi
Militer Belanda II ternyata memberikan dampak bagi kedua belah pihak baik Indonesia
atau Belanda, yaitu:
a) Dampak untuk Indonesia
o Serangan tersebut menyebabkan beberapa tokoh Indonesia tertangkap dan
diasingkan di luar Jawa.
o Terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
o Banyak korban tewas dari kelompok TNI.
o Beberapa bangunan di Yogyakarta hancur akibat serangan Belanda.
b) Dampak untuk Belanda
o Pasukan Belanda tidak merasakan kemenangan sepenuhnya karena TNI
berhasil melakukan serangan balik.
o Pasukan Belanda kewalahan menghadapi serangan balik TNI.
o Propraganda Belanda yang menyebutkan bahwa pemerintahan Indonesia
sudah tidak ada tidak terbukti. Sebab TNI bisa melakukan serangan balik dan
Indonesia berhasil membuat pemerintahan darurat.

7. Sebelum Belanda melakukan Agressi militer Belanda kedua ke ibukota R.I Yogyakarta, Ir.
Soekarno memerintahkan Syafruddin Prawiranegara untuk segera membentuk PDRI
(Pemerintah Darurat Republik Indonesia) di Bukit Tinggi. Jelaskan tujuan pembentukan
PDRI di Bukit Tinggi!
Dalam Agresi Militer Belanda II, pasukan militer Belanda awalnya menyerang Pangkalan
Udara Maguwo agar bisa masuk ke Yogyakarta. Belanda menggempur pangkalan udara itu
secara tiba-tiba melalui serangan udara. Setelah Pangkalan Udara Maguwo lumpuh,
Belanda dengan cepat menguasai Yogyakarta. Pemimpin Indonesia saat itu, Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap. Belanda juga menangkap
sejumlah tokoh seperti Sutan Sjahrir, Agus Salim, Mohammad Roem, dan AG Pringgodigdo.
Mereka diterbangkan ke tempat pengasingan di Pulau Sumatera dan Pulau Bangka.
Sebelum ditangkap, Presiden Soekarno sempat membuat surat kuasa kepada Menteri
Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara untuk membuat pemerintahan darurat sementara.
Soekarno memberikan mandat kepada Syafruddin untuk membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat. Peralihan pemerintahan
ini bertujuan agar Republik Indonesia tidak berhenti dan terus menyusun strategi melawan
Belanda. Presiden Soekarno juga sudah membuat rencana cadangan seandainya
Pemerintahan Darurat ini gagal menjalankan tugas pemerintahan. Soekarno membuat
surat kepada Duta Besar RI di New Delhi, India, Sudarsono, Menteri Keuangan AA Maramis
dan staf Kedutaan RI LN Palar untuk membentuk Exile Government of Republic Indonesia di
New Delhi, India. Exile Government adalah pemerintah resmi suatu negara yang karena
alasan tertentu tidak dapat menggunakan kekuatan legalnya. Namun, rencana ini tak jadi
dilakukan karena PDRI berhasil membentuk pemerintahan sementara pada 22 Desember
1948. Sejak saat itu, tokoh-tokoh PDRI menjadi incaran Belanda. Namun, PDRI tak gentar
dan menyusun sejumlah perlawanan dengan membentuk lima wilayah pemerintahan
militer di Sumatera yakni di Aceh, Tapanuli, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.
Perlawanan terhadap belanda juga dibantu berbagai laskar di Jawa. Serangan Belanda yang
terus digencarkan justru mendapat kecaman dari dunia internasional. PBB mendesak
Belanda membebaskan pemimpin Indonesia dan kembali memenuhi Perjanjian Renville.
Belanda pun membebaskan Soekarno dan Hatta pada 6 Juli 1949. Pemerintahan pun
kembali pulih pada 13 Juli 1949. Belanda dan Indonesia juga merundingkan perjanjian
Roem Royen.

8. Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dengan Aggressi militer Belanda II yang
dilakukan terhadap ibukota R.I Yogyakarta. Para pejuang melakukan serangan balik yang
dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949. Jelaskan makna dari Serangan Umum 1
Maret 1949 yang berhasil menguasai Yogyakarta kembali walaupun hanya 6 jam saja!
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya, Belanda berupaya merebut kembali
kekuasaan dan menjajah Indonesia. Untuk itu Belanda melancarkan serangan ke wilayah
Indonesia yang disebut dengan agresi militer. Pada 19 Desember 1948, untuk kedua kalinya
Belanda menyerang Indonesia, dalam Agresi Militer II. Dalam serangan ini, Belanda berhasil
menguasai ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta. Belanda juga menawan Presiden
Sukarno dan mengasingkanya ke pulau Bangka. Menghadapi situasi ini, pasukan TNI
dipimpin oleh Jenderal Sudirman melakukan perlawanan dalam perang gerilya, dengan
menyerang Belanda dan bersembunyi di basis pertahanan di hutan dan desa. Pada awal
tahun 1949, Sultan Hamengkubuwono IX menyusun gagasan serangan umum yang akan
diluncurkan terhadap Yogyakarta, melawan pasukan Belanda yang mendudukinya. Tujuan
serangan umum ini adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada
dan tidak menyerah dalam mempertahankan kemerdekaanya. Ide serangan umum itu
disampaikan pada Jenderal Sudirman, yang menyetujuinya. Pada bulan Februari 1949,
Hamengkubuwono IX mengadakan pertemuan dengan Letnan Kolonel Suharto, yang dipilih
oleh Jenderal Sudirman untuk menjadi komandan lapangan untuk serangan tersebut.
Setelah diskusi ini, persiapan dibuat untuk serangan umum pada 1 Maret 1949. Serangan
ini melibatkan serangan-serangan gerilya yang intensif di desa-desa dan kota-kota di sekitar
Yogyakarta sehingga membuat pasukan Belanda terpancing ke luar Yogyakarta. Pada
tanggal 1 Maret 1949 jam 6 pagi, Suharto dan pasukannya meluncurkan aerangan.
Serangan itu mengejutkan Belanda. Sementara itu, Hamengkubuwono IX mengijinkan
istananya untuk digunakan sebagai tempat persembunyian pasukan Indonesa. Selama
enam jam, pasukan Indonesia mempertahankan kontrol Yogyakarta sebelum akhirnya
mundur. Serangan itu merupakan keberhasilan moral dan diplomatik, menginspirasi
pasukan di seluruh Indonesia, serta membuktikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa
bahwa tentara Indonesia masih ada dan mampu berjuang melawan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai