Anda di halaman 1dari 21

KEADAAN EKONOMİ INDONESIA PADA

MASA AWAL KEERDEKAAN (1945) HINGGA 1950


A. KONDISI EKONOMİ INDONESIAAWAL KEMERDEKAAN
Keadaan ekononü Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya
Republik Indonesia sangat kacau dan sulit. Latar belakang keadaan yang kacau tersebut
dişebabkan karena :
Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana
belum ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia.
Sebagai negara baru Indonesia belum mempunyai pola dan cara untuk mengatur
ekonomi keuangan yang mantap.
Tingalan pemerintah pendudukan Jepang dimana ekonomi saat pendudukan Jepang
memang sudah buruk akibat pengeluaran pembiayaan perang Jepang. Membuat
pemerintah baru Indonesia agak sulit untuk bangkit dari keterpurukan.
Kondisi keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya
pergantian kabinet, dimana hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdeaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang mengharnbat langkah kebijakan pemerintah
dalam bidang ekonomi.

Faktor- faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950 adalah sebagai


berikut .
1. Terjadi Inflasi yang sangat tinui
Inflasi tersebut dapat terjadi disebabakan karena :
Beredarnya mata uang Jepang di masyarakat dalam jumlah yang tak terkendali
(pada bulan Agustus 1945 mencapai Milyar yang beredar di Jawa sedangkan
şecara umum uang yang beredar di masyarakat mencapai 4 milyar).
Beredarnya mata uang cadangan yang dikeluarkan oleh pasukan Sekutu dari
bankbank yang berhasil dikuasainya untuk biaya operasi dan gafi pegawai yanh
jumlahnya mencapai 2,3 milyar.
Repubik Indonesia sendiri belum nwmiliki mata uang sendiri sehingga pemerintah
tidak dapat menyatakan bahwa mata uang pendudukan Jepang tidak berlaku.
Inflasi karena di satu sisi tidak terkendolinya peredaran uang yang dikeluarkan
pemerintah Jepang di sisi lain ketersediaan barang menipis bahkan langka di
beberapa daerah. Kelangkaan ini terjadi akibat adanya blokade ekonomi oleh
Belanda. Uang Jepang yang beredarsangat tinggi sedangkan kemampuan ekonomi
untuk menyerap uang tersebut masih sanat rendah.
Karena inflasi ini kelompok yang paling menderita adalah para petani şebab pada masa
pendudukan Jepang petani merupakan produsen yang paling banyak menyimpan mata uang
Jepang. Hasil pertanian mereka tidak dapat dijual, sementara nilai tukar mata uang yang
mereka miliki sangat rendah.
Pemerintah Indonesia yang baru saja berdiri tidak mampu mengendalikan dan
menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut sebab Indonesia belum memiliki
mata uang baru sebagai penggantinya. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
sementara waktu menyatakan ada 3 mata uang yang berlaku di wilayah RJ, yaitu:
Mata uang De Javasche Bank
Mata uang pemerintah Hindia Belanda
Mata uang pendudukan Jepang
Keadaan tersebut diperparah dengan dibedakukannya uang NICA di daerah yang
diduduki sekutu pada tanggal 6 Maret 1946 Oleh Panglima AFNEI yang baru (Letnan
Jenderal Sir Montagu Stopford). Uang NICA ini dimaksudkan untuk menggantikan uang
Jepang yang nilainya sudah sangat turun saat itu. Upaya sekutu tersebut merupakan
salah satu bentuk pelangaran kesepakatan yaitu bahwa selama belum ada penyelesaian
politik mengenai status Indonesia, maka tidak ada mata uang baru.
Karena tindakan sekutu tersebut maka pemerintah Indonesiapun rnengeluarkan uang
kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI)sebagai pengganti uang Jepang.

2. Adanya Blokade ekonomi dari Belanda


Blokade Oleh Belanda ini dilakukan dengan menutup (memblokir) Pintu keluar-masuk
perdagangan RI terutama melalui jalur laut dan pelabuhan-pelabuhan penting. Blokade
ini dilakukan mulai bulan November 1945. Adapun alasan dari pemerintah Belanda
melakukan blokade ini adalah :
• Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
• Mencegah kelurnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing
Iainnya.
• Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan Oleh
bangsa
Iain.
Dengan adanya blokade tersebut menyebabakan:
• Barang-barang ekspor RI terlambat terkirim.
• Barang•barang dagangan milik Indonesia tidak dapat di ekspor bahkan banyak
barang-barang ekspor Indonesia yang dibumi hanguskan.
• Indonesia kekurangan barang-barang import yang sangat dibutuhkan.
• Inflasi semakin tak terkendali sehingga rakyat menjadi gelisah.
Tujuan/harapan Belanda dengan blokade ini adalah:
• Agar ekonomi Indonesia mengalami kekacauan
• Agar terjadi kerusuhan sosial karena rakyat tidak percaya kepada pernerintah
Indonesia, sehingga pemerintah Belanda dapat dengan mudah mengembalikan
eksistensinya.
• Untuk menekan Indonesia dengan harapan bisa dikuasai kembali Oleh
Belanda.
3. Kekosongan kas Negara
Kas Negara mengalami kekosongan karena pajak dan bea masuk Iainnya belum ada
sementara pengeluaran negara semakin bertambah. Penghasilan pemerintah hanya
bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan dari bidang pertanian inilah
pemerintah Indonesia masih bertahan, sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

B. UPAYA MENGATASI BLOKADE EKONOMI BEI-ANDA (NICA)


Upaya pemerintah untuk keluar dari masalah blokade tersebut adalah sebagai berikut.
1. Usaha bersifat politiS, yaitu Diplomasi Beras ke India
Pemerintah Indonesia bersedia untuk membantu pemerintah India yang sedang ditimpa
bahaya kelaparan dengan mengirimkan 500.000 ton beras dengan harga sangat rendah.
Pemerintah melakukan hal ini sebab akibat blokade oleh Belanda maka hasil panen
Indonesia yang melimpah tidak dapat dijual keluar negeri sehingga pemerintah berani
memperkirakan bahwa pada pada musim panen 1946 akan diperoleh suplai hasil panen
sebesar 200.000 sampai 400.000 ton. Sebagai imbalannya pernerintah India bersedia
mengirimkan bahan pakaian yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia pada saat itu.
Saat itu Indonesia tidak memikirkan harga karena yang penting adalah dukungan dari
negara Iain yang sangat diperlukan dalam perjuangan diplomatik dalam forum
internasional. Adapun keuntungan politis yang diperoleh Indonesia dengan adanya
kerjasama dengan India ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India
secara diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.

2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri


Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan Oleh pihak pemerintah
mau pun pihak swasta. Usaha tersebut antara Iain :
Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan swasta Amerika (Isbrantsen
Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke berbagai
negara. Dimana usaha tersebut dirintis Oleh BTC (Banking and Trading
Corporation) atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan
semi-pemerintah yang membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin Oleh
Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng Die. Hasil transaksi pertama dari
kerjasama tersebut adalah Amerika bersedia membeli barang-barang ekspor
Indonesia seperti gula, karet, teh, dan Iain-Iain. Tetapi selanjutnya kapal Amerika
yang mengangkut barang pesanan RI dan akan memuat barang ekspor dari RI
dicegat dan seluruh muatannya disita Oleh kapal Angkatan Laut Belanda.
Karena blokade Belanda di Jawa terlalu kuat maka usaha diarahkan untuk
menembus blokade ekonomi Belanda di Sumatera dengan tujuan Malaysia dan
Singapura. Usaha tersebut dilakukan sejak 1946 sampai akhir masa perang
kemerdekaan. Pelaksanaan ini dibantu Oleh Angkatan laut RI serta pemerintah
daerah penghasil barang-barang ekspor. Karena perairan di Sumatra sangatlah
luas, maka pihak Belanda tidak mampu melakukan pengawasan secara ketat.
Hasilnya Indonesia berhasil menyelundupkan karet yang mencapai puluhan ribu
ton dari Sumatera ke luar negeri, terutama ke Singapura. Dan Indonesia berhasil
memperoleh senjata , obat-obatan dan barang-barang Iain yang dibutuhkan.
Pemerintah RI pada 1947 membentuk perwakilan resmi di Singapura yang diberi
nama Indonesian Office (Indoff). Secra resmi badan ini merupakan badan yang
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri, namun secara rahasia
berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melakukan perdagangan
barter. Diharapkan dengan upava ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Selain itu juga berperan sebagai perantara dengan pedagang Singapura
dan mengusahakan pengadaan kapal-kapal yang diperlukan.
Dibentuk perwakilan kemetrian pertahanan di luar negeri yaitu Kementrian
Pertahanan Urusan Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin oleh Ali
Jayengprawiro. Tugas pokok badan ini adalah membeli senjata dan perlengkapan
angkatan perang.

C. KEBUAKAN PEMERINTAHAN MENGHADAPI BURUKNYA KONDISI EKONOMI


INDONESIA Upava yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonominya
mulai dilakukan sejak Februari 1946, adalah sebagai berikut.
1. Konferensi Ekonomi Februari 1946
Konferensi ini dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat lainnya yang
bertanggungjawab langsung mengenai masalah ekonomi di Jawa, yang dipirnpin oleh
Menteri Kemakmuran (Darmawan Mangunkusumo). Tujuan Konferensi ini adalah
untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, seperti :
Masalah produksi dan distribusi makanan
Tercapai kesepakatan bahwa sistem autarki lokal sebagai kelanjutan dari sistem
ekonomi perang Jepang, secara berangsur-angsur akan dihapukan dan diganti dengan
sistem desentralisasi. Masalah sandang
Disepakati bahwa Badan Pengawasan Makanan Rakyat diganti dengan Badan
Persediaan dan Pembagian Makanan (BPPM) yang bertujuan untuk mengatasi
kesengsaraan rakyat Indonesia. Badan ini dipimpin oleh Sudarsono dibawah
pengawasan Kementrian Kemakmuran. BPPM dapat dianggap sebagai awal dari
terbentuknya Badan Urusan Logistik (Bulog). Sementara itu tujuan dibentuk Bulog
(Februari 1946) untuk melarang pengiriman bahan makanan antar karisidenan
Status dan Administrasi perkebunan-perkebunan
Keputusannya adalah semua perkebunan dikuasai oleh negara dengan sistem
sentralisasi di bawah kementrian Kemakmuran. Sehingga diharapkan pendapatan
negara dapat bertambah secara signifikan dengan nasionalisasi pabrik gula dan
perkebunan tebu.
Konferensi kedua di Solo, 6 Mei 1946 membahas mengenai masalah program ekonomi
pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga, distribusi, dan alokasi
tenaga manusia. Wapres Moh. Hatta mengusulkan mengenai rehabilitasi pabrik gula,
dimana gula merupakan bahan ekspor penting sehingga harus dikuasai oleh negara.
Untuk merealisasikan keinginan tersebut maka pada 6 Juni 1946 dibentuk Perusahaan
Perkebunan Negara (PPN).
2) Püljaman Nasional
Program ini dilaksanakan oleh Menteri Keuangan (Surachman) dengan persetujuan
BPKNIP. Untuk mendukung program tersebut maka dibuat Bank Tabungan Pos, bank
ini berguna untuk penyaluran pinjaman nasional untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat Indonesia kepada pemerintahan. Selain itu, pernerintah juga menunjuk
rumah gadai untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan jangka waktu
pengernbalian selama 40 tahun. Tujuannya untuk mengumpulkan dana masyarakat bagi
kepentingan perjuangan, sekaligus untuk menanamkan kepercayaan rakyat pada
pemerintah RI.
Rakyat dapat meminjam jika rakyat mau menyetor uang ke Bank Tabungan Pos dan
rumah-rumah pegadaian. Usaha ini mendapat respon yang besar dari rakyat terbukti
dengan besar pinjaman yang ditawarkan pada bulan Juli 1946 sebesar Rp.
1.000.000.000,00 , pada tahun pertama berhasil dikumpulkan uang sejumlah Rp.
500.000.000,00. Kesuksesan yang dicapai menunjukkan besarnya dukungan dan
kepercayaan rakyat kepada Pemerintah RI.

3) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.


Badan ini dibentuk atas usul dari menetri kemakmuran AK. Gani. Badan ini merupakan
badan tetap yang bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk jangka
waktu 2 sampai 3 tahun yang akhirnya disepakati Rencana Pembangunan Sepuluh
Tahun.
Rencana Pernbangunan 10 tahun tersebut adalah sebagai berikut.
• Semua bangunan umum, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang
menjadi milik negara, yang baru terlaksana tahun 1957.
• Bangunan umum vital milik asing dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi

• Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap RI.

• Perusahaan modal asing lainnya dikernbalikan kepada yang berhak sesudah


diadakan perjanjian Republik Indonesia dengan Belanda.
Badan ini bertujuan untuk menasionalisasikan semua cabang produksi yang telah ada
dengan mengubah ke dalam bentuk badan hukum. Hal ini dilakukan dengan harapan
agar Indonesia dapat menggunakan semua cabang produksi secara maksimal dan kuat di
mata hukum internasional. Pendanaan untuk Rencana Pembangunan ini terbuka baik
bagi pemodal dalam negeri maupun pemodal asing.
Inti rencana ini adalah agar Indonesia membuka diri terhadap penanaman modal asing
dan melakukan pinjaman baik ke dalam maupun ke luar negeri.
Untuk membiayai rencana pembangunan ekonomi tersebut pemerintah membuka diri
terhadap penanaman modal asing, mengerahkan dana masyarakat melalui pinjaman
nasional, melalui tabungan masyarakat, serta melibatkan badan-badan swasta dalam
pembangunan ekonomi. Dan untuk menampung dana tersebut dibentuk Bank
Pembangunan. Perusahaan patungan (merger) diperkenankan berdiri sementara itu
tanah partikelir dihapuskan.
Perkembangannya April 1947 badan ini diperluas menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran
kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi dan dalam rangka
melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Rencana tersebut belum berhasil
dilaksanakan dengan baik karena situasi politik dan militer yang tidak memungkinkan,
yaitu Agresi Militer Belanda I dan Perjanjian Linggarjati yang menyebabkan sebagian
besar wilayah Indonesia yang memiliki potensi ekonomi jatuh ke tangan Belanda dan
yang tersisa sebagian besar tergolong sebagai daerah miskin dan berpenduduk padat
(Sumatera dan Jawa). Hal tersebut ditambah dengan adanya Pemberontakan PKI dan
Agresi mlliter Belanda Il yang mengakibatkan kesulitan ekonomi semakin memuncak.

4) Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948


Program ini bertujuan untuk mengurangi beban negara dalam bidang ekonomi, selain
meningkatkan efisiensi. Rasionalisasi meliputi penyempurnaan administrasi negara,
angkatan perang, dan aparat ekonomi. Sejumlah angkatan perang dikurangi secara
drastis untuk mengurangi beban negara di bidang ekonomi dan meningkatkan effisiensi
angkatan perang dengan menyalurkan para bekas prajurit pada bidang-bidang produktif
dan diurus Oleh kementrian Pembangunan dan Pemuda. Rasionalisasi yang diusulkan
Oleh Mohammad Hatta diikuti dengan intensifikasi pertanian, penanaman bibit unggul,
dan peningkatan peternakan.

5) Rencana Kasimo (Kasimo Plan)


Program ini disusun Oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J.Kasimo. Program ini
berupa Rencana Produksi Tiga tahun (1948-1950) mengenai usaha swasembada pangan
dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Inti dari Kasimo Plan adalah untuk
meningkatkan kehidupan rakyat dengan menigkatkan produksi bahan pangan. Rencana
Kasimo ini adalah :
Menanami tanah kosong (tidak terurus) di Sumatera Timur seluas 281.277 HA
Melakukan intensifikasi di Jawa dengan menanam bibit unggul
Pencegahan penyembelihan hewan-hewan yang berperan penting bagi produksi
pangan.
Di setiap desa dibentuk kebun-kebun bibit
Transmigrasi bagi 20 juta penduduk Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera dalam
jangka waktu 10-15 tahun.

6) Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)


Organisasi yang dipimpin B.R Motik ini bertujuan untuk
• Menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta, agar pengusaha swasta
memperkuat persatuan dan mengembangkan perekonomian nasional.
• Menggalang dan Melenyapkan individualisasi di kalangan organisasi pedagang
sehingga dapat memperkokoh ketahanan ekonomi bangsa Indonesia.
Meskipun usaha PTE didukung pemerintah dan melibatkan dukungan dari pemerintah
daerah namun perkembangannya PTE tidak dapat berjalan baik dan hanya rnampu
didirikan Bank PTE di Yogyakarta dengan modal awal RP. 5.000.000,00. Kegiatan ini
semakin mengalami kemunduran akibat Agresi Militer Belanda.
Selain PTE, perdagangan swasta lainnya juga membantu usaha ekonomi pemerintah
adalah Banking and Trading Corporation (Perseroan Bank dan Perdagangan).
Mengaktifkan kembali Gabungan Perusahaan Perindustrian dan Perusahaan Penting.
Pusat Tembakau Indonesia, Gabungan Saudagar Indonesia Daerah Aceh (GASIDA)
dalam rangka memperbaiki ekonomi Indonesia.

7) Oeang Republik Indonesia (ORI)


Melarang digunakan mata uang NICA dan yang lainnya serta hanya boleh
menggunakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia berdasarkan No. 17 tahun 1946 yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober
1946. Mengenai pertukaran uang Rupiah Jepang diatur berdasarkan No. 19 tahun 1946
tanggal 25 Oktober 1946. Tanggal 25 Oktober selanjutnya dijadikan sebagai hari
keuangan. Adapun kebijakan penyetaraan mata uang adalah sebagai berikut.
• Di Jawa, Lima puluh rupiah (Rp. 50,00) uang Jepang disamakan dengan satu
ruapiah (Rp. 100,00) ORI dengan perbandingan 1:5.
• Di Luar Jawa dan Madura, Seratus rupiah (Rp. 100,00) uang Jepangsama
dengan satu rupiah(Rp. 1,00) ORI dengan perbandingan 1:10.
• Setiap sepuluh rupiah (Rp. 10,00) ORI bernilai sama dengan emas mumi seberat
5 gram.
Mengenai pengaturan nilai tukar uang ORI dengan valuta asing (nilai kurs mata uang
ORI di pasar valuta asing) sebenarnya dipegang oleh Bank Negara yang sebelumnya
telah dirintis bentuk prototipenya yaitu dengan pembentukan Bank Rakyat Indonesia
(Shomin Ginko). Namun tugas tersebut pada akhirnya dijalankan oleh Bank Negara
Indonesia (Bank Negara Indonesia 1946) yang dipimpin oleh Margono
Djojohadikusumo. Bank ini merupakan bank umum milik pemerintah yang tujuan awal
didirikannya adalah untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. BNI didirikan pada 1 November 1946.
Meskipun begitu usaha pemerintah untuk menjadikan ORI sebagai satu-satunya mata
uang nasional tidak tercapai karena terpecah-pecahnya wilayah Rl akibat perundingan
Indonesia- Belanda. Sehingga di beberapa daerah mengeluarkan mata uang sendiri,
yang berbeda dengan ORI, seperti URIPS (Uang Republik Propinsi Sumatera) di
Sumatera, URIBA (Uang Republik Indonesia Baru) di Aceh, URIDAB (Vang Republik
Indonesia Banten) di Banten dan Palembang.

Upaya-upaya pemerintah Indonesia tersebut dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan


kesejahteraan rakyat Indonesia meskipun Belanda masih belum pergi dari Indonesia.
KEADAAN SOSIAL-BUDAYA INDONESIA PADA
MASA AWAL KEMERDEKAAN (1945) HINGGA 1950
Setelah Republik ini berdiri, ternyata ada sebagian dari rakyat Indonesia yang
memberontak terhadap pemerintahan yang sah. Hal ini membuktikan bahwa masih ada konflik
sosial pada awal kemerdekaan.
Beberapa pemberontakan pada awal kemerdekaan :
• Pemberontakan PKI 1948 : 18 September 1945 di Madiun diumumkan berdirinya
Negara Soviet Republik Indonesia. Tujuannya untuk menghancurkan RI yang
berdasarkan Pancasila menjadi Komunis. Untuk menumpas pemberontakan ini,
dikerahkan Divisi Il Jateng bagian timur ( Dipimpin oleh Kol. Gatot Subroto ) dan
Divisi Jatim ( Dipimpin oleh Kol. Sungkono 30 September 1948, Kota Madiun
berhasil dikuasai. Dalam pelariannya, Musso dan Amir Syarifuddin tewas ditembak.
• Pemberontakan DI/TII Jawa Barat : SM. Kartosuwiryo dan pengikutnya
mengungumkan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong bahwa telah berdiri
Negara Islam Indonesia. Untuk menumpas pemberontakan ini digelar Operasi Pagar
Betis dan Operasi Bharatayudha oleh gabungan Divisi Siliwangi, Diponegoro, dan
Brawijaya. Kartosuwiryo berhasil ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.
• Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah : Pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Fatah
dengan menghimpun laskar sabilillah dan hisbullah. Untuk mewujudkan cita-cita
mereka, mereka menyerang pos-pos APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat). Untuk menumpas pemberontakan ini, dilancarkan Operasi Militer yang
disebut Gerakan Benteng Negara ( GBN Akhirnya Amir Fatah menyerah pada
tanggal 23 Desember 1950.
• Pemberontakan DI/TII Aceh : Dipimpin oleh Daud Beureuh karena tidak terima oleh
pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Sumatera Timur, Tapanuli,
dan Aceh. Sebelumnya Aceh merupakan daerah yang setingkat Provinsi. Hal ini
mengakibatkan penurunan status Daud Beureuh. Akhimya, Daud Beureuh
memproklamirkan DI/TII Aceh. Untuk menumpas pemberontakan ini,
diselenggarakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh atas prakarsa Kolonel M.
Yasin.
• Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan : Dipimpin oleh Ibnu Hajar atau Haderi
Bin Umar. Alasannya adalah ia merasa tidak puas atas pelaksanaan demobilisasi
tentara. Ibnu Hajar menyatakan dirinya dan pasukannya yang bemama KRJT
( Kesatuan Rakjat Jang Tertindas ) bergabung dengan DI/TII S.M Kartosuwiryo dan
diangkat menjadi Panglima Tll wilayah Kalimantan. Pada tahun 1959, pemerintah
berhasil menumpas pemberontakan ini.
• Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan : Kahar Muzakar menuntut agar anggota
Komando Gerilya Sulawesi Selatan dijadikan Brigade yang bernama Brigade
Hasanuddin tanpa seleksi. Pemerintah menolak, karena yang lulus saja yang dapat
diterima. Sedangkan yang tidak lulus dimasukkan ke dalam CTN ( Corps Tjadangan
Nasional Kahar Muzakar menyatakan dirinya adalah bagian DI/TII. Akhirnya
pemberontakan ini berhasil dilenyapkan setelah Kahar Muzakar ditembak mati.
• Pemberontakan RMS : 25 April, Dr. Soumoukil memproklamirkan berdirinya RMS (
Republik Maluku Selatan Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah
mengirim pasukan yang dipimpin Kolonel Kawilarang. RMS berhasil dilenyapkan,
akan tetapi Letkol Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran merebut Benteng Nieuw.
• Pemberontakan APRA: APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) adalah pasukan yang
dibentuk Kapten Westerling. Pasukan ini memberikan ultimatum kepada pemerintah
pusat untuk mengakui APRA sebagai Tentara Negara Pasundan. Pemerintah tidak
menghiraukan dan APRA melancarkan serangan ke Kota Bandung. Dalam serangan
ini gugurlah Letkol Lembong. Pemerintah mengirim pasukan gabungan TNI dan
Polisi untuk menumpas pemberontakan ini.
KEADAAN POLITIK INDONESIA PADA
MASA AWAL KEMERDEKAAN (1945) HINGGA 1950
Dalam waktu lima tahun, antara 17 Agustus 1945 sampai 17 Agustus 1950, Republik
Indonesia banyak mengalami pergolakan. Salah satunya pergolakan dalam bidang politik.

Beberapa peristiwa pergolakan politik :


1. Pembentukan Partai Nasional sebagai partai tunggal : Dalam perkembangannya,
Partai Nasional yang merupakan partai negara ( Staatpartij ), selain dianggap
melampaui keperluan dan menyaingi KNIP, juga dinilai sebagai simbol Fasis ( Tidak
demokratis/otoriter) sehingga dibubarkan pada tanggal 1 September 1945.
• 29 November 1945 : KNIP ( yang waktu itu sebagai badan legislatif ) melampaui
kebijakan presiden. Yaitu, dengan mengangkat menteri.
• Sosialis x Nasionalis : Dari awal sampai kabinet Djuanda, terjadi konflik antara
Partai Nasionalis ( PNI ) dengan Partai Sosialis ( PKI,FDR, dll )
• Persaingan antara kabinet Syahrir I dengan PP ( Persatuan Perjuangan ) : Tan Malaka
yang waktu itu sebagai pimpinan PP telah memperingatkan Perdana Menteri waktu
itu, Sutan Syahrir agar tidak mengikuti Perundingan Linggarjati. Tetapi Sutan
Syahrir tetap mengikuti Perundingan Linggarjati. Hasilnya mengecewakan bagi
NKRI. Akibatnya, terjadi perselisihan antara PP dengan Kabinet Syahrir I. Akhirnya,
Syahrir mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
• Konflik di Kabinet Syahrir II : Karena masa jabatan Sutan Syahrir kurang dari masa
jabatan 5 tahun, Presiden mengangkat Sutan Syahrir sebagai perdana menteri lagi
dengan Kabinet Syahrir Il. Akan tetapi, dalam Kabinet Syahrir II meletus
pemberontakan DI Til, RMS, APRA, dll. Sutan Syahrir menyangka PP ( Persatuan
Perjuangan ) sebagai dalangnya. Akhirnya datang perintah untuk melaksanakan
penangkapan besar-besaran terhadap tokoh-tokoh PP, seperti Tan Malaka, Chaerul
Saleh, dll. PP dibubarkan pada tanggal 4 Juni 1946 dan diganti dengan Konsentrasi
Nasional.

• Pembentukan Konsentrasi Nasional : Berdasarkan Peraturan Presiden no. 6 tahun


1946, dibentuklah Konsentrasi Nasional. Tujuannya, menambah suara yang pro atau
yang mendukung hasil dari perundingan Linggarjati. Akan tetapi, Konsentrasi
Nasional gagal dan Kabinet Syahrir III diganti dengan Kabinet Amir Syarifuddin.
• Perundingan Renville : Amir Syarifuddin yang diangkat menjadi perdana menteri
menggantikan Sutan Syahrir telah melakukan beberapa langkah untuk
mempersiapkan Perundingan Renville yaitu dengan mencapai kesepakatan antara
partai oposisi dengan partai di kabinetnya. Akan tetapi hasil dari Perundingan
Renville malah lebih mengecewakan dari perundingan Linggarjati. Pihak oposisi
keluar dari koalisi Amir Syarifuddin. Amir Syarifuddin mengembalikan mandatnya
kepada Presiden.
• Pembentukan FDR : Setelah Amir Syarifuddin menyerahkan mandatnya kepada
Presiden, Amir Syarifuddin menjadi oposisi. la menyusun kekuatan dalam FDR
( Front Demokrasi Rakyat ) yang mempersatukan golongan sosialis kiri dan
komunis. Mereka mengadakan pengancaman ekonomi dengan cara menghasut para
buruh. Pada Saat itu, tampillah Muso, seorang tokoh PKI sebelum perang dunia Il. 2
tokoh ini bergabung dan akhirnya meletus pemberontakan PKI Madiun 1948.

Anda mungkin juga menyukai