Anda di halaman 1dari 24

RIWAYAT

PERKONOMIAN
INDONESIA
ORLA & ORBA

EKONOMI INDONESIA
FMB. Universitas Respati Indonesia
adhisa putra, 2023
Soekarno

• Fase I: Penataan ekonomi pasca-kemerdekaan


• Fase II : memperkuat pilar ekonomi,
• Fase III (krisis) yang mengakibatkan inflasi.
• Pada awal pemerintahan Soekarno, PDB per kapita Indonesia
sebesar Rp 5.523.863.
• BPS : Pertumbuhan Ekonomi
• 1961: 5,74 %
• 1962: 5, 74 %
• 1963: minus 2,24 %
• Angka minus pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik
yang tinggi. Akibatnya,
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) defisit minus Rp 1.565,6
miliar.
• Inflasi melambung atau hiperinflasi sampai 600 persen hingga 1965.
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat kembali ke angka
positif,
• 1964, yaitu sebesar 3,53%.
• 1965, angka itu masih positif meski turun menjadi 1,08 %.
• 1966, ekonomi Indonesia tumbuh 2,79 %.
Kabinet

• 10 kali bongkar pasang Perdana Menteri dan kabinetnya


1. Soekarno
2. Sultan Syahrir I
3. Sutan Syahrir II
4. Sutan Syahrir III
5. Amir Sjarifudin I
6. Amir Sjarifudin II
7. Muhammad Hatta
8. Sjafrudin Prawiranegara I
9. Sjafrudin Prawiranegara II
10. Muhammad Hatta
Perekonomian Awal Berdirinya Negara

• Berbagai permasalahan mulai dari ekonomi, sosial, dan politik


tumpah ruah dalam satu waktu.
• Kebijakan ekonomi praktis sulit dilakukan pada awal kemerdekaan,
karena tekanan dari pemerintahan Belanda yang melakukan agresi
militer di Indonesia (Soesatro dan Budiman, 2005)..
• Kebijakan ekonomi pada empat tahun pertama diperoritakan untuk
menunjang kepentingan perang, diplomasi, dan berbagai
perundingan internasional.
• Kebijakan yang dilakukan oleh Bung Hatta adalah menjual candu ke
pasar internasional (Anwar, 2009). Melalui penjualan candu inilah
Indonesia dapat mengisi cadangan devisa kali pertama
Pasca agresi militer Belanda

• Keharusan membayar utang Belanda sebesar US $ 1,1 Miliar (keputusan


KMB), padahal keuangan negara yang saat itu masih sangat minim.
• Menghadapi tingginya (65%) tingkat inflasi pada tahun 1951, inflasi ini
bersifat demand pull, yang diakibatkan oleh Korean Boom (meningkatnya
permintaan beberapa komoditas akibat perang Korea).
• Inflasi ini diperangi dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
membuka keran import seperti yang dilakukan oleh Sumitro
Djojohadikusumo (saat itu menjabat menteri keuangan).
• 1957 ekonomi sedikit membaik, inflasi berhasil ditekan hingga mencapai
5% dan PDB meningkat 20% dibandingkan tahun 1951.
Situasi Dan Kondisi Perekonomian tahun 1945 – 1955

• Rusaknya prasarana-prasarana ekonomi akibat perang


• Blokade laut oleh Belanda sejak Nopember 1946 sehingga kegiatan ekonomi ekspor-
impor terhenti.
• Agresi Belanda I tahun 1947 dan Agresi belanda II tahun 1948.
• Oktober 1946 diterbitkan ORI pengganti mata uang Jepang dengan nilai tukar Rp
100 (Jepang) = Rp 1 (ORI).
• Pengeluaran yang besar untuk keperluan tentara, menghadapi Agresi Belanda dan
perang gerilya. (Suroso, 1994).
• Silih bergantinya kabinet karena pergolakan politik dalam negeri.
• Defisit APBN yang terus meningkat yang ditutup dengan mencetak uang baru.
• Tingkat produksi yang merosot sampai 60% (1952), 80% (1953) dibandingkan
produksi tahun 1938.
Orde Lama, Masa Pasca
Kemerdekaan (1945-1950)

Beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.


Pada Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda
dengan menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas
negara. Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh
berbagai kegiatan, diantaranya
1. Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional
yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
2. Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut
kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
3. Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil
produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan
administrasi perkebunan asing.
4. Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran
memperbanyak kebun bibit dan padi ungul, mencegah
penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian,
menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan
transmigrasi.
5. Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional,
mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya
menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
6. Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
7. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
8. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Kabinet Perdana Menteri Periode Jumlah
Anggota
Republik Indonesia Muhammad Hatta 20 Desember 1948– 6 September 1949 17
Serikat
Soesanto Soesanto 27 Dsember 1949 – 6 Januari 1950
Orde Lama, Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

• Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha


pribumi masih belum mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian
Indonesia.
• Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya ;
1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga
turun
2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan
wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional
3. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk
Kabinet

Kabinet Perdan Menteri Periode Jumlah


Anggota
Kabinet Halim Halim 22 Januari 1950 - 15 Agustus 1950 15
Nasir Muhammad Nasir 6 September 1950 – 27 April 1951 18
Sukirman - Suwirjo Sukirman - Suwirjo 27 April 1951 – 3 April 1952 20
Wilopo Wilopo 3 April 1952 – 3 Juni 1953 18
Ali Sastroamidjojo I Ali Sastroamidjojo 1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955 20
Sastroamidjojo
Wongsonegoro
Ali Sastroamidjojo-
Wongsonegoro-Zainul
Arifin)
Orde Lama, Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

• Dekrit Presiden 5 Juli 1959, konsekuensinya:


• Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur
ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalanya
diatur pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
• Akibat lanjutannya adalah Devaluasi menurunkan nilai uang dan
pembekuan semua simpanan di bank yang nilainya di atas 25.000
• Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin
• Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
Kabinet

Kabinet Presiden Periode Kepemimpinan Jumlah Anggota


Kerja I Soekarno 10 Juni 1959 – 18 Februari 1960 33
Kerja II Soekarno 18 Februari 1960 – 6 Maret 1962 40
Kerja III Soekarno 6 Maret 1962 – 13 November 1963 60
Kerja IV Soekarno 13 November 1963 – 27 Agustus 1964 66
Dwikora I Soekarno 27 Agustus 1964 – 22 Februari 1966 110
Dwikora II Soekarno 24 Februari 1966 – 28 Maret 1966 132
Dwikora III Soekarno 28 Maret 1966 – 25 Juli 1966 79
Ampera I Soekarno 28 Juli 1966 – 11 Oktober 1967 31
Ampera II Soekarno 17 Oktober 1967 – 10 Juni 1968 24
Soeharto

• Pasang surut perekonomian Indonesia juga paling dirasakan


selama rezim terpanjang kekuasaan Soeharto.
• Menerima warisan perekonomian dalam kondisi tidak baik, UU.
No. 1 tentang Penanaman Modal Asing. UU ini membuka lebar
pintu bagi investor asing untuk menanam modal di Indonesia.
• Membuat Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang
mendorong swasembada. Program ini mendongkrak
pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tembus 10,92 persen
pada 1970.
• iklim ekonomi Indonesia pada saat itu lebih terarah, dengan
sasaran memajukan pertanian dan industri. Hal ini membuat
ekonomi Indonesia tumbuh drastis. Setelah itu, di tahun-
tahun berikutnya, hingga sekitar tahun 1997, pertumbuhan
ekonomi Indonesia cenderung tinggi dan terjaga di kisaran 6-
7 persen. (Lana Soelistiniangsih)
• Kegiatan ekonomi terpusat pada pemerintahan dan dikuasai
kroni-kroni presiden. Kondisinya keropos.
• Pelaku ekonomi tak menyebar, namun 70 persen perekonomian
dikuasai pemerintah (BUMN).
• Ketika dunia mengalami gejolak pada 1998,
• struktur ekonomi Indonesia yang keropos itu tak bisa menopang
perekonomian nasional.
• pemerintah kehilangan pijakan, perekonomian Indonesia beranakan
karena sangat bergantung pada pemerintah.
• Posisi Bank Indonesia (BI)
• tidak independen.
• hanya alat penutup defisit pemerintah.
• Tak sanggup membendung gejolak moneter, maka terjadi krisis dan
inflasi tinggi hingga 80 persen.
• Pada 1998, negara bilateral pun menarik diri untuk
membantu ekonomi Indonesia, yaitu saat krisis sudah tak
terhindarkan. Pertumbuhan ekonomi pun merosot
menjadi minus 13,13 persen.
• Pada tahun itu, Indonesia menandatangani kesepakatan
dengan Badan Moneter Internasional (IMF). Gelontoran
utang dari lembaga ini mensyaratkan sejumlah
perubahan kebijakan ekonomi di segala lini
Orde Baru

• Pada awal orde baru perioritas utama adalah stabilitas ekonomi dan
stabilitas politik
• Program pemerintah orintasinya pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok
rakyat.
• Mempelajari kegagalan Orde lama
• sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan
pengusaha nonpribumi
• sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan,
• maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka Sistem
Ekonomi Demokrasi Pancasila yang merupakan terapan dari salah
satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam
perekonomian secara terbatas.
Orde Baru

Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidangitu dilakukan


dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara
periodik lima tahunan yang disebut Pelita dengan 8 jalur pemerataan :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan,
sandang, dan perumahan
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
3. Pemerataan pembagian pendapatan
4. Pemerataan kesempatan kerja
5. Pemerataan kesempatan berusaha
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya bagi
generasi muda dan kaum wanita
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
Orde Baru
• Tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan,
perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan
penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat.
Pemerintah juga berhasil meng-galakkan preventive checks untuk menekan jumlah
kelahiran lewat KB.
• Dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan
pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta
penumpukan utang luar negeri.
• Pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan
nepotisme, hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
• Berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, secara fundamental pembangunan
nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari
ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga
meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan
Kabinet

Kabinet Preisden Periode Kepemimpinan Jumalah Anggota

Pembangunan I Soeharto 10 Juni 1968 – 28 Maret1973 24


Pembangunan II Soeharto 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978 24
Pembangunan III Soeharto 31 Maret 1978 – 19 Maret 1983 32
Pembangunan IV Soeharto 19 Maret 1983 – 21 Maret 1988 42
Pembangunan V Soeharto 23 Maret 1988 – 17 Maret 1993 44
Pembangunan VI Soeharto 17 Maret 1993 – 14 Maret 1998 43
Pembangunan VII Soeharto 14 Maret 1998– 21 Maret 1998 38
Perekonomian Transisi (BJ. Habibie 1998-1999)

• PEMERINTAHAN Presiden Baharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai rezim


transisi. Salah satu tantangan sekaligus capaiannya adalah pemulihan kondisi
ekonomi, dari posisi pertumbuhan minus 13,13 persen pada 1998 menjadi 0,79
persen pada 1999.
• Habibie menerbitkan berbagai kebijakan keuangan dan moneter dan membawa
perekonomian Indonesia ke masa kebangkitan. Kurs rupiah juga menguat dari
sebelumnya Rp 16.650 per dollar AS pada Juni 1998 menjadi Rp 7.000 per dollar
AS pada November 1998.
• Pada masa Habibie, Bank Indonesia mendapat status independen dan keluar dari
jajaran eksekutif.
Kabinet

• Kabinet: Reformasi Pembangunan


• Presiden: BJ Habibie
• Periode Kepemimpinan : 23 Mei 1998 - 20 Oktober 1999
• Jumlah Anggota : 37
• Nilai Tukar Dolar 17.000 hingga 6.500

Anda mungkin juga menyukai