Anda di halaman 1dari 7

Naila Safina Yusuf

XII IPS 1

Perbandingan Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia pada masa Awal


Kemerdekaan dan Demokrasi Liberal

A. Perkembangan Kehidupan Politik bangsa Indonesia pada Awal Kemerdekaan


Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, perkembangan dan dinamika perjuangan bergerak
sangat cepat. Indonesia memang telah merdeka tetapi untuk dapat menjalankan organisasi
kenegaraan memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Dinamika perkembangan politik bangsa
Indonesia pada awal kemerdekaaan yaitu :

a. Terbentuknya Negara Indonesia


Pada tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno memimpin Sidang PPKI untuk pertamakalinya yang
menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu mengesahkan UUD 1945, Memilih Presiden dan Wakil
Presiden, Membentuk Komite Nasional Indonesia.

b. Pembentukan Alat Kelengkapan Negara dan pemerintahan


1) Pembentukan Lembaga Kementrian (Departemen)
2) Pembentukan Komite Nasional Indonesia dan Daerah
3) Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara
4) Pembentukan Lembaga Pemerintahan di Daerah

c. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wiayah Indonesia


Pada awalnya wilayah Indonesia dibagi 8 provinsi dan mengangkat Gubernur sebagai kepala
daerah. Gubernur-gubenrur yang diangkat antara lain Provinsi Sumatra, Provinsi Jawa Barat,
Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Provinsi
Maluku, Provinsi Sulawesi, Provinsi Kalimantan.

d. Perkembangan Keragaman Ideologi dan Partai Politik


Dibentuknya Partai Nasional Indonesia (PNI) diharapkan sebagai wadah persatuan dan
pembinaan berpolitik bagi rakyat Indonesia. Pembentukan partai tunggal dengan menetapkan
Partai Nasional Indonesia (PNI) sebagai satu satunya partai politik di Indonesia, Soudis Agama
menimbulkan kritikan dan reaksi keras dari berbagai pihak karena menimbulkan kesan adanya
partai tunggal. Setelah pembatalan partai tunggal, pemerintah merealisasikan pembentukan
partai partai politik di Indonesia dengan dikeluarkannya maklumat No. X yang isinya antara lain
pemerintah memberi kesempatan pendirian partai-partai politik. Dengan dikeluarkannya
maklumat No. X itu menunjukkan bahwa negara RI yang baru berdiri itu adalah merupakan
sebuah negara Demokrasi.

f. Perubahan Sistem Presidensial ke Parlementer


Para pemimpin bangsa berjuang untuk memilih sistem. Sjahrir kemudian mengajukan
Maklumat KNIP No. 5 tanggal 11 November 1945 yang isinya pembentukan kabinet yang
bekerja kolektif yang dipimpin perdana menteri Perdana Menteri ditunjuk oleh kepala negara.
Akhirnya pada tanggal 14 November 1945 terbentuk kabinet RI dengan Sutan Sjahrir sebagai
perdana menter. Dari sinilah Indonesia mulai mengubah sistem pemerintahan dari Presidensial
ke Parlementer yang diawali dengan Kabinet Syahrir.

B. Perkembangan Kehidupan Ekonomi bangsa Indonesia pada Awal Kemerdekaaan


a. Kondisi Ekonomi Indonesia Awal Kemerdekaan
Keadaan ekonomi Indonesia pada akhir kekuasaan Jepang dan pada awal berdirinya Republik
Indonesia sangat kacau dan sulit. Hal tersebut disebabkan karena:
1) Indonesia yang baru saja merdeka belum memiliki pemerintahan yang baik, dimana belum
ada pejabat khusus yang bertugas untuk menangani perekonomian Indonesia. Kondisi
keamanan dalam negeri sendiri tidak stabil akibat sering terjadinya pergantian kabinet, dimana
hal tersebut mendukung ketidakstabilan ekonomi.
2) Politik keuangan yang berlaku di Indonesia dibuat di negara Belanda guna menekan
pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan untuk menghancurkan ekonomi nasional.
3) Belanda masih tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih terus
melakukan pergolakan politik yang menghambat langkah kebijakan pemerintahdalam bidang
ekonomi.
b. Faktor-faktor penyebab kacaunya perekonomian Indonesia 1945-1950
1) Terjadi Inflasi yang sangat tinggi
2) Adanya blokade ekonomi dari Belanda
3) Kekosongan kas negara

c. Upaya Pemerintah mengatasi masalah Ekonomi


1. Mengatasi Blokade Ekonomi Belanda (Nica)
a) Usaha bersifat politis, yaitu Diplomasi Beras ke India Pemerintah Indonesia bersedia untuk
membantu pemerintah India yang sedang ditimpa bahaya kelaparan dengan mengirimkan
500.000 ton beras dengan harga sangat rendah. Keuntungan politis yang diperoleh Indonesia
dengan adanya kerjasama ini adalah Indonesia mendapatkan dukungan aktif dari India secara
diplomatik atas perjuangan Indonesia di forum internasional.
b) Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
Membuka hubungan dagang langsung ke luar negeri dilakukan oleh pihak pemerintah maupun
pihak swasta. Usaha tersebut antara lain: Mengadakan kontak dagang dengan perusahaan
swasta Amerika (Isbrantsen Inc.). Tujuan dari kontak ini adalah membuka jalur diplomatis ke
berbagai negara. Dimana usaha tersebut dirintis oleh BTC (Banking and Trading Corporation)
atau Perseroan Bank dan Perdagangan, suatu badan perdagangan semi-pemerintah yang
membantu usaha ekonomi pemerintah, dipimpin oleh Sumitro Djojohadikusumo dan Ong Eng
Die.

C. Perkembangan Kehidupan Politik bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Liberal

a. Pergantian Kabinet yang Cepat


Sistem multi partai pada masa demokrasi liberal menimbulkan persaingan antar golongan.
Masing-masing partai hanya mau mencari kemenangan dan popularitas partai dan
pendukungnnya, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan politik Indonesia. Ketidakstabilan
politik juga diwarnai jatuh bangunnya kabinet karena antara masing-masing partai tidak ada
sikap saling percaya.
Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951).
Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari 1952).
Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953).
Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 – Agustus 1955).
Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 – Maret 1956)
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956 – Maret 1957).
Kabinet Juanda (Maret 1957 – Juli 1959).

b. Hubungan Pusat dan Daerah


Silih bergantinya kabinet dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan ketidakpuasan
pemerintahan daerah. Karena pemerintahan pusat sibuk dengan pergantian kabinet, daerah
kurang mendapat perhatian. Tuntutan-tuntutan dari daerah ke pusat sering tidak didengarkan.
Situasi ini menyebabkan munculnya gejala provinsialisme atau sifat kedaerahan. Gejala
provinsialisme akhirnya berkembang ke separatisme atau usaha memisahkan diri dari pusat.
Gejala tersebut terwujud dalam berbagai macam pemberontakan, APRA, pemberontakan Andi
Azis,RMS, PRRI, dan Permesta.

c. Pemilu I Tahun 1955


Pemilihan Umum (Pemilu) sudah direncanakan oleh pemerintah, tetapi program ini tidak
segera terwujud. Karena usia kabinet pada waktu itu relatif singkat, persiapan-persiapan secara
intensif untuk program tersebut tidak dapat dilaksanakan. Pemilu merupakan wujud nyata
pelaksanaan demokrasi. Pemilu I di Indonesia akhirnya dilaksanakan pada masa kabinet
Burhanudin Harahap. Pemilu I yang diselenggarakan pada tahun 1955 dilaksanakan dua kali,
yaitu:
Tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen.
Tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante (Dewan Pembentuk
Undang-Undang Dasar).

d. Kemacetan Konstituante
Pemilihan umum tahap II pada tanggal 15 Desember 1955 mengantar terbentuknya Dewan
Konstituante yang bertugas menyusun Undang Undang Dasar. Namun, antara kurun waktu
1956-1959, Dewan Konstituante belum berhasil merumuskan Undang-Undang Dasar tersebut.
Ketidak berhasilan Konstituante menyusun UUD baru dan kehidupan politik yang tidak stabil
menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat Indonesia.
e. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Untuk menanggulangi hal-hal yang dapat membahayakan negara, Letjen A. H Nasution, selaku
Kepala Staf Angkatan Darat, mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik terhitung sejak
tanggal 3 Juni 1959. Kehidupan politik semakin buruk dan mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa. Di daerah-daerah terjadi pemberontakan merebut kekuasaan. Partai-partai yang
mempunyai kekuasaan tidak mampu menyelesaikan persoalan. Soekarno dan TNI tampil untuk
mengatasi krisis yang sedang melanda Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit Presiden untuk
kembali ke UUD 1945.

D. Perkembangan Kehidupan Ekonomi bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Liberal


Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal tidak menunjukkan arah yang stabil.
Anggaran pemerintah mengalami defisit atau kekurangan. Defisit itu disebabkan antara lain
oleh beberapa hal berikut ini.
1) Pengeluaran pemerintah yang semakin meningkat karena tidak stabilnya situasi politik.
2) Pemerintah tidak berhasil meningkatkan produksi dengan menggunakan sumber-sumber
yang masih ada.
3) Politik keuangan dirancang di Belanda sebagai akibat dari politik kolonial Belanda.

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan
yang menghadangnya cukup berat. Dalam rangka memperbaiki keadaan ekonomi, pemerintah
berupaya mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Caranya dengan
memberi bantuan kredit kepada pengusaha-pengusaha pribumi agar usahanya dapat
berkembang maju dan perubahan struktur ekonomi akan program pemerintah tidak berhasil
dan justru menjadi salah satu sumber defisit.

Masalah perekonomian yang muncul ini pun akhirnya menimbulkan berbagai upaya untuk
mengatasinya. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

a. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Pada masa pemerintahan RIS.
Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 untuk menanggulangi defisit anggaran.

b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem Ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah untuk mengubah struktur
ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia).
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
d.
Pada akhir tahun 1951, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia. Awalnya, terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda.Tujuan nasionalisasi De Javasche Bank adalah untuk
menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan.

e. Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ini merupakan bentuk kerja sama ekonomi antara pengusaha pribumi yang diidentikkan
dengan Ali dan pengusaha nonpribumi (khususnya China) yang diidentikkan dengan Baba.
Sistem ekonomi ini bertujuan mendorong tumbuh dan berkembangnya pengusaha-pengusaha
swasta nasional pribumi Perkembangan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal Demokrasi
Terpimpin.

f. Devaluasi Mata Uang Rupiah


Dalam usaha memperbaiki kondisi ekonomi, pada tanggal 24 Agustus 1959, pemerintah
mendevaluasi mata uang Rp1.000 dan Rp500 menjadi Rp100 dan Rp50. Pemerintah juga
melakukan pembekuan terhadap semua simpanan di bank-bank yang melebihi jumlah
Rp25.000.

g. Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi


Deklarasi Ekonomi (Dekon) dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 1963. Pemerintah menganggap
bahwa untuk menanggulangi kesulitan ekonomi, satu-satunya jalan adalah dengan sistem
Ekonomi Terpimpin. Namun, dalam pelaksanaan Ekonomi Terpimpin, pemerintah lebih
menonjolkan unsur Sektor ekonomi ditangani langsung oleh Presiden. Akibatnya, kegiatan
ekonomi sangat bergantung pada pemerintah pusat dan kegiatan ekonomi pun mengalami
penurunan.

Meski berbagai upaya perbaikan ekonomi telah dilakukan, pendapatan perintah tetap menurun
karena saat itu Indonesia tidak memiliki ekspor kecuali hasil perkebunan. Selain itu, adanya
pemberontakan dan gerakan separatis di berbagai daerah di Indonesia dan tidak stabilnya
situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi
keamanan makin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai