PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sistem politik di Indonesia banyak bukti menunjukkan bahwa UUD
tidak dapat dijadikan pegangan dalam sistem politik maupun penegakan hukum. Telah
terjadi empat periode pemerintahan yaitu masa Kemerdekaan (1945-1959), Era
Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Masa Orde Baru (1966-1998) dan Era Reformasi
(1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu berlaku tiga macam UUD (1945, RIS dan
1950) namun dalam prosesnya sistem demokrasi dan hukum dapat ditegakan. Dekrit
presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku dan dinyatakan penggunaan sistem
Demokrasi Terpimpin, namun yang berlaku sistem otoritarian (Hatta, Demokrasi Kita,
1960). Kemudian beralih pada masa Demokrasi Orde Baru 1966. Rakyat dan pemerintah
bekerja sama menjalankan pemerintahan yang demokratis dan menegakan hukum dengan
semboyan “kembali ke UUD 1945 dengan murni dan konsekuen”.
Kemudian belangsung Era Reformasi yang diawali perubahan mendadak dari sistem
politik otoriter ke sistem demokrasi. Pada saat pergantian kepemimpinan di bawah
presiden BJ Habibie, sistem demokrasi berubah 180 derajat. Kebebasan membentuk partai
politik, Lembaga-lembaga perwakilan bebas berbicara.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana perbedaan dalam pelaksanaan demokrasi liberal dan terpimpin ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi liberal.
2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi terpimpin.
3. Mengetahui perbedaan dalam pelaksanaan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah pembaca diharapkan mampu
menumbuhkan pemahaman terhadap proses demokrasi bangsa Indonesia melalui sejarah
yang panjang sehingga muncul generasi muda penerus bangsa yang cerdas, beriman, dan
berakhlak mulia. Penulisan makalah ini juga dirancang agar siswa dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasan, sikap, dan keterampilan sosial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa negara
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi. Berikut ini adalah
salah satu analisis dialektik-historis pada penerapan demokrasi Indonesia.
A. Demokrasi Liberal di Indonesia
1. Sejarah Munculnya Demokrasi Liberal
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI melaksanakan demokrasi
parlementer yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini
disebut masa demokrasi liberal. Indonesia dibagi menjadi 10 provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang-undang Dasar Sementara tahun 1950
yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut,
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin
oleh seorang perdana menteri dan bertanggungjawab kepada parlemen (DPR).
Demokrasi liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataannya rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 tidak cocok dan tidak sesuai dengan keadaan
ketatanegaraan Indonesia.
2. Pelaksanaan pemerintahan
a. Bidang politik
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-
partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian
kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi
merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu 5 tahun (1950-1955)
PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam 4 kabinet. Adapun
susunan kabinetnya sebagai berikut :
1) Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Dengan
dipimpin oleh : Muhammad Natsir.
Program dari kabinet Natsir adalah :
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
2
Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Hasil :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda
mengalami jalan buntu (kegagalan)
Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan
hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII,
Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan
pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
3
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri
Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle
Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual
Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan
kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan
memperhatikan kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut
dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas
aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah
memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang
terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan
barang-barang mewah.
Masalah Irian barat belum juga teratasi.
Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan
kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman
sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR
akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
6
Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti
dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan
menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak
pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap
tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-
AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955
tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka
berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah
terima dengan KSAD baru.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan
inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU
memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal
20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan
dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan
mandatnya pada presiden.
7
konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya
27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan
pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang
dilakukan oleh polisi militer.
Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet
Burhanuddin.
Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat
Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober
1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap
menimbulkan ketidaktenangan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap
selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap
kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang
harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
8
Selain itu program pokoknya adalah :
Pembatalan KMB,
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun,
menjalankan politik luar negeri bebas aktif,
Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik
tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah pembatalan
seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat
dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan
dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan
Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan,
Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan
Manguni di Sulawesi Utara.
Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat
dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru
khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia.
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada
orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya.
Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi
menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya
sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan
parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil
Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
9
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para
pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante
dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta
terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik. Dengan dipimpin
oleh : Ir. Juanda.
Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut
sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi keadaan Republik Indonesia
Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
Perjuangan pengembalian Irian Jaya
Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di
daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah
ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil :
Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia
melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut
pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan
daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada
dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik
tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah
pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang,
dan pembagian wilayah RI.
Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi
masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
10
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di
daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat
dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti
PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga
program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal
mencapai puncaknya.
Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan
terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang
menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada
tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan
negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
b. Bidang Ekonomi
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih
sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
1) Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai
berikut :
Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember
1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti
yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar
negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8
Triliun rupiah.
Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1
Miliar.
Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor
itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia
melainkan dirancang oleh Belanda.
11
Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk
mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung
banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di
wilayah Indonesia.
Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet
yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru
mulai dirancang.
Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
12
berjalannya waktu konsep tersebut berubah menjadi konsep politik yang sama sekalai
berbeda, yang dimaksudkan unutk meruntuhkan konsep pemerintahan parlementer.
Latar belakang dicetuskannya system demokrasi terpimpi oleh Presiden Soekarno:
1. Dari segi keamanann nasional : Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi
libreral, menebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian cabinet pada masa demokrasi
liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh cabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950
Tugas Demokrasi terpimpin :
Demokrasi Terpimpin harus mengembalikan keadaan politik negara yang tidak
stabil sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer/Liberal menjadi lebih
mantap/stabil. Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi
Parlementer/Liberal. Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi parlementer,
kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan
Pemerintah dilaksanakan oleh partai.
Dampaknya: Penataan kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu
demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi
(pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
Pelaksanaan masa Demokrasi Terpimpin :
Kebebasan partai dibatasi, Presiden cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.Pemerintah berusaha menata kehidupan politik
sesuai dengan UUD 1945. Kemudan dibentuk lembaga-lembaga negara antara lain
MPRS,DPAS, DPRGR dan Front Nasional.
Pada masa demokrasi terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang
nyata. Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun oleh soekarno dengan
menggunakan suatu ikatan kerja sama yang didominasi oleh sebuah ideology. Dengan
demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan
kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak mepunyai peran besar
dalam pentas politik nasioanal dalam tahun-tahun awal dmokrasi terpimpin. Pada
dsarnya, sepuluh partai politikyang ada tetap diperkenankan untuk hidup, tetapi semua
wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala kesempatan serta
mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang sesuai dengan doktrin
13
presiden. Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak belakang dengan
konsepsi soekarno.
17
menjadi sangat dominan. Disamping itu, jabatan presiden ditetapkan seumur hidup
sehingga tidak dapat diberhentikan oleh MPRS.
3. Keterkaitannya Dengan masalah Pengambilan Keputusan
Dalam pelaksanaan sistem demokrasi liberal semua pengambilan keputusan
berada di tangan DPR dengan mekanisme keputusan diambil berdasarkan kepada
suara terbanyak, sedangkan dalam demokrasi terpimpin pengambilan keputusan
dilaksanakan oleh MPRS dan DPR-GR serta berdasarkan kepada suara bulat.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa negara
Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi. Berikut ini adalah
salah satu analisis dialektik-historis pada penerapan demokrasi Indonesia.
1. Demokrasi liberal di Indonesia
Setelah dibubarkanya RIS, sejak tahun 1950 RI melaksanakan demokrasi parlementer
yang liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut masa
demokrasi liberal. Indonesia dibagi menjadi 10 provinsi yang mempunyai otonomi
dan berdasarkan Undang-undang Dasar Sementara tahun 1950 yang juga bernafaskan
liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI dijalankan oleh suatu
dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan
bertanggungjawab kepada parlemen (DPR). Demokrasi liberal berlangsung selama
hampir 9 tahun, dalam kenyataannya rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 tidak
cocok dan tidak sesuai dengan keadaan ketatanegaraan Indonesia.
a. Pelaksanaan pemerintahan
1) Bidang politik
Tahun1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-
partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian
kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan
Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu 5 tahun
(1950-1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam 4
kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut :
Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
Kabinet Ali Sastroamijoyo ii (20 Maret 1956-4 Maret 1957)
Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-5 Juli 1959)
19
b. Demokrasi Terpimpin di Indonesia
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966, yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga jatuhnya kekuasaan
Soekarno. Disebut Demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia saat itu
mengandalkan pada kepemimpinan Presiden Soekarno.
Terpimpin pada saat pemerintahan Soekarno adalah kepemimpinan pada satu
tangan saja yaitu presiden. Adapun Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan
Demokrasi terpimpin dari UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1) Kedudukan Presiden
2) Pembentukan MPRS
3) Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
4) Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
5) Pembentukan Front Nasional
6) Pembentukan Kabinet Kerja
7) Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
8) Adanya ajaran RESOPIM
9) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
10) Pentaan Kehidupan Partai Politik
c. Perbedaan Pelaksanaan Demokrasi Liberal dan Terpimpin
1) Keterkaitannya dengan Masalah Kedaulatan Rakyat
Pada demokrasi liberal kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh
DPR. DPR dapat membentuk dan membubarkan pemerintah dan kabinet
(eksekutif). Pada demokrasi terpimpin, secara normatif konstitusional
diterapkan, kedaulatan rakyat berada dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR.
Namun dalam pelaksanaannya kedaulatan rakyat sepenuhnya berada di tangan
presiden. Kemudian presiden membentuk MPRS dan DPR gotong royong
berdasarkan kepada keputusan presiden.
2) Keterkaitannya dengan masalah pembagian kekuasaan
Pada masa demokrasi liberal kekuasaan DPR (legislatif) lebih kuat jika
dibandingkan dengan kekuasaan pemerintah/kabinet (eksekutif). DPR dapat
memberhentikan pemerintah atau kabinet. Sementara itu, kedudukan presiden
hanya sebagai kepala negara. Dalam demokrasi terpimpin kekuasaan presiden
(eksekutif) menjadi sangat dominan. Disamping itu, jabatan presiden ditetapkan
seumur hidup sehingga tidak dapat diberhentikan oleh MPRS.
3) Keterkaitannya Dengan masalah Pengambilan Keputusan
20
Dalam pelaksanaan sistem demokrasi liberal semua pengambilan keputusan
berada di tangan DPR dengan mekanisme keputusan diambil berdasarkan
kepada suara terbanyak, sedangkan dalam demokrasi terpimpin pengambilan
keputusan dilaksanakan oleh MPRS dan DPR-GR serta berdasarkan kepada
suara bulat.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat memahami tentang proses
demokrasi yang terdapat di Indonesia dan lebih menumbuhkan rasa nasionalisme serta
lebih menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berjuang untuk membela
Kemerdekaam Indonesia.
21