Anda di halaman 1dari 20

MODUL SEJARAH INDONESIA

KELAS XI IPA IPS

INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Tim Guru Sejarah


Nama :
Kelas :

SMA Islam PB. Soedirman


Jakarta Timur

Kompetensi Dasar
1. Mengevaluasi perkembangan kehidupan politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia
pada masa Demokrasi Liberal
2. Merekonstruksi perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada
masa Demokrasi Liberal dan menyajikannya dalam bentuk laporan tertulis.

Demokrasi liberal adalah suatu sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak
individu dari kekuasaan pemerintah, dalam demokrasi liberal keputusan-keputusan mayoritas
(dari proses perwakilan atau langsung)diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang
kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasa-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak
melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
Landasan demokrasi liberal :
1. maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945.
2. konstitusi RIS 1949 (pasak 116 ayat 2), dan
3. konstitusi UUD sementara tahun 1950 (pasal 83 ayat 2).

Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni Undang
Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya
maklumat pemerintah tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, tetapi
kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer yang meniru sistem Eropa Barat
kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun 1950 sampai 1959 merupakan masa berkiprahnya
parta-partai politik. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti memimpin
kabinet. Sering bergantinya kabinet sering menimbulkan ketidakstabilan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan keamanan. Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat


2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
3. Presiden bisa dan berhak berhak membubarkan DPR
4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden

PELAKSANAANNYA
1. Kontrol terhadap negara, alokasi sumber daya alam dan manusiadapat terkontrol
2. Kekuasaan eksekutif dibatasi secara konstitusional,
3. Kekuasaan eksekutif dibatasi oleh peraturan perundangan,
4. Kelompok minoritas (agama, etnis) boleh berjuang, untuk memperjuangkan dirinya.
5. adanya golongan mayoritas/minoritas,
6. penggunaan sistem voting,oposisi, mosi dan demonstrasi, serta multipartai.

3.Kehidupan Politik Bangsa Indonesia Pada Masa Demokrasi Liberal


a. Kebijakan Politik
Ada banyak kebijakan politik yang dikeluarkan pada masa demokrasi Liberal. Salah satu
diantaranya adalah sering terjadinya pergantian kabinet yang meliputi :

A. KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951)


Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Dipimpin Oleh : Muhammad
Natsir

Program :
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

Hasil :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat.

Kendala/ Masalah yang dihadapi:


o Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan
buntu (kegagalan).
o Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, Gerakan RMS.

B. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)

Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin Oleh: Sukiman
Wiryosanjoyo

Program :
1. Menjamin keamanan dan ketentraman
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai
dengan kepentingan petani.
3. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke
dalam wilayah RI secepatnya.

Hasil :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi
perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin
keamanan dan ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
o Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo
dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan
ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan
Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik
luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika. o Tindakan
Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas
aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke
dalam blok barat.
o Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap
lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. o Masalah Irian barat
belum juga teratasi.
o Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan
pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.

C. KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
biangnya. Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo

Program :
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan
DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


o Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang
eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat. o Terjadi defisit kas negara
karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunana hasil
panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
o Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa.
Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah
yang tidak seimbang.
Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang
akan membahayakan
o kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri
yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel
Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri
pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan
dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan
kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
o Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya
parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan
menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
o Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan
perang dan mengecam kebijakan KSAD.
o Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno
agar membubarkan kabinet. o Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah
mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah
perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa
Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga
pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar
Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau
pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani
terbunuh.
o Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian
dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli)

D. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)


Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo

Program:
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil :
1. Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan
pada 29 September 1955.
2. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


• Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti
DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
• Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober
1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan
disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang
Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya
dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan
ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang
hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah
terima dengan KSAD baru.
• Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
• Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
• Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik
kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :


NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah
yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.

E. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap

Program :
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat
dan masyarakat kepada pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
3. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat
5. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

Hasil :
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota
DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante
F. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Dipimpin Oleh : Ali
Sastroamijoyo

Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka
panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggotaanggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah :
• Pembatalan KMB,
• Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif,
• Melaksanakan keputusan KAA.

Hasil :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning
and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


⮚ Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
⮚ Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada
gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di
Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan,
Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi
Utara.
⮚ Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
⮚ Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib
modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya.
Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
⮚ Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali
Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI
berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan
parlementer.

G. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli
dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang
Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai
politik.Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya,
programnya yaitu :
o Membentuk Dewan Nasional
o Normalisasi keadaan Republik Indonesia
o Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
o Perjuangan pengembalian Irian Jaya
o Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan
pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.

Hasil :
a. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
b. Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.
Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
c. Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
d. Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.

Kendala/ Masalah yang dihadapi :


o Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya. o Terjadi peristiwa Cikini, yaitu
peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat
sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30 November
1957.

o Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam


kesatuan negara.
Keadaan Ekonomi Indonesia Pada Masa Liberal
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat
buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai
dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat. Faktor yang menyebabkan ekonomi
Indonesia tersendat adalah sebagai berikut :
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan
dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan
utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian
dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan
memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang
oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem
ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga
ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah
untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah
direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan
tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi
ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang
yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950

Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.

Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya
orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi
jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda
dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng


Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir
yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini
bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :

Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.


Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Para pengusaha Indonesia yang
bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit. Para pengusaha pribumi
diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program
Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih
kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi
tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah
semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
- Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
- Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
- Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
- Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
- Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
- Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat
dari kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit
anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono
memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari
golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai
produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat
peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah
Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan
moneter.

Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis.

Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai


bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan
Undang-undang No. 24 tahun 1951.

4. Sistem Ekonomi Ali-Baba


Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian
kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah :
- Untuk memajukan pengusaha pribumi.
- Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
- Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
- Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha
pribumi dan non pribumi.

Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai


pengusaha non pribumi khususnya Cina.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,


Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab
kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Pemerintah memberikan
perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaanperusahaan asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:


1. Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman
dalam memperoleh bantuan kredit.
2. Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
3. Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan
masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh
Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan
Finek, yang berisi :
- Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
- Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
- Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh
perjanjian lain antara kedua belah pihak.

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia


mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap
melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak.

Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga,
tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan
KMB.

Dampaknya :
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum
mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.

6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)


Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih
berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya
kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada
masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun
Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun
1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas
RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT
diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :


1. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan
awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
2. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaanperusahaan
Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
3. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat
dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja
rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :

1. Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.


2. Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
4. Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta
sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
5. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian
Barat mencapai konfrontasi bersenjata.

LATIHAN SOAL PILIHAN GANDA

1. Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 1955 atau biasa dikenal dengan Pemilihan Umum


Indonesia 1955 atau Pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang
diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia
paling demokratis.. Pemilu ini bertujuan memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante.
Berdasarkan informasi di atas, apa makna bagi bangsa Indonesia dengan terselenggaranya
pemilu 1955 bagi kehidupan politik di Indonesia yakni ….
A. adanya pemilihan anggota legislatif secara langsung
B. persaingan antar partai makin terlihat jelas hingga muncul konflik
C. partai yang mendapat suara terbanyak mendominasi pemerintahan
D. kepentingan partai politik lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat
E. aksi demonstrasi makin marak meskipun aksi itu tidak lagi murni tujuan

2. Akibat adanya Maklumat Wakil Presiden nomor X pada tanggal 3 November 1945 adalah ....
A. Banyaknya berdiri partai politik dan mulai berlakunya kabinet parlementer
B. Pembubaran partai politik yang ada
C. Diangkatnya Mohammad Hatta menjadi perdana menteri
D. Pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen
E. Kabinet dipimpin oleh perdana menteri

3. Pada masa demokrasi liberal, sistem pemerintahan Indonesia menganut sistem parlementer,
yang artinya ….
A. Pemerintahan dikepalai oleh presiden
B. Pemerintah bertanggungjawab pada presiden
C. Pemerintahan dikepalai oleh perdana Menteri
D. Presiden memegang kekuasaan tertinggi
E. Parlemen bertanggung jawab pada presiden

4. Partai-partai politik pada masa Demokrasi Liberal lebih cenderung....


A. Mementingkan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan partainya
B. Mementingkan kerjasama antar partai politik
C. Secara bersama-sama mendukung program pemerintah
D. Mementingkan kepentingan partainya daripada kepentingan bangsa dan negara
E. Mengutamakan pembangunan fisik

5. Pada masa Demokrasi Liberal, Presiden tidak berperan sebagai kepala pemerintahan karena
….
A. Ketidakmampuan presiden memilih Menteri yang cakap dalam kabinet
B. Sesuai dengan hasil kesepakatan KMB
C. Indonesia menganut sistem demokrasi presidensial
D. Indonesia menganut sistem kabinet parlementer
E. Presiden sudah menduduki jabatan sebagai panglima tertinggi
6. Berikut ini yang merupakan salah satu sisi positif dari sistem multipartai adalah ….
A. Partai hanya menyuarakan suara kelompoknya saja
B. Partai tidak menyuarakan suara rakyat
C. Terjadi persaingan tidak sehat di parlemen
D. Partai berupaya menjatuhkan kabinet yang berkuasa
E. Menghidupkan suasana demokratis di Indonesia

7. Penyebab Kabinet Natsir jatuh adalah...


A. pergantian KSAD dan AH. Nasution kepada Bambang Utoyo
B. kegagalan dalam masalah pelaksanaan Pemilu
C. adanya mosi tidak percaya dari Hadikusumo
D. gagal menyelesaikan masalah Aceh yang dijadikan keresidenan
E. terjadinya masalah peristiwa Tanah Tanjung Morawa Sumatra Utara

8. Keberhasilan dari kabinet BurhanuddinHarahap adalah ....


A. Membebaskan Irian Barat
B. Menyelenggarakan Pemilu pertama kali tahun 1955
C. Menyelesaikan peristiwa 17 Oktober 1952
D. Menyelesaikan peristiwa Tanjung Morawa
E. Mulai menjalankan politik luar negeri bebas aktif

9. Perhatikan data-data berikut!


1. Konflik dalam Angkatan Darat
2. Peristiwa Tanjung Morawa
3. Pembentukan Dewan-Dewan daerah
4. Peristiwa Bandar Betsi
Masalah yang terjadi pada masa Kabinet Wilopo adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 2 dan 3
E. 3 dan 4

10. Perhatikan data di bawah ini!


1) Pencetakan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) sejak 1 Oktober 1946
2) Deklarasi Ekonomi (Dekon) 26 Mei 1963
3) Gunting Syafruddin 1950
4) Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (1950-1953)
5) Sistem Ekonomi Ali-Baba (1954-1955)
Dari data di atas dapat diidentifikasi hal-hal yang merupakan upaya pemerintah dalam
rangka mengatasi permasalahan ekonomi pada masa Demokrasi Liberal adalah ... .
A. 1, 2, dan 3
B. 1, 2, dan 4
C. 1, 3, dan 5
D. 2, 3, dan 4
E. 3, 4, dan 5

11. Pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo diperkenalkan sistem ekonomi yang menggabungkan
kerjasama antara pengusaha pribumi dan pengusaha nonpribumi.Sistem ekonomi ini
dinamakan sistem ekonomi...
A. Gerakan Benteng
B. UKM
C. Gunting Syafruddin
D. Koperasi
E. Ali Baba

12. Permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950-an antara
lain....
A. Kepentingan-kepentingan asing mendominasi perekonomian di Indonesia
B. TNI-AD terlibat dalam pengelolaan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi
C. Sistem perekonomian yang komando bersifat
D. adanya blokade ekonomi oleh Belanda
E. Negara-negara barat tidak mau memberikan pinjaman kepada pemerintah Indonesia

13. Perhatikan keterangan berikut!


1) Berlandaskan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1951.
2) Bertujuan membantu lapisan masyarakat bawah untuk memperoleh pinjaman modal.
3) Pemerintah menganti kerugian kepada para pemegang saham sebesar 120% dari harga
nominal saham dalan gulden.
Keterangan di atas terkait dengan kebijakan ekonomi Demokrasi Liberal yakni... .
A. gunting Syafruddin.
B. sistem ekonomi Ali-Baba.
C. Nasionalisasi De Javashe Bank.
D. Rencana Pembangunan Lima Tahun.
E. Pembentukan Biro Perancang Negara

14. Kebijakan ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah dalam rangka memperkuat pengusaha
pribumi dan membentuk ekonomi nasional yang mantap, dikenal dengan nama …
A. Gerakan Benteng
B. Kasimo Plan
C. Obligasi Nasional
D. Gerakan Ali – Baba
E. Gunting Syafrudin

15. Salah satu pendorong lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah....
A. DPR melancarkan mosi tidak percaya
B. Desakan dari rakyat
C. Desakan Mahkamah Konstitusi
D. Konstituante gagal menyusun UUD baru
E. Lahirnya Kepres No. 1 tahun 1959

16. Konstituante hasil Pemilihan Umum tahun 1955 gagal melaksanakan tugasnya untuk
membentuk Undang-Undang Dasar baru. Hal ini disebabkan oleh....
A. Munculnya rasa tidak puas dari beberapa partai yang berhasil duduk dalam Konstituate
B. Adanya ancaman dari pihak partai komunis untuk menggagalkan siding
C. Pertentangan antara partai-partai yang memperoleh suara terbanyak
D. Kurang tegasnya peraturan dalam Konstituante terhadap para anggotanya
E. Kondisi politik negara Indonesia yang tidak memungkinkan pelaksanaan sidang dari
badan konstituante itu

17. Pada masa Demokrasi Terpimpin, pengertian “terpimpin” adalah....


A. Dipimpin oleh rakyat
B. Dipimpin oleh presiden sendiri sehingga memunculkan atribut “Pemimpin Besar
Revolusi”
C. Dipimpin oleh DPR
D. Dipimpin oleh MPR
E. Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

18. Ciri pokok Demokrasi Terpimpin adalah sebagai berikut,....


(1) Pemasyarakatan ajaran-ajaran Presiden
(2) kedudukan lembaga tinggi negara sejajar dengan presiden
(3) kedudukan presiden amat kuat dalam Pemerintahan
(4) partai-partai dapat menciptakan suasana Demokratis
A. Jika 1, 2 dan 3 benar
B. Jika 1 dan 3 benar
C. Jika 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 benar
E. Jika semuanya benar

19. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia pernah keluar dari keanggotaan PBB dengan
alasan....
A. PBB tidak murni lagi
B. PBB tidak menghiraukan himbauan Indonesia
C. Indonesia menginginkan masuk menjadi anggota tidak tetap PBB namun ditolak
D. Malaysia terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB padahal sedang
berkonfrontasi dengan Indonesia
E. Tidak sesuai lagi dengan haluan politik luar negeri

20. Pada masa sistem Demokrasi Terpimpin yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1959
sampai 1965, politik luar negeri Indonesia adalah ... .
A. Politik luar negeri memihak Blok Barat
B. Politik luar negeri dapat menguntungkan Indonesia
C. Politik luar negeri yang bebas dan aktif
D. Politik luar negeri memihak pada Blok Timur
E. Politik luar negeri memihak Blok Timur Tengah

21. Perhatikan data :


1. Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara (MPRS) mengangkat Presiden Soekarno
menjadi presiden seumur hidup
2. Pembentukkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara oleh presiden
3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR GR(Gotong Royong)
4. Keterlibatan PKI dalam Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis)
5. Pemilihan umum secara Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia
Dari data di atas, yang merupakan bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi pada masa
Demokrasi Terpimpin, ditunjukkan pada nomor ... .
A. 1, 2, 3 dan 4
B. 1, 2, 3 dan 5
C. 1, 2, 4 dan 5
D. 1, 3, 4 dan 5
E. 2, 3, 4 dan 5

22. Perhatikan data-data di bawah ini !


(1) Diberlakukannya sistem ekonomi Gerakan Benteng yang bertujuan
mengubah/memperbaiki struktur/ sistem ekonomi kolonial ke arah ekonomi nasional
(2) Diberlakukannya sistem DEKON (Deklarasi Ekonomi) yang bertujuan menciptakan
ekonomi yang bersifat nasional, demokrasi dan bebas dari sisa-sisa imperialisme
(3) Pembentukan DPR-GR dengan konsep NASAKOM untuk menggantikan DPR hasil
Pemilu tahun 1955
(4) Pembentukan DWIKORA dalam rangka konfrontasi terhadap Malaysia yang dianggap
sebagai nekolim
(5) Diberlakukannya sistem ekonomi Ali Baba yang bertujuan memperkuat kerja sama antara
pengusaha pribumi dengan pengusaha asing
(6) Menasionalisasi de Javache Bank menjadi Bank Indonesia dalam rangka mengatasai
masalah perekonomian
Dari data di atas, kebijakan yang dilakukan pemerintah pada masa Demokrasi Terpimpin
adalah ...
A. (1), (3), dan (5)
B. (1), (4), dan (6)
C. (2), (3), dan (4)
D. (2), (4), dan (5)
E. (4), (5), dan (6)

23. Meskipun ditunjukan untuk menyelamatkan negara dari jurang kehancuran, Dekrit Presiden
5 Juli 1959 teryata membawa bencana bangi Bangsa Indonesia. Bencana tersebut adalah ....
A. Kesediaan militer untuk lepas tangan dari politik
B. Dibentuknya sejumlah partai baru yang lebih militan
C. Berakhirnya suasana demokrasi yang sejati
D. Mulainya konfrontasi dengan Belanda
E. Mulainya konfrontasi terhadap negara yang dianggap imperialis

24. Kehidupan politik, sosial dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Liberal
dengan Demokrasi Terpimpin berbeda. Perbedaan dalam kehidupan politik ditunjukkan pada
abjad ... .
Demokrasi Liberal Demokrasi Terpimpin
A Terjadi hyper inflasi Menerapkan devaluasi
B Presiden memegang kendali negara Perdana Menteri memimpin negara
C Hubungan dengan negara Komunis Hubungan dengan negara Barat semakin
semakin dekat dekat
D Sistem pemerintahan : Parlementer Sistem pemerintahan : Presidensial
E Kehidupan bepusat pada bangsa Barat Sentral kehidupan pada negara komunis
A. A
B. B
C. C
D. D
E. E

Anda mungkin juga menyukai