Anda di halaman 1dari 44

SEJARAH

INDONESIA
ANGGOTA
KELOMPOK

10 13 27 28 31

Fauzia Rahma Hanifah Noor Safina Nur Salma Shevaya


Febriyanti Indah Khalisa Khairunnisa Wahyu Kinanti
HAL YANG
AKAN DIBAHAS

Dinamika Politik Indonesia pada masa


1 pada Masa awal kemerdekaan 2
Demokrasi Liberal sampai Masa
Demokrasi Liberal

Perkembangan
Politik Indonesia
4 Sistem dalam Upaya 3
Kepartaian Mengisi
Kemerdekaan
Dinamika Politik pada Masa
Demokrasi Liberal
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
1 Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. dipimpin oleh Muhammad Natsir

PROGRAM
• Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
• Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
• Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
• Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
• Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

HASIL
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai
masalah Irian Barat.
KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI
• Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan).
• Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA,
Gerakan RMS.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


• Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah
mengenai DPRD dan DPRDS.
• PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi.
• Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya
kepada Presiden.
2
KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo

PROGRAM
• Menjamin keamanan dan ketentraman
• Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai
dengan kepentingan petani.
• Mempercepat persiapan pemilihan umum.
• Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke
dalam wilayah RI secepatnya.

HASIL
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program
menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin
keamanan dan ketentraman.
KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI
• Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan
kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika.
• Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang
bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke
dalam blok barat. Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah. Masalah Irian
barat belum juga teratasi. Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan
kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik
dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman
harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.
KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
3 Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
biangnya. Dipimpin oleh Mr. Wilopo

PROGRAM
• Program dalam negeri: Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan
DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan
pemulihan keamanan.
• Program luar negeri: Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, pengembalian
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-
aktif
KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI
• Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang
eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
• Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih
setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk
mengimport beras.
• Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat
ke daerah yang tidak seimbang.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya
pada presiden.
KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
4 Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI. Dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo

PROGRAM
• Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
• Pembebasan Irian Barat secepatnya.
• Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
• Penyelesaian Pertikaian politik

HASIL
• Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
• Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955
KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI
• Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti
DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
• Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
• Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
• Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk
menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai
lainnya.
• Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober
1952.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya
inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
5
KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955–3 Maret 1956)
Dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.

PROGRAM
• Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
• Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru.
• Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi.
• Perjuangan pengembalian Irian Barat.
• Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

KENDALA YANG DIHADAPI


Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan
ketidaktenangan.
HASIL
• Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih
anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang
memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
• Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
• Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi
militer.
• Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
• Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution
sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak
menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan
dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula
KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
6 Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Dipimpin oleh Ali
Sastroamijoyo

PROGRAM
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahunyang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut
• Perjuangan pengembalian Irian Barat.
• Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD.
• Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
• Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
• Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah, Pembatalan KMB, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif,
melaksanakan keputusan KAA.
HASIL
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning
and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.

KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI


• Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
• Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah,
Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung
Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
• Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
• Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib
modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya.
Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional. Timbulnya perpecahan
antara Masyumi dan PNI.
• Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan
daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan
asas demokrasi dan parlementer.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
7 KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik. Dipimpin
Oleh: Ir. Juanda

PROGRAM
• Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet
Karya, programnya yaitu
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan Republik Indonesia
• Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
• Perjuangan pengembalian Irian Jaya 5. Mempergiat/mempercepat proses
Pembangunan Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di
daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta
keuangan yang sangat buruk
HASIL
• Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
• Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan
pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya.
Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
• Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai
daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah,
pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
• Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri
tetapi tidak berhasil dengan baik.
KENDALA/MASALAH YANG DIHADAPI
• Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya
pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
• Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
• Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno
di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya
bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara
semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.

BERAKHIRNYA KEKUASAAN KABINET


Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak
baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Indonesia pada Masa Awal Kemerdekaan
sampai Masa Demokrasi Liberal
1 2

Perkembangan Kehidupan Perkembangan Kehidupan


Politik dan Ekonomi Bangsa Politik dan Ekonomi pada
Indonesia pada Masa Awal Masa Demokrasi Liberal
Kemerdekaan
Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi Bangsa
1
Indonesia pada Masa Awal Kemerdekaan

-POLITIK- Pembentukan Pemerintahan dan Kelengkapan Negara


• Mengesahkan rancangan undang-undang dan dasar
Politik Indonesia belum stabil negara
dikarenakan faktor faktor berikut: • Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden
Faktor internal • Membentuk Komite Nasional sebelum terbentuknya DPR
• Persaingan antarpartai politik hasil pemilu
• Gangguan keamanan dalam negeri
Pembentukan Lembaga Lembaga Kelengkapan Negara
• Mencari sistem pemerintahan yang
• Penetapan 12 kementerian
cocok • Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat dan
Faktor Eksternal Daerah
• Kedatangan Sekutu yang diboncengi • Menetapkan 8 provins dan mengangkat kepala daerahnya
NICA I 1 Belanda • Membentuk alat kelengkapan keamanan negara
• Jepang masih mempertahakan status • Mengeluarkan maklumat pemerintah 3 November 1945
quo di Indonesia tentang partai politik
-EKONOMI-

Upaya menembus blokade ekonomi:


• Kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu
• Inflasi yang tinggi Berlakunya mata uang NICA
• Blokade ekonomi oleh Belanda
• Kas negara kosong Eksploitasi besar-besaran
• Program pinjaman nasional oleh menteri keuangan Ir Surachman
• Diplomasi beras ke India sebanyak 500 000 ton Konferensi ekonomi
• Pembentukan planning board Rekonstruksi dan rekonsiliasi angkatan perang
• Kasimo Plan
Perkembangan Kehidupan Politik dan Ekonomi pada
1
Masa Demokrasi Liberal

-POLITIK-

Perkembangan Politik pada Masa Demokrasi Liberal Kabinet-Kabinet Demokrasi


• Ketidakstabilan politik Indonesia disebabkan pieh parlemen Liberal
tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sering 1. Kabinet Natsir
bergantinya kabinet, konstituante tidak mampu membentuk 2. Kabinet Sukiman
undang undang 3. Kabinet Wilopo
• Pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada 1955 4 partai 4. Kabinet Ali I
besar hasil pemilu 1955 adalah Masyumi, PNI, NU, dan FKI. 5. Kabinet Burhanuddin
• Politik luar negeri Indonesia masa Demokrasi Liberal adalah Harahap
politik bebas aktif Selama masa demokrasi ini, Indonesia 6. Kabinet Ali II
membentuk UUDS 1950 7. Kabinet Djuanda
-EKONOMI-

Perkembangan Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal


• Nasionalisasi de Javansche Bank menjadi Bank Indonesia
• Sistem ekonomi Gerakan Benteng
• Gunting Syafruddin
• Sistem ekonomi Ali Baba
• Persaingan finansial ekonomi (finek)
Keismpulan

Setelah Konferensi Meja Bundar digelar, status


Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS) yang menggunakan sistem federal Setelah
kembali menjadi NKRI,kabinet dalam sistem
parlementer sering mengalami pergantian.
Perkembangan Politik Indonesia
dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan
Perkembangan politik dan perubahan masyarakat
Indonesia pada masa liberal (1950-1959) ditandai dengan:

Upaya Kembali dari RIS ke NKRI


1

2 Instabilitas politik nasional

3 Pemilu 1955

4 Keluarnya konsepsi presiden

5 Dekrit presiden 5 juli 1959


1

Upaya Kembali dari RIS ke NKRI

• Ditandatanganinya “Persetujuan 19 Mei 1950” antara RIS (Mohammad


Hatta) dengan RI (Abdul Halim) di Jakarta, yang intinya berisi
kesediaan bersama kembali ke NKRI.
• 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani UUDS (Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia) 1950
• 17 Agustus 1950, sistem kenegaraan Indonesia secara resmi berganti
dari RIS ke NKRI
2

INSTABILASI POLITIK NASIONAL

Akibat: silih bergantinya kabinet, disharmoni hubungan pusat-daerah yang


berujung pada munculnya pemberontakan-pemberontakan yang bersifat
separatis, dan berlarut-larutnya penyelesaian Irian Barat.
• Silih Bergantinya Kabinet
Umumnya, akibat pertentangan antar partai & oposisi yang kuat dari
parlemen.
• Berlarut-larutnya Penyelesaian Irian Barat
Disebabkan keengganan Belanda untuk menyerahkan Irian Barat pada
RI. Bahkan sejak tahun 1950-1952 Indonesia telah berusaha untuk
merundingkan masalah Irian Barat itu, tetapi selalu ditolak oleh
Belanda.
3

PEMILIHAN UMUM 1955

Dilaksanakan dalam 2 tahap:


• Tahap pertama 29 Agustus 1955. Tujuan: memilih anggota DPR
• Tahap kedua 15 Desember 1955. Tujuan: memilih anggota Konstituante
Dalam pelaksanaannya, Indonesia dibagi dalam:
• 16 daerah pemilihan (208 kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429 desa)
• Pemilih yang datang untuk memberikan suara berjumlah 37.875.299
orang
• DPR hasil pemilihan umum beranggotakan 272 orang (1 orang anggota
DPR mewakili 140.00 penduduk)
• Anggota Konstituante berjumlah 542 orang
4

KELUARNYA KONSEPSI PRESIDEN (21 FEBRUARI 1957)

• Dilatar belakangi kondisi politik dan ekonomi nasional yang belum


menunjukkan kestabiilan
• Isi Pokok “Konsepsi Presiden”:
- Sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai dengan kepribadian
Indonesia, sehingga harus diganti dengan sistem Demokrasi
Terpimpin
- Pembentukan Kabinet Gotong Royong atau “Kabinet Kaki Empat”
(PNI, Masyumi, NU, PKI)
- Membentuk Dewan Nasional sebagai badan penasehat pemerintah,
baik diminta maupun tidak
5

DEKRIT PRESIDEN (5 JULI 1959)

Dilatar belakangi oleh :


• Keluarnya “Konsepsi Presiden Soekarno” (21 Fbruari 1957)
• Pengumuman tentang kondisi darurat perang (14 Maret 1957) akibat
terjadinya berbagai gejolak di daerah.
• Belum adanya kestabilan politik yang tercermin dari adanya
pertentangan antar partai.
• Rakyat menuntut diberlakukanya kembali UUD 1945, seiring dengan
kegagalan badan konstituante melaksanakan tugasnya merumuskan atau
menyusun UUD baru pengganti UUDS 1950.
Isi dekrit
• Menetapkan pembubaran konstituante
• Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
UUDS 1950.
• Membentuk MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) dan
DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara).

Tujuannya untuk menyelamatkan bangsa & negara serta menjamin


tetap utuhnya NKRI.
Sistem Kepartaian
Masa Demokrasi Liberal
PARTAI POLITIK

Eksistensi parpol merupakan prasyarat, baik sebagai sarana penyaluran aspirasi rakyat,
maupun dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-wakilnya di dalam badan
perwakilan rakyat.

Cara Memperoleh Kekuasaan:


• secara legal (ikut pemilu legislatif).
• secara ilegal (melakukan subversib, revolusi atau coup d'etat).
MASA PRA-KEMERDEKAAN

Budi Utomo (Jkt, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modem pertama yang melakukan
perlawanan secara non fisik
Dalam perkembangannya menjadi partai-partai politik yang didukung kaum terpelajar dan
buruh tani. Contoh nya sebagai berikut :
• Sarekat Islam (1912),
• Muhammadiyah (1912),
• Indische Partij (1912),
• PKI (1921). PNI (1927),
• Partai Rakyat Indonesia (1930),
• Partai Indonesia (1931),
• Partai Indonesia Raya (1931).
IDEOLOGI PARTAI POLITIK AWAL KEMERDEKAAN
Maklumat Politik 3 November 1945 oleh Moh Hatta menghasilkan:
• Partai politik Berhaluan Nasionalis
• Partai Politik Berhaluan Agama
• Partai Politik Berhaluan Sosialis Komunis
Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah tgl. 3 Nov 1945.
KLASIFIKASI PARTAI POLITIK MENURUT DASAR / ASASNYA

Ketuhanan/Agama Kebangsaan

• Partai Nasional Indonesia (PNI)


• Partai Masjumi • Partai Indonesia Raya (Parindra)
• Partai Sjanikat Indonesia • Partai Rakyat Indonesia (PRI)
• Pergerakan Tarbiyan • Partai Demokrasi Rakyat
Islamiah (Pergi) (Banteng)
• Partai Kristen Indonesia • Partai Rakyat Nasional (PRN)
(Parkindo) • Partai Kebangsaan Indonesia
• dll (Parkir)
• Dll
Sosialis-Komunis /
Marxisme Nasionalisme
• Partai Demokrat Tionghoa
• Partai Komunis Indonesia
(PTDI)
(PKI)
• Partai Indonesia Nasional (PIN)
• Partai Sosialis Indonesia
• IPKI
• Partai Murba
• Partai Buruh Permai
SISTEM MULTIPARTAI

Sisi Positif
• Menghidupkan suasana demokrasi di Indonesia karena setiap warga negara berhak
berpartisipasi dalam politik, anatara lain mengkritik pemerintah, menyampaikan
pendapat, dan mendirikan partai politik
• Mencegah kekuasaan presiden yang terlalu besar, karena wewenang pemerintah
dipegang oleh partai yang berkuasa
• Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dan pemerintah.
Sisi Negatif
• Sejumlah partai cenderung menyuarakan kepentingan kelompoknya sendiri, bukan
rakyat banyak
• Adanya kecenderungan terjadi persaingan tidak sehat di parlemen maupun kabinet
dengan tindakan yang saling menjatuhkan.
Alfian, mengelompokkan partai politik hasil Pemilu
1955:
• Aliran Nasionalis (Partai Buruh, PNI, PRN, PIR
Hazairin, Parindra, SKI, dan PIR-Wongsonegoro).
• Partai Islam (Masjumi, NU, PSII, dan Perti).
• Aliran Komunis (PKI, SOBSI dan BTI).
• Aliran Sosialis (PSI, dan GTI).
• Aliran Kristen (Partai Katolik, dan Parkindo).
SEKIAN,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai