Anda di halaman 1dari 22

INDONESIA MASA

DEMOKRASI LIBERAL
(1950-1959)
• Setelah kemerdekaan, Indonesia masih mencari sistem pemerintahan
yang dirasa tepat. Perubahan terus terjadi, mulai dari sistem ekonomi,
konstitusi, sampai ke sistem pemerintahan.
• Salah satu sistem pemerintahan yang pernah diterapkan adalah
demokrasi liberal.
• Demokrasi liberal merupakan sistem pemerintahan yang
menempatkan Presiden sebagai kepala negara, dan Perdana Menteri
sebagai kepala pemerintahan serta pimpinan kabinet.
• Sistem demokrasi ini pernah berlangsung di Indonesia sejak tanggal
17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959.
CIRI-CIRI PEMERINTAHAN
DEMOKRASI LIBERAL
• Pada sistem politik 1) Adanya pemilihan umum yang bebas, adil, dan teratur.
demokrasi liberal, 2) Terdapat pemisahan kekuasaan antara eksekutif,
posisi parlemen legislatif, dan yudisial untuk menghindari
pemerintahan yang terlalu terpusat.
legislatif berperan
3) Konstitusi menjadi landasan penting bagi negara.
kuat untuk
4) Kepentingan pribadi lebih utama dibandingkan
memengaruhi kepentingan negara.
kabinet. 5) Kelompok masyarakat terpecah menjadi dua yaitu
• Buktinya, parlemen mayoritas dan minoritas.
bisa menjatuhkan 6) Terdapat ketidakseimbangan dimana kelompok
kabinet melalui mayoritas bisa menentukan kebijakan keputusan
sementara kebebasan minoritas terbatas.
mosi tidak percaya.
KABINET-KABINET MASA DEMOKRASI
LIBERAL
• Setelah reformasi di tahun 1998, Indonesia kerap kali dipimpin oleh
beberapa kabinet seperti Kabinet Gotong Royong dan Indonesia Bersatu,
hingga Kabinet Kerja dan Kabinet Indonesia Maju.
• Berbeda halnya selama masa demokrasi liberal di mana kabinet saat itu
pada umumnya menggunakan nama perdana menteri mereka.
• Selama kurun waktu 9 tahun terlaksananya demokrasi liberal, tercatat
ada 7 kabinet pemerintahan yang terbentuk.
• Kabinet tersebut secara berturut-turut: 1) Kabinet Natsir; 2) Kabinet
Sukiman; 3) Kabinet Wilopo; 4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I; 5) Kabinet
Burhanuddin Harahap; 6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II; 7) Kabinet
Djuanda.
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21
Maret 1951)
• Dipimpin oleh Mohammad Natsir.
• Berhasil mencapai perundingan antara Indonesia dengan Belanda terkait
masalah Irian Barat.
• Sistem ekonomi yang diperkenalkan di masa ini adalah Gerakan Benteng
yang tujuan utamanya adalah memunculkan pengusaha-pengusaha lokal
sehingga bisa bersaing dengan pengusaha nonlocal, namun program ini
tidak berjalan lancar.
• Pada masa Kabinet ini banyak terjadi banyak pemberontakan misalnya
seperti Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan Gerakan Republik Maluku
Selatan (RMS).
• Kabinet berakhir setelah mendapat mosi tidak percaya dari PNI.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3
April 1952)
• Dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo yang merupakan bentuk koalisi antara
Partai Masyumi dengan PNI.
• Program Kerja dari Kabinet ini :
• Menjamin ketentraman dan keamanan.
• Mengusahakan kemakmuran rakyat dengan memperbarui hukum agraria.
• Mempercepat persiapan pemilu.
• Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan lagi Irian Barat ke
wilayah RI.
• Kebijakan lain yang dibuat oleh Kabinet Sukiman, seperti penetapan peraturan
serikat buruh, standarisasi upah minimum, dan Tunjangan Hari Raya (THR).
• Kabinet ini jatuh karena adanya pertentangan dari Masyumi dan PNI.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni
1953)
• Dipimpin oleh Wilopo.
• Partai pendukunya dari Masyumi, PNI, dan PSI.
• Kabinet ini menghadapi berbagai krisis seperti defisit kas negara dan
meningkatnya tensi gangguan keamanan dari gerakan separatis.
• Program Kerja cabinet :
• Program dalam negeri: menyelenggarakan pemilu, meningkatkan kemakmuran dan
pendidikan rakyat, serta pemulihan keamanan.
• Program luar negeri: penyelesaian masalah hubungan antara Indonesia dengan
Belanda, pengembalian Irian Barat ke RI, dan menjalankan politik luar negeri secara
bebas aktif.
• Salah satu keberhasilan Kabinet Wilopo adalah berhasil menyusun peraturan
yang jadi landasan pemilu di Indonesia.
• Berakhirnya masa pemerintahan kabinet ini disebabkan adanya
Peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa Tanjung Morawa yang
memunculkan mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia.
• Peristiwa 17 Oktober 1952 adalah sebuah konflik yang terjadi antara
militer yaitu Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Darat (TNI–AD)
dengan para politikus dalam Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
(DPRS) karena para politikus di parlemen dianggap mencampuri terlalu
jauh urusan Organisasi Militer TNI-AD.
• Peristiwa Tanjung Morawa adalah konflik seputar isu pertanahan,
sentimen SARA (suku-agama-ras-dan-antaretnis), beserta hubungan
industrial (perburuhan).
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli
1953 – 12 Agustus 1955)
• Dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo dengan wakilnya yang bernama
Wongsonegoro. Dikenal juga dengan nama Kabinet Ali-Wongso.
• kabinet ini merupakan koalisi dari PNI dan NU.
• Salah satu keberhasilan cabinet ini adalah penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika tahun 1955.
• Program Kerja :
• Meningkatkan kemakmuran dan keamanan.
• Sesegera mungkin menyelenggarakan pemilu.
• Pembebasan irian Barat secepatnya.
• Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
• Penyelesaian pertikaian terkait politik.
• Sistem ekonomi yang diperkenalkan adalah Ali-Baba yang diusung
oleh Mr. Iskaq Cokrohadisuryo (Menteri Perekonomian).
• Sistem Ekonomi Ali Baba merupakan sistem yang terbilang baru pada
masa itu, sekaligus bentuk kerjasama ekonomi antara pengusaha asal
Indonesia dengan pengusaha Tionghoa.
• Pelaksanaan Sistem Ekonomi Ali Baba:
• Pengusaha non-lokal memiliki kewajiban untuk memberi pelatihan kepada
tenaga-tenaga Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf di
perusahaan negara;
• Pemerintah mendirikan perusahaan-perusahaan negara;
• Pemerintah memberikan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
• Sistem Ekonomi Ali Baba mengalami kegagalan karena :
• Kredit yang digunakan ternyata tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha
lokal, malah dipindahkan kepada pengusaha Tionghoa secara sepihak;
• Kredit yang diberikan pada awalnya dimaksudkan untuk mendorong kegiatan
produksi tapi malah diselewengkan untuk kegiatan konsumsi;
• Kegagalan pengusaha lokal dalam memanfaatkan kredit secara maksimal
sehingga kurang berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia waktu itu.
• Kabinet Ali-Wongso juga mengalami kendala ketika berhadapan dengan
pemberontakan seperti DI/TII di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Aceh.
• Berakhirnya kekuasaan Kabinet Ali-Wongso disebabkan adanya
keretakan dengan NU yang membuat mereka menarik dukungannya.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12
Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
• Kabinet yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap dari Partai
Masyumi ini tidak memiliki wakil dari PNI, sehingga PNI waktu itu
bertindak sebagai oposisi.
• Program Kerja :
• Pengembalian kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada
pemerintah.
• Pelaksanaan pemilu sesuai dengan rencana dan mempercepat terbentuknya
parlemen baru.
• Undang-undang desentralisasi bisa selesai.
• Berusaha mengembalikan Irian Barat.
• Politik kerja sama Asia-Afrika berdasar politik luar negeri bebas aktif.
• Keberhasilan kabinet ini yang paling diingat dan monumental adalah
penyelenggaraan pemilu 1955.
• Menjadi satu-satunya kabinet yang tidak dibubarkan karena mosi
tidak percaya dari fraksi partai yang ada.
• Kabinet ini berhasil menyelenggarakan pemilu, yang membuat
mereka harus menyerahkan kekuasaannya pada pemenang pemilu
yaitu PNI.
PEMILU 1955
• Sebagai ciri dari bentuk pemerintahan yang demokratis, maka pemilu
wajib untuk dilakukan.
• Pemilu sebenarnya sudah disiapkan semenjak masa Kabinet Ali I, tapi
baru bisa dilaksanakan di masa Kabinet Burhanuddin Harahap.
• Pemilu dilaksanakan 2 tahap dengan alasan agar bisa fokus
menjalankannya, yang terdiri dari :
• Pada tanggal 29 September 1955 pemilu tahap pertama dilakukan untuk memilih
anggota DPR yang diikuti 29 kandidat baik dari partai politik maupun individu.
• Tahap keduanya dilaksanakan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
Konstituante yang diikuti 35 kandidat, baik dari partai politik maupun individu.
• Pemilu 1955 berjalan dengan tertib dan tanpa politik uang, bahkan
banyak ahli yang menyebut kalau Pemilu 1955 merupakan pemilu
yang paling demokratis yang pernah terlaksana di Indonesia.
KELEBIHAN KEKURANGAN
PEMILU 1955 PEMILU 1955
• Tingkat partisipasi dari rakyat sangat • Krisis ketatanegaraan dari akibat
besar dengan 87% dari warga kegagalan Konstituante dalam
memiliki hak suara. Lebih dari 37 juta menyusun konstitusi baru sehingga
orang memberi suara dari 43 juta mendorong lahirnya Dekrit
pemilih yang terdaftar. Presiden di tanggal 5 Juli 1959.
• Persentase suaranya terbilang • Tak ada parpol yang mendapatkan
signifikan, karena 80% suara masuk suara mayoritas mutlak sehingga
padahal 70% penduduk Indonesia stabilitas tidak berhasil bagi
masih buta huruf waktu itu.
pemerintahan dan penyusunan
• Berjalan secara damai dan tertib konstitusi baru pengganti UUDS
serta jauh dari unsur kecurangan dan 1950.
kejahatan.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret
1956 – 4 Maret 1957)
• Karena mendapatkan dukungan dari partai besar di parlemen yaitu NU, PNI,
dan Masyumi, Ali Sastroamijoyo dipercaya untuk kedua kalinya membentuk
kabinet.
• Program pokok dari pemerintahan kabinet ini adalah Program RPLT (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) yang memuat program jangka panjang, seperti:
• Pembentukan daerah-daerah otonom dan mempercepat terbentuknya
anggota-anggota DPRD.
• Menyehatkan perimbangan keuangan negara
• Pengembalian Irian Barat
• Pembatalan KMB
• Pemulihan keamanan dan ketertiban
• Menjalankan politik luar negeri yaitu bebas aktif
• Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai
• Pada masa inilah muncul gelombang anti Cina di masyarakat yang
meningkatkan kekacauan di daerah makin menguat.
• Saat itu juga timbul perpecahan antara Masyumi dan PNI yang
mengakibatkan mundurnya sejumlah menteri dari Partai Masyumi
hingga berujung pada jatuhnya kabinet Ali II dan ia menyerahkan
mandat pada Presiden.
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli
1959)
• Kabinet Djuanda dibentuk karena adanya kegagalan konstituante
dalam menyusun pengganti UUDS 1950 dan juga terjadi perebutan
kekuasaan antarpartai politiknya.
• Dipimpin oleh Ir. Djuanda di mana Presiden Soekarno yang jadi
formatur kabinetnya.
• Kabinet ini dikenal dengan Zaken Kabinet atau kabinet yang terdiri
dari para menteri yang ahli di bidangnya.
• Kabinet Djuanda memiliki beberapa program kerja yang disebut
dengan Panca Karya atau disebut juga Kabinet Karya.
• Beberapa agenda Kabinet Djuanda :
• Pembentukan Dewan Nasional.
• Normalisasi keadaan RI.
• Pembatalan KMB.
• Perjuangan pengembalian Irian Jaya.
• Percepatan proses pembangunan.
• Pencapaian kerja Kabinet Djuanda yang paling terkenal adalah
pengaturan kembali batas perairan nasional melalui Deklarasi Djuanda
yang salah satu isinya merubah batas lautan kita dari 3 mil jadi 12 mil.
• ada beberapa kendala yang dihadapi kabinet ini, salah satunya adalah
munculnya pemberontakan seperti PRRI/ Permesta yang
menghambat hubungan pusat dengan daerah.
• Untuk menuntaskan masalah tersebut, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang juga menandai berakhirnya
kabinet ini.
TUGAS 2
PERTANYAAN : KERJAKAN DI BUKU
TULIS
• DARI MATERI SEJARAH DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA, APA
PELAJARAN YANG DAPAT KALIAN AMBIL DAN TERAPKAN DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA HARI INI?
• MENURUT KALIAN, MASIHKAH RELEVAN DEMOKRASI LIBERAL
DITERAPKAN DI INDONESIA? KEMUKAKAN ALASANMU!

Anda mungkin juga menyukai