Anda di halaman 1dari 32

ASSALAMUALAIKUM

WR.WB
DEMOKRASI LIBERAL

: Drs. SARIMAN, S.Pd


: XII IPS
PENGERTIAN :
 Demokrasi liberal adalah
sistem politik yang
melindungi secara
konstitusional hak-hak
individu dari kekuasaan
pemerintah.
MASA DEMOKRASI LIBERAL
 Landasan hukum demokrasi liberal ialah UUD Sementara
1950
 Sebab-sebab jatuhnya kabinet :
 Berdasarkan sistem pemerintahan parlementer/demokrasi
liberal ternyata partai-partai politik di Indonesia :
 partai-partai politik cenderung mementingkan
golongan masing-masing diatas kepentingan nasional
 partai-partai politik juga bersaing satu sama
lain,saling menjelekkan & menjatuhkan sehingga
sering terjadi pergantian kabinet yang menyebabkan
instabilitas politik.
 Parpol yang tidak berkuasa (tidak duduk dalam
parlemen) menjadi partai oposisi dengan berusaha
menjatuhkan parpol yang memerintah
PERBEDAAN SISTEM KABINET
PRESIDENSIAL DAN PARLEMENTER :
Kabinet presidensial :
1. Presiden memegang kekuasaan sebagai
kepala negara juga kepala pemerintahan
2. Presiden dibantu satu orang wakil presiden
3. Presiden dibantu oleh menteri negara
(kabinet) yang diangkat dan diberhentikan
oleh presiden
4. Presiden tidak bertanggung jawab kepada
DPR/parlemen
5. Kabinet (dewan menteri) bertanggung
jawab kepada presiden.
KABINET PARLEMENTER :
1. Kepala negara bisa presiden,sultan,raja dan sebagai
kepala pemerintahan adalah perdana menteri
2. Perdana menteri dibantu oleh dewan menteri
(kabinet) yang terdiri dari wakil perdana menteri dan
menteri menteri
3. Perdana menteri dan wakilnya juga menteri-menteri
(kabinet) diangkat & diberhentikan oleh
DPR/parlemen
4. Besarnya kekuasaan DPR/parlemen dalam mengawasi
jalannya pemerintahan,parlemen bisa menjatuhkan
mosi tidak percaya kepada pemerintah yang tidak
aspiratif. Parlemen bisa menjatuhkan & membubarkan
kabinet
5. Kabinet (dewan menteri) bertanggung jawab kepada
DPR/parlemen.
TUJUH KABINET YANG MEMEGANG
PEMERINTAHAN,ANTARA LAIN :
1. KABINET NATSIR (6 SEPTEMBER 1950 – 21
MARET 1951)
 Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang berintikan partai
Masyumi.
 Program-program kabinet Natsir :
 Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman

 Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan

pemerintahan
 Menyempurnakan organisasi angkatan perang dan pemulihan

bekas anggota – anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat


 Memperjuangkan organisasi angkatan perang dan pemulihan

bekas anggota – anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat


 Mengembangkan dan memperkuat kekuatan ekonomi rakyat

sebagai dasar bagi melaksanakan ekonomi nasional yang sehat


Pemerintahan kabinet Natsir juga mempunyai
beban berat untuk menyangkut upaya
pengembalian Irian Barat ke tangan Indonesia. Pada
tanggal 4 Desember 1950 dilakukan perundingan
antara Indonesia dengan Belanda menyangkut Irian
Barat, tetapi menemui jalan buntu.
Tekanan semakin besar ketika Hadikusumo
dari PNIO menyatakan mosi tidak percaya sekitar
pencabutan PP No 39/1950 tentang DPRS dan DPRDS
yang diterima baik oleh parlemen sehingga kabinet
Natsir jatuh, dan pada tanggal 21 Maret 1951,
Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden
Soekarno.
2. KABINET SUKIMAN (27 APRIL 1951– 3 APRIL
1952)
 Program dari kabinet Sukiman
 Keamanan, yaitu akan menjalankan tindakan-tindakan
yang tegas sebagai negara hukum.
 Sosial-ekonomi, yaitu mengusahakan kemakmuran
rakyat dan memperbarui hukum agraria agar sesuai
dengan kepentingan petani
 Mempercepat persiapan-persiapan pemilihan umum
 Politik luar negeri, yaitu menjalankan politik luar
negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian
Barat ke dalam wilayah RI
Masalah utama yang menyebabkan runtuhnya
kabinet ini adalah pertukaran Nota antara Menlu Soebardjo
dengan Duta Besar Amerika, Merle Cocran. Nota tersebut
berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari
pemerintahan Amerika kepada pemerintahan Indonesia
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA).
Hal ini ditafsirkan bahwa Sukiman telah condong
kepada Blok Barat sehingga melanggar garis politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif.
3. KABINET WILOPO (3 APRIL 1952-3 JUNI 1953)
Program kerjanya ditujukan pada persiapan pemilihan
umum, kemakmuran, pendidikan rakyat dan keamanan.
Sedangkan program luar negeri ditujukan pada penyelesaian
masalah hubungan Indonesia-Belanda, pengembalian Irian
Barat ke tangan Indonesia,menjalankan politik bebas aktif.
Pemerintahan kabinet ini dihadapkan pada kondisi
ekonomi yang kritis, yang disebabkan jatuhnya harga barang
ekspor Indonesia dan impor terus meningkat, sehingga
kabinet melakukan penghematan yang drastis, penurunan
penerimaan negara juga mengakibatkan defisit.
Kesulitan lain yang harus dihadapi adalah
munculnya provinsialisme dan separatisme di beberapa
tempat di Sulawesi dan Sumatera, muncul perkumpulan-
perkumpulan seperti paguyuban daya Sunda di Bandung
dan gerakan pemuda federal Republik Indonesia di
Ujungpandang.
Persoalan yang menggoyahkan Kabinet Wilopo
adalah peristiwa 17 Oktober 1952. peristiwa ini dimulai
dengan adanya upaya dari kalangan parlemen untuk
menempatkan TNI sebagai alat sipil seperti di negara-
negara Barat.
4. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I
(31 JULI 1953 – 12 AGUSTUS 1955)
Kabinet Ali I didukung oleh PNI dan NU, sedangkan Masyumi
memosisikan diri sebagai oposisi, kabinet ini diresmikan pada
tanggal 31 Juli 1953.
Kabinet ini menghadapi persoalan keamanan di daerah-
daerah yang belum dapat dipulihkan, seperti pemberontakan
DI/TII di Jabar, Sulsel, dan Aceh. Pada tanggal 16 Mei 1954
Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilihan umum untuk memilih
anggota parlemen akan diadakan pada tanggal 29 September 1955.
Pada masa kabinet ini diadakannya Konferensi Asia-Afrika di
Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.
Pada tanggal 24 Juli 1955, Ali I menyerahkan
mandatnya kepada presiden disebabkan keadaan ekonomi
yang memburuk, dan sebab utamanya adalah masalah TNI-AD
sebagai kelanjutan peristiwa 17 Oktober 1952
5. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP
(12 AGUSTUS 1955 – 3 MARET 1956)
Pada kabinet ini, diadakan Pemilu pertama 1955
Program yang segera dilaksanakan adalah pemilihan umum. Panitia
pemilihan umum putas telah menetapkan bahwa pemilu akan
dilaksanakan tanggal 29 September 1955, tetapi terjadi
pertentangan dalam kabinet.
Menjelang pemilu, ada 70 parpol yang mendaftar sebagai peserta
tetapi hanya 27 parpol yang lolos seleksi. Pada tanggal 29
September 1955 lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memberikan
suaranya di kotak-kotak suara untuk memilih anggota parlemen.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilu untuk anggota
konstituante. Pemilu menghasilkan 4 partai politik besar yaitu PNI,
NU, Masyumi dan PKI. Dengan berakhirnya pemilu, tugas kabinet
ini dianggap selesai dan kabinet Burhanuddin mengembalikan
mandatnya.
6. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II
(20 MARET 1956 – 4 MARET 1957)
Program kabinet Ali Sastroamijoyo II :
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Pembentukan daerah-daerah otonom dan mempercepat terbentuknya
anggota-anggota DPRD
 Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai
 Menyenatkan perimbangan keuangan negara
 Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat

Kabinet ini menghadapi kesulitan yaitu berkobarnya semangat anti-


Cina di masyarakat dan adanya kekacauan di beberapa daerah.
Pembatalan hasil KMB oleh presiden pada tanggal 3 Mei 1956 juga
menimbulkan permasalahan baru.
Pada tanggal 19 Maret 1956, Mr. Assaat menyatakan
bahwa pemerintah perlu mengeluarkan peraturan yang dapat
melindungi pengusaha-pengusaha nasional.

Masalah lain yang muncul adalah memuncaknya krisis


di berbagai daerah karena pemerintah dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya. Selain itu, timbul perpecahan
antara Masyumi dan PNI yang mengakibatkan pada tanggal 14
Maret 1957, Kabinet Ali Sastroamijoyo terpaksa menyerahkan
mandatnya kembali kepada presiden.
7. KABINET DJUANDA
(9 APRIL 1957 – 5 JULI 1959)
Program-program kabinet ini antara lain:
 Membentuk dewan nasional
 Normalisasi keadaan republik
 Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
 Perjuangan Irian Barat
 Mempergiat pembangunan

Pada tanggal 14 September 1957 diadakan musyawarah


nasional di gedung proklamasi, membahas beberapa masalah
pembangunan nasional dan daerah, angkatan perang, dan
pembagian wilayah RI.
Kabinet Djuanda berakhir setelah mengeluarkan Dekrit
presiden 5 Juli 1959.
PEMILU PERTAMA 1955 :
Pemilu dilaksanakan oleh suatu negara sebagai
bentuk partisipasi rakyat dalam pemerintahan
untuk menentukan wakil-wakil mereka di
parlemen/lembaga legislatif dalam
memperjuangkan aspirasi & kepentingan rakyat.
Pemilu menjadi sarana untuk melegitimasi
kekuasaan yang dikehendaki rakyat.
LATAR BELAKANG :
1. Terjadinya berbagai penyimpangan dlm pelaksanaan
ketatanegaraan,seperti UUD,sistem multi partai dan
kabinet yg telah berdampak buruk terhadap kehidupan
sosial & politik
2. Tidak pekanya parlemen/DPR dalam memperjuangkan
aspirasi rakyat
3. Tidak mempunyai duet pemerintahan Soekarno-Hatta
dalam menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan
4. Belum ada legitimasi formal yg kuat atas duet
kepemimpinan Soekarno-Hatta diangkat menjadi
Presiden & wakilnya pada tanggal 18 Agustus 1945
5. Parpol-parpol yang ada hanya memperjuangkan
kepentingan pribadi/golongannya sendiri.
PEMILU 1955 DISELENGGARAKAN DALAM
DUA TAHAP :
 TAHAP KE I.
Tanggal 29 September 1955 untuk
memilih anggota DPR ( Parlemen ).
 TAHAP KE II.
Tanggal 15 Desember 1955 untuk
memilih anggota Konstituante.
PARTAI-PARTAI YANG IKUT SERTA DALAM PEMILU :
 Partai Nasional Indonesia (PNI)  Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI)
 Majelis Syuro Muslimin Indonesia  Murba
(Masyumi)
 Baperki
 Nahdatul Ulama (NU)
 Persatuan Indonesia Raya (PIR)
 Partai Komunis Indonesia (PKI) Wongsonegoro
 Partai Syarikat Islam Indonesia  Grinda
(PSII)
 Persatuan Rakyat Marhaen
 Partai Kristen Indonesia Indonesia (Permai)
(Parkindo)
 Persatuan Daya (PD)
 Partai Katolik Republik Indonesia
(PKRI)  PIR Hazairin
 Partai Sosialis Indonesia (PSI)  Partai Persatuan Tharikah Islam
(PPTI)
 Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia (IPKI)  AKUI
 Pergerakan Tarbiyah Islamiyah  Persatuan Rakyat Desa (PRD)
(Perti)  Partai Republik Indonesia Merdeka
 Partai Rakyat Nasional (PRN) (PRIM)
 Partai Buruh Indonesia (PBI)  Angkatan Comunis Muda (Acoma)
 Gerakan Pembela Panca Sila  R.Soedjono Prawirisoedarso
(GPPS)
 Partai Rakyat Indonesia (PRI)
Burhanuddin Harahap selaku DN Aidit sedang
kabinet yang berhasil berkampanye untuk PKI
melaksanakan pemilu pertama (Partai Komunis
Indonesia).

Mohammad Natsir sedang berkampanye


untuk Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia).
Sutan Syahrir sedang Ali Sastroamijoyo sedang
berkampanye untuk Partai berkampanye untuk Partai
Sosialis Indonesia (PSI) Nasional Indonesia (PNI)

Presiden Soekarno sedang memasukan


surat suara kedalam kotak suara
HASIL PEMILU 1955 :
 5 besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia (PNI)
mendapatkan 60 kursi DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen),
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) 58 kursi DPR dan 112 kursi
Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama (NU) 47 kursi DPR dan 91 kursi
Konstituante (18,4 persen), Partai Komunis Indonesia (PKI) 32 kursi DPR dan
80 kursi Konstituante (16,4 persen), dan Partai Syarikat Islam Indonesia
(PSII) 8 kursi DPR dan 16 kursi Konstituante (2,89 persen).
 Partai-partai lainnya, mendapat kursi DPR di bawah 10. Yaitu PSII (Partai
Syarikat Islam Indonesia) 8 kursi, Parkindo (Partai Kristen Indonesia) 8
kursi, Partai Katolik 6 kursi, Partai Sosialis Indonesia (PSI) 5 kursi. Dua
partai mendapat 4 kursi (IPKI / Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
dan Perti / Pergerakan Tarbiyah Islamiyah). 6 partai mendapat 2 kursi (PRN
/ Partai Rakyat Nasional, Partai Buruh, GPPS / Gerakan Pembela Panca
Sila, PRI / Partai Rakyat Indonesia, PPPRI / Persatuan Pegawai Polisi RI,
dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR (Persatuan
Indonesia Raya) Wongsonegoro, PIR (Persatuan Indonesia Raya) Hazairin,
Grinda, Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia), Partai Persatuan
Dayak, PPTI (Partai Politik Tarikat Islam), AKUI, PRD (Persatuan Rakyat
Desa), PRIM (Partai Republik Indonesis Merdeka), ACOMA (Angkatan
Comunis Muda) dan R. Soedjono Prawirisoedarso.
Walaupun pemilu pertama dapat berlangsung dengan
aman, lancar dan tertib tetapi keadaan politik dan
keamanaan belum stabil,hal ini di sebabkan oleh :
1. Sering terjadi pertentangan antar partai politik.
2. Partai politik hanya mempertahankan keyakinan
partainya.
3. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi
harapan rakyat.
4. Badan kontituante gagal menyusun UUD.
KEGAGALAN KONSTITUANTE
MENYUSUN UNDANG-UNDANG DASAR
 Kemacetan politik dalam konstituante, bagi
militer merupakan situasi yang
membahayakan kelangsungan bangsa dan
negara, maka KSAD Letjen AH Nasution (atas
nama pemerintah / PERPU ) mengeluarkan
larangan bagi semua kegiatan politik mulai
tanggal 3 Juni 1959. larangan itu ditindak
lanjuti oleh Presiden Soekarno, dengan
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Pertimbangan Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Anjuran untuk kembali ke UUD 1945 tidak
memperoleh keputusan dari Konstituante.
2. Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan
tugasnya karena sebagian besar anggotanya telah
menolak menghadiri sidang.
3. Kemelut dalam konstituante membahayakan
persatuan, mengancam keselamatan negara, dan
merintangi pembangunan nasional.
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 :
1. Pembubaran Konstituante
2. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan
berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Sisi Positif Dekrit Presiden 5 Juli 1959:
1. Menyelamatkan dari perpecahan dan
krisis politik berkepanjangan.
2. Memberikan pedoman yang jelas (UUD
1945) bagi kelangsungan negara.
3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi
negara (MPRS) dan lembaga tinggi (DPAS)
yang selama masa Demokrasi Liberal
tertunda – tunda pembentukanya.
Sisi Negatif Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
1. Memberikan kekuasaan yang besar kepada
Presiden baik terhadap MPR maupun lembaga
tinggi negara.
2. Memberi peluang bagi kalangan militer untuk
terjun dalam bidang politik.
Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 maka
berakhirlah masa demokrasi
liberal di Indonesia.
SEKIAN
TERIMA KASIH
WASSALAMUALAIKUM
WR.WB

Anda mungkin juga menyukai