1. SISTEM POLITIK
Negara kesatuan republik indonesia di bagi menjadi 10 provinsi yang memiliki otonomi. Selama
berlakunya UUDs 1950 (1950-1959) negara kesatuan republik indonesia di warnai dengan
pengganti tujuh kabinet secara berturut-turut sebagai berikut,.
a. Kabinet Natsir (6 september 1950-21 maret 1951)
b. Kabinet Sukimaqn (27 april 1951- 3 april 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 april 1952-3 juni 1953)
d. Kabinet Ali Sastroamijoyo (31 juli 1953-12 agustus 1955)
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 agustus 1955- 3 maret 1956)
f. Kabinet Ali Sastrimojoyo II (20 maret 1956- 4 maret 1957)
g. Kabinet Djuanda (9 april 1957- 5 juli 1959)
Hampir semua kabinet yanmg di bentuk merupakan zaken kabinet (kabinet yang menteri-
menterinya di pilih berdasarkan keahliannya dan di dukung koalisi dari berbagai partai).
Penyebab kabinet-kabinet di atas cepat jatuh disebabkan pada masa liberal-parlementer ini
adalah dari 10 kabinet yang dalam partai mayoritas berasal dari masyumi dan PNI, yang memiliki
ketidakserasian.
a. kabinet Natsir
kabinet natsir adalah kabinet koalisi yang berintikan partai
Masyumi, program-program dalam kabinet natsir ,antara lain
sebagai berikut.
1.menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman
2.mencapai konsolidasi dan menyempurbnakan susunan
pemerintahan
3.menyempurbnakan organisasi angkatan perang dan pemulihan
bekas anggota-anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat
4.memperjuangkan organisasi angkatan operang dan pemulihan bekas anggota-anggota
tentara dan gerilya dalam masyarakat
5.mengembangkan dan memperkuat kekuatan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi
melaksanakan ekonomi nasional yang sehat.
Di samping rncana-rencana di atas, pemeriontajan kabinet ini pun mempunyai beban berat
untyuk menyabnkut upaya pengembalian irian barat ke tangan indonesia. Pada tanggal 4
desember 1950 di lakukan perundingan antara indonesia dengan belanda menyangkut irian barat,
tetapi menemui jalan buntu. Masalah ini yang menyebabkan mosi tidak percaya dari parlemen
terhadap kabinet ini. Tekanan semakin besar ketika Hadikusumo dari PNIO menyatakann mosi
tidak percaya sekitar pencabutan PP No. 39/1950 tentang DPRS dan DPRDS yang di terima baik
oleh parlemen sehinggah kabinet natsir jatuh , dan pada tanggal 21 maret 1951, natsir
mengembalikan mandatnaya kepada presiden soekarno.
b. kabinet Sukiman
kemudian presiden soekarno menunjuk Mr.sartono dari PNI untuk membentuk kabinet baru,
tetapi Mr.sartono menemui kegagalan. Pada tanggal 18 april 1951, Mr. Sartono mengembalikan
mandatnya kepada presiden. pada hari itu juga presiden soekarno menunjuk 2 orang Formatur baru,
yaitu Sidik Joyosukarto (PNI) dan Dr.Sukiman Wirjosandjojo (masyumi) untuk membentuik
kabinet baru dalam waktu 5 hari. Setelah melalui proses perundingan, pada tanggal 26 april 1951 di
umumkan susunan kabinet baru di bawah pimpinan Dr. Sukiman Wirjosandjojo (masyumi) dan
Suwirjo (PNI).
Program dari kabinet ini antara lain sebagai berikut.
1. keamanan, yaitu akan menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum
2. sosial-ekonomi ,yaitu mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbarui hukum agraria
agar sesuai dengan kepentingan petani
3. mempercepat persiapan-persiapan pemilihan umum
4. politik luar negri,yaitu menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan
irian barat ke dalam wilayah RI
Kabinet ini juga tidak mampu bertahan lama karena banyak masalah yang di tentang oleh
parlemen termasuk masyumi dan PNI sendiri. Masalah utama yang menyebabkan runtuhnya
kabinet ini adalah pertukaran Nota antara Menlu Soebardjo dengan Duta Besar Amerika, Merle
Cocran. Nota tersebut berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintahan
amerika kepada pemerintahan indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Hal ini di
tafsirkan bahwa sukiman telah condong kepada blok barat sehingga melanggar garis politik luar
negeri indonesia yang bebas aktif.
Dengan jatuhnya kabinet sukiman, indonesia kembali mengalami krisis pemerintahan.
c. Kabinet Wilopo
Pada tanggal 1 maret 1952, presiden soekarno menunjuk Sidik
Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito (masyumi) menjadi formatur
kabinet, tetapi mengalami kegagalan karena tidak ada kesepakatan tentang
calon-calon yang akan duduk dalam kabinet, sehinggah mereka
mengembalikan m,andatnya kepada presiden pada tangghal 19 maret 1952.
selanjutnya preasiden menunjuk Mr. Wilopo (PNI) sebagai formatur yang
baru, setelah berusaha selama 2 minggu. Pada tanggal 30 maret 1952 Mr.
Wilopo mengajukan susunan kabinetnya yang terdiri dari PNI dan Masyumi
masing-masing mendapat jatah sebanyak 4 orang, PSI 2 orang, PKRI, Parindra, Parkindo, Partai
Bruruh dan PSSI masing-masing sebanyak 1 orang, dan golongan tak berpartai 3 orang. dalam
menentukan personalia kabinet, wilopo mengupayakan satu tim terdiri atas zaken kabinet, sehinggah
secara bulat mendukung kebijakan pemerintah.
Program kerjanya di tujukkan pada persiapan pemilihan umum, kemakmuran, pendidikan rakyat
dan keamanan. Sedangkan program luar negeri di tujukan pada penyelesaian masalah hubungan
indonesia-belanda, pengembalian irian barat ke tangan indonesia, menjalankan politik bebas aktif.
Akan tetapi, pemerintahan kabinet ini di hadapkan pada kondisi ekonomi yang kritis, yang di
sebabkan jatuhnya harga barang ekspor indonesia dan impor yang terus meningkat, oleh karena itu
kabinet melakukan penghematan yang drastis, penurunan penerimaan negara juga mengakibatkan
defisit. Terlebih lagi setelah menurunya hasil panen sehingga perlu di sediakan jumlah devisa yang
lebih besar untuk mengimpor beras.
Kesulitan lain yang di hadapi kabinet wilopo adalah munculnya provinsialisme dan separatisme
di beberapa tempat di sulawesi dan sumatra., muncul perkumpulan-perkumpulan seperti paguyuban
daya sunda di bandung dan gerakan pemuda federal republik indonesia di ujung pandang, keadaan ini
membahayakan keutuhan bangsa dan NKRI.
Persoalan yang menggoyahkan kabinet wilopo adalah peristiwa 17 oktober 1952. peristiwa ini di
mulai dengan adanya upaya dari kalangan parlemen untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil seperti
di negara-negara barat.
Created by Aries Eka Prasetya, S.Pd, M.Si
2
HISTORY EDUCATION http ://ariesgoblog.wordpress.com/
Materi Sejarah Kelas XII IPS
Kabinet ini menghadapi kesulitan antara lain, berkobarnya semangat anti-cina di masyarakat dan
adanya kekacauan di beberapa daerah. Sementara itu, pembatalan hasil KMB oleh presiden pada
tanggal 3 mei 1956, menimbulkan permasalahan baru,khususnya tentang nasib modal pengusaha
belanda di indonesia. Pada tanggal 19 maret 1956, Mr.assaat menyatakan bahwa pemerintah perlu
mengeluarkan peraturan yang dapat melindungi pengusaha-pengusaha nasional.
Masalah lain yang muncul di kabinet ini adalah memuncaknya krisis di berbagai daerah karena
pemerintah di anggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
Selain itu, timbul perpecahan antara Masyumi dan PNI. Yang mengakibatkan pada tanggal 14
maret 1957, kabinet Ali Sastroamijoyo terpaksa menyerahkan mandatnya kembali kepada presiden.
h. Kabinet Djuanda
Kabinet ini resmi terbentuk pada tanggal 9 april 1957 yang di pimpin
Ir.Djuanda yang non partai yang dalam keadaan tidak menggembirakan.
cabinet juanda merupakan zaken cabinet . cabinet ini memiliki tugas
berat terutama dalam menghadapi pergolakan di daerah-daerah perjuangan
mengembalikan irian barat dan menghadapi keadaan ekonomi dan
keuangan yang memburuk. Untuk mengatasinya kabinet ini menyusun
program-program, antara lain :
1. membentuk dewan nasional
2. normalisasi keadaan republik
3. melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
4. perjuangan irian barat
5. mempergiat pembangunan
Pada tanggal 14 september 1957 di adakan musyawarah nasional (Munas) di gedung
proklamasi, musyawarah ini membahas beberapa masalah pembangunan nasional dan daerah,
angkatan perang dan pembagian wilayah RI, kemudian di lanjutkan dengan musyawarah
pembangunan (Munap) pada bulan november 1957.
Pada tanggal 30 november 1957 terjadi percobaan pembunuhan terhadap presidenn soekarno yang
di kenal dengan peristiwa cikini. Akhirnya kabinet djuanda berakhir setelah presiden mengeluarkan
Dekrit presiden 5 juli 1959 dan mulailah babak baru dalam sejarah RI yaitu masa demokrasi terpimpin.
2. SISTEM EKONOMI
a. kondisi ekonomi indonesia pada masa liberal
kondisi ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buruk . hal ini di sebabkan oleh
beberapa hal :
1.setelah pengakuan kedaulatan dari belanda pada tanggal 27 desember 1949,
bangsa indonesia menaggung beban keuangan dan ekonomi
2.politik keuangan pemerintah indonesia tidak di buat indonesia melainkan di rancang
belanda
3.tidak stabilnya situasi dalam negeri
4.pemerintah belanda tidak mewarisi ahla-ahli yang cukup untuk merubah system
ekonomi kolonia .
5.defisit yang harus di tanggung pada waktu itu sebesar Rp 5,1 miliar
b. usaha untuk memperbaiki perekonomian
1. Gunting Syarifuddin
Kebijakan gunting syarifuddin adalah pemotongan nilai uang (sanering) . tindakan keuangan
ini di lakukan pada tanggal 20 maret 1950 dengan cara memotong semua uang yang bernilai Rp
2,50 ke aatas hanga nilainya tinggal setengahnya .
2.Program Benteng
Masa liberal adalah Dr.sumitro djojohadikusumo . sumitro berpendapat bahwa yang perlu
dilakukan dalam pembangunan ekonomi imdonesia adalah mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Pada umumnya bermodal lemah, maka hendaknya
pemerintah berperandalam membantu memberikan bantuan kredit. Kegagalan program ini
Created by Aries Eka Prasetya, S.Pd, M.Si
4
HISTORY EDUCATION http ://ariesgoblog.wordpress.com/
Materi Sejarah Kelas XII IPS
disebabkan para pengusaha pribumi. Akibatnya program atau gerakan benteng (benteng group)
menjadi salah satu sumber deficit keuangan.Walaupun dilanda krisis moneter , namun menteri
keuangan pada masa cabinet.
3. Nasionalisasi De javache Bank
Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa suatu peraturan pemerintah Indonesia tentang De
Javasche Bank dan pemberian kredit Dari De Javasche bank kepada pemerintah indonesia harus
di konsultasikan kepada pemerintah Belanda. Pada tanggal 19 Juni 1951kabinet sukiman
membentuk panitia nasionalisme De Javasche Bank.
4.Sistem Ekonomi Ali-Baba
Diprakasai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo mentri perekonomian Dalam kabinet Ali Sastro
Ami Joyo 1. kabinet ini memprioritaskan kebijakan Indonesia. Dalam sistem ini Ali
digambarkan sebagai pengusaha Pribumi, sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non
pribumi. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik, sebab pengusaha pribumi kurang
pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
5.Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa pemerintahan kabinet burhanudin harahap dikirimkan suatu deligasi kejenawa
yang dipimpin oleh Anak agung gede agung untuk merundingkan masalah finansial ekonomi
antara pihak indonesia dengan belanda Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatanrencana
persetujuan vinek diantaranya berisi :
a. persetujuan vinek hasil KMB dibubarkan
b. hubungan vinek indonesia dan belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
c. hubungan vinek didasarkan pada undang-undang Nasional antara kedua belah pihak.
Pada tanggal 13 Februari 1956, kabinet Burhanudin Harahab melakukan pembubaran Uni
Indonesia dan Belanda secara sepihak. Akibatnya banyak pengusaha-pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya, Sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum mampu mengambil
ahli perusahaan-perusahaan Belanda tersebut.
6.Rencana Pembangunan 5 tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang relatif sangat singkat dan programnya berganti-
ganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi. Pada masa kabinet Ali sastroamijoyo
II, pemerintah membentuk badan perencanaan pembangunan Nasional yang disebut Biro
perancang Negara. Pada tahun 1957 akibat perubahan situasi politik dan ekonomi, sasaran
prioritas RPLT diubah melalui musyawarah nasional pembangunan (MUNAP)
7.Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)
Ketegangan antara pusat dan daerah pada masa kabinet juanda untuk sementara waktu dapat
diredahkan dengan diadakannya musyawarah nasional pembangunan. Akan tetapi, pelaksanaan
rencana pembangunan ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik, karena kesulitan dalam
menentukan prioritas.
d.Deklarasi Djuanda
Ordonasi laut dan daerah maririm 1939 yang di keluarkan belanda yang berisi menyatakan
bahwa laut terirorial indonesia adalah 3 mil laut dari pantai setiap pulau saat air surut.
Oleh sebab itu, Pada tanggal 13 desember 1957 indonesia mengeluarkan deklarasi djuanda yang
berisi bahwa laut teritorial indonesia berjarak 12 mil laut di ukur dari garis-garis dasar yang
menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Hal ini di dasarkan pada keputusan mahkamah
internasional dalam Aglo Norwegian Fisheries Case sejak saat itu indonesia berjuang melalui
konvensi hukum laut internasional pada 24 februari-24 april 1958, akan tetapi belum berhasil
Pada tanggal 17 februari 1969 pemerintah mengeluarkan lagi bahwa landasan wilayah laut
sebagai usaha perjuangan untuk memperoleh pengakuan internasional, selain itu juga di perkuat
dalam GBHN dengan tap MPR No. II/MPR/8