Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Hafni Isna Hanifa

No : 15
Kelas : XII MIPA F
Tugas Sejarah Indonesia
1. Mengapa pada awal kemerdekaan para pendiri negara lebih memilih sistem pemerintahan
presidesiil?

Karena pemerintahan presidensial sesuai dengan sistem demokrasi pancasila dan


budaya politik yang dianut oleh negara Indonesia.

2. Mengapa dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X Tahun 1945, padahal itu jelas-jelas
bertentangan dengan UUD 45?

Keluarnya Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 yang
mengubah fungsi KNIP dari pembantu menjadi badan yang diserahi kekuasaan Legislatif
dan ikut serta menetapkan GBHN sebelum Terbentuknya MPR, DPR, Dan DPA. Hal ini
bertentangan dengan UUD 1945 pasal 4 aturan peralihan yang berbunyi “sebelum MPR,
DPR, dan DPA terbentuk, segala kekuasaan dilaksanakan oleh Presiden dengan bantuan
sebuah Komite Nasional”.

3. Apa yg diusulan Sutan Syahrir saat terjadi sidang-sidang KNIP? Dan bagaimana reaksi
angota-anggota KNIP?

Dalam perkembangan situasi politik tahun 1946 yaitu, mundurnya Sutan Syahrir
karena dianggap menjual negara dengan menyetujui perjanjian Linggarjati, terjadi
keanggotaan dalam tubuh KNIP dirasakan tidak sesuai lagi dengan konsep awal
pembentukannya.

4. Sebutkan dan jelaskan Kabinet-kabinet  yg memerintah pada masa Demokrasi Liberal?
Uraiakan dengan rincian: NAMA KABINET; WAKTU MEMERINTAH; PROGRAM
KERJANYA; KARYA GEMILANG; FAKTOR KEJATUHAN

1) Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)


 Merupakan koalisi antara Masyumi dengan Partai Indonesia Raya (PIR), Parindra,
Partai Katolik, Parkindo, dan PSII.
 Moh. Natsir  Perdana Menteri pertama Indonesia, berasal dari Partai Masyumi.
 Didukung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Moh. Roem, Assaat, Djuanda,
Soemitro Djojohadikusumo.
 Perekonomian Indonesia mengalami masa paling menguntungkan..
Karena berlangsungnya Perang Korea pada tahun 1950-an yang mendorong
naiknya harga komoditas hingga berdampak pada peningkatan pendapatan ekspor.
 Kabinet Natsir mulai goyah ketika Hadikusumo dari PNI mengeluarkan mosi
tuntutan agar pemerintah mencabut PP No. 39 Tahun 1950 tentang pemilihan
anggota lembaga perwakilan daerah.
 Kabinet Natsir diturunkan dari kekuasaannya oleh perlemen melalui mosi tidak
percaya. Berikut ini beberapa alas an disepakatinya mosi tidak percaya terhadap
kabinet Natsir.
 Kegagalan dalam perundingan mengenai masalah Irian Barat dengan Belanda
pada 4 Desember 1950.
 Kegagalan meredam gerakan separatis diberbagai wilayah Indonesia, seperti
DI/TII, Andi Azis, APRA, dan RMS yang menyebabkan gentingnya
keamanan dalam negeri
 Kabinet Natsir menyerahkan kembali mandatnya pada 21 Maret 1951.

2) Kabinet Sukiman (26 April 1951-23 Februari 1952)


 Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi.
Soekarno menunjuk Sukiman (Masyumi) dan Suwirjo (PNI)
 Program Kabinet Sukiman:
a) Menyempurnakan alat-alat kekuasaan negara.
b) Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka
pendek dan jangka panjang.
c) Menyelesaikan persiapan pemilu dan mempercepat pelaksanaan otonomi
daerah.
d) Menyiapkan UU tentang pengakuan serikat buruh.
e) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
f) Memasukkan Irian Barat dalam wilayah RI secepatnya.
 Sunario (PNI) menganggap Ahmad Soebardjo melanggar politik luar negeri bebas
aktif. Akibat mosi tersebut, Ahmad Soebadjo akhirnya mengundurkan diri.
 Kabinet sukiman dianggap menyimpang dari politik luar negeri bebas aktif
Indonesia, karena melaksanakan penandatanganan nota bantuan ekonomi dan
militer Mutual Security Act antara Menteri Luar Negeri Achmad Soebardjo
dengan Duta Besar AS Merle Cochran. Penandatanganan tersebut menunjukkan
Indonesia seakan lebih condong ke Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat. Hal ini menjadi salah satu penyebab Kabinet Sukiman mendapatkan mosi
tidak percaya dari parlemen.
 Kabinet Sukiman berakhir setelah Masyumi dan PNI yang merupakan pendukung
utama Kabinet ini manerik dukungannya di parlemen. Kabinet Sukiman pun harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.

3) Kabinet Wilopo (30 Maret 1952-2 Juni 1953)


 Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi.
 Adanya penerapan sistem zaken kabinet, yaitu kabinet yang terdiri atas menteri-
menteri yang ahli di bidangnya.
 Berbagai permasalahan yang muncul:
a) Krisis ekonomi karena merosotnya ekspor impor yang semakin tidak
terkendali.
b) Muncul gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam
keutuhan bangsa.
c) Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu peristiwa perselisihan internal
dalam lingkungan TNI. Sumber utama ketidakkompakan TNI.
 Kedudukan Kabinet Wilopo semakin tidak stabil saat terjadi peristiwa Tanjung
Morawa. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri, Isqak Tjokrodisurjo
menyetujui perusahaan Deli Planters Vereeniging mengelola tanahnya kembali di
Tanjung Morawa. Tetapi atas hasutan PKI, banyak petani lokal menduduki tanah-
tanah tersebut.
 Dalam melaksanakan programnya, Kabinet Wilopo menghadapi banyak masalah,
seperti gerakan separatis DI/TII yang masih terus terjadi, krisis ekonomi, konflik
dengan angkatan darat atau TNI-AD, dan Peristiwa Tanjung Morawa.
 Konflik Pemerintah dengan TNI-AD dikenal dengan peristiwa 17 Oktober 1952.
Sejumlah perwira senior TNI-AD, Kepala Staf Angkatan Perang Mayor Jenderal
T.B. Simatupang, Kepala Staf Angkatan Darat A.H. Nasution, dan para panglima
tentara dan teritorium menghadap presiden pada 17 Oktober 1952. Tujuannya
adalah menuntut presiden membubarkan parlemen karena menganggap para
politisi tersebut terlalu mencampuri urusan internal TNI-AD, terutama masalah
kepemimpinan TNI-AD. Sementara itu, terjadi demonstrasi di luar istana Merdeka
dan di belakang para demonstran telah berderet meriam milik pasukan arteri
Resimen 7 di bawah pimpinan Mayor Kemal Idris. Moncong-moncong meriam
tersebut diarahkan ke istana. Presiden Soekarno menolak tuntutan tersebut karena
tidak mau dianggap dictator. Sebenranya, sumber utama konflik
ketidakharmonisan yang terjadi dalam tubuh TNI-AD sendiri. Peristiwa ini
mengakibatkan terjadinya pergantian KSAD dan A.H. Nasution kepada Kolonel
Bambang Sugeng.
 Peristiwa Tanjung Morawa adalah peristiwa persoalan tanah di Sumatera Timur
(Deli). Dalam perjanjian KMB, dinyatakan bahwa para pengusaha asing dapat
kembali mengelola lahan perkebunan mereka. Akan tetapi, ternyata lahan-lahan
itu sudah digarap oleh petani pribumi. Akibatnya, terjadi aksi pengusiran terhadap
para petani tersebut. Konflik jadi semakin besar ketika PKI berhasil menghasut
para petani untuk bertahan dilokasi perkebunan. Bentrokan fisik pun terjadi yang
menewaskan banyak petani pribumi.
 Kabinet Wilopo kehilangan dukungannya di parlemen setelah terjadinya peristiwa
17 Oktober dan peristiwa Tanjung Morawa. Kabinet Wilopo akhirnya
mengundurkan diri setelah mendapat mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia dan parlemen.

4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-24 Juli 1955)


 Merupakan koalisi antara PNI dan NU, Masyumi memilih menjadi oposisi.
 Soekarno menunjuk Ali Sastroamidjojo (PNI) dan Wongsonegoro (Partai
Indonesia Raya) sebagai perdana menteri dan wakil perdana menteri.
 Prestasi:
a) Mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA).
b) Membentuk panitia pemilu yang diketuai Hadikusumo.
 Dalam mengatasi masalah perekonomian, Kabinet Ali berusaha meninjau ulang
utang pemerintah dan cadangan devisa negara dengan cara membatalkan hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB) berkaitan utang Indonesia kepada Belanda.
 Kabinet Ali Sastroamidjoyo I mengalami hambatan dengan adanya peristiwa 27
Juni 1955 yang merupakan konflik lanjutan TNI-AD dalam pemilikan KSAD.
Kepala Staf Angkatan Darat Bambang Sugeng mengajukan permohonan untuk
berhenti dari jabatannya. Selanjutnya, menteri pertahanan mengajukan calon
penggantinya, yakni Kolonel Bambang Utoyo. Pencalonan tersebut ternyata
ditolak oleh Panglima AD yang menganggap pemilihannya tidak sesuai ketentuan
AD. Akibatnya, saat pelantikan pada 27 Juni 1955, tidak ada panglima yang hadir.
 Selain itu, persoalan Irian Barat dan Gerakan DI/TII belum juga dapat
diselesaikan.
 Kabinet Ali Sastroamidjoyo I berakhir setelah NU menarik dukungannya dalam
Kabinet dan Ali Sastroamidjoyo pun mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

5) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)


 Kabinet Burhanudin Harahap didukung oleh koalisi Masyumi, PSI, dan NU.
 Program kerja Kabinet Burhanudin Harahap, yakni :
a) Mengembalikan kewibawaan pemerintah,
b) Mengembalikan kepercayaan TNI-AD dan masyarakat terhadap pemerintah.
c) Melaksanakan pemilihan umum,
d) Mempercepat tumbuhnya parlemen hasil pemilu,
e) Menyelesaikan masalah desentralisasi, inflasi, dan pemberantasan korupsi,
f) Memperjuangkan pengembalian Irian Barat, dan
g) Pelaksanaan politik kerja sama KAA berdasarkan politik luar negeri yang
bebas dan aktif
 Kabinet Burhanudin Harahap berhasil mencapai keberhasilan di beberapa bidang.
a) Melaksanakan pemilu pertama pada 29 September 1955 untuk memilih
anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante. Pemilu pertama ini diiukuti oleh 27 partai politik dari sekitar 70
partai politik yang mendaftar. Hasil pemilu menunjukkan empat partai besar,
yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
b) Pemberantasan korupsi di kalangan pejabat pemerintahan dengan menangkap
para pejabat yang melakukan korupsi. Dalam penangkapannya, pemerintah
bekerja sama dengan TNI-AD.
c) Pembubaran UNI Indonesia-Belanda.
d) Perbaikan hubungan antara TNI-AD dan pemerintahan yang ditandai dengan
disetujuinya pengangkatan Kolonel A.H. Nasution sebagai Kepala Staf
Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
 Dengan terpilihnya anggota DPR dan Konstituante yang baru hasil pemilu, secara
otomatis tugas Kabinet Burhanudin Harahap pun dianggap selesai.
 Selain itu, Kabinet Burhanudin Harahap tidak dapat bertahan lebih lama setelah
NU menarik dukungannya pada Januari 1956.

6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)


 Merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU.
 Program kerja:
a) Melaksanakan pembatalan hasil KMB.
b) Berjuang mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.
c) Memulihkan keamanan dan ketertiban serta pembangunan ekonomi,
keuangan, industri, perhubungan, pendidikan, dan pertanian.
d) Melaksanakan hasil keputusan KAA.
e) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
 Berbagai permasalahan yang muncul:
a) Terjadinya geralan separatis PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi.
b) Munculnya reaksi di berbagai daerah karena menganggap pemerintah pusat
kurang adil dalam mengatur perimbangan pendapatan pusat dengan daerah.
c) Munculnya sentiment anti-Tionghoa. Orang-orang Tionghoa mendapat
kesempatan untuk menguasai perekonomian setelah pembatalan KMB.
Pembatalan tersebut berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan asing.
Banyak di antara pengusaha asing tersebut yang memilih untuk menjual
perusahaan-perusahaannya kepada orang-orang Tionghoa sehingga
memunculkan kelas ekonomi baru di Indonesia. Hal itu pula yang mendorong
pemerintah mengeluarkan peraturan perlindungan pengusaha nasional.
d) Korupsi di kalangan pejabat pemerintah semakin menjadi-jadi, demikian pula
dengan kegiatan penyelundupan yang semakin meningkat karena kurangnya
pengawasan di perairan laut Indonesia.
e) Munculnya perpecahan di kalangan Masyumi dan PNI. Pergolakan di daerah
mengakibatkan banyaknya tuntutan dari parlemen, termasuk fraksi Masyumi,
agar Ali Sastroamidjoyo menyerahkan mandatnya. Adapun PNI justru
berpendapat sebaliknya karena menganggap Kabinet Ali Sastroamidjoyo
merupakan kabinet hasil demokrasi dalam pemilu parlemen. Menyerahkan
kembali mandatnya dianggap bertentangan dengan asas demokrasi.
 Masalah-masalah tersebut membuat berkurangnya dukungan di parlemen terhadap
Kabinet Ali Sastroamidjoyo II. Pada 4 Maret 1957, Perdana Menteri Ali
Sastroamidjoyo mengembalikan mandatnya.
 Akhir masa Kabinet Ali II disebabkan oleh mundurnya sejumlah menteri.

7) Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


 Latar belakang dibentuk:
a) Kondisi politik dan keamanan Indonesia semakin tidak menentu.
b) Pertentangan parpol semakin memanas.
 Disebut juga Kabinet Karya, karena disusun berdasarkan zaken kabinet.
 Program:
a) Membentuk Dewan Nasional, yaitu badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan aspirasi dari kekuatan-kekuatan nonpartai yang ada dalam
masyarakat.
b) Normalisasi situasi RI.
c) Memperjuangkan pengembalian Irian Barat.
d) Mempercepat proses pembangunan.
 Dalam memimpin pemerintahan, Djuanda dibantu oleh Hardi, K.H. idham Chalid,
dan J. Leimena.
 Prestasi:
a) Menentukan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melalui Deklarasi
Djuanda. Akibatnya, tercipta wilayah daratan dan lautan Indonesia menjadi
satu kesatuan bulat dan utuh.
Hasil Deklarasi Djuanda diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang
Perairan Indonesia.
b) Menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah.
 Peristiwa Cikini 30 November 1957 merupakan peristiwa percobaan pembunuhan
Presiden Soekarno saat menghadiri acara di sekolah putranya, perguruan Cikini.
Peristiwa ini mendorong semakin banyaknya aksi menentang pemerintah pusat
secara terang-terangan diberbagai daerah sehingga situasi semakin kacau.
 Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno bersikap tegas dengan mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 sebagai upaya untuk mengatasi situasi politik yang semakin
kacau. Konstituante hasil pemilu 1955 dianggap gagal dalam menyusun UUD
yang baru.
 Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan titik awal memasuki Demokrasi
Terpimpin. Adapun isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah :
a) Pembubaran Konstituante
b) Berlakunya kembali UUD 1945 bagi seluruh bangsa Indonesia dan tidak
berlakunya UUDS 1950, dan
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
 Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berakhirlah masa Demokrasi
Liberal.
 Kabinet Djuanda akhirnya dibubarkan terhitung mulai tanggal 5 Juli 1959 dan
digantikan dengan Kabinet Kerja.

5. Sebutkan nilai-nilai positif dan negatif dari kehidupan politik indonesia pada masa: AWAL
KEMERDEKAAN (1945-1949); RIS (1950); MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-
1959); MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1960-1965); MASA ORDE BARU (1965-
1998); MASA REFORMASI (1998-sekarang)

Awal kemerdekaan
Negatif : keadaan masih tegang karena masih ada pihak yang tidak ingin Indonesia
merdeka
Positif : sistem kepemerintahan sudah terbentuk, struktur kehidupan masyarakat mulai
teratur, sudah punya mata uang sendiri.

RIS
Positif : RI menjadi bagian RIS dan ikut andil dalam pemerintahan RIS
Negatif : terjadi pemberontakan di beberapa daerah karena pembentukan RIS

Liberal
Negatif : politik tidak stabil karena sistem multi partai
Positif : ada pemilu pertama, karena sistem multi partai rakyat dapat lebih leluasa
menyampaikan visi dan suaranya.

Terpimpin
Negatif : pemimpin negara hampir otoriter, ada pemberontakan g30s pki
Positif : negara bersatu dan tercegah dari perpecahan, pembentukan DPR

Orde baru
Positif : kesejahteraan rakyat meningkat, meningkatnya kekuatan peran negara dalam
masyarakat
Negatif : pemilu kurang demokratis, pemerintahan otoriter, kebebasan pers dibatasi

Reformasi
Negatif : kebebasan berpendapat semakin tidak beretika, kerusuhan masyarakat meningkat,
Positif : masyarakat lebih leluasa menyampaikan aspirasi, setiap warga negara berpeluang
menjadi presiden

Anda mungkin juga menyukai