Anda di halaman 1dari 6

Nama : Karima Emily

Kelas : 12 IPA 4
No absen : 16
Rangkuman Bab Demokrasi Liberal
DEMOKRASI LIBERAL
Demokrasi Liberal terdiri dari kata demokrasi dan liberal. Demokrasi berasal dari
bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat dan kratos yang artinya pemerintahan jadi
bisa dikatakan bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang berdasarkan kekuasaan tertinggi
pada rakyat. Sedangkan liberal berasal dari kata liberty yang artinya kebebasan. Maka
Demokrasi Liberal merupakan sistem pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi ada pada
rakyat yang memberikan kebebasan penuh untuk menyelenggarakan pemerintahannya.
Demokrasi Liberal muncul setelah bubarnya Republik Indonesia Serikat (RIS),
dimana RIS merupakan bentuk negara hasil rundingan Konferensi Meja Bundar antara
Indonesia dan Belanda pada tahun 1949. Terbentuknya RIS menyebabkan munculnya negara
– negara bagian yang memiliki sistem pemerintahannya sendiri seperti negara Sumatera,
negara Jawa dan lain sebagainya. RIS hanya bertahan selama kurang dari satu tahun. Rakyat
menyadari bahwa RIS merupakan salah satu taktik Belanda untuk memecah belah Indonesia.
Sehingga kemudian rakyat pun meminta untuk kembali ke bentuk kesatuan. Pada tanggal 17
Agustus 1950, Indonesia kembali ke bentuk kesatuan NKRI dengan hukum dasar yang
berlaku adalah UUDS 1950 dan menganut Demokrasi Liberal dengan sistem pemerintahan
Parlementer.
Masa Demokrasi Liberal ditandai dengan banyaknya jumlah partai politik (parpol)
karena sistem yang berlaku saat itu adalah multi partai. Beberapa partai besar yang terkenal
yaitu Masyumi, NU, PKI dan PNI. Sistem pemerintahan Parlementer memiliki beberapa
karakteristik. Parlementer sendiri yaitu badan legislatif seperti MPR, DPR, DPD. Pada sistem
parlmenter, kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri (PM), Preside hanya sebagai
simbol kepala negara dan tidak memiliki wewenang untuk menjalankan pemerintahan.
Kabinet dipimpin oleh Perdana Menteri dan bertanggung jawa kepada Parlemen, inilah
mengapa disebut sebagai sistem pemerintahan Parlementer. Pada sistem pemerintahan ini,
lamanya masa jabatan kabinet tidak ditentukan karena PM bisa dijatuhkan kapanpun oleh
parlementer dengan mosi tidak percaya terhadap kinerja dan kebijakannya.
Ciri – ciri Demokrasi Liberal yaitu :
1. Sistem pemerintahan parlementer
2. Presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan
3. Menggunakan UUDS 1950
4. Muncul banyak gerakan separatis
5. Perokonomian belum membaik
6. Berlarutnya masala Irian Barat
7. Jatuh bangunnya perdana menteri atau kabinet pemerintahan karena mosi tidak
percaya
Kabinet kabinet yang ada pada masa demokrasi liberal yaitu :
1. Kabinet Nasir
Periode : 6 September 1950 – 20 Maret 1951
Partai : Masyumi
Program kerja :
- Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih
Dewan Konstituante
- Menyempurnakan susunan pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara
- Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman
- Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan dan memperkuat
perekonomian
- Menyempurnakan organisasi angkatan perang
- Memperjuangkan penyelesaian Irian Barat
Peristiwa penting : Indonesia berhasil masuk menjadi anggota PBB
Penyebab lengser : gagal merebut kembali Irian Barat dan adanya mosi tidak
percaya dari PNI menyangkut pencabutan PP No. 33 tahun 1950
2. Kabinet Sukiman
Periode :27 April 1951 – 3 April 1952
Partai : koalisi Masyumi dan PNI
Program kerja:
- Menjalankan tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
ketentraman dan keamanan
- Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka
pendek
- Mempercepat usaha menempatkan mantan pejuang dalam lapangan
pembangunan
- Menyelesaikan persiapan pemilihan umum untuk membentuk Dewan
Konstituante
- Menjalankan politik luar negeri bebas aktif serta menuju perdamaian dunia
Penyebab lengser : dianggap menghianati politik luar negeri bebas aktif karena
menandatangani Mutual Security Act (MSA) sebagai bentuk kerjasama dengan
Amerika.
3. Kabinet Wilopo
Periode : 3 April 1952 – 30 Juli 1953
Koalisi PNI dengan Masyumi dan termasuk kedalam kabinet zaken yang
jajarannya diisi oleh para ahli di bidangnya, dan bukan representatif partai politik
Program kerja :
- Mempersiapkan dan melaksanakan pemilihan umum
- Berupaya mengembalikan Irian Barat
- Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan
- Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran
- Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif
Peristiwa penting : pada tanggal 17 Oktober 1952 TNI menuntut parlemen untuk
bubar, karena kinerjanya dianggap tidak bagus
Penyebab lengser : adanya peristiwa Tanjung Morawa, yaitu pertarungan antara
aparat dengan petani dan menewaskan 5 orang petani.
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I
Periode : 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
Partai : koalisi PNI dan NU
Program kerja :
- Menumpas gerakan DI/TII di berbagai daerah
- Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta melakukan pemilihan umum
- Memperjuangkan kembalinya Irian Barat
- Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA)
- Pelaksanaan politik bebas aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB
- Menyelesaikan pertikaian politik
Peristiwa penting : diselenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18 –
25 April 1955 yang dihadiri 29 negara Asia dan Afrika
Penyebab lengser : NU dan kelompok lain menarik dukungan dan PM Ali
dianggap gagal menyelesaikan konflik di pucuk pimpinan KSAD (Kepala Staf
Angkatan Darat)
5. Kabinet Burhanudin Harahap
Periode : 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956
Partai : Masyumi
Program kerja :
- Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah dalam hal ini kepercayaan
Angkatan Darat dan masyarakat
- Akan dilaksanakan pemilihan umum, desentralisasi, pemecahan masalah
inflasi dan pemberantasan korupsi
- Perjuangan mengembalikan Irian Barat
Peristiwa penting : penyelenggaraan pemilihan umum 1955 yang berlangsung II
tahap. Tahap I (29 September 1955) pemilihan DPR dan tahap II (15 Desember
1955) pemilihan konstituante untuk membentuk UUD baru pengganti UUDS 1950
Penyebab lengser : sudah menyelesaikan tugasnya dan menyerahkan mandat
setelah DPR hasil pemilu terbentuk untuk memilih PM baru
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Periode : 20 Maret 1956 – 4 Maret 1957
Partai : koalisi NU, Masyumi dan PNI
Program kerja :
- Pembentukan provinsi Irian Barat
- Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
- Pembentukan daerah – daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya DPRD
- Menyehatkan keseimbangan keuangan negara
- Merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
Peristiwa penting : pembatalan KMB yang di tandatangani oleh Soekarno 3 Mei
1956
Penyebab lengser : timbul perpecahan antara Masyumi dan PNI di dalam kabinet
7. Kabinet Djuanda
Periode : 9 April 1957 – 5 Juli 1959
Partai : termasuk kedalam kabinet zaken
Program kerja :
- Membentuk Dewan Nasional
- Normalisasi keadaan RI
- Melanjutkan pembatalan KMB
- Memperjuangkan Irian Barat
- Mempercepat pembangunan ekonomi nasional
Peristiwa penting : munculnya konsep Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno pada
peringatan peristiwa Sumpah Pemuda. Peristiwa Cikini dan juga pemberontakan
PRRI/Permesta. Yang terakhir adalah Deklarasi Djuanda.
Penyebab lengser : pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dengan dikeluarkannya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Pada masa Demokrasi Liberal, terdapat beberapa kebijakan ekonomi yang
diterapkan, yaitu :
1. Gunting Amir Syarifudin (20 Maret 1950)
Pemotongan nilai mata uang (senering). Uang Rp. 2,50 keatas menjad
setengahnya untuk menurunkan laju inflasi. Kebijakan ini digagas oleh Amir
Syarifuddin selaku menteri perekonomian
2. Gerakan Benteng atau Benteng Group (April 1950)
Bertujuan untuk membina pembentukan suatu kelas penguasaha Indonesia
“pribumi” (dalam arti non Tionghoa). Digagas oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo dengan program pemberian bantuan kredit kepada 700
pengusaha pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha asing. Namun,
mengalami beberapa kegagalan yaitu pengusaha pribumi tidak dapat bersaing
dengaan pengusaha asing, mentalitas pengusaha pribumi yang cenderung
konsumtif, ingin cepat mendapatkan untung besar dan menikmati cara hidup
mewah.
3. Nasionalisasi de Javasche Bank (15 Desember 1951)
Program kebijakan ini adalah memberhentikan Dr. Houwink sebagai presiden
de Javasche Bank dan menggantinya dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Pada 15 Desember 1951, di umumkan UU No. 24 tahun 1951 tentang
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank Senral
dan Bank Sirkulasi.
4. Sistem Ekonomi Ali – Baba
Ini merupakan program kerja sama antara pengusaha pribumi (Ali) dengan
pengusaha non pribumi (Baba). Kegagalan yang dialami oleh sistem ekonomi
ini adalah pengusaha pribumi kurang berpengalaman sehingga hanya dijadikan
sebagai alat untuk mendapat bantuan kredit dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai