Ciri khas demokrasi liberal yaitu kekuasaan pemerintah dibatasi konstitusi, sehingga tidak
diperkenankan campur tangan dan bertindak sewenang pada rakyat.
selasa
rabu
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan
persiapkan pemilu untuk anggota parlemen.
Berakhirnya kabinet ini karena NU menarik dukungan dan menteri dari kabinet. Sehingga
terjadi keretakan sampai kabinet dikembalikan pada presiden.
5. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955- 3 Maret 1956)
Kabinet ini dipimpin oleh Burhanuddin Harahap. Keberhasilan kabinet yaitu
menyelenggarakan pemilu pertama secara demokratis pada 29 September dan 15 Desember
1955.
Dari hasil pemilu pertama, ada 70 partai politik yang mendaftar dan 27 partai lolos seleksi.
Perolehan suara terbanyak partai politik yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)
Program kabinet Ali Sastroamijoyo II memperjuangkan pengembalian Irian Barat dan
membatalkan Konferensi Meja Bundar (KMB). Dari perjanjian ini, Belanda dianggap lebih
menguntungkan daripada Indonesia.
7. Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)
Kabinet Djuanda merupakan kabinet terakhir demokrasi parlementer. Kabinet ini menghasilkan
perjuangan pembebasan Irian Barat dan keadaan ekonomi yang memburuk.
Kabinet Djuanda menghasilkan peraturan yaitu wilayah Indonesia menjadi 12 mil laut. Aturan
ini diukur dari garis dari yang menghubungkan titik terluar dari pulau.
Setelah itu kabinet Djuanda dibubarkan karena dianggap mementingkan partai politik daripada
konstitusi. Kabinet berakhir setelah presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959. Dekrit tersebut memulai sistem politik baru yaitu Demokrasi Terpimpin.