Anda di halaman 1dari 2

Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)

Mengutip dari buku Sejarah Indonesia kelas XII, kabinet Natsir dilantik pada 7 September 1950.
Mohammad Natsir dari partai Masyumi terpilih sebagai perdana menteri.

Selama masa pemerintahan kabinet Natsir, ada keberhasilan yang diraih yaitu Indonesia masuk
PBB, berlangsungnya perundingan antara Indonesia dan Belanda untuk pertama kali
membahas mengenai masalah Irian Barat, dan menetapkan prinsip bebas aktif dalam kebijakan
politik luar negeri.

Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)


Kabinet Sukiman terbentuk dari koalisi partai Masyumi dan PNI. Masa pemerintah kabinet
Sukiman ini mulai muncul pemberontakan DI/TII dan meluasnya republik Maluku Selatan.

Berakhirnya kabinet Sukiman karena tanda tangan persetujuan bantuan ekonomi persenjataan
dari Amerika Serikat. Persetujuan ini menimbulkan pertentangan dengan prinsip dasar politik
Indonesia yang bebas aktif.

Kabinet Wilopo (3 April 1952- 3 Juni 1953)


Awalnya Presiden Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto (PNI) dan Prawoto Mangkusasmito
(Masyumi) menjadi formatur tapi gagal. Setelah bekerja selama dua minggu, akhirnya dibentuk
kabinet baru dibawah pimpinan Perdana Menteri Wilopo.

Kabinet ini menjalankan program dalam negeri seperti pemilu (DPR dan DPRD), meningkatkan
kemakmuran, pendidikan, dan pemulihan keamanan.

Sedangkan program luar negeri, kabinet ini berusaha menyelesaikan masalah hubungan
Indonesia dengan Belanda, pengembalian Irian Barat ke Indonesia, dan menjalankan politik
bebas aktif.

Namun, pada 2 Juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat pada presiden. Penyebabnya karena
muncul mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia pada kabinet ini.

Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)


Kabinet ini dibentuk pada 30 Juli 1953 dikenal sebagai kabinet Ali Wongso. Kabinet Ali
Sastroamijoyo I berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan persiapkan
pemilu untuk anggota parlemen.

Berakhirnya kabinet ini karena NU menarik dukungan dan menteri dari kabinet. Sehingga terjadi
keretakan sampai kabinet dikembalikan pada presiden.

Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955- 3 Maret 1956)


Kabinet ini dilantik pada 12 Agustus 1955 yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.
Keberhasilan kabinet yaitu menyelenggarakan pemilu pertama secara demokratis pada 29
September dan 15 Desember 1955.
Dari hasil pemilu pertama, ada 70 partai politik yang mendaftar dan 27 partai lolos seleksi.
Perolehan suara terbanyak partai politik yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.

BACA JUGA
Faktor Penyebab Masalah Sosial dan Contohnya di Lingkungan Masyarakat
Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956-4 Maret 1957)
Mengutip dari Kemdikbud.go.id, program kabinet Ali Sastroamijoyo II memperjuangkan
pengembalian Irian Barat dan membatalkan Konferensi Meja Bundar (KMB). Dari perjanjian ini,
Belanda dianggap lebih menguntungkan daripada Indonesia.

Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)


Kabinet Djuanda merupakan kabinet terakhir demokrasi parlementer. Kabinet ini menghasilkan
perjuangan pembebasan Irian Barat dan keadaan ekonomi yang memburuk.

Kabinet Djuanda menghasilkan peraturan yaitu wilayah Indonesia menjadi 12 mil laut. Aturan ini
diukur dari garis dari yang menghubungkan titik terluar dari pulau.

Setelah itu kabinet Djuanda dibubarkan karena dianggap mementingkan partai politik daripada
konstitusi. Kabinet berakhir setelah presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959. Dekrit tersebut memulai sistem politik baru yaitu Demokrasi Terpimpin.

Anda mungkin juga menyukai