Anda di halaman 1dari 5

DEMOKRASI LIBERAL

1949 -1959

Demokrasi liberal adalah suatu sistem pemerintahan yang menekankan pada paham kebebasan
(berpolitik)”

CIRI-CIRI DEMOKRASI LIBERAL =

1. Sering terjadi pergantian kabinet

2. Keputusan diambil berdasarkan suara mayoritas dan sistem voting

3. Inti atau kekuatan dari suatu negara adalah parlemen.

4. Lembaga legislatif menggunakan sistem bikameral

5. Kekuasaan presiden terbatas

6. Rakyat ikut andil dalam pergantian kepemimpinan atau perwakilan parlemen.

7. Kekuasaan Yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung

8. Konstitusi yang digunakan :

• UUD RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)

• UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)

Kondisi Ekonomi demokrasi liberal

1. Bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan
dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang
dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.

2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah sebesar 5,1 Miliar.

3. Indonesia hanya mengandalkan ekspor pertanian dan perkebunan

4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia masih dirancang oleh Belanda.

5. Indonesia belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL

• Kabinet Natsir

• Kabinet Sukiman

• Kabinet Wilopo

• Kabinet Ali Sastroamijoyo

• Kabinet Burhanuddin Harahap

• Kabinet Ali II

• Kabinet Djuanda

“ NATSIR SUKIWIL LIBUR ADJA”

KABINET NATSIR (6 Sept.1950 - 21 Maret 1951)

 Kabinet Natsir merupakan koalisi partai PNI dan MASYUMI

 Program kerja:

1. Meningkatkan usaha keamanan dan ketentraman

2. Konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

3. Menyempurnakan dan memperjuangkan organisasi angkatan


perang dalam masyarakat.

4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat

 Program ekonomi

- Gerakan Benteng digagas Soemitro Djojohadikusumo yang bertujuan

memajukan pengusaha pribumi

- Gunting Syafrudin, yaitu pemotongan nilai mata uang (sanering) yang

bernilai Rp.2,50 keatas hingga setengahnya

 Jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan gagalnya penyelesaian masalah Irian Barat sehingga
menimbulkan munculnya Mosi Hadikusumo
KABINET SUKIMAN (27 April 1951 - 3 April 1952)

• Kabinet Sukiman merupakan koalisi partai PNI dan MASYUMI

• Program kerja:

1. Meningkatkan keamanan dan ketentraman

2. Stabilitas Sosial-Ekonomi.

3. Mempercepat persiapan-persiapan PEMILU.

4. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif

5. memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI.

6. Program ekonomi : Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank

Indonesia ( 6 Desember 1951)

• Jatuhnya Kabinet Sukiman dikarenakan kedekatan Sukiman dengan USA dan diterimanya
bantuan ekonomi Mutual Security Act (MSA) dari USA yang dianggab sebagai pelanggaran
politik luar negeri yang bebas aktif

KABINET WILOPO (3 April 1952 - 3 Juni 1953)

• Kabinet Wilopo merupakan koalisi partai PNI, MASYUMI, koalisi partai-partai dan non partai.

• Program kerja:

1. Persiapan PEMILU.

2. Kemakmuran rakyat.

3. Pendidikan rakyat.

4. Keamanan rakyat.

5. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif

6. memasukan Irian Barat ke dalam wilayah RI.

• Jatuhnya Kabinet Wilopo dikarenakan adanya mosi tidak percaya dari parlemen akibat
terjadinya :

1. Peristiwa 17 Oktober 1952 (Konflik ternbuka antara tentara dan politisi sipil)

2. Peristiwa 16 Maret 1953 (Peristiwa Tanjung Morawa).


KABINET ALI SASTROAMIJOYO
(31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

• Kabinet Ali Sastroamidjoyo merupakan koalisi partai PNI dan NU

• Program kerja:

1. Persiapan PEMILU

2. Kemakmuran rakyat.

3. Pendidikan rakyat.

4. Keamanan rakyat.

5. Program ekonomi Ali Baba yang digagas Mr. Ishaq dengan tujuan memajukan
pedagang Swasta asing dan pribumi

6. Mengadakan Konferensi Asia Afrika ( KAA) di Bandung pada 18- 24 April 1955

• Jatuhnya Kabinet Ali dikarenakan adanya kelanjutan peristiwa 17 Oktober 1952 dan krisis
ekonomi yang makin memburuk

KABINET BURHANUDDIN HARAHAP


(12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)

• Kabinet Burhanuddin merupakan koalisi partai MASYUMI dan NU

• Program kerja:

1. Pemberantasan korupsi.

2. Kebijakan ekonomi : Persetujuan Finansial (Finek) dengan Belanda

3. Pelaksanan PEMILU diikuti 29 partai

- 29 September 1955 memilih DPR

- 15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante

Pemenang PEMILU 1955 : PNI, MASYUMI, NU dan PKI

Jatuhnya Kabinet Burhanuddin dikarenakan adanya banyak mutasi dalam lingkungan


pemerintahan yang mengakibatkan timbulnya ketidaktenangan
KABINET DJUANDA
(9 April 1957 – 5 Juli 1959

• Kabinet ini merupakan kabinet non partai dengan nama “KABINET KARYA” menggunakan
sistem Zaken kabinet

• Program kerja Djuanda bernama Panca Karya:

1. Membentuk Dewan Nasional.

2. Normalisasi keadaan republik.

3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB.

4. Perjuangan Irian Barat.

5. mempergiat pembangunan.

6. Program Ekonomi : Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

• Jatuhnya Kabinet Djuanda dikarenakan:

1. Adanya pergolakan sosial/pemberontakan dalam negeri

2. Krisis ekonomi yang makin memburuk

3. Peristiwa Cikini

4. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Anda mungkin juga menyukai