Anda di halaman 1dari 61

Masa Demokrasi Liberal

Indikator

• Menganalisis kebijakan politik


dan ekonomi masa Demokrasi
Liberal
• Menganalisis faktor-faktor
penyebab berakhirnya
Demokrasi Liberal
Bentuk Negara
1) Kesatuan
 Hanya satu kostitusi (UUD) di
pemerintah pusat
 Terdiri provinsi-provinsi
 Contoh : NKRI RRC Filipina
2) Federasi (Serikat)
 sendiri tretapi tidak boleh bertentranan
Terdiri negara-negara bagian (state)
 Tiap state punya UUD dengan UUD
negara induk (pemerintah federal)
 Contoh : AS, Malaysia, Inggris
Bentuk Pemerintahan

1) Monarki (kerajaan)
 Kepala negara raja/ratu
 Contoh : Inggris, Belanda, Arab Saudi,
Brunei, Malaysia, Kuwait
2) Kekaisaran
 Kepala negara kaisar
 Contoh : Jepang
3) Republik
 Kepala negara presiden
Sistem Pemerintahan
1) Presidensial
 Kepala pemerintahan dan kepala negara
presiden
 Menteri diangkat dan bertanggung jawab
kpd presiden
2) Parlementer
 Kepala negara presiden atau raja dan kepala
pemerintahan PM atau kanselir (Jerman)
 Kabinet (kumpulan menteri) bertanggung
jawab kpd parlemen (DPR)
 Mosi tidak percaya untuk membubarkan
kabinet
Sistem Kepartaian
1) Mono-party system
 Partai tunggal (rezim otoriter)
 contoh : RRC Korea Utara
2) Bi-party system
 Dua partai besar yang bersaing (partai berkuasa
dan oposisi)
 Contoh : AS, Inggris
3) Multi-party system
 Banyak partai
 Contoh : RI Malaysia India
4) No-party system
 Tidak ada parpol (rezim absolut power)
 Contoh : Arab Saudi, Kuwait
DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959
Ciri-ciri Demokrasi Liberal :
• Sistem pemerintahan parlementer
• Kabinet koalisi dan ada mandat formatur
yang diusulkan presidem untuk membentuk
kabinet
• Keputusan mayoritas (50% + 1)
• MOSI TIDAK PERCAYA kabiet bubar dan
mengembalikan mandat kpd presiden
• UUD S 1950
• Sistem Parlementer
• 7 kabinet
Kabinet Parlementer :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo (31 Juli 1953-12 Agustus
1955)
5. Kabinet Burhanudi Harahap (12 Agustus 1955-
3Maret 1956)
6. Kabinet Alisastroamidjojo II
7. Kabinet Karya (Zaken kabinet) (9 April 1957-10 Juli
1959)
1. Kabinet Natsir (Masyumi)
(6 Sept.1950 – 21 Maret 1951)
Latar belakang :
• Pidato Presiden Sooekarno 17-8-1950 RIS
bubar diganti NKRI
• UUDS 1950
• Penunjukan mandat oleh Presiden
Soekarno
• Kabinet koalisi banyak partai
• Perebutan jabatan mendagri oleh PNI
Sehingga Kabinet Natsir yang terbentuk
pada 6 September 1950, tidak melibatkan
PNI di dalamnya, PNI menjadi oposisi
bersama PKI dan Murba.
Kabinet Natsir (Masyumi)
(6 September 1950 – 21 Maret 1951)
• Program :
• Menggiatkan usaha keamanan dan
ketentraman
• Konsolidasi dan menyempurnakan
pemerintahan
• Menyempurnakan organisasi angkatan
perang
• Mengembangkan dan memperkuat
ekonomi kerakyatan
• Memperjuangkan penyelesaian masalah
Irian Barat
Peristiwa penting
• Pemberontakan APRA, Andi
Azis, RMS
• Pembicaraan dg Belanda masa
lah Irian Barat
• RI menjadi anggota PBB
• Gunting Syafrudin
• Sistem Ekonomi Gerakan
Benteng
Gunting Syafruddin
• Kebijakan pemotongan nilai uang atau
sanering yang diambil Menteri Keuangan
Syafruddin Prawiranegara. (Kab. Natsir)
• Pada 20 Maret 1950
• Semua uang yang bernilai Rp 2,50 ke atas
dipotong nilainya hingga setengahnya.
• Tujuannya, menanggulangi defisit
anggaran sebesar Rp 5,1 miliar. Dengan
kebijakan ini, jumlah uang yang beredar
bisa berkurang.

Gerakan Benteng
• Sistem ekonomi yang bertujuan mengubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur
ekonomi nasional.
• Sistem ini dicanangkan oleh Menteri
Perdagangan Sumitro Djojohadikusumo (Kab.
Natsir)
• Cara dengan menumbuhkan pengusaha pribumi
Indonesia lewat kredit 700 pengusaha.
• Program ini gagal karena pengusaha tak
mampu bersaing dengan non-pribumi dan
mental konsumtif.
• Kegagalan ini justru menambah defisit
anggaran dari Rp 1,7 miliar pada 1951 menjadi
Rp 3 miliar pada 1952
Kabinet Natsir
(6 September 1950 – 21 Maret 1951)
• Keberhasilan :
• RI masuk anggora PBB nomor 60
• Kegagalan :
• Pemberontakan DI/TII, Gerakan Andi
Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
• Perundingan masalah Irian Barat gagal
• Sistem ekonomi Gerakan Benteng
(Sumitro Joyohadikusumo) gagal
• Adanya PP no. 39 / 1950 tentang DPRD
yang menguntungkan Masyumi
Berakhirnya
Kabinet Natsir
• Mengeluarkan Peraturan Pemerintah
(PP) nomor 39 tahun 1950 tentang
DPRD yang dianggap meng
untungkan partai Masjumi
• Mosi tidak percaya oleh DPRS yang
diprakarsai PNI rensadanya PP no.
39 / 1950 tentang DPRD yang
dianggap menguntungkan Masyumi
• Natsir mengembalikan mandat
kepada presiden
Kabinet Sukiman
(27 April 1951-3 April 1952)
Latar belakang
• Natsir mengembalikan mandat
kepada presiden
• Penunjukan mandat oleh
Presiden Soekarno
• Kabinet koalisi Masyumi – PNI
(Kabinet Sukiman – Suwiryo)
 Program :
 Negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman serta menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara
 kemakmuran nasional dalam jangka pendek
 Mempercepat usaha penempatan mantan
pejuang dalam lapangan pembangunan
 Menyelesaikan persiapan pemilihan umum
untuk membentuk dewan konstituante dan
terlaksananya otonomi daerah
 Menyiapkan undang-undang tentang
perburuhan
 Menjalankan politik luar negeri yang bebas
dan peninjauan kembali persetujuan hasil 
Konferensi Meja Bundar
 Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam
wilayah 
Peristiwa penting
• Penumpasan pemberontakan RMS,
Andi Azis
• Pemberontakan DI/TII di Kalsel dan
Sulsel
• Nasionalisasi de Javasche Bank
• Pertukaran Nota Keuangan antara
Mentri Luar Negeri Indonesia
Soebardjo dengan Duta Besar
Amerika Serikat Merle Cochran.
Mutual Security Act (MSA).
Nasionalisasi De Javasche Bank
• Pada 1951, pemerintah (Kab. Suki8man)
menasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia. Bank milik
Belanda itu dijadikan sepenuhnya bank
milik Indonesia untuk menaikkan
pendapatan, menurunkan biaya ekspor,
dan menghemat secara drastis.
• Dengan nasionalisasi bank milik Belanda,
pemerintah lebih leluasa dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan
moneter.
• Mr. Stafruddin Prawiranegara menjadi
gubernur BI pertama kali.
 Keberhasilan :
menumpas Gerakan RMS

• Kegagalan :
• Hubungan dengan militer yang kurang baik
karena sikap pemerintah menghadapi
pemberontak kurang tegas menghdapi DI/TII.
• Moral korupsi dan kemewahan merajalela
• Masalah Irian barat belum juga
teratasi.
Berakhirnya Kabinet :
Mosi tidak percaya dari parlemen :
Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara
Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan
Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran.
Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari pemerintah Amerika kepada
Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security
Act (MSA). Yang dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif
karena lebih condong ke blok barat bahkan
dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam
blok barat

Kabinet Wilopo
(April 1952-3 Juni 1953)
Latar belakang :
• Pada tanggal 1 Maret 1952 Presiden
Soekarno menunjuk Sidik Djojosukarto
(PNI) dan Prawoto Mangkusasmito
(Masyumi) menjadi formatur tapi gagal
• Pada tanggal 19 Maret 1952 kedua
formatur itu mengembalikan mandatnya
dan Presiden Soekarno menunjuk Mr.
Wilopo (PNI) sebagi formatur baru. 
Akhirnya setelah berusaha selama 2
minggu, pada tanggal 30 Maret 1952 Mr.
Wilopo mengajukan susunan kabinetnya 
Program :

• Melaksanakan pemilu
• Kemakmuran dan pendidikan.
• Keamanan     
• politik luar negeri
• Menyelesaikan penyelenggaraan hubungan
Indonesia dengan Nederland ( Belanda)
• Meneruskan perjuangan menggabungkan
Irian Barat dalam wilayah kekuasaan
Indonesia secepatnya.
Peristiwa penting
 Munculnya gerakan separatisme dan
provinsialisme yang mengancam
keutuhan bangsa karena
ketidakpuasan alokasi dana
 Peristiwa 17 Oktober 1952 (konflik di
tubuh AD)
 Peristiwa Tanjung Morawa
(penembakan petani oleh aparat di
Deli Serdang)
Kegagalan :
1. Adanya krisis ekonomi karena jatuhnya harga
barang ekspor sementara kebutuhan barang
impor terus meningkat
2. Terjadi defisit kas negara karena terjadi
penurunan hasil panen sehingga harus
mengimpor beras
3. Munculnya gerakan separatisme dan
provinsialisme yang mengancam keutuhan
bangsa karena ketidakpuasan alokasi dana ke
daerah tertentu yg tidak seimbang
4. Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952
5. Terjadi peristiwa Tanjung Morawa
6. Adanya mosi tidak percaya dari serikat buruh
tani
Berakhirnya Kabinet Wilopo ;
• Program kabinet bantak gagal
• Peristiwa 17 Oktober 1952
(perselisihan di tubuh AD)
• Mosi tidak percaya karena
Peristiwa Tanjung Morawa
(penembakan petani oleh polisi)
• Wilopo menerahkan mandat yang
menyebabkan krisis
pemerintahan
Kabinet Ali Sastroamidjojo
(31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
Latar belakang

• Krisis pemerintahan yg kosong


58 hari
• Ditunjuk oleh Presiden Sekarno
• Diperintahkan oleh ketua PNI,
Sidik Joyosukarto.
• Kabinet koalisi : PNI - NU dan
Masyumi jadi oposisi
Kabinet Ali Sastroamidjojo
(31 Juli 1953-12 Agustus 1955)

• Program :
 menyelenggarakan Pemilu.
Pembebasan Irian Barat
 Pelaksanaan politik bebas aktif.
 peninjauan kembali Persetujuan KMB
 Sistem ekonomi Ali Baba
 Penyelesaian pertikaian politik.
Peristiwa penting

• KAA yang terlaksana pada


bulan April tahun 1955 di
Bandung
• Muncul DI/TII Aceh
• Sistem ekonomi Ali-Baba
Sistem Ekonomi Ali-Baba
• Diprakarsai oleh Menteri Perekonomian
Kabinet Ali I, Iskaq Tjokrohadisurjo.
• Program ini diberi nama Ali Baba karena
melibatkan pengusaha pribumi (Ali) dan
pengusaha keturunan Tionghoa (Baba).
• Lewat program ini, pengusaha keturunan
Tionghoa diwajibkan melatih tenaga
pribumi. Sebagai imbalan, para pengusaha
keturunan Tionghoa akan mendapat
bantuan kredit dan lisensi dari pemerintah.
• Program ini gagal krn pribumi hanya
dijadikan alat untuk dapat kredit oleh
Tionghoa
Keberhasilan
• Prestasi yang sangat gemilang yang telah
dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I
adalah Kesuksesannya dalam mengadakan
KAA yang terlaksana pada bulan April
tahun 1955.
• Menyusun undang-undang pemilu : UU
NO.7 Tahun 1953
• Membentuk panitia pemilu dg ketua
Hadikusumo
Kegagalan
• Masalah pergantian kepempipinam TNI-AD
atas dasar untuk melanjutkan peristiwa 17
Oktober 1952 yang dianggap tidak sejalan
dengan sebuah norma yang berlaku di
dalam lingkungan TNI-AD.
• Sistem ekonomi Ali-Baba
• Muncul DI/TII Aceh
• Skandal korupsi di tubuh PNI
• NU tidak puas terhadap kinerja Kabinet
• Irian Barat gagal dibicarakan
Berakhirnya Kab. ALI 1
• Konflik antara NU dan PNI.
Sehingga pada puncaknya pada
20 Juli NU mengutus para
Menteri yang ada di dalam
kabinet untuk mengundurkan
diri dan keluar dari kabinet.
Partai-partai lain ikut.
• Ali mengembalikan mandat
kepada Presiden
Kabinet Burhanudi Harahap
(12 Agustus 1955-3Maret 1956)
Latar belakang

• Mundurnya kabinet Ali Sastro


amijoyo 1
• Penunjukan mandat oleh wakil
presiden
• Kabinet multipartai tapi PNI
menjadi opossi
Program
• Mengembalikan kewibawaan moril Pemerintah
kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada
Pemerintah.
• Melaksanakan Pemilihan Umum
• Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi
sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
• Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
• Memberantas korupsi.
• Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke
dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
• Memperkembangkan politik kerja sama Asia-Afrika,
berdasarkan politik bebas dan aktif menuju perdamaian.


Peristiwa penting

• Pemilu 1955
• Penyelesaian konflik di tubuh
AD dengan terpilihnya A.H.
Nasution kembali jadi KSAD
Keberhasilan
• Sukses menyelenggarakan pemilu
1955 untuk memilih DPR dan
konstituante
• Mengadakan perbaikan ekonomi,
termasuk di dalamnya keberhasilan
pengendalian harga dengan menjaga
agar tidak terjadi inflasi dan
sebagainya. 
• Memberantas korupsi
• Mengembalikan wibawa dg
menyelesaikan konflik di tubuh AD
Pemilu 1955
• UU No. 7 tahun 1953
• Ketua panitia : Hadi Kusumo
• Peserta : 29 parpol dan 13
perseorangan
• Pelaksanaan :
• 29 Sept. 1955 memilih DPR
• 15 Des. 1955 memilih konstituante
• Hasil : 4 besar Masyumi 57, PNI 57, NU
35 dan PKI 29 kursi
Berakhirnya
Kabinet Burhanudin Harahap
• Presiden Soekarno sebenarnya kurang
merestui kabinet ini karena yang menunjuk
kabiner ini ialah Wakil Presiden Moh.
Hatta, jadi setelah hasil pemungutan suara
dan pembagian kursi di DPR diumumkan
maka
• Pada tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00
siang, Kabinet Burhanuddin Harahap
mengundurkan diri, sekaligus
menyerahkan mandatnya kepada Presiden
untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan
hasil pemilihan umum.
Kabinet
Alisastroamidjojo II
24-3-1956 sd 14-3-1957
Latar belakang

• Hasil pemilu 1955


• Koalisi 3 partai besar : PNI-NU-
Masyumi
Program :

• Pembatalan KMB
• Perjuangan mengembalikan Irian
Barat ke pangkuan RI
• Melaksanakan keputusan
Konferensi Asia Afrika.
• Perbaikan ekonomi dan sosial
Peristiwa penting

• Perseteruan Soekarno-Hatta yg
berujung mundurnya Hatta dari
Wapres krn tidak setuju komunis
masuk kabinet
• Pembatalan isi KMB
• Penjualan perusahaan2 Belanda
yg dibeli oleh CINA sehingga
muncul gerakan anti CINA
Persaingan finansial ekonomi
(FINEK)
• Utang kepada Belanda seperti yang disepakati
lewat Konferensi Meja Bundar (KMB),
memberatkan Indonesia.   Untuk itu,
• Pada 7 Januari 1956, Indonesia (Kab. Ali II)
memutuskan langkah Finansial Ekonomi
(Finek). Isinya: Persetujuan hasil KMB
dibatalkan Indonesia keluar dari Uni Indonesia-
Belanda
• Akibatnya, banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya. Di sisi lain, pengusaha
pribumi belum mampu mengambil alih
perusahaan-perusahaan itu.
KEBERHASILAN
 Mendapat dukungan penuh dari
presiden
 pembatalan seluruh perjanjian KMB.
 Dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1957
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah.
 Berhasil menghapus Uni Indonesia
Belanda
KEGAGALAN
 Berkobarnya semangat anti-Cina di
masyarakat.
 Muncul pergolakan/kekacauan di
daerah mengarah pada gerakan
separatisme dengan pembentukan
dewan militer,
 Memuncaknya krisis di berbagai
daerah.
 Banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya pada orang
Cina akibat pembatalan KMB.
 Timbulnya perpecahan antara Masyumi
dan PNI.
Berakhirnya kab.Ali - 2
 Masa Kabinet Ali Sastroamijoyo
II berakhir karena mundurnya
sejumlah menteri dan Masyumi
pada Januari 1957
 Kabinet ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada
presiden tanggal 14 Maret 1957
 Negara dalam keadaan bahaya
(SOB)
Kabinet Karya (Djuanda)
(9 April 1957-10 Juli 1959)
Kabinet Karya (Djuanda)
(9 April 1957-10 Juli 1959)

• Program Panca Karya :


• Membentuk dewan nasional
• Normalisasi keadaan Republik.
• Melancarkan pelaksanaan
pembatalan persetujuan KMB.
• Memperjuangkan Irian Barat.
• Mempercepat proses pembangunan.
PROGRAM
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan Republik
Indonesia
• Melanjutkan pembatalan KMB
• Memperjuangkan Irian Barat
kembali ke Republik Indonesia
• Mempercepat pembangunan
Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT)
• Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) merancang Rencana Pembangunan Lima
Tahun (RPLT) dengan tujuan pembangunan dapat
berjalan sesuai kerangka yang disepakati. Sebab
saat itu, kabinet pemerintahan kerap berganti.
• RPLT disetujui DPR pada 11 November 1958.
Pembiayaan Rp 12,5 miliar rencananya akan
digunakan untuk pembangunan selama lima tahun
dari 1956 sampai 1961.
• Namun RPLT tak berjalan karena depresi ekonomi di
Amerika Serikat dan Eropa Barat. Perekonomian
dalam negeri terkena imbasnya. Ekspor lesu dan
pendapatan negara merosot.
Peristiwa penting
• Pembentukan Dewan Nasional
• Konsepsi presiden 1957 ttg
demokrasi terpimpin
• Deklarasi Djuanda 1957
• Peristiwa Cikini
• Pemberontakan PRRI/Permesta
• Sidang2 konstituante
• Dekrit presiden 5Juli 1959
kembali ke UUD 45
KEBERHASILAN
• Deklarasi Juanda 13 Des. 1957
• Wilayah Indonesia menganut
Archipelago State (negara
kepulauan)
• Batas wilayah laut adalah 12 mil
dari pulau terluar
• Memadamkan Pemberontakan
PRRI/Permesta
• Membentuk Dewan Nasional
Kegagalan dan
berakhirnya
• Konstituante gagal membuat
UUD baru
• Peristiwa Cikini
• Kondisi politik makin genting
(SOB)
• Dekrit presiden 5Juli 1959
kembli ke UUD 45
AKHIR DEMOKRASI
LIBERAL
• Kondisi politik memanas karena :
• Parpol-parpol lebih mementingkan
gologannya sendiri
• Konstituante gagal membuat UUD
baru
• Presiden menyatakan SOB negara
dalam keadaan bahaya (genting)
• Presiden mengeluarkan Dekrit 5 Juli
1959
Kesimpulan :

• Demokrasi Liberal adalah masa


pemerintahan yang tidak stabil
• Sering terjadinya pemerintahan
karena lebih mementingkan
golongan
• Dekrit Presiden 5 Juli 1959
mengakhiri Demokrasi Liberal

Anda mungkin juga menyukai