Anda di halaman 1dari 4

Demokrasi Liberal di Indonesia ( 1950-1959)

Arti : diterapkannya unsur-unsur liberalisme di Indonesia dalam pemerintahan yang ditandai


dengan perubahan sistem kabinet, dari sistem kabinet Presidensiil menjadi sistem
kabinet Parlementer.

Sebab :
 gangguan keamanan di Indonesia baik gangguan keamaman dalam negeri maupun
dari luar negeri.
 Dalam rangka pembangunan,pemerintah membuka seluas-luasnya kebebasan dan
kerjasama dengan partai-partai politik. Artinya, pemerintah mengizikan berdirinya
partai-partai politik di Indonesia dengan berbagai macam azas
(agama,nasionalis,sosialis,komunis).

Realisasi :
 Indonesia menggunakan sistem kabinet Parlementer (seharusnya Presidensiil )
 Muncul banyak partai politik dengan berbagai macam azas
(agama,nasionalis,sosialis,komunis)
 UUD yang digunakan adalah UUDS tahun 1950.

Akibatnya :
 Tidak ada stabilitas politik. Adanya partai-partai politik mendorong terjadinya
persaingan antar partai karena partai-partai mementingkan kepenngan partai
dan/golongannya.
Terbukti antara tahun 1950 – 1955 terjadi pergantian kabinet 4 kali ( kabinet Ali
Santroamijoyo I, kabinet Wilopo, kabinet Sukiman dan kabinet Ali Sastroamijoyo II )

Kabinet-kabinet masa demokrasi liberal.

1. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)


Merupakan koalisi antara Masyumi dengan PNI.
Usahanya : perundingan dengan Belanda dalam rangka pengembanian Irian Barat (4
Des 1950). Dalam perundingan ini Pemerintah RI gagal,maka kabinet Natsir
dianggap gagal pula.
Sebab jatuhnya kabinet Natsir:
a. Kegagalan dalam perundingan masalah Irian Barat
b. Mosi tidak percaya dari Hadikusumo (PNI) soal pencabutan PP No.39/1950 tentang
DPRS dan DPRDS. Mosi tidak percaya ini diterima oleh Parlemen,maka jatuhlah
kabinet Natsir.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)


Merupakan koalisi antara Masyumi dan PNI.
Sebab jatuhnya : perjanjian antara Indonesia dengan USA melalui Mutual Security Act
(MSA) tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer USA pada
Indonesia (oleh Menlu Subarjo dan Dubes USA untuk RI, Marle
Cochran). Perjanjian ini dianggap pelanggaran terhadap landasan politil
LN bebas aktif. Kabinet Sukiman dianggap condong ke blok barat.

3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)


Wilopo memasukan berbagai partai dalam kabinetnya dan menamai kabinetnya “Zaken
Kabinet”
Masalah yang dihadapi kabinet Wilopo:
a. persiapan PEMILU
b. merosotnya prekonomian Indonesia karena jatuhnya harga barang-barang ekspor
Indonesia (mis: karet,timah,kopra).
c. munculnya provinsialisme dan separatisme (pemberontakan di daerah )
d. upaya Parlemen untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil,akibatnya timbul
ketegangan antara TNI dengan Parlemen.
e. peristiwa Tanjung Morawa (di Sumatera Timur)
Dalam KMB disepakati bahwa RI mengizinkan pengusaha asing untuk kembali
mengusahakan tanahnya di Indonesia. Sejak Belanda kalah dari Jepang tanah
perkebunan tersebut ditinggalkan, kemudian digarap oleh petani Indonesia. Pada masa
kabinet Sukiman, Menteri DN Iskaq Cokroadisuryo meneyetujui dikembalikannya tanah
Deli Planters Vereeneging. Tanggal 16 Maret 1953 polisi dengan kekerasan mengusir
petani,tetapi petani tidak mau. Akibatnya terjadi bentrokan senjata. Masalah ini
mendapat sorotan dari pers dan Parlemen. Akibatnya kabinet Wilopo jatuh.

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ( 31 Juli 1953-12 Agustus 1955)


Koalisi antara NU dan PNI.
Tindakannya : a. mengatasi pemberontakan di daerah (mis: DI/TII di Jawa Barat, Aceh,
Sulawesi Selatan).
b. membentuk panitia PEMILU.

Sebab jatuhnya:
a. pemberontakan diberbagai daerah di Indonesia.
b. keadaan ekonomi yang makin memburuk,karena korupsi dan inflasi.
c. masalah dengan TNI-AD berkaitan dengan peristiwa Tanjung Morawa.
d. NU secara sepihak memutuskan koalisi dengan cara menarik menteri-menteri yang
masuk dalam kabinet Ali I

5. Kabinet Burhanuddin Harahap ( 12 Agustus 1955-3 Maret 1956)


Koalisi antara Masyumi dengan PNI.
Tugasnya :
a. mengembalikan kepercayaan TNI-AD dan rakyat pada pemerintah dengan cara
menangkap pelaku korupsi dan mengganti kepala staf AD (yang ditunjuk adalah Jend.
AH Nasution)
b. melaksanakan PEMILU.
PEMILU I ( 29 September 1955) memilih anggota legislatif.
PEMILU II ( 15 Desember 1955 ) memilih anggota Badan Konstitusi (Pembuat UUD
baru )
Dengan hasil PEMILU berakhir pula kabinet Burhanuddin Harahap. Partai yang menang
dalam PEMILU menjadi pemimpin pemerintahan.

6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II ( 20 Maret 1956-4 Maret 1957)


Koalisi antara Masyumi, NU dan PNI.
Masalah yang dihadapi :
a. perlawanan di daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan
pembangunan daerah.
b. gerakan separatis daerah dalam bentuk dewan militer (seperti : dewan gajah, dewan
Banteng, dewan Garuda ) yang didukung panglima-pangliman daerah masing-
masing. Dewan daerah ini mementang pemerintah pusat .
c. Dewan Konstituante yang dipilih melalui PEMILU belum berhasil menyusun UUD baru
meskipun sudah bersidang lebih dari 1 tahun.
Setelah kabinet Ali II jatuh terjadi “politik dagang sapi” yang dilakukan oleh partai-partai
politik.
7. Kabinet Juanda (9 April 1957-5 Juli 1959)
Adalah kabinet non partai. Kabinetnya disebut Zaken Kabinet ( kabinet/memteri
baedasar pada keahliannya masing-masing).
Program kabinet Juanda :
a. membentuk Dewan Nasional (badan yang menampung dan menyalurkan kekuatan
dalam masyarakat).
b. normalisasi keadaan republik
c. melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
d. perjuangan Irian Barat (Papua Barat).
e. mempergiat pembangunan
Masalah yang dihadapi kabinet Juanda: pergolakan didaerah yang menghambat
hubungan daerah dengan pusat sehingga memperburuk kondisi ekonomi. Akibatnya
program pemerintah tidak dapat dilaksanakan. Untuk meredakan pergolakan diadakan
Musyawarah Nasional ( MUNAS ),14 September 1957 di Gedung Proklamasi. Yang
dibahas adalah:
1. pembangunan nasional di daerah
2. pembangunan angkatan perang
3. pembagian wilayah RI
Serelah MUNAS dianjtkan dengan MUNAP ( Musyawarah Nasional Pembangunan).
Usaha pemerintah mengatasi krisis tidak berhasil,bahkan terjadi percobaan
pembunuhan terhadap Presiden Sukarno (Peristiwa Cikini, 30 November 1957) dan
pemberontakan PRRI/Permesta.
Kabinet Juanda berakhir setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Kabinet baru yang dibentuk yaitu Kabinet Kerja. Dimulailah babak baru dalam
sejarah Indonesia, yaitu Demokrasi terpimpin.

Deklarasi Juanda ( 13 Desember 1957 ).


Adalah pernyataan/peraturan tentang wilayah kelautan Indonesia.

 Latar belakang:
Ordonansi Laut dan Daerah Maritim (Teritoriale Zee in Kringen Maritime
Ordonanci)yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda tahun 1939 yang mengatur
wilayah laut Indonesia.
Isinya : laut teritorial Indonesia diukur 3 mil laut dari pantai saat air surut.
Apa artinya?
Apa akibatnya bagi Indonesia ?

 Isi Deklarasi Juanda : teritorial laut Indonesia diulur 12 mil diukur dari garis-garis
dasar yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau terluar.
Apa artinya ?
Apa akibatnya bagi Indonesia ?

MSA ?
PP 39 thun 1950 ?
Zaken kabinet ?
Politik dagang sapi ?
KONDISI EKONOMI PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Pada masa demokrasi liberal, kondisi ekonomi Indonesia sangat buruk. Hal ini
disebabkaan oleh :
 Setelah pengakuaan kedaulatan dari Belanda pada 27 Desember 1949, bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yg ditetapkan dlm
hasil KMB.
 Politik keuangan pemerintah Indonesiaa bukan dibuat di Indonesia melainkan
dirancang di Belanda.
 Pemerintah Hindia Belanda tidak mewariskan ahli ahli yg cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
 Tidak stabilnya situasi politik di dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi keamanan semakin meningkat.
 Ekspor Indonesia hanaya bergantung pada sektor perkebunan.
 Angka pertumbuhan penduduk tinggi.
 Defisit yang ditanggung pemerintah RI pad waktu itu sebesar RP. 5,1 milyar.

Usaha Perbaikan Ekonomi :

1. Senering = pemotongan mata uang, yaitu pemotongan nilai mata uang yang
berjumlah RP. 2,50 ke atas menjadi setengahnya. Merupakan program Syafruddin
Prawiranegara.
2. Program Banteng oleh Sumitro Joyohadikusumo. Program ini bertujuan untuk
menumbuhkan kelas menengah dan pengusaha Indonesia dalam pembangunan
ekonomi nasional dengan pemberian bantuan kredit. Namun usaha ini kurang
berhasil.
3. Nasionalisasi De Javache Bank oleh Sukiman. Nasionalisasi De Javache Bank
menjadi Bank Indonesiaa sebagai Bank Sentral dan Bank sirkulasi.
4. Sistem ekonomi Ali – Baba oleh Mr. Iskaq Cokro Adisuryo. Sistem ini dimaksudkan
sebagai bentuk kerja sama antar pengusaha Tionghoa dan pribumi. Namun ternyata
dominasi pengusaha Tionghoa lebih besar, pengusaha pribumi justru menjadi alat.
5. Rencana Pembangnan Lima Tahun (RPLT) oleh Ir. Juanda. Rencananya RPLT
akan dilaaksanakan antar tahun 1956-1961, namun tidak berjalan dengan baik.
6. Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP). Oleh Ir. Juanda. Membuat rencana
pembanguan yang menyeluruh untuk jaangka paanjang. Akan tetapi tidaak berhasil
karena kesulitan dalaam menentukaan skala prioritas. ...
.

Anda mungkin juga menyukai