Berdasarkan hasil KMB di Den Hag, maka terbentuklah RIS.
Pemerintahan dilaksanakan oleh Presiden dan Kabinetnya Senat Sedang Legislatif terdiri dari 2 badan DPR Ir. Soekarno diangkat sebagai Presiden RIS, sedang Wakil Presiden RI Muh. Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri Namun banyaknya tuntutan pembubaran RIS, maka RIS tidak bertahan lama. Setelah Soekarno menandatangani Rancangan UUDS 1950, maka Indonesia secara resmi mengubah sistim demokrasinya menjadi demokrasi Liberal
Pada masa Demokrasi Liberal diwarnai dengan 7 kali pergantian kabinet.
1. Kabinet Natsir (6 Sep. 1950 – 21 Maret 1951) - Berintikan : partai Masyumi - Kabinet I yang memerintah setelah terbentuk NKRI - Program : - Keamanan dan ketertiban - Konsolidasi, penyempurnaan susunan pemerintahan - Penyempurnaan angkatan perang - Ekonomi rakyat - Jatuh : Kegagalan dalam perundingan mengenai Irian Barat dengan Belanda - masuk PBB ke- 60 2. Kabinet Sukiman ( 27 April 1951 – 3 April 1952) - Berintikan : PNI dan Masyumi - Program : - Keamanan dan ketertiban - Kesejahteraan rakyat dengan memperbaharui hukum agraria - Mempersiapkan pemilu - Memperjuangkan Irian Barat - Jatuh : Akibat pertukaran Nota antara Menlu Indonesia dengan Dubes AS, tentang bantuan ekonomi dan militer berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA) UU kerja sama Keamanan.
3. Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953)
- Berintikan : PNI + Masyumi + PSI - Program : - Mempersiapkan pemilu - Kemakmuran, Pendidikan, dan keamanan. - Memperjuangkan Irian Barat, hubungan dengan Belanda, Politik Bebas Aktif - Jatuh : Profesionalisasi tentara - Peristiwa 17 Oktober 1952 Campur tangan parlemen terhadap tentara.
tekanan perwira AD kepada Presiden agar Kabinet
dibubarkan. - Peristiwa Tanjung Morawa, Penembakan demontrasi tentang lahan perkebunan.
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
- Berintikan PNI + NU - Program : ( 4 pasal) - Keamanan, kemakmuran, penyelenggaraan pemilu. - Memperjuangkan Irian Barat, - Politik Bebas Aktif - Penyelesaian pertikaian politik - Jatuh : - Kemelut pada masalah pimpinan AD ( A.H Nasution diganti Bambang Sugeng, mundur diganti Bambang Utoyo, Zulkifli menolak) - Keberhasilan : Penyelenggaraan KAA, Persiapan pemilu.
5. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956).
- Berintikan partai Masyumi - Program : - Penangkapan Mr. Djody Gondokusumo Korupsi - Melaksanakan Pemilu - Pengangkatan kembali A.H Nasution sebagai KSAD - Jatuh : Setelah hasil pemilu diketahui mengubah susunan dan keseimbangan perwakilan di DPR. - Keberhasilan : 29 Sep. 1955 DPR * Penyelenggaraan Pemilu I 15 Des. 1955 Kons- tituante * Pemulihan Konflik AD. * Pembubaran Uni Indonesia – Belanda. 6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 14 Maret 1957) - Berintikan : PNI + Masyumi + NU - Program : - Pembatalan KMB - Memperjuangkan Irian Barat - Pemulihan keamanan dan ketertiban, pemb. Ekonomi, keuangan, industri, perhubungan, pendidikan dan pertanian. - Melaksanakan keputusan KAA. - Jatuh : adanya tuntutan daerah agar kabinet dibubarkan, yang didukung oleh mundurnya Masyumi.
Akibat terjadinya gerakan sparatisme, konflik dalam konstituante,
mendorong Presiden untuk menyatakan “Negara dalam keadaan bahaya” sehingga Presiden menunjuk dirinya sendiri membentuk Kabinet.
7. Kabinet Karya ( 9 April 1957 – 10 Juli 1959) bukan dari partai
- Porgram : Pancakarya - Membentuk Dewan Nasional - Normalisasi keadaan Republik - Pembatalan persetujuan KMB - Memperjuangkan Irian Barat - Mempercepat pembangunan - Tejadi peristiwa Cikini ( 30 Nop. 1958) - Dilakukan Munas untuk mengurangi ketegangan antara pusat dan daerah. - Jatuh : Setelah terjadi Dekrit Presiden ( 5 Juli 1959) - Keberhasilan : Terwujudnya batas perairan Nasional
II. PERKEMBANGAN EKONOMI
Kondisi ekonomi Indonesia tersendat-sendat, disebabkan oleh beberapa faktor : 1. Stabilitas keamanan yang tidak menguntungkan Sparatis 2. Sering terjadi pergantian kabinet 3. Hanya mengandalkan satu jenis ekspor hasil bumi 4. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi Upaya untuk memperbaiki ekonomi antara lain melalui langkah- langkah : a. Nasionalisasi De Javanche Bank (UU NO. 24 tahun 1951) BI sebagai bank sentral dan Bank sirkulasi b. Sistem ekonomi Gerakan Benteng gagasan dari Sumitro, sebagai menteri perdagangan, pada masa Kabinet Natsir. Agar para pengusaha diberi bantuan modal. Tujuannya adalah agar pengusaha pribumi berpartisipasi dalam pembangunan Nasional. Program ini tidak berhasil, karena pengusaha pribumi tergantung pada pemerintah. Pada masa Kabinet Ali I Sistem Ekonomi Ali Baba yakni Ali Sastroamijoyo ( pribumi) – Baba (Non pribumi), Menteri Perekonomian Mr. Iskaq c. Gunting Syafrudin pemotongan uang kertas (1950) Uang Rp. 2,50 ke atas di potong tinggal ½. d. Mengubah Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS - ekspor Rp 3,80 Rp 7,60 - Impor Rp 3,80 Rp 11,40 e. Membentuk Badan Perancang Nasional ( Ali II )